REFERAT Syok
REFERAT Syok
SYOK
Pembimbing:
dr. Aris Sunaryo, Sp. An. M. Kes
Disusun Oleh:
SUSI SUSANTI
111170066
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi
darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Kematian
karena syok terjadi bila keadaan ini menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolism sel. Terapi syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan
menghilangkan faktor penyebab. Syok sirkulasi dianggap sebagai rangsang paling
hebat dari hipofisis adrenalin sehingga menimbulkan akibat fisiologi dan
metabolisme yang besar. Syok didefinisikan juga sebagai volume darah sirkulasi
tidak adekuat yang mengurangi perfusi, pertama pada jaringan nonvital (kulit,
jaringan ikat, tulang, otot) dan kemudian ke organ vital (otak, jantung, paru- paru,
dan ginjal). Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologis dinamik
yang mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel.
2.2 Etiologi dan klasifikasi
Syok secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
berkurangnya
tahanan
pembuluh
darah
perifer.
Diklasifikasikan menjadi :
Syok septik, terjadi karena penyebaran atau invasi kuman dan toksinnya
didalam tubuh yang berakibat vasodilatasi.
Syok anafilaktif, gangguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen
antibodi yang mengeluarkan histamine dengan akibat peningkatan
permeabilitas membran kapiler dan terjadi dilates arteriola sehingga
venous return menurun. Misalnya: reaksi tranfusi, sengatan serangga,
gigitan ular berbisa.
Syok neurogenik, terjadi gangguan perfusi jaringan yang disebabkn
karena disfungsi sistem saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi.
Misalnya : trauma pada tulang belakang, spinal syok.
3. Syok Obstruktif
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan
pengisian pada ventrikel kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bias
menyebabkan penurunan Cardiaac Output. Hal ini bias terjadi pada obstruksi
vena cava, emboli pulmonal, pneumotoraks, gangguan pada pericardium
(misalnya : tamponade jantung) ataupun berupa atrial myxoma..
5
2.3 Patofisiologi
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa
lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada
bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat system yang
terpisah namun saling berkaitan yaitu: jantung, volume darah, resistensi arteriol
(beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini bermasalah dan faktor
lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan
darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan
curah
jantung.
Jika
syok
berlanjut,
curah
jantung
menurun
dan
tetapi
ginjal
mempunyai
cara
regulasi
sendiri
untuk
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme, produk metabolisme
menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah
menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena,
venous return menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran
darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat
menyebabkan
trombosis
luas
(DIC
Disseminated
Intravascular
arteriovenus dan
10
radiasi. Syok septik sering terjadi pada bayi baru lahir, usia di atas 50
tahun, dan penderita gangguan sistem kekebalan.
2. Patogenesis Syok Neurogenik
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari
syok distributif. Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat
vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di
seluruh tubuh sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada
pembuluh darah pada capacitance vessels. Hasil dari perubahan resistensi
pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf
(seperti : trauma kepala, cedera spinal atau anestesi umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop.
Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus
sehingga aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya
disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri
hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien
dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara
spontan. Trauma kepala yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok.
Adanya syok pada trauma kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma
pada medulla spinalis akan menyebabkan hipotensi akibat hilangnya tonus
simpatis. Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah hipotensi tanpa
takikardi atau vasokonstriksi perifer.
3. Patogenesis Syok Neurogenik
Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam
hipersensitivitas tipe 1 atau Immediate type reaction. Mekanisme
anafilaksis melalui beberapa fase :
Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan
IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit
11
dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran napas
atau saluran makan ditangkap oleh makrofag. Makrofag segera
mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan
mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B
berproliferasi
menjadi
sel
plasma
(Plasmosit).
Sel
plasma
disebut
preformed
mediators.
Ikatan
antigen-antibodi
12
2.4 Diagnosis
A. Syok hipovolemia
1. Anamnesis
13
suatu
penyebab
ginekologik
dipertimbangkan,
perlu
14
mereka
hamil.
Tes
kehamilan
negatif
bermakna
untuk
15
16
akibat
kehamilan
ektopik
umum
terjadi.
Syok
17
gangguan
18
f
g
B. Syok kardiogenik
1. Anamnesis
Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya
tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark
miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau
adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat
jantung.
2. Pemeriksaan Fisik
Syok kardiogenik ditandai dengan tekanan sistolik rendah (kurang dari
90 mmHg), diikuti menurunnya aliran darah ke organ vital :
a. Produksi urin kurang dari 20 ml/jam
b.
Gangguan mental, gelisah, sopourus
c. Akral dingin
d.
Aritmia yang serius, berkurangnya aliran darah
e.
koroner,
sekunder,
terjadi
karena
ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi,
20
3.
c
d
f
g
meninggi.
Resistensi sistemis.
Asidosis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang segera dilakukan : \
a
b
c
d
(koagulopati)
Enzim Jantung (Creatinine Kinase, troponin, myoglobin, LDH)
Analisa gas darah arteri, dapat menggambarkan keseimbangan
asam-basa
dan
kadar
oksigen.
Defisit
trombosit
basa
penting,
dan prognosis.
Pemeriksaan yang
harus
direncanakan
adalah
EKG,
2. Pemeriksaan fisik
21
Tensi : hipotensi,
Nadi :takikardi,
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Tambahan Hematologi :
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang
banyak atau sedikit, dan jumlah faktor pembekuan yang menurun.
Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea
nitrogen) dalam darah akan meningkat. Hitung sel meningkat
hemokonsentrasi, trombositopenia eosinofilia naik/ normal / turun.
Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.
b. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya
konsentrasi oksigen.
c. X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus
plug,
22
4. Diferensial Diagnosis
Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik, seperti :
a. Reaksi vasovagal
Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien mandapat
suntikan. Pasien tampak pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi
dibandingkan dengan reaksi anafilaktik, pada reaksi vasovagal
nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. Meskipun tekanan darahnya
turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah
seperti anafilaktik
b. Infark miokard akut
Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri
dada, dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa
sesak tetapi tidak tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas.
Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri dada.
c. Reaksi hipoglikemik
Reaksi hipoglikemik disebabkan oleh
pemakaian
obat
dijumpai
gejala-gejala
seperti
muka
23
pada
beberapa
menit
setelah
mengkonsumsi
MSG
(monosodium glutamat) lebih dari 1gr, bila penggunaan lebih dari 5gr
bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut
nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi
makanan tanpa MSG.
g. Asma bronchial
Gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak,
dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik. Dan biasanya timbul karena
faktor pencetus seperti debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih
sering terjadi pada pagi hari.
h. Rinitis alergika
Penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, buntu
hidung, gatal hidung yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan
karena faktor pencetus, mis. debu, terutama di udara dingin.dan
hampir semua kasus asma diawali dengan RA.
Syok neurogenik
1. Anamnesis
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok
neurogenik dari anamnesis biasanya terdapat cedera pada sistem saraf
(seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi
tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang
disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau
paraplegia.
3. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
a. Darah (Hb, Ht, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar
ureum, kreatinin, glukosa darah.
b. Analisa gas darah
c. EKG
4. Diferensial Diagnosis
24
Syok sepsis
1.
Anamnesis
Pada anamnesis sering didapatkan riwayat demam tinggi yang
berkepanjangan, sering berkeringat dan menggigil, menilai faktor
resiko menderita penyakit menahun, mengkonsumsi antibiotik
jangka panjang, pernah mendapatkan tindakan medis/pemebedahan
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan demam tinggi, akral
dingin, tekanan darah turun < 80 mmHg dan disertai penurunan
3.
kesadaran.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang
banyak atau sedikit, dan jumlah faktor pembekuan yang menurun. Jika
terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen)
dalam darah akan meningkat. Analisa gas darah menunjukkan adanya
asidosis dan rendahnya konsentrasi oksigen. Pemeriksaan EKG jantung
menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai darah
yang tidak memadai ke otot jantung. Biakan darah dibuat untuk
menentukan bakteri penyebab infeksi.
4.
-
Diferensial Diagnosis
Semua penyakit infeksi
D. Syok Obstruktif
Syok Obstruktif : gejalanya sulit dibedakan dengan syok kardiogenik,
namun dari riwayat penyakit pasien, syok ini bisa didiagnosa. Riwayat
penyakit Tamponade jantung, Pneumotorak; dan Emboli paru.
25
Takikardi, takipnea
Gesekan perikard
Ewart sign : atau Pins sign, diobservasi pada pasien dengan efusi
perikardial luas. Didapatkan area redup, suara bronkial dan
bronchophony di bawah sudut skapula kiri.
26
d. pingsan
e. tachikardia > 100/menit
f. tachipnoe > 20/menit
Diagnosis\
Diagnosis emboli paru ditegakkan berdasarkan gejala dan faktor
pendukungnya. Pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru:
Rontgen dada
Skening ventilasi/perfusi paru
Angiogram paru.
Penatalaksanaan awal
a. Pemeriksaan jasmani
27
Mengendalikan pendarahan
b) Pengendalian pendarahan:
- Dari luka luar tekanan langsung pada tempat
-
28
telah
terpasang,
diambil
darah
untuk
crossmatch,
cairan,
31
namun
bila
tetesan
diperlambat
Tanda vital
normal
kembali
turun
(10- Sedang-masih
Dugaan
Minimal
Kehilangan darah
Kebutuhan
20%)
Sedikit
(20-40%)
Banyak
Banyak
kristaloid
Kebutuhan darah
Persiapan darah
Sedikit
Type specific &
Sedang-banyak
Type specific
Banyak
Emergency
Sangat mungkin
Perlu
Hampir pasti
Perlu
Operasi
Kehadiran
crossmatch
Mungkin
dini Perlu
ahli bedah
Keberhasilan manajemen syok hemoragik atau lebih khusus lagi
resusitasi cairan bisa dinilai dari parameter-parameter berikut:
O2 sat >95%
32
CVP 8 to12 mm Hg
(normal 0.5-0.7)
c. Transfusi Darah
Tujuan utama transfusi darah adalah memperbaiki kemampuan
mengangkut oksigen dari volume darah. Pemberian darah juga
tergantung respon penderita terhadap pemberian cairan.
1. Pemberian darah packed cell vs darah biasa
Tujuan utama transfusi darah: memperbaiki kemampuan
mengangkut oksigen dari volume darah. Dapat diberikan darah
biasa maupun packed cell.
Pemberian cairan adekuat dapat memperbaiki cardiac output
tetapi tidak memperbaiki oksigensi sebab tidak ada penambahan
jumlah dari media transport oksigen yaitu hemoglobin. Pada
keadaan tersebut perlu dilakukan tranfusi. Beberapa indikasi
pemberian tranfusi PRC adalah:
- Jumlah perdarahan diperkirakan >30% dari volume total atau
-
33
Jika darah tipe spesifik tidak ada, maka packed cell tipe O
dianjurkan untuk penderita dengan pendarahan exsanguinating.
penderita
yang
menerima
volume
kristaloid
adalah
34
d. Pemberian Kalsium
Kalsium tambahan dan berlebihan dapat berbahaya.
35
3.
4.
5.
Sekuele neurologis
Kematian
B. Syok kardiogenik
Prehospital care: bertujuan untuk meminimalisir iskemik dan syok
yang sedang terjadi. Pasien dipasang akses intravena, oksigen high flow, dan
monitor jantung/ EKG. Dengan EKG dapat segera dideteksi terjadinya ST
elevasi yang terjadi pada infark miokard. Obat-obatan inortropik sebaiknya
dipersiapkan. Bila perlu, dapat dilakukan pemberian ventilasi tekanan positif
dan intubasi. Pemasangan CPAP (Continuous positive airway pressure) atau
BIPAP (bilevel positive airway pressure) dapat dipertimbangkan.
Berikut adalah algoritme sindroma koroner akut. Gambar 2.7
36
37
2.
Pemberian
vasopresor
intravena
baik
untuk
38
pertama.
Pada
dosis
>
10
takikardi.
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan
darah. Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah
jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara
adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi
sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik
karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh
terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila
tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada
wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
39
Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna
dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer
sama kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian
obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok
hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi
Dosis
Cardiac
Tekanan
Pembuluh
Output
Darah
Darah
Sistemik
Dopamin
Norepinefri
n
Epinefrin
Fenilefrin
Dobutamin
2,5-20
mcg/kg/menit
0,05-2
mcg/kg/menit
0,05-2
mcg/kg/menit
2-10
mcg/kg/menit
2,5-10
mcg/kg/menit
++
++
++
++
++
++
+/-
Syok septik
Pada SIRS (systemic inflammation response syndrome) dan sepsis, bila
terjadi syok ini karena toksin atau mediator penyebab vasodilatasi. Prinsip
utama semua syok tetap ABC. Pengobatan berupa resusitasi cairan segera dan
setelah kondisi cairan terkoreksi, dapat diberikan vasopressor untuk mencapai
MAP optimal. Perfusi jaringan dan oksigenasi sel tidak akan optimal kecuali
40
41
Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang
menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut.
Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan
42
koreksi
hipovolemia
akibat
kehilangan
cairan
ke
ruang
43
44
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
1. Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi
darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel.
2. Klasifikasi syok : syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok obstruktif dan
syok distributive . Gejala/Tanda
pucat (pallor )
berkeringat,
Akral dingin
Oliguria
3. Penatalaksanaan syok :
Terapi cairan
3.2 Saran
a. Melakukan penilaian dan penanganan syok pada pasien secara cepat dan tepat.
b. Mencegah terjadinya komplikasi lanjut.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. 11924.
2. Udeani J. Shock, Hemorrhagic. 2008 [cited November 26th 2011].
http://emedicine.medscape.com/article/432650-overview
3. Krausz. Initial Resuscitation Of Hemorrhagic Shock. World Jurnal of
Emergency Surgery. 2006. 1-14
4. American College of Surgeons Committe On Trauma. Advanced Trauma Life
Support Untuk Dokter. 1997. 89-115
5. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit jilid 1, edisi 4.1995. Jakarta: EGC.
6. Japardi,
Iskandar.
2002.
Manifestasi
Neurologik
Shock
Sepsis.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi20.pdf
7. Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
8. Kolecki P, author. Hypovolemic shock [monograph on the Internet].
Washington:Medscape reference; 2010 [cited 2011 Nov 29]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/760145-treatment
9. Rifki. Syok dan penanggulangannya. FKUA. Padang.2009
10. Krausz. Initial Resuscitation Of Hemorrhagic Shock. World Jurnal of
Emergency Surgery. 2006. 1-14
11. Bozeman P W. Shock, Hemorrhagic. 2007 [cited Mei 10th 2011].
12. Brandler ES, editor. Cardiogenic shock in emergency medicine [monograph
on the Internet]. Washington:Medscape reference; 2010 [cited 2011 Nov 29].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/759992-treatment
13. Lenneman A, Ooi HH, editors. Cardiogenic shock. [monograph on the
Internet]. Washington:Medscape reference; 2010 [cited 2011 Nov 29].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/152191-treatment
14. Suryono B. Diagnosis dan pengelolaan syok pada dewasa. [Clinical updates
46