Seri E Nomor 1
94
WALIKOTA BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BOGOR,
Menimbang
c.
bahwa
untuk
menjamin
kelestarian
fungsi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
huruf a Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan
Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 4 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dengan
ditetapkannya
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka Peraturan Daerah
dimaksud perlu diganti dan disesuaikan;
96
97
2.
3.
4.
5.
Kepala SKPD adalah Kepala SKPD yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
6.
98
7.
8.
9.
102
103
104
b.
lingkungan
105
hidup
diselenggarakan
c.
d.
keterpaduan;
e.
manfaat;
f.
kehati-hatian;
g.
keadilan;
h.
keanekaragaman hayati;
i.
pencemar membayar;
j.
partisipatif.
Bagian Ketiga
Tujuan
Pasal 3
b.
c.
d.
b.
c.
d.
dan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
perencanaan;
b.
pemanfaatan;
c.
pengendalian;
d.
pemeliharaan;
e.
pengawasan;
f.
penegakan hukum.
107
BAB II
PERENCANAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilaksanakan
melalui tahapan:
a.
b.
(1)
bentuk penguasaan;
d. pengetahuan pengelolaan;
(2)
e.
bentuk kerusakan;
f.
(1)
(2)
dimaksud
pada
ayat
(1)
perlindungan
kualitas
dan/atau
fungsi
(1)
(2)
(1)
(2)
dalam
Pasal
huruf
a.
(3)
(4)
(1)
(2)
pencegahan;
b. penanggulangan;
c.
(3)
pemulihan.
Pemerintah
Daerah,
dunia
usaha,
dan/atau
masyarakat
melaksanakan pengendalian sesuai dengan tugas, kewenangan,
peran, dan tanggung jawab masing-masing.
Bagian Kedua
Pencegahan
Pasal 12
KLHS;
110
b.
tata ruang;
c.
d.
e.
AMDAL;
f.
g.
h.
i.
j.
k.
perizinan.
Paragraf 1
KLHS
Pasal 13
(1)
(2)
kebijakan,
rencana,
Pasal 14
KLHS memuat kajian antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
(1)
(2)
(5)
(6)
Paragraf 2
Tata Ruang
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
113
(4)
(1)
(2)
(3)
(2)
(1)
(2)
(3)
Dalam hal rencana usaha dan/usaha tidak sesuai dengan tata ruang,
maka dokumen AMDAL tidak dapat dinilai dan dikembalikan kepada
pemrakarsa.
Pasal 22
(1)
dalam
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
f.
(2)
(3)
(2)
Bagi setiap jenis usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi
dengan Dokumen UKL-UPL diwajibkan membuat SPPL.
(3)
(1)
Dalam
rangka
melestarikan
fungsi
lingkungan
hidup,
Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan menerapkan
instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf g.
(2)
hidup
sebagaimana
dimaksud
a.
b.
c.
(1)
(2)
(3)
b.
c.
d.
b.
c.
b.
c.
(1)
(2)
a.
b.
(1)
(2)
pengkajian resiko;
b. pengelolaan resiko;
c.
(3)
komunikasi resiko.
(1)
(2)
118
Paragraf 11
Perizinan
Pasal 32
Jenis perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini terdiri dari:
12
huruf
a.
Izin Lingkungan;
b.
c.
33
(1)
(2)
(3)
(4)
dimaksud
pada
ayat
(2)
dapat
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 37
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
b. pengisolasian
hidup;
c.
pencemaran
penghentian
sumber
lingkungan hidup;
dan/atau
pencemaran
kerusakan
lingkungan
dan/atau
kerusakan
(3)
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
BAB V
PEMELIHARAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 41
Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya:
a.
konservasi sumber daya alam;
b.
pencadangan sumber daya alam;
c.
pelestarian fungsi atmosfer.
Bagian Kedua
Konservasi Sumber Daya Alam
Pasal 42
Konservasi sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
huruf a adalah konservasi sumber daya air melalui pengelolaan kualitas
air tanah.
Pasal 43
Pengelolaan kualitas air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dilakukan melalui upaya:
a.
mengatur,
membina,
dan
mengawasi
segenap
kegiatan
pelestarian/pengawetan
sumber
daya
air
agar
akibat
kegiatan-kegiatan tersebut tidak berpengaruh buruk terhadap
keberadaan sumber daya air;
b.
melakukan pelestarian sumber-sumber daya air agar sumber daya
air tersebut tetap dapat menghasilkan air dengan kualitas yang
memenuhi syarat untuk dikonsumsi guna memenuhi berbagai
kebutuhan manusia akan air dalam kuantitas/jumlah yang tetap
mencukupi secara berkesinambungan;
c.
melakukan penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam
tanah, sehingga mengurangi limpahan permukaan yang sangat
berlebihan (banjir);
d.
mewajibkan setiap kegiatan dan/atau usaha yang melakukan
pemanfaatan air tanah untuk memiliki perizinan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
123
Bagian Ketiga
Pencadangan Sumber Daya Alam
Pasal 44
Pencadangan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
huruf b dilaksanakan Pemerintah Daerah dan orang/badan melalui:
a.
b.
RTH paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari luas wilayah;
c.
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi sumber daya alam,
pencadangan sumber daya alam, dan pelestarian fungsi atmosfer
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Pasal 44, dan Pasal 45 diatur
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 47
(1)
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
(2)
(3)
a.
f.
g.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 48
(1)
(2)
(3)
(4)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
(1)
(2)
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluasluasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
127
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
a.
(2)
(1)
Walikota
sesuai
dengan
kewenangannya
wajib
melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan atas pelaksanaan ketentuan dalam Izin Lingkungan, IPPLH,
dan Izin Pemanfaatan Air Tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
pengadilan
(3)
(1)
(2)
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
dapat
memfasilitasi
pembentukan lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak.
(3)
131
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan
Paragraf 1
Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan
Pasal 59
(1)
(2)
(3)
(4)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Sanksi
administratif
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
65
tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari
tanggung jawab pemulihan dan pidana.
134
Bagian Kedua
Teguran Tertulis
Pasal 67
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
(4)
.
138
Pasal 76
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Bogor.
Ditetapkan di Bogor
pada tanggal 4 April 2014
WALIKOTA BOGOR,
ttd.
DIANI BUDIARTO
Diundangkan di Bogor
pada tanggal 4 April 2014
SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,
ttd.
ADE SARIP HIDAYAT
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR
TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
I.
UMUM
Bahwa lingkungan hidup merupakan karunia dan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dilestarikan dan dikembangkan
kemampuannya agar tetap menjadi sumber dan penunjang hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya baik generasi sekarang
maupun generasi mendatang. Pembangunan dan berbagai kegiatan
manusia serta pemanasan global yang makin meningkat mengandung
resiko terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
serta menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengancam
kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kota Bogor dengan kondisi
sumber daya alam yang terbatas harus diselenggarakan dengan tetap
memelihara kebersihan, kenyamanan, serta keberlanjutan fungsi
lingkungan hidup, oleh karena itu lingkungan hidup di Kota Bogor
harus dilindungi dan dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang untuk
menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
140
141
II.
: Cukup jelas.
:
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d
142
Huruf e
Huruf f
Huruf g
Huruf h
: Yang
dimaksud
dengan
asas
keanekaragaman
hayati
adalah
bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu
untuk
mempertahankan
keberadaan,
keragaman, dan keberlanjutan sumber daya
alam hayati yang terdiri atas sumber daya
alam nabati dan sumber daya alam hewani
yang bersama dengan unsur nonhayati di
sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem.
Huruf i
Huruf j
Pasal 3
: Cukup jelas.
Pasal 4
: Cukup jelas.
Pasal 5
: Cukup jelas.
Pasal 6
: Cukup jelas.
Pasal 7
: Cukup jelas.
Pasal 8
: Cukup jelas.
Pasal 9
: Cukup jelas.
Pasal 10
: Cukup jelas.
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Ayat (1)
: Pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang dimaksud
dalam ketentuan ini antara lain pengendalian:
a. pencemaran air, udara, dan tanah;
b. kerusakan ekosistem dan kerusakan
akibat perubahan iklim.
Ayat (2)
: Cukup jelas.
Ayat (3)
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
:
Ayat (1)
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
144
Dampak
Hurufdan/atau
b
: Dampak dan/atau resiko lingkungan
hidup yang dimaksud meliputi:
a. kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati;
b. peningkatan intensitas dan cakupan
wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran
hutan dan lahan;
c. penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam;
d. peningkatan alih fungsi kawasan
hutan dan/atau lahan;
e. peningkatan
jumlah
penduduk
miskin
atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
sekelompok masyarakat;
f. peningkatan
resiko
terhadap
kesehatan
dan
keselamatan
manusia.
Ayat (3)
: Cukup jelas.
Pasal 14
: Cukup jelas.
Pasal 15
: Cukup jelas.
Pasal 16
: Cukup jelas.
Pasal 17
:
Ayat (1)
: Cukup jelas.
Ayat (2)
:
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Huruf e
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (3)
: Cukup jelas.
Ayat (4)
: Cukup jelas.
Pasal 18
: Cukup jelas.
Pasal 19
: Cukup jelas.
Pasal 20
: Cukup jelas.
Pasal 21
: Cukup jelas.
Pasal 22
: Cukup jelas.
Pasal 23
: Cukup jelas.
Pasal 24
: Cukup jelas.
Pasal 25
: Cukup jelas.
Pasal 26
: Cukup jelas
Pasal 27
:
Ayat (1)
Ayat (2)
: Cukup jelas.
:
146
Huruf a
Huruf b
Huruf c
: Insentif
merupakan
upaya
memberikan dorongan atau daya tarik
secara
moneter
dan/atau
non
moneter kepada setiap orang/badan
ataupun Pemerintah dan Pemerintah
Daerah agar melakukan kegiatan
yang
berdampak
positif
pada
cadangan sumber daya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup.
Disinsentif
merupakan
pengenaan
beban atau ancaman secara moneter
dan/atau non moneter kepada setiap
orang/badan ataupun Pemerintah dan
Pemerintah Daerah agar mengurangi
kegiatan yang berdampak negatif pada
cadangan sumber daya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup.
Pasal 28
:
Ayat (1)
:
Huruf a
Huruf b
Yang
dimaksud
dengan
produk
domestik bruto adalah nilai semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu.
Yang
dimaksud
dengan
produk
domestik regional bruto adalah nilai
semua barang dan jasa yang diproduksi
oleh suatu daerah pada periode
tertentu.
Huruf c
Huruf d
Yang
dimaksud
dengan
dana
penanggulangan adalah dana yang
digunakan
untuk
menanggulangi
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup yang timbul akibat
suatu usaha dan/atau kegiatan.
Ayat (2)
:
Huruf a
Huruf b
148
Huruf c
Yang
dimaksud
dengan
dana
amanah/bantuan adalah dana yang
berasal dari sumber hibah dan donasi
untuk
kepentingan
konservasi
lingkungan hidup.
Huruf b
Walikota
dapat
memberikan
penghargaan kepada:
a. setiap orang atau badan yang dalam
melakukan kegiatan atau usahanya
memperlihatkan kepedulian yang
tinggi terhadap lingkungan hidup;
b. setiap orang atau badan yang
berjasa dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
c. setiap orang atau badan yang
melaporkan terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
Tata cara dan syarat-syarat pemberian
penghargaan diatur oleh Walikota.
Huruf c
Ayat (3)
:
Huruf a
Pasal 29
: Cukup jelas.
Pasal 30
:
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
analisis
resiko
lingkungan adalah prosedur yang antara lain
digunakan untuk mengkaji pelepasan dan
peredaran
produk rekayasa
genetik dan
pembersihan (clean up) limbah B3.
149
Ayat (2) :
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 32
: Cukup jelas.
Pasal 33
: Cukup jelas.
Pasal 34
: Cukup jelas.
Pasal 35
: Cukup jelas.
Pasal 36
: Cukup jelas.
Pasal 37
: Cukup jelas.
Pasal 38
: Cukup jelas.
Pasal 39
:
Ayat (1)
Ayat (2) :
Huruf a
Cukup jelas.
: Cukup jelas.
150
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Huruf e
: Cukup jelas.
Pasal 40
: Cukup jelas.
Pasal 41
: Cukup jelas.
Pasal 42
: Cukup jelas.
Pasal 43
: Cukup jelas.
Pasal 44
: Cukup jelas.
Pasal 45
: Cukup jelas.
Pasal 46
: Cukup jelas.
Pasal 47
: Cukup jelas.
Pasal 48
: Cukup jelas.
Pasal 49
:
Huruf a
: Cukup jelas.
Huruf b
: Cukup jelas.
Huruf c
: Cukup jelas.
Huruf d
: Cukup jelas.
Huruf e
: Cukup jelas.
151
Huruf f
: Cukup jelas.
Huruf g
: Cukup jelas.
Huruf h
: Cukup jelas.
Huruf i
minyak
minyak
Setiap
badan
yang
kegiatan
usahanya
menghasilkan
minyak
jelantah
wajib
menyerahkan
minyak
jelantah
hasil
kegiatan usahanya kepada Pemerintah Daerah.
Minyak
jelantah
dimaksud
selanjutnya
diolah menjadi biodiesel yang digunakan
untuk bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
Huruf j
Cukup jelas.
Pasal 50
: Cukup jelas.
Pasal 51
:
Ayat (1) : Sistem informasi lingkungan hidup memuat
antara lain keragaman karakter ekologis,
sebaran penduduk, sebaran potensi sumber daya
alam, dan kearifan lokal.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
: Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
:
Huruf a
: Kerja
sama
dengan
pihak
ketiga
meliputi
kementerian/
lembaga
pemerintah
lainnya,
Badan Usaha Milik Negara/
Daerah
(BUMN/D),
koperasi,
yayasan, persekutuan perdata,
badan/lembaga non hukum.
152
Huruf b
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 55
: Cukup jelas.
Pasal 56
: Cukup jelas.
Pasal 57
: Cukup jelas.
Pasal 58
: Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Ayat (2)
: Cukup jelas.
Ayat (3)
Ayat (4)
: Cukup jelas.
153
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
: Cukup jelas.
:
Ayat (1)
: Cukup jelas.
Pasal 65
: Cukup jelas.
Pasal 66
: Cukup jelas.
Pasal 67
: Cukup jelas.
Pasal 68
: Cukup jelas.
154
Pasal 69
: Cukup jelas.
Pasal 70
: Cukup jelas.
Pasal 71
: Cukup jelas.
Pasal 72
: Cukup jelas.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pasal 73
: Cukup jelas.
Pasal 74
: Cukup jelas.
Pasal 75
Pasal 76
: Cukup jelas.
155
Bagian Hukum
Sekretariat Daerah Kota Bogor
Jalan Ir. H. Juanda Nomor 10 Kota Bogor 16121
Telp. (0251) 8380254/8321075 ext. 242
Faks. (0251) 8326530
Website : siskum.kotabogor.go.id
156