Anda di halaman 1dari 17

1

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RS. BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO mendefinisikan kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan social
yang sempurna, bukan hanya ketidakhadiran penyakit belaka. Jika definisi ini
dikaji lebih jauh, tidak banyak manusia yang benar-benar sakit. Tetapi hal ini
bukan berarti bahwa semua manusia selalu mempunyai penyakit. (Soekidjo
Natoatmodjo. 2007).
Sedangkan penyakit menurut cunningham dan saigo (2001), Penyakit
merupakan perubahan yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari
faktor lingkungan yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi.
Dalam hal ini lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.
H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor
determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari
faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit yang terkait dengan faktor determinan di atas adalah
TB (Tuberkulosis) yang merupakan suatu penyakit yang di dapat dari fenomena
alam dan lingkungan yang menyerang organ paru-paru, dan di sebabkan oleh
bakteri.
Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu
penyakit infeksi kronis menular yang menjadi masalah kesehatan. Penyakit yang
sudah cukup lama ada ini merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Hal-hal yang menjadi
penyebab semakin meningkatnya penyakit TBC di dunia antara lain karena
kemiskinan, meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur usia manusia
yang hidup, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi di negara-negara
miskin, tidak memadainya pendidikan mengenai TBC di antara para dokter,
kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik dan pengawasan kasus TBC serta
adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia.

/Di…..
2

Di negara maju dapat dikatakan penyakit TBC dapat dikendalikan, namun


adanya peningkatan kasus penyakit HIV merupakan ancaman yang sangat
potensial dalam peningkatan kasus penyakit TBC baru. Pada tahun 1995 di
seluruh dunia terdapat 17 juta kasus infeksi HIV dan kira - kira ada 6 juta kasus
AIDS pada orang dewasa dan anak sejak timbulnya pandemi HIV. Kira-kira
sepertiga dari semua orang yang terinfeksi HIV juga teinfeksi tuberkulosis, Dari
jumlah ini 70% berada di Afrika, 20% di Asia dan 80% di Amerika latin.
WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC pada tahun 1993,
karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini
disebabkan banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil disembuhkan.
Dinegara-negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh
kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung
bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC
dunia.
Pada tahun 1995, ada sekitar 9 juta pasien TBC baru dan 3 juta kematian
akibat TBC di dunia. Diperkirakan 7-8 juta yang terkena TBC di negara
berkembang, ini terjadi karena tidak ada peningkatan yang signifikan di dalam
upaya pencegahannya dalam tahun 1999-2020. WHO memperkirakan dalam dua
dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang
berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini.
Penyebab kematian wanita akibat TBC lebih banyak daripada akibat kehamilan,
persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TBC adalah kelompok usia yang paling
produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TBC
dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut
berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 - 30
%. Jika meninggal akibat TBC, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TBC juga memberikan dampak buruk
lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India
dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia.
Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di Indonesia tahun XXXX
sebesar 41/100.000 penduduk.
Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-
1993. Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65
%. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan
oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai
555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46 % di antaranya di
perkirakan merupakan kasus baru.

/hasil.....
3

Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan


bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan
pada tahun 1986 meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999
WHO Global Surveilance memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita
Tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insiden rate kira-kira
130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis di perkirakan menimpa
140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
sekali satu orang meninggal akibat TBC di indonesia.
Berdasarkan data pada puskesmas Wajo, penyakit Tuberkulosis
merupakan salah satu penyakit dari sepuluh penyakit terbesar yang di derita
masyarakat setempat. Pada puskesmas Wajo dari tahun 2006 – 2010 terjadi
peningkatan penderita, hal ini menunjukan bahwa upaya-upaya yang di lakukan
pihak puskesmas mengalami keberhasilan. Adapun upaya-upaya yang di lakukan
pihak puskesmas baik dari segi promotif preventif melalui penyuluhan, maupun
kuratif melalui pemeriksaan dahak dan pemberian obat.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum penyakit Tuberkulosis di RS
Bhayangkara Hasta Brata Batu.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut orang pada
RS Bhayangkara Hasta Brata Batu
2. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ITuberkulosis menurut tempat
pada RS Bhayangkara Hasta Brata Batu
3. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut waktu pada
RS Bhayangkara Hasta Brata Batu
4. Untuk mengetahui Disrtibusi penyakit tuberkulosis menurut kelompok
umur pada RS Bhayangkara Hasta Brata Batu

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi RS Bhayangkara Hasta Brata Batu
Sebagai bahan informasi penting dan dapat digunakan untuk penentu
kebijakan selanjutnya.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai informasi dan sebagai bahan masukan agar
masyarakat lebih meningkatkan lagi kesehatannya.

/Bagi.....
4

1.3.3 Bagi Peneliti


Untuk menambah wawasan, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan
dengn penyakit Tuberkulosis.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Surveilance


2.1.1 Sejarah Singkat Surveilance
Awalnya hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa manusia,
sehingga kematian karena penyakit tertentu saja yang jadi perhatian Eropa (1348)
Black Death surveilans secara primitif
John Graunt pencatatan secara ilmiah, orang yang pertama kali
mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi.
William Farr penemu konsep surveilans secara modern. Setelah perang
dunia dua ilmu kesmas berkembang sehingga tidak sebatas penderita saja.

2.1.2 Definisi
Bahasa Perancis CDC :“the on going systematic collection,analysis and
interpretation of health data essential to the planning, implementation,and
evaluation of public health practice,closely integrated with the timely disemanation
of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is
the application of these data to prevention and control”
Noor Nasry Noor : survailance epidemiologi adalah pengamatan secara
teratur dan terus-menerus terhadap semua aspek tertentu baik keadaan maupun
penyebarannnya dalam suatu masyarakat terteentu untuk kepentingan
pencegahan dan penanggulangannya.
Dalam surveilans terdapat kegiatan pokok yaitu :
1) Pengumpulan data
a. Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung pada orang
yang yang terlibat langsung.
b. Data sekunder adalah data yang sudah ada dari institusi
tertentu seperti puskesmas dll.
2) Pengolahan data adalah suatu sistem yang akan mengolah masukan
berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa
bahan jadi.
3) Analisis data adalah proses pengelompokan data menurut orang yang
terdiri dari jenis kelamin, umur, menurut waktu kejadian dan menurut
tempat (lokasi kejadian).dengan menggunakan statistik deskriptif
Sedangkan yang menjadi tujuan dalam surveilans ini yaitu untuk
mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan penyakit-penyakit
yang menimbulkan epedemi, mengetahui periodisitas suatu penyakit dan situasi
penyakit-penyakit tertentu di seluruh wilayah.

/tinjauan.....
6

2.2 Tinjauan Penyakit Tuberkulosis


2.2.1 Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam
tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman
tersebut menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, melalui saluran napas (bronchus) atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok
umur, baik di paru maupun di luar paru.
2.2.2 Gejala
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum
dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah
disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama
pada kasus-kasus baru, yaitu
1. Gejala umum (Sistemik)
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.Batuk-batuk selama lebih dari 3
minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
 Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka
TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC
dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita
TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
/pada.....
7

 Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis pada TBC
Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka
ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan
diagnosa yang tepat antara lain :
 Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
 Pemeriksaan fisik secara langsung.
 Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
 Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
 Rontgen dada (thorax photo).
 Uji tuberkulin.

2.2.3 Penyebab
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk
mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan
penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
2.3.4 Cara Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC
saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari
orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan
berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang
memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami
penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga
menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran
cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah
organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan
infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang
berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru
berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk
jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant)
seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo
rontgen.

/seseorang.....
8

Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk
tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang
memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang
banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang
inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang
yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa
disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC
2.3.5 Pengobatan
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang
cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.
Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan
tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang
lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik
darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-
obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai
pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan
resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan
memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau
ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.
2.3.6 Pencegahan
Pencegahan penyakit TB dengan cara yaitu : Pola hidup sehat adalah
kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC.
Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC
tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita,
rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain
itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.
2.3.7 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tuberkulosis
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tuberkulosis adalah
sebagai berikut :
 Faktor umur
Faktor umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit
Tuberkulosis. Dari hasil penelitian yang di laksanakan di New York pada panti
penempungan orang-orang gelandangan menunjukan bahwa kemungkinan
mendapat infeksi Tuberkulosis aktif meningkat bermakna sesuia dengan umur.
Insiden tertinggi Tuberkulosis paru mengenai usia dewasa muda.

/faktor.....
9

 Faktor jenis kelamin


Selain faktor umur, jenis kelamin uga sangat mempengaruhi penyakit
tuberkulosis. Berdasarkan beberapa penelitian, penderita tertinggi penderita
tuberkulosis adalah laki-laki di bandingkan dengan perempuan karena laki-laki
sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan
terjangkitnya penyakit tuberkulosis.
 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang di antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan pentakit TBC, sehingga dengan pengetahuan yang cukup
maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan
sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
jenis pekerjaanya.
 Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus di hadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan
umumnya TBC. Jenis pekerjaan sesorang juga mempengaruhi terhadap
pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup
sehari-hari di antara kondisi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga
akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala
keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR akan mengkonsumsi
makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi anggota
keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan
untuk terkena penyakit infeksi di antaranya TB paru. Dalam hal jenis kontruksi
rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi
rumahyang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
mempengaruhi terjadinya penularan penyakit TBC.
 Kebiasaan merokok
Merokok di ketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penykit jantun koroner, brinchhitis kronik dan
kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terjadi
infeksi TBC.
 Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC.
Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
Lantai dan dinding yang sulit di bersihkan akan memyebabkan penumpukan
debu, sehingga akan di jadikan sebagai media yang baik bagi berkembang
biakan kuman mycobacterium tuberkulosis.
/status.....
10

 Status gizi
Hasil penelitian menunjukan bahwa orang dengan status gizi kurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat di bandingkan
dengan orang yang berstatus gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon
immunologik terhadap penyakit.
 Keadaan sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi
lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan
pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam
memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status
gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TBC.
 Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TBC yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang
sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penularan bagi orang di
sekelilingnya.

2.3.8 Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis di Indonesia


Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India
dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia.
Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di Indonesia tahun XXXX
sebesar 41/100.000 penduduk.
Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-
1993. Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65
%. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan
oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai
555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46 % di antaranya di
perkirakan merupakan kasus baru.
Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan
bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan
pada tahun 1986 meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999
WHO Global Surveilance memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita
Tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insiden rate kira-kira
130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis di perkirakan menimpa
140.000 penduduk tiap tahun.
/jumlah.....
11

Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat.


Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
sekali satu orang meninggal akibat TBC di indonesia.
12

4.1. Analisis Penyebab Maslah TBC di wilayah kerja RS Bhayangkara Hasta Brata

LINGKUNGAN MONEY METHOD

Ruangan di rumah Masih adanya biaya Kurangnya penuluhan


yang kurang dapat pemeriksaan dan kepada masyarakat dan
Pemukiman penduduk sinar matahari pengobatan yang penderita (promosi
dibebankan pada aktif)
yang padat
penderita
Rendahnya tingkat
ekonomi penderita Peran PMO belum
Tingginya angka
terlaksana dengan baik
kesakitan TBC di
Tidak semua petugas tahu Wilayah Kerja
tentang tatalaksana
Puskesmas
pengobatan TBC
Kurangnya perhatian Warjo
pembinaan wilayah Tidak adanya pengadaan pot
dalam pemantauan dahak bagi penderita TBC
TBC
MAN MATERIAL
TABEL 1. Diagram Fishbone tentang Analisis Penyebab Masalah
TingginyaRendahnya tingkat
Angka Kesakitan TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Wajomedia
Kurang tersedianya
pengetahuan penderita
informasi tentang TB
dan masyarakat tentang
(spanduk, leaflet, stiker,
penyakit TBC
poster)
13

4.2. Plan of Action


PLAN OF ACTION

Tujuan
Tujuan Umum : Menurunkan penderita TBC di RS Bhayangkara Hasta Brata

Planning of Action (POA)

Biaya
Metod Penanggu Tempa
No Masalah Kegiatan Sasaran Tujuan Materi Waktu Sumb Evaluasi
e ng jawab Jumlah t
er
Penyuluh pengertian,
an pada ciri-ciri > 80 % =
Tingginya
pasien TBC Ruang bagus
angka menurunka pembe
dan pertem < 80 % =
kesakitan penduduk n angka rian Karumkit
keluarga pengobata 1x uan kurang
TBC di di wilayah insiden materi, RSHB, Rp. APBD,
tentang n TBC setiap RS bagus
1 RS kerja dan dan tanya kepala 10.000.0 APBN,
pentingny awal Bhaya
Bhayang Penderita prevalensi jawab bagian 00 LSM
a program TB bulan ngkara
kara TBC penderita dan
pencegah Hasta
Hasta TBC diskusi
an dan Brata
Brata
pengobat dampakTB
an TBC C
14
15

4.3. Monitoring dan evaluasi

Monitoring & Evaluasi (MONEV)


Program Kesehatan RS Bhayangkara Hasta Brata Tahub 2018

Rencana Monev
No Kegiatan
Input Proses Output Outcome
Penyuluhan
pada MAN : penduduk
meningkatk
masyarakat tersedianya dan
terlaksanan an program
tentang sumber daya penderita
ya surveilans
1 pentingnya tenaga TB Paru
penyuluhan P2M,
pencegahan kesehatan (1 mendapatk
kepada khususnya
dan Dokter, 1 an
masyarakat program TB
pengobatan Perawat) informasi
tentang
TBC penyuluhan
pentingnya
penduduk tentang
pencegahan menurunka
berjumlah pentingnya
dan n angka
17.091 orang pencegaha
pengobatan insiden dan
dan penderita n dan
TBC prevalensi
TBC pada pengobatan
penderita
tahun ......... TBC
TBC
Orang
Money :
tersedianya cukupnya
biaya yang dana yang
dianggarkan dianggarkan
oleh dalam
puskesmas, pelaksanaa
APBD, APBN n proses
sebesar Rp. penyuluhan
10.000.000,-
Material
meja , kursi, dll materi yang
sesuai jumlah tersedia
peserta digunakan
penyuluhan dalam
sebanyak....ora proses
ng penyuluhan
16

tersedianya
bahan materi
presentase,
absensi, ATK,
undangan
....orang
adanya
spanduk,
poster, pamflet
sesuai dengan
tema
penyuluhan
mesin yang
Machine : tersedia
laptop, digunakan
proyektor dalam
sebanyak..... pelaksanaa
Buah n
penyuluhan
tersedianya
mickrophone
sebanyak...
Dan speaker
sebanyak....
Method :
adanya terlaksanan
langkah- ya metode
langkah penyuluhan
prsentase dengan
materi, diskusi cara
dan tanya presentase
jawab
17

BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita penyakit tuberkulosis pada
puskesmas wajo kecamatan murhum dapat di simpulkan bahwa :

1. Dari tahun 2016 sampai 2018 terjadi peningkatan penderita karena


pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penyakit Tuberkulosis
meningkat melalui penyuluhan sehingga apabila di temukan tanda dan
gejala TBC langsung memeriksakan diri ke tempat pusat pelayanan
kesehatan.

2. Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, penderita tertinggi


terdapat pada kelompok umur 21 – 30 tahun yang merupakan usia
produktif. Dan sebagian besar di derita oleh laki-laki yang di
sebabkan karena kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan,
status gizi, keadaan ekonomi sosial, dan perilaku.

3. Berdasarkan tempat, kelurahan Tanganapada merupakan tempat


kejadian penyakit Tuberkulosis tertinggi di banding kelurahan yang lain
karena sebagian besar penderita yang memeriksakan diri berasal dari
tanganapada yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi
sehingga mereka mau memeriksakan diri ke RS Bhayangkara Hasta
Brata.
4.2. Saran
1) Bagi RS
Kinerja RS sudah sangat baik, saran kami hanya lebih meningkatkan
lagi kinerjanya agar lebih baik lagi.

2) Bagi masyarakat
Senantiasa menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit
Tuberkulosis.

Januari 2018
Ketua Tim TB DOTS

dr. Ian Hendrokusumo Sp.P

Anda mungkin juga menyukai