Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GAGAL JANTUNG


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I
Dosen : Ns. Dwi Nur Aini, M.Kep

Semester Genap Jalur Transfer

Disusun oleh
1.
2.
3.
4.

Asyhuri
Diyah Setiyorini
Francisca Ari Setyarini
Rina Fajar Widyastuti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada
beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia.
Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah yang penting pada usia lanjut,
dikarenakan prevalensi yang tinggi dengan prognosis yang buruk. Prevalensi
gagal jantung kongestif akan meningkat seiring dengan meningkatnya
populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut dunia bertambah dengan
cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, malahan relatif bertambah besar
pada Negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit jantung dewasa ini
merupakan penyebab paling utama keadaan sakit dan kematian bangsa
berindustri maju. Di Amerika Serikat, penyakit jantung menujukkan angka
kematian dua kali lipat dari pada kanker (penyebab kematian kedua paling
sering), yang merupakan kira- kira 37% sebab kematian. Kira-kira 88% di
sebabkan karena penyakit jantung iskemia (ICHD) yang juga merupakan
penyakit jantung koroner (CHD). Dari data tersebut di dapat tanda-tanda
terang dengan jumlah kematian sebagai akibat penyakit jantung yang
dilaporkan berkurang dalam hampir dua decade terakhir ini, yang
kenyataannya sebagian besar disebabkan penurunan angka kematian.
Kematian sebagai akibat penyakit jantung biasanya disebabkan karena
gangguan irama jantung atau kelemahan pemompaan progresif. Sering yang
satu menyebabkan penyakit jantung yang lain.
Semua penyakit jantung dapat disertai berbagai macam aritmi seperti
fibrilasi atrium, ekstrasistol atau takikardi hidup penderita. Gangguan irama
jantung terjadi bila jalur konduksi normal dihambat oleh nekrosis, radang,
dan fibrosis maupun bila kesalahan metabolism lokal menimbulkan fokus
iritasi listrik. Meskipun aritmia terjadi secara dramatik, sukar untuk
diidentifikasi lesi patologi yang khas. Selain itu semua penyakit jantung
utama, bila dalam keadaan parah dapat berpengaruh pada kapasitas fungsi
pemompa. Melalui litasan apa pun sindrom klinik yang dikenal sebagai
kegagalan jantung kogestif (CHF), dapat menimbulkan dan mendominasi
gambaran klinik. Karena akibat akhir ini semua bentuk penyakit jantung

utama ini berupa sidrom kompleks dengan variasi dampak maka CHF dibahas
secara terinci sebelum memasuki bahasan penyakit. Gagal jantung adalah
sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan
dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Ciri penting dari definisi ini
adalah gagal didefinisikan relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh dan
penekanan arti kata gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan. Diagnosis dini dan identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung
kongestif sangat diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai
sindroma gagal jantung ini pada usia dewasa maupun usia lanjut.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari gagal jantung kongestif berupa:
Definisi Etiologi Manifestasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi Penatalaksanaan dan Penanganan
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari gagal jantung kongestif
berupa: Pengkajian Diagnosa keperawatan Intervensi dan Rasional
Implementasi Evaluasi
3. Manfaat
Kita dapat mengetahui konsep medis gagal jantung kongestif berupa :
Definisi Etiologi Manifestasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi Penatalaksanaan dan Penanganan serta cara memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal jantung.

BAB II
TINJAUAN TEORI
GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE)
A. Pengertian.

Gagal jantung ialah suatu kegagalan jantung dalam memompa darah


untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di
mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini
mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah
atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung
tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ (Ni Luh Gede
Yasmin, 1993).
B. Etiologi
Gagal jantung dapat di alami oleh setiap orang dari berbagai usia.
Misalnya neonatus dengan penyakit jantung kongenital atau orang dewasa
dengan penyakit jantung arterosklerosis, usia pertengahan dan tua sering pula
mengalami kegagalan jantung (Ni Luh Gede Yasmin, 1993)..
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan
yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum
ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis
aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada
imfark

miokardium

dan

kardiomiopati.

Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui


penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik
dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap
gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap
mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap
faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
1. Penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut:
a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
b. Beban tekanan berlebihan - pembebanan sistolik (systolic overload)
c. Beban volume berlebihan - pembebanan diastolic (diastolic overload)

d. Peningkatan kebutuhan metabolik - peningkatan kebutuhan yang


berlebihanan (demand overload)
2. Gangguan pengisian (hambatan input)
C. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf
simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan
pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume,
vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon
terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler
oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu
pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput
menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan
menyebabkan

tekanan

dinding

peningkatan

tunutan

pembuluh
oksigen

darah

dan

akibat

dilatasi

pembesaran

jantung

(hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan


kegagalan mekanisme pemompaan.

Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:


Peningkatan metabolisme
tubuh
Mekanisme kompensasi
yang digunakan antara lain:
1. Peningkatan HR.
2. Hipertropi miokard.
3. Pengaktifan sistem renin
angiotensin.
4. Regulasi
ADH dan
reabsorbsi cairan.

Jantung menggunakan
mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan
kardiak output
Peningkatan beban kerja
jantung oleh karena
peningkatan SVR
Jantung bekerja lebih keras
dengan meningkatkan HR
Memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan
arteri koronaria
Menimbulkan injury dan
iskemi pada miokard
Menimbulkan injury dan
iskemi pada miokard
Menimbulkan kegagalan
mekanisme pemompaan

Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi
kanan jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan
kegagalan pada sisi yang lain dan manifestasi klinis yang sering menampakan
kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah:
edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia,
peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea,
sianosis, batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler,
peningkatan tekanan atrium kiri.

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam,
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam
dan mencapai puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
5. Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis atau akut.
6. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikuler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi
atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise stress test:

Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi

terhadap suatu stress/ aktivitas.


E. PENATALAKSANAAN
Menurut prioritas terbagi atas 5 kategori :
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
3. Mencegah terjadinya komplikasi Post Op.
4. Pengobatan pembedahan (Komisurotomi)
5. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan
serta pencegahan kekambuhan
a. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik:
1) Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler

2) Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan


3) Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi
otot jantung
b. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
1) Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di
jaringan
2) Mencatat intake dan output
3) Menimbang berat badan
4) Restriksi garam/diet rendah garam
c. Mencegah terjadinya komplikasi
1)

Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan


klien

2)

Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring

3)

Merubah posisi tidur

4)

Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa;


keracunan digitalis

5)

Memeriksa atau memonitor EKG

d. Pengobatan pembadahan Komisurotomi


Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta
dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat
penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup artifisial.
Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan sistole
ventrikel kiri 55 mm, atau fractional shortning 25% dipertimbangkan
untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal jantung.
e. Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian
obat-obatan
1)

serta

mencegah

kekambuhan

Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya

2) Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta


memberikan jadwal pemberian obat
3) Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja
berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol

4) Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong


terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan
kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia,
keringat dingin
5) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa
gejala
6) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan
dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik
F. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90
mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap
hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darah mempercepat
arterosklerosis dan arteriosklerosis sehingga ruptur dan oklusi vaskuler terjadi
sekitar 20 tahun lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian
mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang
mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan
dalam beberapa cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah,
lebih besar jumlah kerusakan vaskular.
G. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Jantung
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
b. Sirkulasi
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
c. Riwayat

Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan


darah tinggi, diabetes melitus.
d. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
e. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
f.

Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.

g. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
h. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.Lokasi nyeri dada bagian depan
substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan
wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di
dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis,
penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah,
respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
i.

Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles
atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/
pink tinged.

j.

Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.

k. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,

diabetes, stroke, hipertensi, perokok.


2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
jantung
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu
menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya
penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam:
- Pemberian oksigen.
- Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan
narkosa.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan
peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah,
nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan
sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden
besar.

pada saat buang air

4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh


dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas
melebihi batas.
c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau
peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan
tindakan keperawatan.
Rencana:
1.

Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada


posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).

2.

Kaji kualitas nadi.

3.

Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.

4.

Auskultasi suara nafas.

5.

Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.

6.

Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi


kafeine.

7.

Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian


obat-obatan anti disritmia.

d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan


penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan
perfusi jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan
kualitas nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema,
edema.

4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).


5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi,
constipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan
elektrolit.
e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan
plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam
perawatan.
Rencana:
1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
3. Ukur intake dan output (balance cairan).
4. Kaji berat badan setiap hari.
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal
2000 cc/24 jam.
6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.

BAB III
PENUTUP
Dari hasil pembelajaran penulis selama melaksanakan penyusunan makalah ini,
penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang diharapkan memberi manfaat
dalam pembelajaran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C.
Hockley, 2000). Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer,
2001). Jadi, gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan. Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk
mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga
penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun
gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Pembatasan
aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun
sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan
jangan sampai memaksakan larangan yng tak perlu untuk menghindari
kelemahan otot-otot rangka.
B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep (asuhan keperawatan)
ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu
kami berharap bagi kawan-kawan semua bias memberi saran dan usul serta

kritikan yang baik dan membangun sehingga, makalah ini menjadi


sederhana dan bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan
kami mohon maaf karena kami hanyalah memiliki ilmu dan kemampuan
yang terbatas. Semoga askep ini dapat pula menambah wawasan bagi
mahasiswa lain.

DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC.
Jakarta.
Doengoes,

Marylin

E.

(2000).

Rencana

Asuhan

Dan

Dokumentasi

Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.


Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI,
volume I EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC
Jakarta.
Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction
and ItsComplication.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai