Anda di halaman 1dari 7

SOP INFOM CONSENT

Pengertian Informed Consent


Informed Consent adalah Suatu proses pengambilan persetujuan dari pasien / keluarga mengenai
tindakan medis/ kedokteran yang akan dilakukan selama pasien dirawat di Rumah Sakit.
Tujuan Informed Consent
Sebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap tindakan yang dilakukan
Kebijakan
Dilakukan kepada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan Kedokteran / medis
Prosedur
A. Setelah pasien diindikasikan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter, pasien atau keluarga
dijelaskan mengenai:
1. Pengertian tindakan yang akan dilakukan
2. Tujuan HD
3. Indikasi HD
4. Komplikasi HD
5. Prosedur tindakan HD
B. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau perawat yang sudah
mendapatkan limpahan dari dokter yang merawat.
C. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah:
1. Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh
2. Pasangan hidup pasien (istri atau suami)
3. Orang tua / wali
4. Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau keluarga terdekat (penanggung
jawab)
D. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan medis yang akan dilakukan, kemudian
menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan format
surat pernyataan.
Unit Terkait
Ruang HD

Rawat Inap
Rawat Jalan
IGD

MELAKUKAN SUCTIONING DI RUANG HCU


PENGERTIAN
Menggunakan mesin suction sebagai alat bantu untuk membebaskan jalan nafas
TUJUAN
Membantu mengeluarkan sekret yang menumpuk pada jalan nafas
KEBIJAKAN
1. Dilakukan pada pasien - pasien dengan gangguan pernafasan oleh karena adanya sekret
dan tidak mampu untuk mengeluarkan sekret terutama pada pasien dengan kondisi
tidak sadar atau koma
2. Petugas yang melakukan adalah perawat
PERALATAN
1. Mesin suction
2. Canule suction
3. Pinset
4. Sarung tangan
5. Air NaCl infus
6. Gelas
7.

Oksigen

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap pra interaksi
a. Memverifikasi data sebelumnya
b. Menyiapkan peralatan
2. Tahap kerja
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan pada pasien / keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan

c. Membawa alat - alat dekat pasien


d. Mencuci tangan
e. Mengatur posisi pasien
f. Menancapkan kabel mesin suction ke stop kontak listrik
g. Memakai sarung tangan
h. Menyambungkan canul suction ke selang mesin suction
i. Canule untuk hidung, mulut dan jalan napas seperti ETT harus dibedakan
j. Memberi oksigen yang adekuat, 15 menit sebelum pengisapan
k. Menghidupkan mesin suction
l. Memasukan canule kelubang kontrol ( mulut, hidung, ETT ), canula jangan ditutup dulu
apabila

Pada pasien yang terpasang ETT maka masukan canule sampai pada karina
( percabangan pada trahea ) tarik 1 cm baru kita tutup lubang kontrol pada canule sambil
ditarik supaya sekret yang ada di dinding laring terhisap

Pada psien tidak terpasang ETT maka masukan canule kurang lebih 10 cm baru kita tutup
lubang kontrol pada canule sambil diputar supaya sekret yang ada di dinding laring
terhisap

m. Mengatur tekanan suction sesuai dengan kondisi pasien


n. Lamanya tindakan suction yang diperkenankan

Pada dewasa tidak boleh melebihi 10 - 15 detik

Pada anak - anak tidak boleh melebihi 5 detik

o. Setiap selesai melakukan tindakan suction, canule dibilas dengan air NaCl infus
p. Setelah selasai, matikan mesin suction
q. Lepas canule suction dari selang suction dan masukan ke wadah yang berisi cairan
deinfektan
r. Merapikan pasien
4. Tahap terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
b. Mengucapkan salam
c. Mencuci tangan dan membereskan alat
d. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
UNIT TERKAIT
1. HCU
2. IGD
SOP SYOK HEMORAGIK

Contoh Sop Keperawatan


1.
Penanganan syok haemoragik
a.
Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya
perdarahan
b.
Tujuan
1)
Memulihkan perfusi pada jaringan
2)
Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh
3)
Mencegah kematian
c.
Indikasi
1) Syok haemoragik
d.
Persiapan
1)
Alat
Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)
Neck collar
Balut cepat
Infus set
Plester
Ringer lactat yang hangat
Monitor EKG
Pulse oksimeter
Oksigen set
Kateter
Urin bag
2)
Pasien
Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.
3)
Lingkungan
Tenang dan aman
e.
Pelaksanaan
1)
Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker,
handscoen, scort)
2)
Airway dan C spine dijamin aman
3)
Breathing dijamin aman, berikan oksigen
4)
Circulation
o Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan
kebutuhan atau kelasnya syok.
o Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD
o Transfusi spesifik type atau golongan O
o Stop sumber perdarahan
o Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan
5)
Pasang monitor EKG
6)
Pasang gastric tube

7)
Pasang kateter dan nilai produksi urin
Hal yang perlu diperhatikan :
1)
Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat IV sampai tingkat I
2)
Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak dapat atau tidak boleh
dievakuasi / medevak
3)
Metabolisme anaerob
4)
Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS
5)
Gagal organ multipel (MOF) dan kematian
SOP RJP
sop Keperawatan
Protap Penanganan Pasien Henti Jantung
Pengertian
Henti jantung adalah terhentinya kontraksi jantung yang efektif ditandai dengan
pasien tidak sadar, tidak bernafas, tidak ada denyut nadi. Pada keadaan seperti ini
kesepakatan diagnostis harus ditegakkan dalam 3 4 menit. Keterlambatan
diagnosis akan menimbulkan kerusakan otak.Harus dilakukan resusitasi jantung
paru.
Tujuan
Sebagai acuan dalam penanganan pasien henti jantung
Kebijakan
Penanganan henti jantung dilakukan untuk membantu menyelamatkan pasien /
mengembalikan fungsi cardiovascular.
Prosedur
1. Tahap I :
1.1. Berikan bantuan hidup dasar
1.2. Bebaskan jalan nafas, seterusnya angkat leher / topang dagu.
1.3. Bantuan nafas, mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke alat bantuan nafas.
1.4. Jika nadi tidak teraba :
1.4.1. Satu penolong : tiup paru kali diselingi kompres dada 30 kali.
1.4.2. Dua penolong : tiup paru setiap 2 kali kompresi dada 30 kali.
2. Tahap II :
2.1. Bantuan hidup lanjut.
2.2. Jangan hentikan kompresi jantung dan Venulasi paru.
2.3. Langkah berikutnya :
2.3.1. Berikan adrenalin 0,5 1 mg (IV), ulangi dengan dosis yang lebih besar jika
diperlukan. Dapat diberikan Bic Nat 1 mg/kg BB (IV) jika perlu. Jika henti jantung
lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini setiap 10 menit sampai timbul denyut nadi.
2.3.2. Pasang monitor EKG, apakah ada fibrilasi, asistol komplek yang aneh :
Defibrilasi : DC Shock.
2.3.3. Pada fibrilasi ventrikel diberikan obat lodikain / xilokain 1-2 mg/kg BB.
2.3.4. Jika Asistol berikan vasopresor kaliumklorida 10% 3-5 cc selama 3 menit.
3. Petugas IGD mencatat hasil kegiatan dalam buku catatan pasien.

4. Pasien yang tidak dapat ditangani di IGD akan di rujuk ke Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas lebih lengkap.

Status
Dokumen

Induk
n

No.Distribusi
SOP / PROTAP
OBSERVASI PASIEN GAWAT

INSTITUSI

No Dokumen

No Revisi

Halaman

........

1/1

SOP

Tanggal Terbit

UGD

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Salina

Disetujui oleh,

Memantau keadaan pasien gawat


Sebagai acuan pemantauan/ observasi penderita gawat agar selamat
jiwanya
1. Pelayanan yang cepat dan tepat akan menyelamatkan jiwa seseorang.
2. Pelaksanaan dilakukan oleh perawat, ataupun oleh dokter.

Prosedur

Persiapan alat :
1.
2.
3.
4.
5.

Stetoskope
Tensimeter
Thermometer
Stop watch/ jam
Senter
Penatalaksanaan :

1. Menjelaskan tujuan pada keluarga pasien.


2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Mengobservasi kondisi pasien tiap 5 15 menit sesuai dengan
tingkat kegawatannya.
4. Hal-hal yang perlu diobservasi :
a. Keadaan umum penderita
b. Kesadaran penderita
c. Kelancaran jalan nafas (air Way).
d. Kelancaran pemberian O2
e. Tanda-tanda vital :Tensi, Nadi, Respirasi / pernafasan dan Suhu.

f. Kelancaran tetesan infus


5. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin
tidak baik maka paramedis perawat harus lapor kepada Dokter yang
sedang bertugas (diluar jam kerja pertelpon).
6. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan Dokter UGD maka
perlu dirujuk
7. Observasi dilakukan maksimal 2 jam, selanjutnya diputuskan
penderita bisa pulang atau rawat inap.
8. Perkembangan penderita selama observasi dicatat dilembar
observasi.
Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu : rawat jalan /
rawat inap / rujuk.
Unit terkait

Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai