kesekian. Sehingga berbagai cara digunakan dalam mencapai kemenangan tanpa mengindahkan masa
depan atlet. Atlet banyak yang mengalami burn out dan cidera, bahkan sampai cidera permanen.
Peranan semua komponen yang berkaitan dengan pencapian prestasi perlu menyadari semua tentang
hal ini, sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal.
Berbagai usaha untuk menghasilkan catatan prestasi terbaik bagi individu, tidak terlepas dari
terjadinya kesalahan gerak baik dalam latihan, perlombaan dan aktivitas sehari-hari. Kesalahan gerak
mengakibatkan cidera antara lain terkilir, kram, otot tertarik, dan cidera dipersendian. Cidera karena
kesalahan gerak akan mengganggu aktivitas dan menimbulkan permasalahan fisik dan psikologis pada
atlet.
Dalam berbagai kegiatan kesalahan gerak terjadi dikarenakan berbagai penyebab diantaranya
karena kurang pemanasan, teknik yang kurang baik, fasilitas, peralatan, lingkungan, fisik, psikologis,
dan gisi. Perlunya usaha bersama untuk mencegah atau megurangi terjadinya kesalahan gerak,
walaupun tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya cidera. Penanganan perlu segera dilakukan
apabila terjadi cidera karena kesalahan gerak, baik oleh pribadi maupun orang disekitar. Pengetahuan
untuk menangani cidera perlu dimiliki oleh semua yang berkaitan dengan pencapaian prestasi cabang
atletik.
Perlunya pengetahuan terhadap bagaimana tubuh dibentuk, dan memberikan respon/reaksi
terhadap beban latihan atau kerja. Kita tidak memerlukan pengetahuan yang komplek dan rinci seperti
dokter, namun perlu mengetahui tentang struktur dasar tubuh sendiri dan bagaimana bagian-bagian
tubuh bekerjasama. Dengan pengetahuan dasar tentang tubuh, kita akan dapat memberikan
pertolongan pertama pada diri sendiri dan orang lain jika terjadi cidera. Dalam latihan dan beraktifitas
sehari-hari atlet tidak terlepas dari kesalahan gerak, jika dalam kondisi ringan dan tubuh kita kuat dan
siap tidak akan terjadi cidera, tetapi jika kesalahan gerak itu berat dan tubuh lagi tidak siap maka
terjadilah cidera.
Cidera walaupun kecil jika dibiarkan akan mengganggu penampilan dan dapat menjadi
permanen apabila tidak mendapatkan penanganan atau perawatan dengan baik. Perlunya penanganan
cidera sehingga permasalahan dapat diminimalisir, sehingga prestasi dapat dicapai dan masa depan
atlet menjadi lebih baik.
Teknik menjadi penting untuk mencapai prestasi tinggi karena teknik merupakan cara yang
paling efisien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan
masih dibenarkan dalam lingkup peraluran perlombaan. Teknik yang baik akan membuat atlet
melakukan gerakan dengan aman, tahu kapan dan bagaimana menggunakan teknik ini guna
menghasilkan prestasi yang terbaik.
Dalam perlombaan dan latihan perlunya dikembangkan kemampuan untuk relax, sehingga
tubuh dapat dipersiapkan untuk melakukan aktivitas yang ditentukan pada tingkat otomatis.
Ketegangan dan kegelisahan dapat mematahkan relax alami dari prestasi teknik dan meningkatkan
resiko cidera.
Teknik tidak sepenuhnya melindungi atlet dikarenakan atlet ada dalam resiko bila melakukan
aktivitas diluar batas kemampuan kesegaran umum. Perlunya mengembangkan kesegaran untuk
mengurangi resiko cidera. Unsur-unsur kesegaran yang perlu dikembangkan antara lain:
- Latihan kekuatan harus memenuhi kebutuhan individu, latihan yang cocok untuk otot adalah drill
dari macam kerja yang diperlukan bagi skill individu sehingga otot akan lebih tahan terhadap
cidera.
- Latihan dayatahan musculer (otot) dan kardio respiratori (jantung-alat pernafasan) akan mencegah
kelelahan, karena kelelahan menjadi faktor yang sering menjadi peyebab cidera.
- Kelenturan/fleksibilitas adalah bagian penting dari kesegaran otot dan memiliki peranan penting
dalam mencegah cidera. Otot yang tegang adalah jelas dalam resiko cidera, kelenturan dicapai
dengan jalan latihan peregangan (stretching) dengan berbagai cara.
Nutrisi memberikan pengaruh terhadap pencegahan cidera dan membantu atlet untuk cepat
pulih saat terjadi cidera diantara session latihan. Terutama atlet harus mengkonsumsi cukup energi
dalam bentuk karbohidrat guna memelihara penyimpanan energi dalam otot dan mencegah kelelahan.
1.
2.
3.
Lari gawang
Lari gawang termasuk keterampilan komplek, sehingga pelaksanaannya perlu dalam kondisi
bugar dan dalam kosentrasi tinggi. Cidera yang sering terjadi pada atlet lari gawang antara lain:
cidera pada otot adductor/pangkal paha yang berfungsi menarik paha kedalam, cidera pada otot
extensor dan fleksor yaitu pada kerja kaki atau disebut engkel (cidera pada pergelangan kaki)
yang dikarenakan pendaratan yang tidak sempurna.
4.
Lompat jauh
Lompat jauh merupakan perpaduan antara kecepatan horisontal dan sedikit vertikal dan memiliki
ciri eksplosif. Cidera yang sering terjadi pada otot tibialis (tulang kering) dan tendo arciles yang
mendorong kaki saat bertumpu.
5.
Lompat tinggi
Lompat tinggi dengan gaya flop merupakan memanfaatkan gaya fisika untuk pelaksanaannya,
sehingga digunakan awalan menikung ditiga langkah terakhir. Cidera yang sering terjadi antara
lain: pada cidera engkel (pergelangan kaki) karena tumpuan yang tidak tepat, otot adductor
(pangkal paha) dikarenakan blok tungkai tidak tepat dan cidera pada otot latissimusdorsi
(punggung).
6.
Lempar lembing
Lempar lembing termasuk even dengan gerak eksplosif dan yang utama adalah lecutan dari
persendian tubuh. Cidera yang sering terjadi antaralain: cidera pada engkel (pergelangan kaki)
karena pendaratan yang tidak sempurna, lutut kaki depan karena harus memblok/menahan
kecepatan gerak dari belakang, otot latissimisdorsi (punggung) karena harus sebagian melakukan
blok dan sebagian melecut, elbo (siku) karena merupakan persendian yang terbesar yang melecut
dan pada pergelangan tangan.
7.
Tolak peluru
Tolak peluru merupakan nomor dengan gerak eksplosif, cidera sering terjadi karena posisi gerak
tidak tepat. Termasuk lempar berat sehingga resiko cidera mudah terjadi karena kesalahan gerak.
Cidera yang sering terjadi pada engkel (pergelangan kaki) karena telapak kaki digunakan
memblok, deltoid (bahu) karena jika terjadi kesalahan karena tolakan tidak pada alurnya atau
menjauhi tubuh dan otot extensor (pergelangan tangan) karena gerakan mendorong peluru tidak
tepat.
Penanganan Cidera
Penanganan cidera perlu diketahui dahulu penyebab terjadinya cidera, sehingga langkahlangkah yang dilakukan tepat sesuai jenis cidera. Penanganan cidera yang cepat dan tepat akan
memperkecil resiko dan mempercepat penyembuhan. Menurut Wara 2008:48 tentang klasifikasi
cidera olahraga dan penanganannya secara umum :
Cidera
Ringan
Penanganan
-
RICE
Moderat
RICE
Konsul dokter
Mempengaruhi penampilan
Agak bengkak
Memakai proteksi
RICE
Berat
Konsul dokter
Penampilan terpengaruh
Physiotherapy
Memakai proteksi
sampai pada tarikan kelima otot ditarik 100% dari luas daerah gerak persendian, setiap akhir tarikan
gerakan ditahan selama 20-30 detik (cara yang mudah untuk mengetahui lama waktu dalam menahan
gerakan dengan berhitung cepat sampai dengan 20-30 hitungan).
Setelah gerakan penanganan cidera diatas perlu dilakukan penguatan pada otot yang cidera.
Penguatan dilakukan dengan cara otot ditarik 100% atau maksimal seperti gerakan penanganan
kelima diatas, setelah itu dilakukan gerakan berlawanan dengan satu kali tenaga sampai posisi semula
dan tarikan/penekanan dilepas pelan-pelan. Penolong melakukan penekanan/penarikan, pasien
melakukan gerakan melawan dilakukan sebanyak 3 kali dengan jeda 30 detik-1 menit. Saat jeda
dilakukan gerakan relax kearah yang sakit (cidera). Berikut contoh penanganan cidera:
1. Penanganan cidera yang sering terjadi pada pelari gawang dan latihan pliometrik
2.
KESIMPULAN
Berbagai usaha untuk menghasilkan catatan prestasi terbaik bagi individu, tidak terlepas dari
terjadinya kesalahan gerak baik dalam latihan, perlombaan dan aktivitas sehari-hari. Perlunya usaha
bersama untuk mencegah atau megurangi terjadinya kesalahan gerak, walaupun tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya cidera. Penanganan perlu segera dilakukan apabila terjadi cidera
karena kesalahan gerak, baik oleh pribadi maupun orang disekitar. Penanganan cidera karena
kesalahan gerak dapat dilakukan dengan menyeimbangkan kekuatan otot agonis dan antagonis.
Setelah gerakan penanganan cidera diatas perlu dilakukan penguatan pada otot yang cidera.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Siswoyo. (2006). Pertolongan Cidera Kesalahan Gerak. Salatiga
B.M. Wara Kushartanti. (2008). Kesehatan olahraga (modul penataran pelatih madya PB.PASI).
Jakarta. Menpora.
IAAF. (1995). IAAF Medical Manual. IAAF. Monaco. Multiprint-Monaco.
Thompson Peter J.L, (1991). Introduction to Coaching Theory. IAAF.
Heynen Michael. (2002). Hamstring Injuries in Sprinting. Jakarta. RDC-Bulletin.