Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi Hipertensi
1. Hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah di atas normal
angka sistole (bagian atas) 120 mmHg dan angka diastole (bagian
bawah) 80 mmHg (Wahdah, 2011).
2. Hipertensi adalah peningkatan abnormal terhadap tekanan darah, baik
tekanan darah sistole diatas 120 mmHg dan tekanan darah diastole 80
mmHg (Mahan, 2012 ).
3. Hipertensi adalah Tekanan darah orang dewasa digolongkan sebagai
normal jika tekanan darah sistole (tekanan saat jantung terisi darah)
kurang dari 80 mmHg (Feigin, 2006).
Definisi hipertensi dapat disimpulkan bawha dimana seseorang
mengalimi peningkatan tekanan darah di atas normal sistole maupun
diastole.
B. Etiologi
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan
sekunder. Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan
lingkungan.

Faktor

keturunan

dapat

dilihat

dari

riwayat

penyakit

kardiovaskuler dalam keluarga yang dapat berupa sensitivitas terhadap


natrium, kepekatan terhadap stress, Peningkatan reaktivitas vaskular
(terhadap vasokontriktor) dan resistensi insulin. Konsumsi garam (natrium)
berlebih, stress psikis dan obesitas diyakini sebagai penyebab hipertensi
yang berasal dari lingkungan. Penyakit darah tinggi atau hiperetnsi di
kelompok dalam 2 tipe klasifikasi, yakni hipertensi primer dan hipertensi
sekunder.
1. Hipertensi Primer
Artinya suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai
akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan
kelebihan berat badan atau obesitas, hal ini merupakan pemicu awal
ancama penyakit tekanan darah tinggi sehingga mungkin terkena
penyakit darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stressor tinggi, sangat mungkin terkena penyakit
tekanan darah tinggi termasuk bila orang yang kurang olahraga pun dapat
mengalami tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi Sekunder

Artinya kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi


sebagai akibat seseorang mengalami atau

menderita penyakit lain

seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh
(pidiastuti, 2013:16-17).
C. Klasifikasi
Tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal setidaknya diukur pada tiga
kesempatan dengan perbedaan waktu. Menurut WHO dan ISH (1999) batas
hipertensi ditetapkan > 140/90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah menurut Join National Commiite (JNC) 2011
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Klasifikasi tekanan

Siastolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

darah
Hipertensi ringan

140-159

90-99

Hipertensi Sedang

160-179

100-109

Hipertensi Berat

180-209

110-119

D. Penyebab
Penyebab hipertensi di bagi menjadi 3 yaitu:
1. Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:
a. Gangguan fungsi barostat renal
b. Sensitifitas terhadap konsumsi garam
c. Abnormalitas transportasi netrium kalium
d. Respon SSP (system saraf pusat ) terhadap stimulasi psiko-sosial
e. Gangguan metabolism (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)
2. Faktor lingkungan:
a. Faktor Psikososial: kebiasaan hidup, pekerjaan, Stress mental,
aktivitas fisik, status social ekonomi, keturunan, kegemukan, dan
konsumsi minuman keras
b. Faktor konsumsi garam
c. Pengguaan obat-obatan seperti golongan ankortikosteroid (cortisone)
dan beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin.
Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor
yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi dikarenakan

tembakau yang berisi nikotin. minuman yang mengandung alkohol


yang termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi.
3. Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah
a. Pada jantung : Terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit.
b. Pada pembulu darah : Terjadi vaskuler hypertropi. (Pudiastuti,
2013:21-22).
E. Tanda dan Gejala
Pada umumnya hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas dan sering
tidak disadari kehadirannya. Secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersama dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sebenarnya tidak selalu). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, wajah kemerahan, keletihan. Semua gejala tersebut
bisa terjadi pada siapa saja, baik pada penderita hipertensi maupun
seseorang yang tekanan darahnya normal. Pada hipertensi berat badan atau
yang telah menahun bisa timbul gejala-gejala yang berasal dari kerusakan
otak, mata , jantung, dan ginjal, seperti:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
4. Sesak nafas
5. Gelisah
6. Pandangan menjadi kabur
Pada hipertensi berat, penurunan kasadaran sampai koma dapat
terjadi, karena adanya pembengkakan otak yang disebut ensefalopati
hipertensi. Gejala pada hipertensi sekunder.
Gejala pada hipertensi sekunder berbeda pada dengan hipertensi primer.
Berikut gejala-gejala yang beraitan dengan hipertensi sekunder.
1. Terkait dengan kelainan pada ginjal
a. Terdapat riwayat ginjal dalam keluarga
b. Sering terserang infeksi saluran kemih
c. Sering haus dan buang air kecil
d. Pernah mengalami trauma atau benturan keras di pinggang
2. Terkait dengan penyakit feokromositoma, terdapat gejala-gejala dibawah
ini, yang umumnya berulang, tidak teratur, tekanan darah selalu sangat
tinggi.
a. Sakit kepala akut dan tiba-tiba
b. Jantung berdebar-debar
c. Keringat berlebihan
d. Wajah pucat
3. Hipertiroidisme (Hormon tiroid tinggi).

Kelainan ini meningkatkan tekanan sistole, sehingga menimbulkan gejalagejala seperti:


a. Mudah gugup
b. Banyak keringat
c. Selalu merasa kepanasan
d. Berdebar-debar
e. Tremor atau gemetaran
f. Cepat lelah
g. Berat badan turun
h. Bola mata menonjol
i. Terdapat pembesaran atau benjolan kelenjar tiroid
4. Hipotiroidisme (hormone tiroid rendah)
Kelainan ini dapat meningkatkan tekanan darah sistole maupun diastole
sehingga menimbulkan gejala:
a. Tidak tahan dingin
b. Cepat lelah
c. Melambatnya fungsi tubuh
d. Berat badan naik atau kegemukan
e. Kulit kasar
f. Suara parau atau rendah
g. Sembab pada mata, kaki, dan tangan
5. Gejala akibat kelebihan hormone kortisol.
Hormone kortisol diprodukisi oleh kelenjar

adrenal

yang

dapat

meningkatkan tekanan darah. Jika produksi berlebih, maka akan timbul


gejala-gejala berikut ini:
a. Peningkatan penumpukan lemak di wajah, leher, atau badan
b. Kulit menipis, tanda guratan ungu, mudah memar, rambut tumbuh
berlebihan
c. Emosi labil
d. Kenaikan berat badan yang drastis
e. Tubuh melemah (Junaidi, 2010:17-21).
F. Patofisiologi
Mekanisme

terjadinya

hipertensi

adalah

melalui

terbentuknya

angiontensin II dari angiontensin I oleh angiotensin I-converting enzyme


(ACE). Zat tersebut memegang peran penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Oleh
hormone, rennin (diproduksi oleh ginjal) akan di ubah menjadi angionensin I.
Oleh ACE yan terdapat di paru-paru, angiotensi I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peran pokok untuk menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi
hormone antdiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH kemudian bekerja pada
ginjal untuk mengatur pengeluaran air kencing. Dengan meningkatnya ADH,

sangat sedikit urine yang dikeluarkan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga


menjadi pekat

dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume

cairan eksraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat dan pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldoseron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang
memiliki peran penting pada ginjal,

unuk mengatur volume cairan

ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl (garam) dengan cara


mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Untuk
mengencerkan, volume cairan eksraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldoseron dari korteks adrenal. aldosteron merupakan
hormone steroid yang memiliki peran penting pada ginjal, unuk megatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah

G. Pathway Hipertensi
Faktor resiko hipertensi Faktor
genetik, stress, obesitas, garam,
kopi, rokok
Merangsang kelenjar
adrenal

Merangsang Saraf
Tekanan pembuluh
simpatis
darah naik
Angioten

Penurunan aliran darah ke


Angiotensi
Stimulus korteks
adrenal
Peningkatan
produksi

Pembuluh

aldosteron
Peningkatan vol. Cairan
Peningkatan beban kerja
jantung
Peningkatan kontrasi

Peningkatan tekanan
Peningkata
darah
arteri
Sclerosis
sistemik

Kelebihan vol.
cairan

Pendarahan
ginjal
Trombosis pecahnya
Peningkatan kontraksi
Vertikel
Hipertensi
Penurunan elastisitas
ventrikel

Nutrisi <
kebutuhan

Pendarahan
cerebrum
Lesi jaringan
Peningkatan o2
&penurunan co2

Akserba

Stroke

Stimulus peka
Peningkatan
nyeri
kapiler
cardiak
output

Jaringa
Saluran
Ginja
Jantun
n
cerna Resiko
g
I. Faktor
Penurunan
o2
Metabolisme
Korolasi Faktor
saluran
Beban
resiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih rentan
&peningkatan
jantung
anaerob
cerna
terserang hipertensi dibandingkan orang lain.co2Faktor resiko bukanlah
meningkat
Nause
Peningkatan
T
vomitus
Dekom
Gambar 2.1 Sumber: Mutaqin (2009)
I &II
Vasikontriks
i vaskuler

Nyeri

Otak

Otot

Intoleransi
n aktivitas
myalg Mengkspresikan
Kelemah

penyebab

timbulnya

penyakit,

melaikan

pemicu

terjadinya

penyakit.

Beberapa keadaan yang merupakan faktor resiko hipertensi:


1. Faktor genetik.
Merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu timbulnya hipertensi
terutama hipertensi primer. Jika dalam keluarga seseoranag ada yang
hiperensi, ada 25% kemungkinan orang terserang hipertensi. Apabila
kedua orang tua mengidap hipertensi kemungkinan menderita hipertensi
naik menjadi 60%.
2. Jenis kelamin
Pada usia dewasa muda dan usia lanjut hipertensi banyak terjadi pada
kaum pria. Namun pada usia diatas 55 tahun hipertensi banayak
menyerang wanita.
3. Pemakaian pil kontrasepsi (KB)
Penggunaan pil kontrasepsi (KB) mengandung estrogen dan progresteron
yng berlebihan.
4. Stress berat dan tak terkendali
5. Gaya hidup yang tidak sehat
Berupa banyak mengonsumsi makanan yang berlemak, makanan secara
berlebihan, banyak mengkonsumsi garam atau makanan asin, banyak
minum alcohol, merokok, serta kurang banyak melakukan aktivitas Fisik
(Junaidi, 2010:15-17).
Orang yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi berpotensi penyakitpenyakit, antara lain stroke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, payah
jantung (Pudiastuti, 2010:23).

J. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain tidak
selalu dilakukan, kecuali jika mencurigai keberadaan hipertensi sekunder.
Pemeriksaan meliputi:
1) Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui keberadaan protein dan sel-sel
darah merah (eritrosit) yang menandai kerusakan ginja. Kadar gula untuk
mendeteksi kencing manis juga sebiknya diperiksa.
2) Pemeriksaan darah. Dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal, termasuk
mengukur kadar ureum dan kreatinin. Kadar kalium dalam urin akan tinggi
jika terdapat penyakit aldosteronisme primer, karena tumor korteks kelenjar
adrenal yang dapat memicu hipertensi.

kadar kalsium yang tinggi

berhubungan dengan hipertiroidisme. Melalui pemeriksaan ini kadar gula


darah dan kolestrol juga diukur (Junaidi, 2010:23-24)
Berikut adalah nilai normal beberapa pemeriksaan dalam mg/dl:
a. Ureum: 15-50
b. Kreatinin: 0,6 sampai 1,3
c. Asam urat: 3,4-7 (pria) dan 2,-5,7 (wanita)
d. Glukosa sewaktu: Kurang dari 150
e. Glukosa puasa: 70-100
f. Glukosa 2 jam setelah puasa: kurang dari 150
g. Kolesterol total: 140-200
h. Kolesterol HDL: di atas 45
i. Kolestrol LDL dan trigliserida: kurang dari 150
j. Kalium: 3,3-5,1 mEq/L
k. Natrium: 135-155 mEq/L
l. Kalsium:8,8-10,2 mEq/L
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendukung diagnosis
hipertensi
a. Pemeriksaan foto dada dan rekam jantung (EKG)
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui lamanya menderita
hipertensi dan komplikasinya terhadap jantung (sehingga dapat menilai
adanya kelainan jantung).
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai apakah ada kelainan ginjal,
anuerisma (pelebaran arteri) pada bagian perut, tumor di kelenjar adrenal.
c. Pemeriksaan (MRA)
d. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kelancaran aliran darah.
K. Komplikasi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit.
Komplikasi hipertensi diantaranya adalah stroke penyakit jantung, tersumbat
atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke), gagal ginjal, kelainan mata,
diabetes melitus.
1. Penyakit jantung
Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus
memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus
dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi
pada jantung yaitu:
a. Kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya penyempitan
pembuluh darah jantung disebut dengan penyakit jantung koroner.
b. Penyakit jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan karena
beban yang terlalu berat suatu waktu akan mengalami kepayahan
sehingga darah harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-

paru dan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut
dengan kelemahan jantung sisi kiri.
2. Tersumbat atau pecahnya pembulu darah otak (Stroke)
Tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak
dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh.
3. Gagal Ginjal
Kegagalan yang ditimbulkan ginjal adalah terganggunya pekerjaan
pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-juta pembuluh darah halus. Bila
terjadi kegagalan ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus
dikeluarkan oleh tubuh misalnya ureum.
4. Kelainan mata
Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa
penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan disekitar
saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.
5. Diabetes mellitus
Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing
manis merupakan gangguan pengolahan gula (glikosa) oleh tubuh karena
kekurangan insulin.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komplikasi
penyakit yang timbul dari tekanan darah tinggi atau yang sering disebut
dengan hipertensi antara lain adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal,
kelainan pada mata yang dapat mengakibatkan kebutaan dan penyakit gula
atau yang lebih dikenal dengan diabetes mellitus (Shanty, 2011).

L. Pengobatan Hipertensi
Pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbilitas dan
mortalitas dan mengontrol tekanan darah. dalam pengobatan hipertensi ada
2 cara yaitu pengobatan non-farmakologi (perubahan gaya hidup) dan
pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan nonfarmakologik.
Pengobatan ini dilakukan dengan cara :
a. Pengurangan berat badan.
Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat
badan, membatasi asuhan kalori dan penigkatan pemakaian kalori
dengan latihan yang teratur.
b. Menghindari merokok.

Merokok tidak berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi faktor


utama penyakit kardiovaskuler. penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan
untuk berhenti merokok.
c. Menghindari alkohol
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi
terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum obat alkohol
sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari.
d. Melakukan aktivitas fisik
Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas fisik
secara aman. penderita dengan penyakit jantung atau masalah
kesehatan lain yang serius memerlukan pemeriksaan yang lebih lengkap
misalnya dengan program rehailitasi yang diawali oleh dokter.
e. Membatasi asupan garam
Kurangi asupan garam kurang dari 100 mmol perhari atau kurang dari 2,3
gram nantium atau kurang dari 6 gram NaCl. penderita Hipertensi
dianjurkan untuk menjaga asupan kalsium dan magnesium (Pudiastuti,
2013)
Penderta hipertensi juga harus mengkonsumsi makanan yang bergizi
bagi tubuh. Untuk menjaga kesehatan sebaiknya meningkatkan asupan
makan nabati khususnya

makanan yang banyak mengandung kalium,

karbohidrat kompleks, serat, Kalsium, magnesium, vitamin C dan asam


lemak esensial. Mengkonsumsi sedikit asam lemak jenuh dan karbohidrat
sederhana juga bermanfaat untuk menjaga tekanan darah tetapa normal.
Kalium merupakan mineral yang baik untuk menurunkan atau
mengendalikan tekanan darah. Kalium (atau potassium) membantu menjaga
keseimbangan air, tekanan darah, keseimbangan asam-basa, fungsi
kontraksi otot, sel saraf, jantung, ginjal dan kelenjar adrenal. Peranan kalium
juga sangat penting dalam mengubah gula darah menjadi gula otot (glikogen)
yang disimpan dalam otot dan hati. Glikogen merupakan sumber tenaga yang
digunakan otot untuk berkontraksi sehingga kekurangan kalium dapat
membuat tubuh lelah dan otot lelah. Dalam sehari dapat mengkonsumsi
kalium sebanyak 2,5-5 gram.
Selain kalium, magnesium juga merupakan mineral yang penting bagi
penderita hipertensi. Kadar magnesium dalam sel darah rendah kadar kalium
pun rendah. Magnesium baik dikonsumsi sebagai suplemen dengan dosis
400-1.200 Miligram per hari dan dikonsumsi beberapa kali serta diberikan
bersama kalium. (Junaidi, 2010:30-33).

Magnesium juga mempunyai memiliki peranan penting dalam upaya


untuk pengontrolan tekanan darah dengan memperkuat jaringan endotel,
menstimulasi prostaglandin, dan meningkatkan

penangkapan glukosa

sehingga resistensi insulin dapat terkurangi. Magnesium juga berperan dalam


kontraksi otot jantung apabila konsentrasi magnesium dalam darah menurun
maka otot jantung tidak dapat bekerja dengan maksimal sehingga
mempengaruhi tekanan darah. Kurang optimalnya fungsi asupan magnesium
yang berasal dari makanan dalam menurunkan tekanan darah dapat
disebabkan oleh serat, oksalat, fitat, dan fosfor yang dapat menghambat
absorpsi magnesium di dalam usus halus. Selain itu faktor strees mental atau
stres

fisik

juga

cenderung

menurunkan

absorpsi

magnesium

dan

meningkatkan ekskresinya.
2. Pengobatan farmakologi
Pegobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi kelainan organ dan
faktor resiko lain. Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup.
Pengobatan dengan antihertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak
berhasil. Dokter pun yang sesuai dengan kondisi pasien saat menderita
hipertensi.
Tujuan

pengobatan

hipertensi

untuk

mencegah

morbilitas

mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Artinya tekanan

dan

darah harus

diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal otak,


jantung maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor resiko
kardiovaskular. Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi
beberapa golongan, yaitu diuretik yang dapat mengurangi curah jantung, beta
bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium yang dapat mencegah
vasokontriksi

mayoritas

pasien

dengan

tekanan

darah

tinggi

akan

memerlukan obat-obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan


darah mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat
diberikan. Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa
obat:
a. Diuretictablet Hydrochlorithiazide (HCT),Lasix(Furosemide).
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan
tubuh via urine tetapi karena potasium berkemungkinan tebuang dalam
cairan urine, maka pengontrolan.
b. Bta-blockets Atenolol (Tenorim), Capoten (captopril).

Merupakan obat yang dipakai dalam upanya proses memperlambat kerja


jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembulu darah.
c. Calcium channel blockers Norvasc (amlopidine), Angiotensin coverting
enzyme (ACE).
Merupakan salah satu obat yang bisa dipakai dalam pengontrolan darah
tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
memperlebar pembuluh darah (pudiastuti, 2013:25-27).

M. Pencegahan Hipertensi
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan barat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badanya sampai batas ideal.
2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesteroldarah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari
2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalium, magnesium dan kalium yang cukup) dan
mengurangi alkohol.
3. Olah raga aerobik yang terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak
perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darah terkendali.
Aerobik yag melelahkan dilarang untuk penderita hipertensi dengan
kelainan organ bila harus makan obat maka obat dimakan setelah latihan
kira-kira 6 jam kemudian. Sebaiknya penderita hipertensi menjalani
pemeriksaan pembedahan sebelum melakukan program latihan yang
bertujuan:
1. Mengetahui tekanan darah pada saat latitan fisik
2. Menilai tekanan darah yang aman untuk penderita sebelum terjadi
keluhan seperti pusing, rasa lemas dan lain-lain.
3. Penilaian obat anti hipertensi.
Resiko yang bisa terjadi selama latihan adalah stroke apabila tekanan
darah melebihi 250 mmHg serta serangan jantung terutama pada penderita
yang sudah mempunyai kelainan jantung.
1.
2.
3.
4.

Merubah pola hidup sehat sambil meningkatkan efek antihipertensi


Megendalikan stress (relaksasi dapat mengurangi denyut jantung)
Periksa tekanan darah secara teratur
Melakukan aktifitas fisik 30 menit setiap hari

5. Tidak merokok
6. Cukup istirahat (Pudjiastuti, 2013:27-29).

N. Diet pada Penderita Hipertensi


1. Kandungan garam (sodium atau Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah inggi sebaiknya mengontrol
diri dalam mengkonsmsi asin-asinan garam ada beberapa tips yang dapat
dilakukan untuk pengontrolan diet sodium atau natrium ini:
a. Jangan meletakkan garam diatas meja makan
b. Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makanan
c. Batasi konsumsi daging dan keju
d. Hindari cemilan yang asin-asin
e. Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium.
2. Kandungan potasium atau kalium
Suplemen potassium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan
tekanan darah, potassium umumnya banyak didapati pada beberapa
buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung
potassium dan baik untuk dikonsumsi penderita tekanan darah tinggi
antara lain semangka, alpukat, melon, labu siam, mentimun, seledri,
bawang dan bawang puih. Selain itu, makanan yang mengandung unsure
omega-3 sengat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan
darah (hipertensi). Diet rendah garam berjuan membantu dalam
menghilangkan penimbunan garam atau air dalam jaringan tubuh yang
dapat menurunkan tekanan darah (Pudiastuti, 2013:30-31).

DAFTAR PUSTAKA

Adi, L, T. 2007. Sehat berdasarkan golongan darah terepi herbal 1berdasarkan


golongan darah. Jakarta: Agromedia pustaka.
Yofina, Anggraeni. 2012. Super komplet pengobatan Darah Tinggi. Jogyakarta:
Araksa.
Aziz Alimul Hidayat. 2008. Metode penelitian keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Aziz Alimul Hidayat. 2010. Metode Penelitian keperawatan dan terknik analisis
data. Jakarta: Selemba Medika.
Bustan. 2007. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Pudiastuti, D. R. 2013. Penyakit-Penyakit Mematika.Yogyakarta: Nuha Medika: 1631.
Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans InfoMedia.
Putra, S. W. 2013. 68 Buah Ajaib Penangkal Penyakit yogyakarta: katahati.
Wahdah, N. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Multipres. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai