Pada ayat yang terdahulu telah diterangkan tentang dua kelompok dari orang-orang
yang membuat Rasulullah menjadi sedih; yaitu orang-orang munafik dan orang-orang
Yahudi. Didalam ayat tersebut juga diterangkan tentang sebahagian dari perbuatan orangorang Yahudi yang tercela yaitu suka mendengar berita-berita bohong dan suka mendengar
perkataan dari sebahagian mereka yang dengki kepada Rasulullah. Selanjutnya diterangkan
pula perbuatan-perbuatan lain yang juga tercela yang ada pada orang-orang Yahudi, yaitu;
suka memakan yang haram dan senantiasa berusaha untuk lari dari mengamalkan hukum
Allah yang ada di dalam Kitab Taurat, Allah berfirman: Mereka itu adalah orang-orang
yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram, jika mereka (orang
Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka
mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun, dan jika kamu memutuskan
perkara mereka maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.(42)
Ayat ini merupakan penjelasan tambahan tentang sifat tercela yang dimiliki oleh
orang-orang Yahudi. Tujuannya adalah supaya lebih jelas lagi siapa sebenarnya mereka itu
sehingga bersikap dengan tepat dalam menghadapinya. Di permulaan ayat disebutkan bahwa
mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, sifat ini telah disebutkan
juga pada ayat yang sebelumnya, penyebutan sekali lagi di dalam ayat ini adalah sebagai
penekanan atau penegasan supaya umat Islam tidak ragu-ragu dalam menilai mereka.
Disamping itu, penyebutan sekali lagi disini sebagai memunculkan sifat tercela yang akan
disebutkan sesudahnya, yaitu banyak memakan yang haram.
Di dalam ayat ini juga diterangkan tentang kemungkinan orang-orang Yahudi datang
kepada Rasulullah untuk meminta putusan, namun kedatangan mereka itu sebenarnya tidak
sebenar-benarnya untuk mencari kebenaran, tetapi ingin lari dari hukum Allah yang telah
mereka ketahui (seperti yang kita jumpai dari sebab turunnya ayat yang sebelum ini). Berarti
mereka ini tidak ikhlas dalam mengamalkan Kitab Taurat. Kemudian tujuan lain dari
kedatangan mereka kepada Rasulullah adalah untuk mengetahui apakah baginda akan
memutuskan sesuai dengan kebenaran yang telah mereka ketahui atau tidak, apabila tidak
maka mereka bisa menjadikannya sebagai alasan untuk mendustakan Rasulullah sebagai
seorang Rasul dari sisi Allah Subhanahu wataala.
Di dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah diberi pilihan; yaitu untuk
memutuskan perkara mereka atau berpaling dari. Para ulama berbeda pendapat tentang
Download mp3 Kajian Ilmiah Islam: www.tafaqquhstreaming.com | Twitter: @tafaqquhonline
makna pilihan tersebut; apakah ia hanya berlaku pada masa permulaan dakwah kepada AhlulKitab dan telah dinasakhkan oleh ayat yang memerintahkan supaya Rasulullah memutuskan
perkara mereka berdasarkan apa-apa yang telah Allah turunkan (Q.S. Al-Maaidah ayat 49)
atau masih berlaku dan tidak dinasakh? Ada yang mengatakan telah dinasakh dan ada pula
yang mengatakan tidak dinasakh, tetapi ada pendapat ketiga yang mengatakan bahwa pilihan
tersebut adalah bagi orang-orang Yahudi yang tidak mengikat perjanjian dengan Rasulullah
seperti Bani Nadhir dan Bani Quraidhah, adapun yang berada didalam negara Islam yang
dipimpin oleh Rasulullah maka baginda mesti memutuskan perkara mereka tanpa pilihan.
Selanjutnya diterangkan didalam ayat ini bahwa jika Rasulullah berpaling dari mereka
maka tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun kepada baginda, seperti tindakan
mereka untuk mencemari keagungan dan kemuliaan baginda. Dan jika Rasulullah
memutuskan perkara mereka maka baginda diperintahkan oleh Allah untuk berlaku adil. Di
penghujung ayat disebutkan bahwa Allah menyukai orang-orang yang adil, maksudnya
sebagai penjelasan bahwa keadilan adalah sesuatu yang wajib untuk ditegakkan kepada
siapapun jua tanpa terkecuali, dan Rasulullah merupakan contoh pertama dalam hal ini.
Ayat ini menerangkan bahwa sebenarnya yang mereka inginkan adalah keputusan
yang sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka, bukan untuk mencari kebenaran. Mereka
berharap mudah-mudahan Rasulullah memutuskan seperti yang mereka inginkan. Apabila
demikian hakekat yang sebenarnya maka berarti mereka pencari kepentingan, mereka
bukanlah orang-orang yang beriman, maka Rasulullah tidak sepatutnya sedih karena
perbuatan mereka itu. Wallahu Alam!
Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Musthafa Umar.