Anda di halaman 1dari 3

Tafsir Al-Marifah

Oleh: Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Musthafa Umar

SIFAT TERCELA YAHUDI


DAN CARA MENGHADAPINYA




Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan
yang haram, jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan),
maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika
kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu
sedikitpun, dan jika kamu memutuskan perkara mereka maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.(42)
Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka
mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling
sesudah itu (dari putusanmu)? dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang
beriman.(43)
[Q. S. Al-Maaidah : 42-43]

Pada ayat yang terdahulu telah diterangkan tentang dua kelompok dari orang-orang
yang membuat Rasulullah menjadi sedih; yaitu orang-orang munafik dan orang-orang
Yahudi. Didalam ayat tersebut juga diterangkan tentang sebahagian dari perbuatan orangorang Yahudi yang tercela yaitu suka mendengar berita-berita bohong dan suka mendengar
perkataan dari sebahagian mereka yang dengki kepada Rasulullah. Selanjutnya diterangkan
pula perbuatan-perbuatan lain yang juga tercela yang ada pada orang-orang Yahudi, yaitu;
suka memakan yang haram dan senantiasa berusaha untuk lari dari mengamalkan hukum
Allah yang ada di dalam Kitab Taurat, Allah berfirman: Mereka itu adalah orang-orang
yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram, jika mereka (orang

Download mp3 Kajian Ilmiah Islam: www.tafaqquhstreaming.com | Twitter: @tafaqquhonline

Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka
mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun, dan jika kamu memutuskan
perkara mereka maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.(42)

Ayat ini merupakan penjelasan tambahan tentang sifat tercela yang dimiliki oleh
orang-orang Yahudi. Tujuannya adalah supaya lebih jelas lagi siapa sebenarnya mereka itu
sehingga bersikap dengan tepat dalam menghadapinya. Di permulaan ayat disebutkan bahwa
mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, sifat ini telah disebutkan
juga pada ayat yang sebelumnya, penyebutan sekali lagi di dalam ayat ini adalah sebagai
penekanan atau penegasan supaya umat Islam tidak ragu-ragu dalam menilai mereka.
Disamping itu, penyebutan sekali lagi disini sebagai memunculkan sifat tercela yang akan
disebutkan sesudahnya, yaitu banyak memakan yang haram.

Kata mendengar dan memakan di dalam ayat ini menggunakan bentuk


mubaalaghah yang bermakna bersangatan sebagai menjelaskan bahwa perbuatan
mendengar berita bohong dan memakan yang haram bukanlah sekali-dua mereka lakukan,
tetapi sudah menjadi sifat dan tabiat mereka yang bisa didapati dari perbuatan mereka
sehari-hari. Kata yang haram di dalam ayat ini menggunakan kata as-suht yang secara
bahasa bermakna kebinasaan Sesuatu yang haram disebut sebagai as-suht karena bisa
membawa pemakannya kepada kebinasaan. Di dalam hadits riwayat Imam Ahmad
disebutkan bahwa nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya tidak akan masuk
syurga daging yang tumbuh dari as-suht (yang haram), api neraka adalah yang lebih
layak untuk membakarnya. Diantara yang haram yang biasa dimakan oleh orang-orang
Yahudi adalah riba, sogokan (rasywah), hasil penipuan dan lain sebagainya.

Di dalam ayat ini juga diterangkan tentang kemungkinan orang-orang Yahudi datang
kepada Rasulullah untuk meminta putusan, namun kedatangan mereka itu sebenarnya tidak
sebenar-benarnya untuk mencari kebenaran, tetapi ingin lari dari hukum Allah yang telah
mereka ketahui (seperti yang kita jumpai dari sebab turunnya ayat yang sebelum ini). Berarti
mereka ini tidak ikhlas dalam mengamalkan Kitab Taurat. Kemudian tujuan lain dari
kedatangan mereka kepada Rasulullah adalah untuk mengetahui apakah baginda akan
memutuskan sesuai dengan kebenaran yang telah mereka ketahui atau tidak, apabila tidak
maka mereka bisa menjadikannya sebagai alasan untuk mendustakan Rasulullah sebagai
seorang Rasul dari sisi Allah Subhanahu wataala.

Di dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah diberi pilihan; yaitu untuk
memutuskan perkara mereka atau berpaling dari. Para ulama berbeda pendapat tentang
Download mp3 Kajian Ilmiah Islam: www.tafaqquhstreaming.com | Twitter: @tafaqquhonline

makna pilihan tersebut; apakah ia hanya berlaku pada masa permulaan dakwah kepada AhlulKitab dan telah dinasakhkan oleh ayat yang memerintahkan supaya Rasulullah memutuskan
perkara mereka berdasarkan apa-apa yang telah Allah turunkan (Q.S. Al-Maaidah ayat 49)
atau masih berlaku dan tidak dinasakh? Ada yang mengatakan telah dinasakh dan ada pula
yang mengatakan tidak dinasakh, tetapi ada pendapat ketiga yang mengatakan bahwa pilihan
tersebut adalah bagi orang-orang Yahudi yang tidak mengikat perjanjian dengan Rasulullah
seperti Bani Nadhir dan Bani Quraidhah, adapun yang berada didalam negara Islam yang
dipimpin oleh Rasulullah maka baginda mesti memutuskan perkara mereka tanpa pilihan.

Selanjutnya diterangkan didalam ayat ini bahwa jika Rasulullah berpaling dari mereka
maka tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun kepada baginda, seperti tindakan
mereka untuk mencemari keagungan dan kemuliaan baginda. Dan jika Rasulullah
memutuskan perkara mereka maka baginda diperintahkan oleh Allah untuk berlaku adil. Di
penghujung ayat disebutkan bahwa Allah menyukai orang-orang yang adil, maksudnya
sebagai penjelasan bahwa keadilan adalah sesuatu yang wajib untuk ditegakkan kepada
siapapun jua tanpa terkecuali, dan Rasulullah merupakan contoh pertama dalam hal ini.

Ayat berikutnya menerangkan tentang perbuatan orang-orang Yahudi yang sangat


mengherankan; di satu sisi mereka mengangkat Rasulullah yang mereka benci untuk menjadi
hakim yang akan memutuskan perkara mereka; tetapi disisi lain mereka mempunyai Taurat
yang didalamnya ada hukum Allah yang juga sama dengan yang akan ditetapkan oleh
Rasulullah. Yang mengherankan adalah mengapa mereka mau melakukannya, pasti ada
tujuan disebaliknya, Allah berfirman: Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi
hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah,
kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? dan mereka sungguh-sungguh
bukan orang yang beriman.(43)

Ayat ini menerangkan bahwa sebenarnya yang mereka inginkan adalah keputusan
yang sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka, bukan untuk mencari kebenaran. Mereka
berharap mudah-mudahan Rasulullah memutuskan seperti yang mereka inginkan. Apabila
demikian hakekat yang sebenarnya maka berarti mereka pencari kepentingan, mereka
bukanlah orang-orang yang beriman, maka Rasulullah tidak sepatutnya sedih karena
perbuatan mereka itu. Wallahu Alam!
Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Musthafa Umar.

Download mp3 Kajian Ilmiah Islam: www.tafaqquhstreaming.com | Twitter: @tafaqquhonline

Anda mungkin juga menyukai