BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Komunikasi
1. Pengertian
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin comunication yang
berarti sama dalam hal ini berarti sama makna. Komunikasi juga diartikan
sebagai upaya seseorang untuk merubah pikiran, perasaan atau perilaku
orang lain (Effendi, 1998).
Komunikasi juga merupakan elemen dasar dari hubungan
interpersonal untuk membuat, memelihara dan menampilkan kontak
dengan orang lain (Mary Ann, 1998).
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus)
dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk
mempengaruhi perilaku orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika
manusia berinteraksi dengan manusia lain (Rakhmat, 2007).
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara
terus-menerus. Ada empat alasan yang mengharuskan orang untuk
berkomunikasi yaitu :
a. Mengurangi ketidakpastian
Ketidakpastian dapat terletak pada seluruh kehidupan, segala rencana
dan perkiraan yang kadang begitu saja mudah berubah. Dalam hal ini
alat yang ampuh untuk mengatasi ketidakpastian adalah dengan
komunikasi.
b. Memperoleh informasi
Informasi sebagai salah satu pendukung berhasil tidaknya kebutuhan
manusia dan mutlak diperlukan agar dapat bergaul dalam lingkungan
masyarakat.
c. Menguatkan keyakinan
Dengan diperolehnya informasi sebaai hasil dari komunikasi akan
menguatkan keyakinan untuk melangkah mencapai tjuan yang
diharapkan.
d. Pengungkapan perasaan
Melalui komunikasi dapat diungkapkan perasaan senang atau tidak
terhadap orang lain atau sekelompok orang sehingga terdapat koreksi
bagi orang lain dan diharapkan terjadi hubungan harmonis terhadap
manusia.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Secara tehnis unsur-unsur komunikasi terdiri dari (Purwanto Heri, 1994) :
a. Komunikator adalah orang yang memprakarsai adanya komunikasi,
prakarsa timbul karena jabatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
b. Pesan yang akan disampaikan berupa ide, pendapat, fikiran dan saran.
komunikan
kedua, dari
komunikan
kedua
budaya
berkomunikasi.
juga
akan
cara
bertindak
dan
e. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif seseorang mengenai peristiwa
tertentu. Emosi seperti marah, sedih, sedang akan mempengaruhi
perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan sehingga mampu memberikan asuhan
kaperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu mengevaluasi
emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan
keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
f. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang diakukan.
Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon
pertanyaan
yang
mengandung
bahasa
verbal
dengan
tingkat
diri
secara
fisik
sehingga
dapat
memfasilitasi
mata
merupakan
kegiatan
menghargai
klien
dan
7) Membagi persepsi
Merupakan tehnik komunikasi dengan cara meminta pendapat
klien tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
8) Identifikasi Tema
Merupakan tehnik dengan mencari latar belakang masalah klien
yang muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan
eksplorasi masalah yang penting.
9) Diam
Tehnik ini bertujuan memberikan kesan berfikir dan memotivasi
klien untuk bicara.
10) Informing
Merupakan tehnik dengan cara memberi informasi dan fikiran
untuk pendidikan kesehatan.
11) Saran
Tehnik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan
masalah. Tehnik ini tidak tepat dipakai pada fase kerja dan tidak
tepat pada fase awal hubungan.
e. Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik
Dalam komunikasi terapeutik ada empat tahapan,dimana pada
setiap tahap mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat
(Stuart & Sundeen, 1998) :
1) Fase Preinteraksi
Preinteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi
10
11
(Intansari
Nurjannah,
2001).
Meskipun
yang
paling
komunikasi
verbal
penggunaan
bahasa,
perlu
12
13
setelah
menggelengkan
saya
kepala
menjelaskan
berkali-kali,
(2)
penolakan
saya,
saya
Subtitusi-menggantikan
14
15
16
B. Konsep Kecemasan
Pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya dengan masalah fisik
juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri, tidak ingin bertemu
dengan orang lain, merasa kecewa/putus asa, malu dan tidak berguna disertai
keragu-raguan dan percaya diri yang kurang. Keluarga juga sering merasakan
kekhwatiran dan ketidakpastian keadaan pasien ditambah dengan kurangnya
waktu petugas (perawat dan dokter) untuk membicarakan keadaan pasien.
Pasien dan keluarganya sering tidak diajak berkomunikasi, kurang diberikan
informasi yag dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas/cemas, takut,
marah, frustasi, tidak berdaya karena informasi yang tidak jelas disertai
ketidakpastian. Mereka tidak menyatakan proses yang terjadi. Sewaktu-waktu
mereka dipanggil untuk membeli obat atau alat mereka tidak berani bertanya,
atau jika bertanya akan mendapat jawaban yang tidak memuaskan (Kelliat,
1998).
Kecemasan yang dirasakan oleh klien dan keluarganya disaat klien
harus dirawat mendadak dan tidak terencana merupakan reaksi pertama yang
muncul begitu mulai masuk rumah sakit dan akan terus menyertai klien dan
keluarganya dalam setiap upaya perawatan terhadap penyakit yang diderita
klien.
1. Pengertian
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai
dengan istilah-istilah kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut
yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda
(Atkinson, 2000).
17
muncul
bila
ada
ancaman
ketidakberdayaan,
Stuart
&
Sundeen
(1998),
beberapa
teori
yang
18
1) Teori psikoanalitik
Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara 2
elemen kepribadian yaitu Id dan super ego. Id melambangkan
dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan
hati nurani seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan
sebagai mediator dari tuntutan Id dan super ego. Kecemasan
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang
perlu diatasi.
2) Teori interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan dan penolakan interpersonal, hal
ini digabungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti
kehilangan atau perpisahan yang menyebabkan seseorang tidak
berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya
sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat.
3) Teori behavior (perilaku)
Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diingikan.
Para ahli prilaku menganggap kecemasan merupakan suatu
dorongan
yang
mempelajari
berdasarkan
keinginan
untuk
menghindari rasa sakit. Pakar teori meyakini bahwa bila pada awal
kehidupan dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan maka akan
menunjukkan kecemasan yang berat pada masa dewasanya.
19
4) Kajian keluarga
Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam
keluarga, biasanya tumpang tindih antara gangguan cemas dan
depresi.
5) Kajian biologis
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
spesifik untuk benzodiasepin. Reseptor ini mungkin mempengaruhi
kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor internal
Menurut Soewardi (1997), kemampuan individu dalam
merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
a) Potensi stresor
Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.
b) Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan cemas. Karena individu yang matur
mempunyai
kecemasan.
daya
adaptasi
yang
lebih
besar
terhadap
20
c) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera akan
mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah
mengalami kecemasan.
d) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada pada suatu lingkungan yang asing
ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding berada
pada lingkungan yang biasa ia tempati.
e) Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada
seseorang akan memudahkan orang tersebut mengalami
kecemasan. Tingkat pendidikan dan pengetahuan individu akan
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi
tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir secara
rasional
dan
menangkap
informasi,
termasuk
dalam
kecemasan
dari
pada
orang
yang
bertipe
21
22
3. Manifestasi Cemas
Manifestasi cemas dapat meliputi aspek fisik, emosi, kognitif, dan
tingkah laku (Ann, 1996).
a. Respon Fisiologis :
1) Kardiovaskuler : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun, shock, dan lainlain.
2) Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada,
rasa seperti tercekik.
3) Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada
epigastrium, diare.
4) Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia,
gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor.
5) Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil.
6) Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa
terbakar pada muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan
gatal-gatal.
b. Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, ruang persepsi
berkurang atau menyempit, takut kehilangan kontrol, obyektifitas
hilang.
c. Respon Emosional : kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut,
gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak
berdaya.
23
24
pikiran
kosong,
membesar-besarkan
ancaman,
25
d. Perilaku gelisah
Keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif, dan agitasi.
4. Rentang Respon dan Proses Adaptasi Terhadap Cemas
Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu
berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive seperti :
Adaptif
Antisipasi
Maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar 2.1 : Dikutip dari Stuart dan Sundeen (1998) : Buku Saku
Keperawatan Jiwa (Edisi 3).
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas. Ansietas ringan diperlukan seseorang agar berfungsi
dan berespon secara efektif terhadap lingkungan dan kejadian.
Seseorang dengan ansietas ringan dapat dijumpai hal-hal sebagai
berikut :
1) Persepsi dan perhatian meningkat, waspada.
2) Mampu mengatasi situasi bermasalah.
3) Dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa
mendatang, menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara
konseptual, merumuskan makna.
26
lebih terarah,
sedang biasanya
27
area lain. Hal-hal dibawah ini sering dijumpai pada seseorang dengan
kecemasan berat, yaitu :
1) Persepsi sangat berkurang, berfokus pada hal-hal detail, tidak dapat
berkonsentrasi
lebih
bahkan
ketika
diinstruksikan
untuk
melakukannya.
2) Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian,
tidak mampu berkonsentrasi.
3) Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir
tidak mampu untuk memahami situasi saat ini.
4) Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit untuk dipahami.
5) Hiperventilasi, tachicardi, sakit kepala, pusing, mual.
d. Panik
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan
disorganisasi
kepribadian.
Dengan
panik
terjadi
28