Rangkumanhasilpembelajaranportofolio :
Subyektif :sesak dialami 2jam SMRS. Batuk (-),Nyeri dada (-). Pasien sejak 4 tahun yang
lalu menggunakan ventolin jika timbul sesak. Sejak kehamilan 5 bulan pasien hampir tiap
hari merasa sesak. Dalam 1 hari pasien menggunakan ventolin sebanyak 3 x, serangan
malam hampir setiap hari. Aktivitas pasien sangat terbatas, serangan dapat timbul walau
pasien sedang beristirahat.
Riwayat penyakit dahulu:
DM (-), Jantung (-), Hipertensi (-), Asma (+), Riwayat alergi (+) terhadap debu
Riwayat penyakit keluarga: (-)
Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan :
Pasien saat ini sedang hamil untuk pertama kali, usia kehamilan 8 bulan.
Obyektif :
Keadaan umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Nadi
Tensi
: 110/80 mmHg
Suhu
: 37,2 o C
Respirasi
: 28 x/menit
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
:
Paru :
Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : benjolan (-), fremitus kiri dan kanan sama
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : buncit
Palpasi : tegang, nyeri tekan (-), hepar dan limpa sulit dinilai
Perkusi : sdn
Auskultasi : sdn
Punggung
bronkus. Berbagai sel inflamasi berperan dalam proses inflamasi asma terutama sel mast,
eosinofil, sel limfosit T, makrofag, dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain
berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma.3
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus,
iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri dari reaksi asma tipe cepat
dan rekasi asma tipe lambat. Reaksi asma tipe cepat terjadi akibat terikatnya alergen pada IgE
yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut
mengeluarkan preformed mediator seperti histamin, protease, dda newly generated mediator
seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus,
sekresi mukus dan vasodilatasi. Reaksi fase lambat timbul antara 6-9 jam setelah provokasi
yang melibatkan aktivasi eosinofil sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.1,2
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik seperti sel T, eosinofil, makrofag,
sel mast, sel epitel dan otot polos bronkus. Proses inflamasi kronik pada asma akan
menimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses
penyembuhan yang menghasilkan perbaikan dan pergantian sel mati dengan sel yang baru.
Proses penyembuhan akan melibatkan pergantian sel jaringan yang rusak dengan sel
parenkim jenis yang sama dan jaringan penyambung atau skar. Hal ini menyebabkan
perubahan struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks yang disebut dengan
airway remodelling.
Diagnosis asma tergantung dari perpaduan riwayat penderita, pemeriksaan jasmani dan
pemeriksaan laboratorium. Asma ditandai dengan sesak, mengi atau batuk. Serangan kerap
terjadi di waktu malam atau pagi hari, berhubungan dengan produksi kadar kortikosteroid
yang periodik rendah. Pemicu yang relevan dapat berupa infeksi virus, alergen lingkungan,
bakan obat-obatan tertentu. Pada pemeriksaan jasmani biasanya ditemukan mengi dan fase
ekspirasi memanjang. Namun, pada penderita asimtomatik, pemeriksaan jasmani dapat
normal. 4
Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat
menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi pasien bernapas pada volume paru yang
lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran napas. Tanda klinisnya berupa sesak napas,
mengi dan hiperinflasi. Pada serangan yang sangat berat terdapat gejala tambahan seperti
sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi, dan penggunaan otot bantu napas.
Sedangkan pada serangan ringan, mengi hanya dapat terdengar pada ekspirasi paksa.
Pemeriksaan laboratorium terpenting ialah pemeriksaan fungsi paru atau Peak Expiratory
Flow, sebelum dan sesudah terapi dengan bronkodilator. 5 Asma dianggap sebagai penyakit
saluran napas reversibel. Pemberian bronkodilator yang memberikan perbaikan FEV1 15%
adalah diagnostik untuk asma. Pada penderita dengan faal paru normal, mungkin diperlukan
tes provokasi dengan metakolin/histamin. Pada asma akibat latihan jasmani dilakukan uji
dengan latihan jasmani sebagai pengganti metakolin/histamin. Pemeriksaan laboratorium
lainnya adalah pemeriksaan darah lengkap, differential count untuk melihat jumlah eosinofil,
dan tes terhadap aeroalergen.
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran
udara. Harus dibedakan berat/ringannya asma dengan derajat beratnya serangan asma akut.
Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan tatalaksana jangka
panjang. Dan menentukan beratnya serangan asma merupakan langkah pertama pengobatan.
Menurut GINA6,2,3 (Global Initiative for Asthma) klasifikasi beratnya asma dibedakan
menjadi 4 golongan yaitu asma ringan intermitten, asma persisten ringan, sedang dan berat.
Tabel 1. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum pengobatan)
Derajat Asma
Gejala
Intermiten
Bulanan
Gejala Malam
APE 80%
Gejala <1X/minggu
Persisten Ringan
Faal Paru
2 kali sebulan
Serangan singkat
Mingguan
APE >80%
Gejala >1X/minggu
Persisten Sedang
Harian
APE 60-80%
Persisten Berat
> 1X/minggu
Kontinyu
APE 60%
Sering
Sering kambuh
Sesak nafas
Berjalan
Sedang
Berbicara
Posisi
Duduk
Duduk
membungkuk
Cara berbicara
Satu kalimat
Beberapa kata
Kesadaran
Mungkin gelisah
Gelisah
Gelisah
Frekuensi nafas
<20x/menit
20-30x/menit
>30x/menit
Frekuensi nadi
<100x/menit
100-120x/menit
>120x/menit
Pulsus paradoksus
(-) 10 mmHg
(+)/(-)
mmHg
(+) 25 mmHg
(-)
(+)
Mengi
Akhirekspirasipaksa
Akhirekspirasi
Inspirasi dan
ekspirasi
APE
>80%
60-80%
<60%
PaO2
>80 mmHg
80-60 mmHg
<60 mmHg
PaCO2
<45 mmHg
<45 mmHg
>45 mmHg
SaO2
>95%
91-95%
<90%
10-20
(+)
Bradikardia
Kelelahanotot
Torakoabdominalparadoksal
Silentchest
Seperti telah disebutkan di atas bahwa serangan asma secara potensial dapat mengancam
nyawa. Oleh karena itu pengobatan dan penilaian keadaaan penderita harus akurat dan tempat
yang ideal adalah di rumah sakit. Meskipun pengelolaan serangan asma sebaiknya dilakukan
di rumah sakit, tetapi yang paling penting dalam strategi pengobatan serangan asma adalah
adanya pengobatan dini. 7 Terutama pada para penderita asma yang memiliki faktor resiko
yang memiliki resiko besar untuk mengalami kematian.
Secara garis besar tujuan penatalaksanaan asma adalah sebagai berikut:3,6
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Pada dasarnya penatalaksanaan farmakologis pada asma dibagi menjadi dua golongan
yaitu, obat pencegah (controller) dan pelega ( reliever). Obat pencegah dipakai terus menerus
meskipun tidak ada gejala. Obat pencegah utama adalah kortikosteroid inhalasi karena asma
adalah penyakit yang didasari oleh proses inflamasi. Kortikosteroid inhalasi dapat
mengurangi gejala asma, menekan rekativitas bronkus dan mungkin dapat mencegah
remodelling saluran napas karena proses inflamasi kronis. Pengobatan dini golongan
kortikosteroid inhalasi dapat memperbaiki fungsi paru, mengurangi pemakaian agonis beta
dan perawatan inap di rumah sakit. Dosis kortikosteroid inhalasi bervariasi tergantung derajat
beratnya asma. Dosis steroid dapat diturunkan sampai dosis minimal yang dapat menurunkan
gejala asma. Penghentian kortikosteroid inhalasi dapat dicoba pada pasien yang
menggunakan dosis steroid inhalasi kurang dari 200-400 mg setara budesonid, setelah pasien
memakai obat pada dosis tersebut beberapa bulan dan gejala penyakit minimal serta fungsi
paru normal. Pada asma intermitten tidak perlu diberikan pengobatan pencegah (controller).
Pemakaian kortikosteroid sistemik pada asma akut memegang peranan yang sangat penting.
Pada serangan asma akut umumnya prednison atau prednisolon oral diberikan 1-2 mg/kg BB
dalam dosis terbagi selama 3-5 hari Besarnya dosis, lama pengobatan dan penurunan dosis
tergantung kepada beratnya serangan dan riwayat respon penderita. Pemakaian dosis tunggal
pagi hari dapat mengurangi supresi aksis Hipotalamus Pituitari Adrenal. Pemakaian
prednisolon lebih disukai dibanding prednison karena prednison untuk menjadi prednisolon
harus diubah dahulu di hati. Setelah itu dilanjutkan dengan tappering off.10,11,12
Dalam penatalaksanaan asma tetap diperlukan suatu edukasi tentang bagaimana
menghindari faktor pencetus. Karena sebaik apapun obat antiasma yang diberikan tidak akan
memberikan hasil jika tidak ada kerjasama dengan pasien. Edukasi yang baik akan
menurunkan morbiditi dan mortaliti serta meningkat Quality of Life penderita. Mungkin saja
pasien berobat teratur namun tidak menggunakan obat sesuai dengan yang dikehendaki
karena pasien tidak mengetahui baik tujuan pengobatan maupun cara menggunakan obat.
Oleh karena itu penyuluhan kepada pasien harus dilakukan setiap kali kunjungan ke dokter.
Beberapa topik yang sebaiknya diketahui pasien antara lain:
Penilaian ulang dilakukan setlah pemberianterapi awal selesai (60-90 menit) setelah
terapi awal dimulai.2 Respon terapi awal di ruang gawat darurat menentukan apakah penderita
dirawat atau tidak. Kebutuhan merawat penderita diambil berdasrkan lama dan beratnya
serangan asma, beratnya obstruksi saluran napas, riwayat berat dan perjalan serangan
sebelumnyam obat-obat yang dipakai sekarang, fasilitas perawatan, dukungan keluarga,
situasi rumah serata adanya gangguan psikiatrik. Prinsip perawatan di ruang rawat adalah
pemberian oksigen, bronkodilator kortikosteroid sistemik dan penilaian yang lebih sering
terhadap gejala, kelelahan ataupun fungsi paru.
Plan :
Diagnosis :didiagnosis apabila seseorang mengeluh sesak napas, yang pada pemeriksaan fisis
didapatkan wheezing
Pengobatan :Penanganan berupa oksigen 3-4 liter/menit, IVFD Asering, Inhalasi ventolin:
bisolvon
Pendidikan :Dilakukan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus asma
Konsultasi :Konsultasikan segera ke dokter penyakit dalam jika tidak ada perubahan
Rujukan :(-)
Kontrol :kontrol ke poli penyakit dalam dan poli kebidanan
Kegiatan
Penanganan asma
Periode
3 hari pertama
Nasihat
Selama perawatan