Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN TEORITIS

1.

1.

KONSEP MEDIS

Pengertian

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis


sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga
dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

2.

Etiologi

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak
(lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar
kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang
kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post
primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan
ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
1.
Tanda Dan Gejala Penyakit TBC
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang
paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan
dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.

2)

Dahak

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah
menjadi kental bila sudah terjadi perlunakan.
3)

Batuk darah

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
4)

Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di
ujung skapula atau di tempat-tempat lain)
5)

Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis
lanjut).
6)

Dispneu

Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya
restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang
dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
7)

Panas badan

Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas badan
sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.
8)

Menggigil

Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas
dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih
hebat.
9)

Keringat malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru.
Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Nausea, takikardi dan
sakit kepala timbul bila ada panas.
10)

Gangguan menstruasi

Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.
11)

Anoreksia

Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
12)

Lemah badan

Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan
sehari-hari yang kurang menyenangkan, karena itu harus dianalisa dengan baik dan
harus lebih berhati-hati apabila dijumpai perubahan sikap dan temperamen (misalnya
penderita yang mudah tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada
pekerjaan, anak yang tidak suka bermain, atau penyakit yang kelihatan neurotik.
4.
Patofisiologi
Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi
melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kumankuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus
bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh
fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
1.

Web of Caution (Patofisiologi dan Penyimpangan KDM) TB Paru

Patofisiologi Berdasarkan Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia ( TB Paru)

M. TUberculosis

Inhalasi droplet

Reaksi Jaringan
Alviolus

Bakteri mencapai

Invasi daerah infeksi

Terjadi reaksi Antigen-antibody

Terbentuk jaringan tuberkel

Oleh jaringan ikat


Radang

Muncul reaksi

Fibrosis

mucus

Terjadi pengeluaran secret/

Dinding tuberkel gagal terbentuk

nafas

Akumulasi secret dijalan

Basil masuk ke dalam

Getah bening
Nafas

Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Respon batuk-batuk

Transit ke aliran darah

Dalam jumlah kecil


otot abdomen

penggunaan otot-

Penyebaran limfa hematogen,


fagal

Refluk

Jaringan tulang, ginjal, hati dan jantung

Mual, muntah

I.
Infeksi

Resiko

Penyakit
bronchitis
Terjadi peningkatan metabolisme Tubuh

ber <<

Cadangan makanan di jaringan

Terjadi pemecahan cadangan makanan

informasi

sumber stress

Kelemahan fisik
Ketidak lengkapan

Kebutuhan nutrisi sel meningkat


pengobatan

proses penyakit dan


Atropi otot-otot

Pengetahuan
aktivitas

Defisiensi
Keterbatasan

Ketidakseimbangan
Nutrisi
:

Kurang Dari Kebutuhan


Tubuh
Intoleran Aktivitas

1.
2.

Manifestasi Klinik
Gejala respiratorik, meliputi:

Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu


penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit
lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan ka dang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,
gejala respiratorik dan gejala sistemik:

1)

Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila
sudah ada kerusakan jaringan.
2)

Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3)

Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4)

Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena.
5)

Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis
lanjut).
6)

Dispneu

Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya
restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang
dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
1.
1)

Gejala sistemik, meliputi:


Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang
masa bebas serangan makin pendek.
2)

Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.

c.

Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan
ciri-ciri sebagai berikut :
1)

Batuk darah

a)

Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

b)

Darah berbuih bercampur udara

c)

Darah segar berwarna merah muda

d)

Darah bersifat alkalis

e)

Anemia kadang-kadang terjadi

f)

Benzidin test negatif

2)

Muntah darah

a)

Darah dimuntahkan dengan rasa mual

b)

Darah bercampur sisa makanan

c)

Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

d)

Darah bersifat asam

e)

Anemia seriang terjadi

f)

Benzidin test positif

3)

Epistaksis

a)

Darah menetes dari hidung

b)

Batuk pelan kadang keluar

c)

Darah berwarna merah segar

d)

Darah bersifat alkalis

e)

Anemia jarang terjadi

7.

Klasifikasi TB

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor
determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1.
1)

TB Paru BTA Positif dengan kriteria:


Dengan atau tanpa gejala klinik

2)
BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3)

Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

1.
1)

TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:


Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

2)

BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

1.
1)

Bekas TB Paru dengan kriteria:


Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

2)

Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3)
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang
tidak berubah.
4)

Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

1.
2.

Pemeriksaan diagnostik
Kultur sputum: Positif unutk mycobakterium tuberkulosis pada tahap aktif
penyakit
3.
Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah): Positif untuk basil asam cepat.
4.
Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-78 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan
infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa
TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobakterium yang
berbeda.
5.
ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya HIV
6.
Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB
dapat termasuk rongga area fibrosa.
7.
Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk mycobakterium tuberkulosis
8.
Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis
9.
Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh
hiponatremiadisebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB
paru kronis luas.
10. GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat kerusakan sisa pada paru
11. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
penigkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi
oksigen skunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas)
A.
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1.

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan
napas.
2.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
3.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
8.
Penatalaksanaan medis
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis)
selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH),
rifampin (RIF) stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin,
kanamisin, eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan
obat-obat baris kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang
di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun
1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa
jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:

1.

Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis


depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.
2.
Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih
agens antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
3.
Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan
RIF
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa
adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan
dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang
ini setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in
oneyang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan
dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai
pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap
dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah
menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang
diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari
pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan
dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat
diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan
kreatinin dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil
tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien
terhadap terapi.
1.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah
sebagai berikut :
1.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama
: Batuk produkif dan non produktif

1.

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
1.
Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
1.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.
1.
Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.

Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.

Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,


pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
1.
Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif
: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif
: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 410C)
hilang timbul.
1.
Pola nutrisi
Subjektif
: Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
lemak sub kutan.
1.

Objektif

Respirasi
Subjektif

Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan

Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif
: Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe,
terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak
simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi
trakeal (penyebaran bronkogenik).
1.
Rasa nyaman/nyeri
Subjektif
: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif
gelisah, nyeri bisa
timbul pleuritis.

: Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,


timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga

1.
Integritas ego
Subjektif
: Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Objektif
mudah tersinggung.

Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,

1.

Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas
bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB
paru.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

1.

2.

Diagnosa Keperawatan Tb Paru NANDA-I 2012-2014

A.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik

Tidak ada batuk


Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara
Penurunan bunyi napas
Dispnea
Sputum dalam jumlah yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
Gelisah
Mata terbuka lebar

Faktor Yang Berhubungan


Lingkungan

Perokok pasif
Mengisap asap

Merokok

Adanya jala
Sekresi yan
Sekresi dala

Hyperplasia
Infeksi
Disfungsi ne

Obstruksi jalan napas

Spasme jalan napas


Mucus dalam jumlah yang berlebihan
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jumlah napas
Fisiologis

Jalan napas alergik


Asma
Penyakit paru obstruksi kronis

1.
Resiko Infeksi
Defenisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko

Penyakit kronis
DM

Obesitas

Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pamajanan patogen


Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Gangguan peristalsis
Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena,
prosedur invasif)
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Pecah ketubah dini
Pecah ketubah lama
Merokok
Stasis cairan tubuh
Trauma jaringan (mis trauma, destruksi jaringan)
Malnutrisi

Ketidakadekuatan pertahanan tubuh

Penurunan Hb

Imunosupresi (mis imunitas didapat tidak adekuat,


agens farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, antibodi
monoklonal, imunomodulator)

Leukopenia

Supresi respons inflamasi

Vaksinasi tidak adekuat

Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat

Wabah

1.
Intoleransi Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik

Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas


Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyaman setelah beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa letih

Faktor Yang Berhubungan

1.

Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton

Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.


Batasan Karakteristik

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usung hiperaktif
Kurang makan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membrane mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily
allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatore
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan

Faktor Yang Berhubungan

Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Faktor psikologis

1.
Defisiensi Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu.
Batasan Karakteristik

Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti perintah
Ketidakdaruratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah

Faktor Yang Berhubungan

Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber informasi

Nursing

No

NANDA: Nursing Diagnosis

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas


Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :

Tidak ada batuk


Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara/mengeluarkan
suara
Penurunan bunyi napas
Dispnea
Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
Gelisah
Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan:
Lingkungan

Perokok pasif
Mengisap asap

Nursing Outcomes Classification


(NOC)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama . x 24 jam klien
akan:

0403. Respiratory status :


Ventilation

0410. Respiratory status :


Airway patency

0402. Respiratory Status:


Gas Exchange

1918. Aspiration Prevention,


yang dibuktikan dengan indikator
sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang


paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)

Merokok
Obstruksi jalan napas

Spasme jalan napas


Mucus dalam jumlah yang
berlebihan

Eksudat dalam alveoli

Materi asing dalam jumlah napas

Adanya jalan napas buatan

Sekresi yang tertahan/sisa sekresi

Sekresi dalam bronki


Fisiologis

Jalan napas alergik


Asma
Penyakit paru obstruksi kronis
Hyperplasia dinding bronchial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
Resiko infeksi
Definisi : mengalami peningkatan risiko
terserang organisme patogen
Faktor Risiko :

Penyakit kronis
DM

Obesitas

Pengetahuan yang kurang untuk


menghindari pamajanan patogen

Pertahanan tubuh primer yang


tidak adekuat

Gangguan peristalsis

Kerusakan integritas kulit


(pemasangan kateter intravena,
prosedur invasif)

Perubahan sekresi pH

Penurunan kerja siliaris

Pecah ketubah dini

Pecah ketubah lama

Merokok

Stasis cairan tubuh

Trauma jaringan (mis


trauma, destruksi jaringan)

Malnutrisi

Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh

Penurunan Hb

Imunosupresi (mis
imunitas didapat tidak adekuat,
agens farmaseutikal termasuk

Mampu mengidentifikasikan dan


mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama . x 24 jam klien
akan:

0702. Immune Status

0703. Infection Severity

1807. Knowledge : Infection


control

1004. Nutritional status

1101. Tissue Integrity: Skin &


Mucous membranes, yang dibuktikan
dengan indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda dan


gejala infeksi

Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,

Menunjukkan kemampuan untuk


mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas


normal

Menunjukkan perilaku hidup


sehat

imunosupresan, steroid, antibodi


monoklonal, imunomodulator)
Leukopenia
Supresi respons
inflamasi
Vaksinasi tidak
adekuat
Pemajanan terhadap
patogen lingkungan meningkat

Wabah

Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energu secara
fisiologis maupun psikologis untuk
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas
yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :

Respons tekanan darah abnormal


terhadap aktivitas

Respon frekuensi jantung abnormal


terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan
aritmia

Perubahan EKG yang


mencerminkan iskemia
Ketidaknyaman setelah beraktivitas
Dispnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa letih
Faktor yang berhubungan :

Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama . x 24 jam klien
akan:

0002. Energy conservation

0300. Self Care : ADLs, yang


dibuktikan dengan indikator sebagai
berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas


fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas


sehari hari (ADLs) secara mandiri

Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang


Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk
keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Berat badan 20% atau lebih di
bawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usung hiperaktif
Kurang makan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membrane mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan
makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan kurang
dari RDA (recommended daily
allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatore
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama . x 24 jam klien
akan:

1008. Nutritional Status : food


and Fluid Intake

1006. Weight : Body Mass, yang


dibuktikan dengan indikator sebagai
berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat


badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan


tinggi badan

Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda tanda malnutrisi

Tidak terjadi penurunan berat


badan yang berarti

Faktor yang berhubungan :

Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrisi
Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
Faktor psikologis

Defisiensi Pengetahuan
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik tertentu.
Batasan karakteristik :

Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti
perintah

Ketidakdaruratan melakukan tes

Perilaku tidak tepat (mis ; histeria,


bermusuhan, agitasi, apatis)

Pengungkapan masalah
Faktor yang berhubungan :

Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber
informasi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama . x 24 jam klien
akan:

1803. Kowledge : disease


process

1805. Kowledge : health


behavior, yang dibuktikan dengan
indikator sebagai berikut:
(1-5 = tidak pernah, jarang, kadangkadang, sering, atau selalu)
Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan


pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu


melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar

Pasien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya

1.
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
1.
Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah, mengacu pada
tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Keefektifan bersihan jalan napas.


Intoleran aktivitas teratasi
Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan
perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

BAB III
PENUTUP

1.
Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak
(lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
1.

Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat


mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada
klien dengan TB Paru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved: Di akses tanggal 2 Januari 2013,


from http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Di akses tanggal 2
Januari 2013, from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing Interventions
Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012
-2014. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf, di akses tanggal 1 Januari 2013
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta :
EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu
Penyakit Paru FK UnaiRasional : RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soemantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : BP FKUI
Wilkinson, Judith M. (2011). Prencite Hall Nursing diagnosis Handbook. Ed. 9. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai