CASE REPORT
ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel, pada suatu
derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialysis atau transplantasi ginjal.1
Gagal
ginjal
kronik
merupakan masalah medik, sosial
dan ekonomi yang sangat besar bagi
pasien dan keluarganya, khususnya
di negara-negara yang sedang
berkembang yang memiliki sumbersumber terbatas untuk membiayai
pasien dengan gagal ginjal terminal.
Di Indonesia diperkirakan 100 per
sejuta penduduk atau sekitar 20.000
kasus baru dalam setahun.2
Penyakit ginjal kronis menurut
Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative
(KDOQI)
merupakan
kelainan fungsi maupun struktur
ginjal yang menetap selama > 3
bulan
yang
dilkasifikasikan
berdasarkan penyebab, Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) dan albuminuria.3
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah
suatu Kerusakan ginjal yang terjadi
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan
atau tanpa penurunan Laju Filtrasi
Glomerulus
(LFG),
dengan
manifestasi:
-Kelainan patologis
-Terdapat tanda kelainan ginjal,
termasuk
kelainan
dalam
komposisi darah atau urin, atau
kelainan
pada
pemeriksaan
pencitraan.
LFG
kurang
dari
60
2
ml/menit/1,73m selama 3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Adapun
penanda
kerusakan
3
ginjal(satu atau lebih):
1. Albuminuria
(140umur) x
72 x kreatinin plas
Deskripsi
LFG(ml/mnt/1,73m)
> 90
2
3
4
5
Page 2
60-89
30-59
15- 29
< 15 atau dialisis
CASE REPORT
Penyakit
Penyakit ginjal diabetes
Penyakit ginjal non diabetes
Rejeksi kronik
Keracunanobat (siklosporin/takrolimus)
Penyakit rekuren (glomerular)
Transplant glomerulopathy
Etiologi
Etiologi penyakit ginjal kronik
sangat bervariasi antara satu negara
dengan negara lain. Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)
tahun 2011 mencatat penyebab gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis di
Indonesia yaitu:1,6
1.
Page 3
CASE REPORT
antara lain natrium dan kalium. Pada
LFG dibawah 15% akan terjadi
gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan
terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal.1
Penyakit
ginjal
dapat
menyebabkan naik turunnya tekanan
darah dan sebaliknya hipertensi
dalam jangka waktu yang lama dapat
mengganggu
ginjal.
Beratnya
pengaruh hipertensi pada ginjal
tergantung dari tingginya tekanan
darah dan lamanya menderita
hipertensi. Makin tinggi tekanan
darah dalam waktu yang lama makin
berat
komplikasi
yang
dapat
ditimbulkan. Hipertensi oleh karena
hal-hal sebagai berikut :7
1. retensi natrium
2. peningkatan sistem RAA akibat
iskemi relatif karena kerusakan
regional
3. aktivitas
saraf
simpatis
meningkat akibat kerusakan
ginjal
4. hiperparatiroid sekunder
5. pemberian eritropoetin.
Diagnosis
Gambaran Klinis:
Gambaran klinis pasien
penyakit ginjal kronik meliputi.1
a.
Sesuai dengan penyakit yang
mendasari
seperti
diabetes
melitus, infeksi saluran kemih,
batu saluran kemih, hipertensi,
hiperurikemi,
Lupus
Eritomatosus Sistemik (LES).
b.
Sindrom uremia yang terdiri
dari lemah, letargi, anoreksia,
mual,
muntah,
nokturia,
kelebihan volume cairan (volume
overload), neuropati perifer,
pruritus,
uremic
frost,
perikarditis,
kejang-kejang
sampai koma.
c.
Page 4
CASE REPORT
d.
Page 5
CASE REPORT
merokok adalah strategi
direkomendasikan.1
yang
Page 6
CASE REPORT
Sebelumnya pasien mengeluhkan
badan lemas, mual muntah, nafsu
makan menurun, sakit kepala, nyeri
pada tengkuk, demam tidak ada.
Pasien didiagnosis penyakit jantung
dan gagal ginjal. Pasien di sarankan
untuk hemodialisis, tetapi pasien
menolak.
3
hari
SMRS
pasien
mengeluhkan sesak, sesak semakin
hari semakin memberat, sesak
dirasakan terus menerus, tidak hilang
ketika dibawa beraktivitas. Pasien
juga mengeluhkan mual dan muntah,
muntah sebanyak lebih dari 3 kali
setiap hari kira-kira volume setiap
kali muntah seperempat gelas,
muntah berisi cairan dan tidak
bercampur makanan, Nafsu makan
juga menurun sehingga berat badan
dirasakan turun. BAB tidak ada
keluhan, BAK tidak ada keluhan,
demam tidak ada.
Pasien mempunyai riwayat
hipertensi, keluarga pasien tidak ada
yang mengeluhkan penyakit yang
sama, ibu pasien juga menderita
hipertensi, pasien adalah seorang ibu
rumah tangga, tidak ada riwayat
konsumsi alkohol dan merokok.
Hasil pemeriksaan umum pasien
ini adalah pasien tampak sakit
sedang, kesadaran komposmentis,
status gizi sedang dengan tinggi
badan 165 cm, berat badan 55 kg,
BMI 20, pemeriksaan tanda vital
tekanan darah 140/100 mmHg, nadi
86x/menit, irama regular, napas
25x/menit, suhu 36,50C.
Pada
pemeriksaan
fisik
ditemukan sklera ikterik, konjungtiva
anemis. Mulut tidak kering, lidah
tidak kotor. JVP tidak meningkat.
Pada paru, jantung dan abdomen
dalam
batas
normal.
Pada
ekstremitas tidak ada edema, akral
teraba hangat dan tampak pucat, CRT
< 2 detik.
CASE REPORT
O: kesadaran komposmentis
TD
: 160/100 mmHg
N
: 90 kali/menit
RR
: 21 kali/menit
T
: 36,4 0C
Konjungtiva anemis (+)
A : gagal ginjal kronik grade V ec
hipertensi grade II + Anemia
P:
IVFD RL
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Irbesartan 1 x 300 mg
Bisoprolol 1 x 5 mg
Bicnat 3 x 1
Asam folat 1 x 1
Calos 3 x 1
11 Febuari 2016
S : Badan terasa lemah.
O: kesadaran komposmentis
TD
: 140/80 mmHg
N
: 89 kali/menit
RR
: 22 kali/menit
T
: 36,5 0C
Konjungtiva anemis (+)
Ureum : 118,8 mg/dl
Creatinin : 6,94 mg/dl
Hb
: 7,5 g/dl
A : gagal ginjal kronik grade V ec
hipertensi grade II + Anemia
P:
IVFD RL
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Ramipril 1 x 2,5 mg
Irbesartan 1 x 300 mg
Bicnat 3 x 1
Asam folat 1 x 1
Calos 3 x 1
12 Febuari 2016
S : Badan terasa lemah.
O: kesadaran komposmentis
TD
: 140/80 mmHg
N
: 90 kali/menit
RR
: 22 kali/menit
T
: 36,5 0C
Konjungtiva anemis (+)
A : gagal ginjal kronik grade V ec
hipertensi grade II + Anemia
P:
IVFD RL
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Ramipril 1 x 2,5 mg
Irbesartan 1 x 300 mg
Bicnat 3 x 1
Asam folat 1 x 1
Calos 3 x 1
Balance cairan: Intake: 1200 ml
Output: 1400 ml
BC
: Intake-Output
1200-1400= -200 ml
13 Febuari 2016
S : tidak ada keluhan
O: kesadaran komposmentis
TD
: 140/80 mmHg
N
: 90 kali/menit
RR
: 20 kali/menit
T
: 36,5 0C
Konjungtiva anemis (+)
Ureum : 118,8 mg/dl
Creatinin : 6,94 mg/dl
Hb
: 7,5 g/dl
A : gagal ginjal kronik grade V ec
hipertensi grade II + Anemia
P:
IVFD RL
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Ramipril 1 x 2,5 mg
Irbesartan 1 x 300 mg
Asam folat 1 x 1
Calos 3 x 1
Pembahasan
Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Page 8
CASE REPORT
penunjang pasien didiagnosis Gagal
Ginjal Kronis yang disebabkan
karena
hipertensi
yang
mengakibatkan kerusakan ginjal
yang permanen. Kriteria gagal ginjal
kronis menurut Clinical practice
Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney
Disease yaitu adanya kelainan
struktur atau fungsi dari ginjal itu
sendiri yang telah berlangsung
selama lebih dari 3 bulan ditandai
dengan gangguan laju filtrasi
glomerulus < 60 ml/menit/1,73 m2,
dan disertai satu atau lebih dari
gejala Albuminuria, Abnormalitas
sedimen urin, abnormalitas elektrolit
karena
gangguan
tubular,
abnormalitas yang dideteksi dengan
histopatologi, kelainan struktur yang
dideteksi dengan pencitraan, riwayat
transplantasi ginjal.3 Pada pasien ini
didapatkan laju filtrasi glomerulus
yaitu 4,4 ml/menit/1,73 m2 yang
berarti pasien telah mengalami gagal
ginjal stadium V.
Pada pasien ini gagal ginjal
kronik diakibatkan karena hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat
perlahan.
Penderita
hipertensi
mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun-tahun. Masa laten
ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan
organ yang bermakna. Penyakit
ginjal dapat menyebabkan hipertensi
dan sebaliknya hipertensi kronis
dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Pada prakteknya, sulit dibedakan
antara kedua kejadian ini mana yang
lebih dahulu terlebih pada penyakit
ginjal menahun. Pada hipertensi
(140/90)
dapat
menyebabkan
kerusakan target organ, diantaranya
adalah ginjal. Kenaikan darah
sistemik dapat mempunyai efek
langung berupa peningkatan tekanan
darah pada target organ. . Tekanan
Page 9
CASE REPORT
Dengan menurunnya GFR ini
akan mengakibatkan penurunan
pembersihan
kreatinin
dan
peningkatan kadar kreatinin serum
terjadi. Hal ini menimbulkan
gangguan metabolisme protein dalam
usus yang menyebabkan anoreksia,
nausea
dan
vomitus
yang
menimbulkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Pada
pasien ini ditemukan adanya
peningkatan ureum dan creatinin
serum serta adanya gangguan nafsu
makan, mual dan muntah.
Pada penyakit ginjal kronik
anemia terjadi pada 80-90% kasus,
anemia
disebabkan
karena
berkurangnya produksi eritropoetin
sehingga ransangan pada sumsum
tulang menurun, hemolisis, defisiensi
besi dan asam folat, kehilangan darah
karena
perdarahan.
Pemberian
erittropeitin dianjurkan.1
Kesimpulan
Penyakit ginjal kronik adalah
suatu Kerusakan ginjal yang terjadi
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan
atau tanpa penurunan Laju Filtrasi
Glomerulus
(LFG),
dengan
manifestasi
kelainan
patologis,
terdapat tanda kelainan ginjal,
termasuk kelainan dalam komposisi
darah atau urin, atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan. LFG kurang
dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3
bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal. Penatalaksanaannya dengan
terapi spesifik terhadap penyakit
dasarnya.
Daftar Pustaka
1. Suwitra K. Penyakit Ginjal
Kronik. Dalam : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
ed
5.
Jakarta:
Pusat
Penerbitan IPD FKUI.2009.
2. Santoso d, etc.
pattern in chronic
patients. annual
nephrology 2001.
2003.
referral
dialysis
meeting
medan.
CASE REPORT
identification
in
large
countries: the burden of
illness.Nephrol
Dial
Transplant.2012;27(3):
38.
Page 11
32-