Anda di halaman 1dari 12

(Entamoeba histolytica)

Rhizopoda Bahasa Yunani

Rhizo = akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina


(sarco = daging)
Rhizopoda adalah protozoa yang bergerak dengan
penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki
semu (pseudopodia).
Berdasarkan cara hidupnya Amoeba ada yang hidup
parasit tapi ada pula yang hidup saprofit dalam tubuh
manusia. Hospes dari rhizopoda sendiri adalah manusia dan
hewan.
Rhizopoda umumnya berkembang diseluruh dunia
dan hidup bebas di tanah yang lembab dan di lingkungan
yang berair, baik di darat maupun di laut. Rhizopoda bersifat
heterotrof dengan memangsa alga uniselluler, bakteri,
atau protozoa lain.
Rhizopoda yang bebas hidup di tanah lembab,
contohnya Amoeba proteus. Contoh Rhizopoda yang hidup di
air tawar adalah Difflugia. Sedangkan Rhizopoda yang hidup
di laut adalah dari kelompok Foraminifera, antara lain
Globigerina. Rhizopoda ada yang hidup sebagai parasit di
dalam tubuh hewan atau manusia
makanan atau minuman yang terkontaminasi kista yang
berasal dari feses penderita

Dari lalat atau kecoa didalam rumah yang memindahkan


kista dari feses ke makanan

Pemakaian feses manusia sebagai pupuk tanaman atau


sayuran

air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas,


tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan
dimana selokan mampat, tersumbat sampah, air dan
kotorannya meluap ke mana-mana, sehingga tercemar.
Entamoeba histolytica

Amoebiasis adalah suatu keadaan


terdapatnya Entamoeba histolytica
dengan atau tanpa manifestasi
klinik, dan disebut sebagai penyakit Taksonomi :
bawaan makanan (Food Borne Kingdom : Amoebozoa
Disease). Entamoeba histolytica Filum : Archamoeba
juga dapat menyebabkan Kelas : Tubulinea
Dysentery amoeba, penyebarannya Ordo : Amoebida
kosmopolitan banyak dijumpai Famili : Endamoebidae
pada daerah tropis dan subtropics Genus : Entamoeba
terutama pada daerah yang sosio Spesies : Entamoeba histolytica
ekonomi lemah dan hugiene
sanitasinya jelek.
Patologi dan Gejala klinis
Gejala klinis Entamoeba histolytika:
Gejalanya terkadang samar-samar
Kebanyakan penderita yang tinggal di iklim sedang
Gejala sangat tergantung pada tempat dan intensitas udara yang dihasilkan
Gejala bisa berupa diare dan sembelit yang hilang timbul
Banyak buang gas dan kram perut
Demam
Tinja mengandung darah serta lendir
Nausea dan muntah-muntah.
Terjadinya kejang abdomen selama berminggu-minggu
Perasaan tidak enak
Kehilangan nafsu makan
Penurunan berat badan
Perasaan sakit di seluruh tubuh.
Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba,
Dibedakan atas:
(a) Intestinal: akut dan kronik.
(b) Ekstra intestinal: hati, paru, kulit, vagina, penis, dan otak. Terjadi karena
metastasis dari jaringan hati. Di mana semua kasus terjadi berasal dari absces
jaringan hati. Ada ulkus ameba di bagian mukosa. Bentuk histolitika ditemukan di
dasar dan dinding ulkus. Tinja bercampur lendir dan darah. Predileksi di daerah
sekum, rektum, dan signoid.
Ciri-ciri morfologi
Trofozoit
1. Ukuran 10-4- mikron
2. Bergerak cepat dengan pseudopodia sehingga bentuk tidak tetap
3. Ektoplasma jernih dan transparan
4. Endoplasma terdapat granula halus dan sel darah merah kadang-kadang sel
darah putih
5. Stadium ini patogen,dapat hidup di usus besar,paru-paru, hati, otak, kulit, vagina
Minuta
1. Ukuran 10-20 mikron
2. Gerakkan lambat sehingga bentuknya tumpul
3. Endoplasma bergranul halus dan tidak mengandung sel darah merah tapi
mengandung bakteri dan sisa makanan
4. Hidup diusus besar
5. Disebut stadium pokok karena dapat menjadi stadium kista atau stadium trofozoit
Kista
Tidak patogen, merupakan bentuk infektif, ukurannya 6-15 mikron terdapat di rongga
usus besar, bulat/lonjong, terdapat dinding yang melindunginya, terdapat
endoplasma
Siklus Hidup
Dalam daur hidupnya, E.histolytica mempunyai dua stadium, yaitu trofozoit dan
kista.
Di rongga terminal
dilambung masih usus halus, dinding
kista matang dalam keadaan kista dicernakan,
tertelan utuh terjadi ekskistasi dan
keluarlah stadium
trofozoit

dapat berubah menjadi stadium


precyst yang berinti satu, kemudian
membelah menjadi berinti dua, dan
akhirnya berinti 4 yang dikeluarkan
bersama tinja, sebagai kista
Diagnosis

Diagnosis laboratorium Radio foto

Tes immunologi Diagnosis klinik


Pengobatan
Emetin Hidroklorida.
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila
diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak
sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk
orang dewasa adalah 65 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan
orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak dianjurkan pada
wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. Dehidroemetin relatif
kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis maksimum
adalah 0,1 gram sehari, diberikan selama 46 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk
pengobatan abses hati (amoebiasis hati).

Antibiotik.
Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebiasid dengan
mempengaruhi flora usus. Peromomisin bekerja langsung pada amoeba. Dosis yang
dianjurkan adalah 25 mg/kg bb/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi.

Metronidazol (Nitraomidazol).
Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan
bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang
dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.
Pencegahan

1. Perlindungan sumber air dari kontaminan


jarak jamban & sumur .
2. Menjaga kebersihan perorangan & linkungan
3. Menghindari pemakaian pupuk tinja untuk
tanaman
4. penyuluhan kesehatan dan pembersihan
kampung halaman secara serentak (gotong
royong) dan juga dengan pengobatan massal
ataupun individual.
5. Pendidikan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai