PENDAHULUAN
dalam
air. Obat-obatan
yang
menyebabkan
suatu
keadaan
bersama-sama
air,
yang
mengangkut
secara
pasif
untuk
digunakan
untuk
mengurangi
Pada
volume
darah
diuretik
akan
mengurangi
atau
bahkan
22 Tjay, T. H dan Rahardja, K. 2008. Obat-Obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi Ke 6 . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ginjal
Ginjal adalah organ tubuh yang memelihara kemurnian darah dengan
jalan mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran
zat. Darah mengalami filtrasi, dimana semua komponen darah melintasi
saringan ginjal, kecuali putih telur dan sel-sel darah. Organ ginjal yang
menyaring darah adalah glomelurus, setiap ginjal memiliki sekitar satu juta
filter ini dan setiap 50 menit seluruh darah dalam tubuh dimurnikan. Setelah
dimurnikan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh itu akan dikeluarkan
(diuresis).23
2.2 Pembentukan kemih
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam
glomeruli yang terletak dibagian luar ginjal, hasil saringan ini disebut
ultrafiltrat. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi mengandung banyak air
serta elektrolit, ultrafiltrat ini akan ditampung pada Kapsula Bowman dan
disalurkan ke tubuli baik itu tubuli proksimal yang dekat dengan glomelurus
maupun tubuli distal yang jauh dari glomelurus.2
Pada tubuli ini terjadi penarikan sacara aktif dari air dan komponenkomponen yang sangat penting bagi tubuh seperti glukosa dan garam-garam
antara lain ion Na+. Zat-zat ini akan dikembalikan pada darah melalui
kapiler yang mengelilingi tubuli. Sedangkan sisanya yang tak berguna akan
tidak diserap. Filtrat dari semua tubuli akan ditampung pada saluran
pengumpul dimana terjadi penyerapan air kembali. Filtrat-filtrat ini
disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.2
32 Tjay, T. H dan Rahardja, K. 2008. Obat-Obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi Ke 6 . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sorbitol
2. Bekerja pada Lengkungan Henle
Setelah melalui tubuli proksimal, filtrat akan masuk ke
lengkungan henle, dibagian menaik dari lengkungan henle sekitar 25%
dari semua ion Cl yang difiltrasi akan direabsorbsi secara aktif, dan
disusul dengan reabsorbsi pasif Na+ dan K+ tetapi tanpa air hingga filtrat
hipotonis.
Obat-obat diuretik lengkungan akan merintangi transport Cl dan
Na+, sehingga pengeluaran air dan K+ diperbanyak. Obat golongan
42 Tjay, T. H dan Rahardja, K. 2008. Obat-Obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi Ke 6 . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
2.4 Penggolongan
Berdasarkan efek dan mekanisme kerjanya, obat diuretik digolongan
menjadi35 :
1. Diuretik Lengkungan ( Diuretik Kuat )
53 https://www.academia.edu/8731523/Percobaan_IV_Diuretik
kuat
dan
pesat
tetapi
agak
singkat
(4-6
jam).
Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan
paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan
efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah Furosemida yang
merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat
hipertensi.
Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl
di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus
distal,
mempengaruhi
sistem
kontrasport
Cl-binding,
yang
menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten :
Frusemide, Lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah : Asam
etakrinat, Furosemid dan Bumetamid.
2. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan
duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif
aldosteron (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan
amilorida). Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi
dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium.
Aldosteron menstimulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K,
Proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis aldosteron.
Contoh obatnya adalah Spironolakton yang merupakan pengambat
aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah.
Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberapa
hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agak lemah
sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari
kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton
dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus
tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah
menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui
kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih
panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan
dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria
dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih
lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi
pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosisefek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan
penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang
termsuk
golongan
ini
adalah
Klorotiazid,
Hidroklorotiazid,
reabsorpsi
bikarbonat. Zat
ini
merintangi
enzim
dan
diekskresikan
lebih
banyak,
bersamaan
dengan
5. Diuretik osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan
elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat
bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat:
a. Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.
b. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubulus ginjal.
c. Secara farmakologis merupakan zat yang inert.
d. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
1) Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
2) Lengkungan Henle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
3) Tubulus pengumpul
Diuretik osmotik ini bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor
lain.
Contoh dari diuretik osmotik adalah : Manitol, Sorbitol.
10
4) Sindrom nefrotik
Biasanya digunakan
tiazid
(dengan
kerja
menghambat
reabsorpsi natrium klorida pada hulu tubuli distal) atau diuretik kuat
(dengan mekanisme kerja menghambat transport elektrolit natrium,
kalium, dan klorida, bersama dengan spironolakton (diuretik hemat
kalium dengan kerja menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi
kalium dengan jalan antagonisme kompetitif aldosteron atau secara
langsung pada hilir tubuli distal dan duktus kolektivus daerah korteks).
5) Payah ginjal akut
Menggunakan Manitol (diuretik osmotik ini bekerja dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air) atau furosemid (diuretik kuat
dengan mekanisme kerja menghambat transport elektrolit natrium,
kalium pada lengkung henle asenden), bila diuresis berhasil volume
cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
6) Penyakit hati kronik
Menggunakan Spironolakton (diuretik hemat kalium dengan
kerja menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif aldosteron atau secara langsung pada hilir tubuli
distal dan duktus kolektivus daerah korteks) atau bersama diuretik tiazid
(dengan kerja menghambat reabsorpsi natrium klorida pada hulu tubuli
11
12
distal,
13
dapat
menyebabkan
gangguan
toleransi
glukosa
glomerulus
berkurang
dan
absorbsi
oleh
tubulus
14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
i.
15
Gelas ukur
j. Spidol
k. Masker
l. Kain flanel atau tisu
m. Batang pengaduk
n. Stamper
o. Gelas kimia
h. Timbangan Dacing
2) Bahan
a. Aquadest
b. 12 ekor Tikus
c. PGA
d. Obat : Hidroklorthiazid (HCT), Furosemid, Spironolakton
3.2 Cara Kerja
1) Pembuatan suspensi PGA
a. Dibuat suspensi PGA 1 %.
b. PGA ditimbang sebanyak 1 gram.
c. Aquadest diambil sebanyak 100 ml.
d. Lalu PGA digerus dalam mortir dengan ditambahkan aquadest
sebanyak 100 ml.
e. Pada kelompok yang menggunakan obat HCT, dibuat suspensi
PGA yang kedua sebagai pembanding.
2) Pembuatan sediaan obat
I.
Furosemid
a. Tablet obat ditimbang untuk melihat berat total obat.
b. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis obat,
untuk
Spironolakton
a. Tablet obat ditimbang untuk melihat berat total obat.
b. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis obat,
untuk
Hidroklorthiazid
a. Tablet obat ditimbang untuk melihat berat total obat.
16
b. Selanjutnya
dilakukan
perhitungan
dosis
obat,
untuk
17
4.1 Hasil
Data hasil pengamatan terhadap masing-masing obat
tercantum dalam tabel sebagai berikut :
1) Tikus yang diberikan Obat Furosemid
a. Tikus I
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
0,9 ml
2
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
2 ml
1
b. Tikus II
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
c. Tikus III
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
18
b. Tikus II
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
1,2 ml
1
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
c. Tikus III
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
2 ml
1
b. Tikus III
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
2 ml
1
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
1,3 ml
1
c. Tikus IV
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
19
Frekuensi
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
b. Tikus V
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
c. Tikus VI
Waktu
Volume Urin
Frekuensi
Keterangan :
-
= Tidak ada
4.1 Pembahasan
Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan
jumlah urin (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi
air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal.
Dengan demikian bermanfaat untuk antihipertensi dan gagal
jantung. Pada hipertensi, digunakan untuk mengurangi
volume darah seluruhnya sehingga tekanan darah menurun.
Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan
menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan
paru paru. Di samping itu berkurangnya volume darah akan
mengurangi kerja jantung.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan terhadap 12
ekor tikus putih, yang dibagi menjadi 4 kelompok.
kelompok terdiri dari 3 ekor tikus.
Tiap
20
berdaya
diuretik kuat dan bertitik kerja pada lengkung henle bagian atas.
Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam dan bertahan 4-6 jam,
intravena
dalam
beberapa
menit
dan
2,5
jam
lamanya.
21
pada menit ke 5,
22
kerjanya setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberapa hari pula setelah
pengobatan dihentikan dengan waktu untuk mencapai puncak dalam
serum 1-3 jam. Sedangkan pada tikus II menunjukkan efek diuresis
pada menit ke 60.
dalam tubuh
tikus.
3) Hidroklorthiazida : HCT, Esidrx
Hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan
klorthiazida yang dikembangkan dari sulfanilamida. Hidroklorthiazid
bekerja dibagian muka tubuli distal dengan menghambat reabsorpsi
natrium klorida dengan onset kerja 1-2 jam. Efek diuretiknya lebih ringan
daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 12-24 jam.68
Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi
ringan sampai sedang karena daya hipotensifnya lebih kuat pada jangka
panjang. Pada kasus yang lebih berat, sering dikombinasikan dengan betablokers. Resorpsinya di usus 80%, PP k.l 70% dengan waktu paruh (t )
6-15 jam. Ekskresinya lewat kemih secara utuh. Dosis hipertensi : 12,5
mg pagi p.c, udema 1-2 kali sehari 25-100 mg, pemeliharaan 25-100 mg
2-3 kali sehari.2
Dalam percobaan, didapati adanya perbedaan efek
farmakologi antara data percobaan dengan teori diatas,
dimana pada tikus II, III dan IV
menunjukkan adanya
86 Shargel, Leon & Andrew B.C.Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapi Edisi
Kedua. Surabaya. Airlangga University Press
23
menit
tikus II,
tikus III dan tikus IV yang menunjukkan diuresis, merupakan akibat dari
proses pembentukan kemih secara alami dalam tubuh tikus.
4) Suspensi PGA
Suspensi PGA yang diberikan pada tikus, sebagai
pembanding, tidak menunjukkan adanya efek farmakologi
(diuresis).
Hal
ini
disebabkan,
suspensi
PGA
bukan
24
dibutuhkan efek yang cepat. Sangat efektif pada keadaan udema otak dan
paru-paru yang akut.
Spironolakton merupakan obat yang mulai kerjanya setelah 2-3 hari dan
bertahan sampai beberapa hari pula setelah pengobatan dihentikan.
Daya diuretisnya agak lemah, maka khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretika umum lainnya.
Kesalahan yang terjadi dapat disebabkan juga oleh tidak masuknya
seluruh obat ke hewan percobaan yang digunakan, pada saat pemberian obat
secara oral, sehingga tidak dapat memberikan efek farmakodinamik
yang diinginkan.
BAB V
PENUTUP
25
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Cara pengujian obat diuretik adalah dengan mengamati frekuensi urin
dan mengukur volume urin hewan coba yang diberi obat diuretik.
2) Kekuatan diuresis dari obat diuretik berturut-turut, adalah HCT >
Furosemid > Spironolakton.
5.2 Saran
1) Untuk Dosen
Saran saya untuk dosen, agar mempertahankan cara pengarahan dalam
praktikum karena sudah bagus dan efektif.
2) Untuk Kepala Laboratorium
Saran saya kepada Kepala Laboratorium, untuk melengkapi alat dan
bahan di laboratorium agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
3) Untuk Laboran
Saran saya kepada Laboran, agar selalu berada di laboratorium dan
mengawasi praktikan dalam melakukan praktikum.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
I.
Perhitungan Dosis :
1) Furosemid
a. Nama Obat : Furosemid
b. Dosis satu kali minum untuk manusia
: 40 mg
c. Untuk tikus dengan berat 200 gram diberikan obat 4 ml
Berat obat total
Berat rata-rata
= 1,75 gram
1,75
10
= 0,175 gram
= 175 mg
Dosis untuk Tikus
= FK Dosis Manusia
= 0,018 40 mg
= 0,72 mg
0,72
40
175
= 3,15 mg
(ditambah air hingga 4 ml, karena penimbangan menggunakan
timbangan gram, sehingga tidak dapat ditimbang, maka diencerkan
hinggah 100 ml).
Pengenceran =
3,15
4 ml 100 ml
= 78,75 mg
Sehingga, timbang 78,75 mg obat furosemid, lalu dimasukkan ke
dalam mortir bersama dengan suspensi PGA dan digerus hingga
homogen.
28
175
4 ml
200
x=3,5 ml
2. Untuk Tikus II :
Berat Tikus II : 125 gram
Karena 125 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
x=
125
4 ml
200
x=2,5 ml
= 2,82 gram
Berat rata-rata
2,82
10
= 0,282 gram
= 282 mg
Dosis untuk Tikus
= FKDosis Manusia
29
= 0,018 25 mg
= 0,45
0,45
25
5,076 mg
282
Pengenceran =
5,076
4 ml
100 ml
= 126,9 mg
Sehingga timbang 126,9 mg obat spironolakton, lalu dimasukkan
ke dalam mortir bersama dengan suspensi PGA dan digerus hingga
homogen.
Jumlah volume obat yang diberikan :
1. Untuk Tikus I :
Berat Tikus I : 181 gram
Karena 181 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
181
x=
4 ml
200
x=3,62 ml
2. Untuk Tikus II :
Berat Tikus II =175 gram
Karena 175 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
175
x=
4 ml
200
x=3,5 ml
3) Hidroklorthiazid
a. Nama Obat : Hidroklorthiazid
b. Dosis untuk manusia
: 25 mg
c. Untuk tikus dengan berat 200 gram diberikan 4 ml
Berat total tablet
= 1,51 gram
Berat rata-rata
1,51
10
= 0,151 gram
= 151 mg
Dosis untuk Tikus
= FK Dosis Manusia
= 0,018 25 mg
= 0,45
0,45
25
151
= 2,718 mg
(ditambah air hingga 4 ml, karena penimbangan menggunakan
timbangan gram, sehingga tidak dapat ditimbang, maka diencerkan
hinggah 100 ml).
Pengenceran
2,718
4 ml
67,95 mg
31
100 ml
3. Untuk Tikus IV
Berat Tikus IV : 150 g
Karena 150 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
150
x=
4 ml
200
x=3 ml
4) PGA
a. Nama :
PGA
b. Konsentrasi yang digunakan 1% (100 mg dalam 100 ml air)
(sebagai pembanding)
Jumlah volume obat yang diberikan :
1. Untuk Tikus I
Berat Tikus I : 100 g
Karena 100 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
32
x=
100
4 ml
200
x=2 ml
2. Untuk Tikus V
Berat Tikus V : 200 g
Karena 200 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
200
x=
4 ml
200
x=4 ml
3. Untuk Tikus VI
Berat Tikus VI : 100 g
Karena 100 gram = x dan 200 gram = 4 ml, maka :
100
x=
4 ml
200
x=2 ml
II.
Uraian Obat
:
1) Furosemid
a. Berdaya diuretik kuat dan bertitik kerja pada lengkung henle
bagian atas.
b. Bekerja dengan cara menghambat reabsropsi NaCl sehingga
menyebabkan diuresis yang lebih hebat dibanding diuretik lain.
c. Resorpsinya di usus hanya k.l 50%, PPnya k.l 97%. T 30-60
menit. Ekskresinya melalui kemih. Pada dosis tinggi juga melalui
empedu.
d. Efek samping : Hipokaliemia (jarang).
e. Dosis : Hipertensi : injeksi IV 20-40 mg sampai 500 mg.
2) Spironolakton
a. Bentuk sediaan : Tablet 100 mg dan 25 mg
b. Indikasi
: Pengobatan hipertensi atau edema yang refrakter,
edema yang disebabkan.
c. Merupakan penghambat aldosteron. Kerjanya setelah 2-3 hari dan
bertahan sampai beberapa hari pula setelah pengobatan dihentikan.
Daya
diuretisnya
agak
lemah,
maka
khusus
digunakan
3) HCT (hidroklorothiazida)
a. Bekerja dibagian muka tubuli distal, efek diuresisnya lebih ringan
dan bertaham lama. Daya hipotensifnya lebih kuat, sehingga
digunakan sebagai pilihan pertama untuk HT ringan samapai
sedang. Pada kasus yang lebih berat, sering dikombinasikan
dengan beta-blokers.
b. Resorpsinya di usus 80%, PP k.l 70% dengan t 6-15 jam.
Ekskresinya lewat kemih secara utuh.
c. Dosis hipertensi : 12,5 mg pagi p.c, udema 1-2 kali sehari 25-100
mg, pemeliharaan 25-100 mg 2-3 kali sehari.
4) Aquadest49
a. Nama resmi : Aqua destilata
b. Nama lain
: Air suling, air murni
c. Rumus umum : H2O
d. Pemerian
: Cairan jernih,tidak berwarna , tidak berbau,tidak
mempunyai rasa.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5) PGA410
a. Pemerian
34
b. Kelarutan
III.
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Sub ordo
: Odontoceti
Familia
: Muridae
Genus
: Rattus
Spesies
: Rattus norvegicus
2) Perilaku Tikus :
a. Relatif resisten terhadap infeksi, sangat cerdas, tenang dan
mudah ditangani.
35
3) Karakteristik Tikus :
a. Lama hidup
: 2-3 tahun
b. Lama produksi
: 1 tahun
c. Lama hamil
: 20-22 hari
d. Umur dewasa
: 40-60 hari
e. Umur kawin
: 2 minggu
f. Siklus ekterus
: 9-10 gram
36
3. Foto alat :
Timbangan dacing
Beaker glass
Tabung ukur
Tisu
37
Timbangan analitik
Dispo
Spidol
Furosemid
Spironolakton
Hidroklorthiazid
PGA
+
38
39
Tikus II
Tikus III
Tikus IV
b. Furosemid
Tikus I
Tikus II
Tikus III
c. Spironolakton
Tikus I
Tikus II
d. PGA
40
Tikus III
PGA
Tikus I
Tikus V
Tikus VI
Tikus II (2 ml)
b. Furosemid
c. Spironolakton
41
42