PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini
ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat
melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan
anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf
optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah
katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita
gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.Di
Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya
penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 40 tahun, tingkat resiko
menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma
tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. 2
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam
mata. Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak
menderita glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki
tekanan normal.Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka
(glaukoma kronis), Glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma
sekunder, dan glaukoma kongenital.2
Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara
mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman
trabekulum. Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus
diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi
resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.3
Tekanan intraokular diturunkan dengan cara mengurangi produksi aqueous
humor atau dengan meningkatkan aliran keduanya, menggunakan laser,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
Anatomi sudut filtrasi terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah
bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran
descement dan membran Bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke
dalam mengelilingi kanal schlemn dan trabekula sampai ke bilik mata depan.
Akhir dari membran descement disebut garis schwalbe.
Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari a.
siliaris anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:
1.
dan menuju
ke belakang, mengelilingi kanal schlemn untuk berinsersi pada sklera.
2.
menuju jaringan
pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.
4.
Ligamentum pektinatum rudimenter, berasal dari dataran depan iris
menuju depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis dan
seluruhnya diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus
pandang, sehingga ada darah di dalam kanal schlemn, dapat terlihat dari luar.
Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0.5 mm. Pada
dinding sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat
hubungan langsung antara trabekula dan kanal schlemn. Dari kanal schlemn,
keluar saluran kolektor 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena didalam
jaringan sklera dan episklera dan v. siliaris anterior di badan siliar.1,2
Humor akueus akan mengalir keluar dari sudut COA melalui dua jalur,
yakni :
-
(sistem konvensional)
Outflow melalui sistem vaskular uveoscleral yang menerima sekitar
15% outflow, dimana akan bergabung dengan pembuluh darah vena2,3
II.3 GLAUKOMA
1. DEFINISI
Glaukoma mencangkup beberapa penyakit dengan etiologi yang berbeda
dengan tanda umum adanya neuropathy optik yang memiliki karakteristik
adanya kelainan pada nervus optikus dan gambaran gangguan lapang pandang
yang spesifik. Penyakit ini sering tapi tidak selalu berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraokular. Stadium akhir dari glaukoma adalah
kebutaan. 2
2. EPIDEMIOLOGI
hamper 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk
Amerika Serikat terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar
50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat
b. Subakut
c. Kronik
d. Iris plateu
B. Glaukoma sekunder
C. Glaukoma kongenital
D. Glaukoma absolut
A. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
a. Glaukoma sudut terbuka primer
Glaukoma sudut terbuka primer disebut juga glaukoma kronik atau
chronic simple glaucoma menggambarkan masalah kesehatan di masyarakat.
Insiden glaukoma sudut terbuka primer diperkirakan 2,4 juta orang per tahun.
Prevalensi kebutaan dari semua jenis glaukoma diperkirakan lebih dari 8 juta
10
Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior) sehingga menimbulkan oklusi sudut bilik mata depan ireversibel yang
memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Sering terjadi kerusakan
nervus optikus).
11
Para pasien ini bermanifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma
sudut terbuka primer, sering dengan penyempitan lapangan pandang yang
ekstensif di kedua mata.
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan tekanan intraocular, sudut bilik mata
depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai tingkat serta
kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.
Iridotomi perifer dengan laser harus dilakukan sebagai langkah pertama
penanganan.Ekstrasi
katarak
dengan
implantasi
lensa
intraocular
dapat
mengendalikan tekanan intraocular secara efektif. Epinerfin dan miotik kuat tidak
boleh di pakai kecuali bila sebelumnya telah dilakukan iridotomi atau iredektomi
perifer, sebab obat- obat tersebut akan memperparah penutupan sudut.
d. Iris Plateau
Iris plateau adalah kelainan yang jarang dijumpai. Pada iris plateau, kedalaman
bilik mata depan sentral normal, tetapi sudut bilik mata depannya sangat sempit
karena posisi processus ciliares terlalu anterior. Mata dengan kelainan ini jarang
mengalami blockade pupil tetapi dilatasi akan menyebabkan merapatnya iris
perifer sehingga menutup sudut, sekalipun telah dilakukan iredektomi atau
iridotomi perifer. Pengidap kelainan ini mengalami glaucoma sudut tertutup akut
pada usia muda dan sering mengalami kekambuhan.
B. Glaukoma Sekunder
1) Glaukoma Pigmentasi
Sindrom dispersi pigmen ditandai oleh pengendapan abnormal
pigmen pada bilik mata depan, terutama pada anyaman trabekular,
sehingga akan mengganggu pengeluaran aqueous humor. Studi dengan
alat USG menunjukkan pelekukan iris ke arah posterior, sehingga iris
bersentuhan langsung dengan zonula ataupun processus ciliaris, yang
mengakibatkan gesekan kedua bagian tersebut dan terjadi pengelupasan
pigmen, hal ini yang menimbulkan defek transiluminasi.
Terapi miotik maupun iridotomi perifer dengan laser telah
menunjukkan mampu membalikkan konfigurasi iris yang abnormal,
namun belum jelas apakah tindakan tersebut dapat memberikan
keuntungan untuk mencegah proses glaukoma.
12
13
Sebagian
katarak
stadium
lanjut
dapat
mengalami
Salah
satu
penyebab
meningkatnya
tekanan
14
diperlukan
karena
kerusakan
anyaman
trabekular
bersifat
ireversibel.
Penutupan sudut akut akibat seklusi pupil dapat dipulihkan
dengan midriasis intensif, tetapi sering memerlukan iridotomi
perifer dengan laser atau iridektomi edah. Setiap uveitis dengan
kecenderungan pembentukan sinekia posterior untuk diterapi
dengan midriatik selama uveitisnya aktif untuk mengurangi risiko
seklsi pupil.
b) Tumor
Melanoma traktus uvealis dapat menimbulkan glaukoma
akibat pergeseran corpus ciliare ke anterior yang menyebabkan
penutupan-sudut sekunder, meluas ke sudut bilik mata depan,
memblok
sudut
filtrasi
dengan
dispersi
pigmen,
Segera setelah
15
dapat
16
terbuka primer terutama pada individu dengan riwayat penyakit ini pada
keluarga. Penghentian pengobatan biasanya menghilangkan efek-efek
tersebut, tetapi dapat terjadi kerusakan permanen apabila tidak disadari
dalam waktu yang lama.Pasien yang mendapat terapi steroid topical
atau sistemik harus menjalani tonometry dan oftalmoskopi secara
periodic, terutama apabila ada riwayat glaucoma pada keluarga.
C. Glaukoma kongenital
Lima puluh persen kasus glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir, 70%
kasus didiagnosis dalam 6 bulan pertama, dan 80% kasus didiagnosis di akhir
tahun pertama. Ketidakseimbangan aliran aqueous pada glaukoma kongenital ini
disebabkan oleh kesalahan dari perkembangan sudut bilik anterior, tidak ada
hubungan dengan kelainan mata lainnya. Ada 3 klasifikasi dari glaukoma
kongenital, yaitu:
a. True congenital glaucoma (40%) yang mana tekanan intraokular meningkat
selama dalam kandungan.
b. Infantile glaucoma (55%) gejala mulai Nampak pada usia 3 tahun. Universitas
Sumatera Utara
c. Juvenile glaucoma, jarang, dimana tekanan meningkat setelah usia 3 tahun
sampai sebelum usia 16 tahun. Gonioskopi normal atau adanya
trabeculodysgenesis
D. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai
kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan
cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi merupakan
tindakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan
17
5. PATOFISIOLOGI
18
6. Pemeriksaan penunjang
A. Iluminasi oblik dari COA
COA diiluminasi dengan sinar dari lampu tangensial menuju bidang
iris. Pada mata dengan kedalaman COA yang normal, iris tampak
seragam saat diiluminasi. Pada mata dengan COA yang dangkal dan
sudut yang tertutup baik sebagian ataupun seluruhnya, iris menonjol
ke anterior dan tidak seragam saat diiluminasi.
19
pemeriksaan
pilihan
untuk
20
21
bola
mata
dimana
pada
saat
palpasi
Tonometri Schiotz
Pemeriksaan ini mengukur derajat dari kornea yang dapat
diindentasi pada posisi pasien supine. Semakin rendah
tekanan intraokular, semakin dalam pin tonometri yang
masuk dan semakin besar jarak dari jarum bergerak.
Tonometri indentasi sering memberikan hasil yang tidak
tepat. Sebagai contohnya kekakuan dari sklera berkurang
pada mata miop dimana akan menyebabkan pin dari
tonometer masuk lebih dalam. Oleh karena itu tonometri
indentasi telah digantikan oleh tonometri applanasi.
22
melakukan pemeriksaan
23
Oftalmoskop
Diskus optikus memiliki indentasi yang disebut optic cup.
Pada
keadaan
peningkatan
tekanan
intraokular
yang
24
25
7. DIAGNOSIS BANDING
Iritis akut lebih menimbulkan fotofobia dibandingkan
galukoma akut, Tekanan intraocular biasanya tidak meningkat,
pupil konstriksi atau bentuknya irregular dan kornea biasanya tidak
edema,terdapat injeksi silier dalam.
Konjungtivitis
akut
biasanya
terjadi
bilateral,
nyeri
26
Konjungtivitis
Iritis Akut
Glaukoma
Trauma/Infeksi
Akut
Sangat sering
Sedang/Banyak
Normal
Tidak ada
Difus
Sering
Tidak ada
Sedikit buram
Sedang
Sirkumkornea
Akut
Jarang
Tidak ada
Sangat buram
Berat
Sirkumkorneal
Kornea
Sering
Encer/Purulen
Biasanya buram
Konjungtiva
Kornea
Ukuran Pupil
Respon Cahaya
Tekanan
Jernih
Normal
Normal
Normal
l
Jernih
Kecil
Buruk
Normal
Berkabut
Midriasis
Tidak ada
Meningkat
Sesuai penyebab
Normal/Kecil
Normal
Normal
Intraokular
Organisme
Sesuai penyebab
Tidak ada
Tidak ada
Insidensi
Sekret
Visus
Nyeri
Injeksi
Sirkumkorneal
kornea
8. PENATALAKSANAAN
Dasar-dasar penanganan glaukoma
Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dibawah ini :1
1. Makin tinggi TIO, makin besar kerusakan saraf optik
2. Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan
saraf optik, tetapi faktor tersebut belum diketahui dengan jelas
3. Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko
kerusakan lebih lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa
kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus
4. Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan tekanan TIO pasti
mempunyai efek samping dan membutuhkan biaya
5. Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupya
sehingga selama hidup pasien masih mempunyai pengelihatan yag bagus,
dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin
27
karbonik
anhidrase
acetazolamid,
methazolamid
b. Zat hiperosmotik : mannitol, gliserin, urea
28
Obat Topikal
a. Pilokarpin
Pilokarpin merupakan obat golongan kolinergik yang menurunkan TIO
dengan cara menaikkan kemampuan aliran keluar cairan akuos melalui
trabekulum
meshwork.1,2
Obat
ini
merangsang
parasimpatik
sehingga
menyebabkan kontraksi m.longitudinalis ciliaris yang menarik taji sclera. Hal ini
akan membuka anyaman trabekulum sehingga meningkatkan aliran keluar. Selain
itu, agen ini juga menyebabkan kontraksi m.sfingter pupil sehingga terjadi miosis.
Efek miosis ini akan menyebabkan terbukanya sudut iridokornea pada glaukoma
sudut tertutup. Pilokarpin tidak boleh diberikan pada glaukoma yang disebabkan
oleh uveitis, glaukoma maligna dan kasus alergi terhadap obat tersebut.1
Efek samping penggunaan obat ini adalah kerartitis superfisilais pungtata,
spasme otot siliar yang menyebabkan rasa sakit pada daerah alis, miopisasi,
ablasio retina, katarak, toksik terhadap endotel kornea. Pilokarpin tersedia dalam
bentuk pilokarpin hidrokloride 0,25 % - 10 % dan pilokarpin nitrat pemberian
dengan diteteskan 1-2 tetes, 3-4 kali/hari. Durasi obat ini selama 4-6 jam.1,2
29
tingginya insidens rekasi alergi. Larutan 0,5 % 3 kali/hari dan 1 % sebelum dan
sesudah terapi laser.2
d. Brimonidin
Obat ini termasuk golongan agonis adrenergik -2 selektif yang bekerja
menurunkan tekanan intra ocular dengan cara menurunkan produksi cairan akuos
dan menaikan aliran uveosklera.1,2 Obat golongan ini tidak dapat diberikan pada
pasien yang hipertensi, penggunan inhibitor monoaminaksidasi (MAO), harus
berhati-hati jika digunakan pada pasien depresi, insufisensi serebral dan koroner,
hipotensi ortostatik dan Raynauds phenomenon.1 Efek samping yang dapat terjadi
pada pemakaian obat ini antara lain timbulnya krusta pada palpebra, rasa panas,
mata merah, sakit kepala, mulut kering, pengelihatan kabur, rasa lelah, pusing. 1
Reaksi alergi dan gatal pada mata.1,2 Obat tersedia dalam konsentrasi 0,2 %
(Alphagan tetes mata) diberikan 2kali/hari.1,2,3 Juga tersedia Alphagan P yang
mengandung brimonidin purite dengan konsentrasi 0,15 %.1
e. Timolol Maleate
Obat ini tergolong dalam penyekat reseptor yang menurunkan TIO dengan
cara mengurangi produksi cairan akuos oleh badan siliar. Timolol merupakan
penyekak 2 yang tidak selektif, bekerja juga di jantung sehingga memperlambat
denyut jantung dan menurunkan tekanan darah serta menyebabkan konstriksi
bronkus.1,2 Efek samping pada mata dapat berupa konjungtivitis, blefaritis,
keratitism, sensitifitas kornea yang menurun, gangguan pengelihatan, keratopati
pungtata superfisial, gejala sindroma mata kering, diplopia dan ptosis.1
Obat ini tidak boleh diberikan jika telah diketahui alergi atau mempunyai
kelainan yang merupakan kontraindikasi penyekat pada umumnya. Obat tersedia
30
dengan konsentrasi 0,1 % (bentuk gel diberikan 1kali/hari dan dengan konsentrasi
0,25 % - 0,5 % (bentuk tetes mata, diberikan 2 kali/hari).1,2,3
f. Betasolol
Merupakan penyekan reseptor 1 selekttif sehingga tidak menimbulkan
efek samping terhadap bronkus dan tidak memyebabkan bronkokonstriksi. Obat
ini aman digunakan pada penderita asma. Obat yang tersedia dalam bentuk
betasolol hidrklorit tetes mata dengan konsentrasi 0,25 % dan 0,5 % yang
diberikan 1 tetes, 2 kali/hari.1,2,3
g. Latanoprost
Obat
ini
merupakan
suatu
analog
prostaglandin
yang
bekerja
31
i. Unoprostone
Obat ini adalah derivate pertama dari docosanoid yang juga merupakan
suatu analog prostaglandin, obat ini digunakan untuk terapi glaukoma sudut
terbuka dan hipertensi okular. Obat ini dapat meningkatkan perfusi darah pada
papil saraf optik. Seperti latanoprost, bekerja meningkatkan aliran uveskleral
tanpa mempengaruhi produksi humor akuos, unoprostone ini juga tidak boleh
digunakan pada penderita glaukoma dengan inflamasi atau pada glaukoma
neovaskular. Efek samping unoprostone yang pernah dilaporka antara lain
perubahan iris pigmen, hiperemis konjungtiva, iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada
mata.1 Unoprostone tersedia dalam bentuk unoprostone isopropylate 0,15 % tetes
mata yang diberikan 1 tetes, 2kali/hari.1,3
j. Bimatoprost
Bimatoprost adalah suatu bentuk kelompok prostaglandin yang unik
dimana bersifat menyerupai prostamid dan merupakan obat penurun tekanan bola
mata yang poten. Bimatoprost ini bekerja menurunkan tekanan bola mata dengan
cara meningkatkan aliran keluar akuos pada uveoskleral dan pada trabekulum.
Obat ini dapat digunakan untuk pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan
hipertensi okluar, tetapi tidak dapat diberikan pada pasien yang hipersensitif
terhadap prostamid.1 Sediaan yang tersedia dalam bentuk tetes mata bimatoprost
0,03 % yang diberikan satu kali/hari pada saat malam hari, sedangkan efek
samping yang dilaporkan dapat timbul setelah penggunaan obat ini antara lain,
perubahan warna pigmen iris, hipertensi konjungtiva, hipertrikosis, rasa terbakar,
gatal pada mata, rasa sakit, udem kelopak mata dan sensasi benda asing.1,2
k. Dorzolamid
Penghambat anhidrase karbonat topikal ini bersifat hidrofilik dan dapat
menembus kornea menuju badan siliar untuk meneka produksi cairan akuos. Obat
ini merupakan suatu derivat sulfonamide non bakteriostatik yang akan
menghambat kerja anhidrase karbonik pada badan siliar, memperlambat produksi
bikarbonat, menurnkan kada sodium dan transport cairan sehingga prduksi cairan
akuos akan berkurang. Dorzolamid ini dapat digunakan pada pasien dengan
glaukoma sudut tertutup akut primer atau sekunder dan juga glaukoma sudut
32
terbuka primer atau sekunder. Obat ini dapat ditambahkan pada pasien yang
kurang respon terhadap timolol maleate dan dilaporkan kombinasi obat ini dapa
menurunkan tekanan intraokular sampai 43%.1
Dosis yang tersedia adalah dorsolamid hidroklorid 2 % dan tetes mata
yang dapat diberikan sampai 3 kali/hari, tetapi dalam bentuk kombinasi dengan
timolol maleate 0,5 % obat diteteskan hanya 2 kali/hari. 1,2,3 Efek samping obat ini
yang tercatat antara lain gangguan pada indra pengecap, rasa terbakar dan gatal
pada mata, hiperemis konjungtiva, mata kabur, dan keratits pungtata
superfisilais.1,2 Efek samping lainnya yang diaporka tetapi insidensinya sangat
rendah antara lain konjungtivitis, diplopia, keratokonjungtivatitis, keratopati, rasa
lengket atau krusta pada margin kelopak mata, dan epifora. 1 Efek samping
sistemik dorzolamid yang telah dilaporkan antara lain rasa melayang, pusing,
insomnia, perubahan tingkah laku, vertigo, nyeri abdomen, nausea, anoreksia,
alopesia, nyeri dada, diare, infeksi saluran kemih, dermatitis kontak dan lain-lain.1
l. Brinzolamid
Obat ini juga tergolong dalam penghambat anhidrase karbonik yang
bersifat sama dengan dorsolamid, tetapi efek samping baik yang lokal maupun
sitemik yang timbul lebih ringan dibandingkan dengan dorsolamid, sehingga obat
ini dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Dosis yang tersedia dalah
brinzolamid 1 % tetes mata yang diberikan 3 kali/hari dan obat ini tidak dapat
diberikan bila ternyata pasien hipersensitif terhadap brinzolamid atau zat
pembawanya.1,3
Obat Sistemik
a. Acetazolamide
Obat ini termasuk dalam golongan penghambat anhidrase karbonat. Tetapi
terdapat alternatif, yaitu dichlorphenamide dan methazolamide-digunakan pada
glaukoma kronik bila terapi topikal kurang memuaskan serta pada glaukoma akut
dengan tekanan intraokularyang sangat tinggi dan perlu segera dikontrol.Obat ini
33
dapat menurunkan produksi cairan akuos sebanyak 40-60% sehingga dapat untuk
menurunkan tekanan intraokular.1,2
Acetazolamide dapat juga sebagai monoterapi atau terapi tambahan pada
pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer, glaukoma sekunder, glaukoma
sudut tertutup akut, atau sebagai premedikasi operasi intraokular. Obat ini tidak
dapat diberikan pada pasien yang hipersensitif terhada zat ini, kadar natrium dan
kalium serum yang rendah, kelainan ginjal dan hati yang nyata serta pemberian
harus sangat berhati-hati pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan yang
berat.1
Dosis obat yang tersedia adalah 125 mg, 250 mg dalam bentuk tablet dan
500 mg dalam bentuk kapsul yang diberikan tiap 6 jam pada orang dewasa, pada
anak diberikan 10-15 mg/kgBB/hari dengan dosis terbagi 3 atau 4. 1,2,3
Acetazolamide ini juga dapat diberikan secara intravena. 1 Penggunaan
acetazolamide jangka panjang tidak dapat ditoleransi oleh sekitar 40-50 %
dikareakan timbulnya efek samping sistemik penggunaan penghambat karbonik
anhirase pada umumnya seperti malaise, rasa lelah yang berlebihan, depresi,
anoreksia, mual dan muntah, sering kencing, asidosis metabolik, kesemutan pada
ujung ekstremitas, hilangnya berat badan serta penurunan libido pada pasien pria
muda dan reaksi hipersensitifitas.1,2
b. Methazolamide
Methazolamide mempunyai struktur yang sama dengan acetazolamide tetapi
bersifat lebih poten dan dapat menembus barier darah 50 kali dibanding
acetazolamide. Obat ini dapat digunakan pada berbagai macam glaukoma baik
akut maupun yang kronik atau sebagai terapi tambahan disamping obat anti
glaukoma yang lain. Dosis yang tersedia adalah tablet 25 mg dan 50 mg diberikan
3 kali/hari. Efek samping obat antara lain, rasa melayang, lelah yang berlebihan,
malaise, dan gangguan pada sistem gastrointestinal.1
c. Gliserol
Gliserol merupakan obat hiperosmotik yang dapat menurunkan tekanan
intraokular dengan cepat dengan cara mengurangi volume vitreous. Obat ini
34
penting untuk keadaan akut dimana tekanan intraokular sangat penting sehingga
harus cepat diturunkan. Obat hiperosmotik akan membuat tekanan osmotic darah
menjadi tinggi sehingga air di vitreous bisa terserap ke darah. Dosis yang tersedia
cairan gliserol 50 % dan 75 % yang diberikan dengan dosis standar 2-3 ml/kg
dapat diberikan peroral 3-4 kali/hari, untuk persiapan operasi intraokular dapat
diberikan dengan dosis 1-1.5 g/kgBB diminum sehari 1-1,5 jam sebelum operasi,
obat ini mulai bekerja setelah 10 menit dan mencapai efek maksimal setelah 30
menit dan akan bekerja selama 5 jam.1,2
Gliserol tidak boleh diberikan pada penderit diabetes mellitus dan kelainan
fungsi ginjal.1,2 Efek samping obat ini antara lain peningkatan tekanan darah
sistemik yang berat, dehidrasi, mual, muntah, dieresis, retensi urin, rasa bingung,
pusing, demam, diare, gagal jantung kongestif, asidosis, dan udem paru.1
d. Manitol
Obat golongan hiperosmotik ini diberika secara intravena, mempunyai
cara kerja dan efek samping seperti zat hiperosmotik yang lain. Dosis yang
tersedia dalam kandungan 20 % dalam 500 ml. Dosis yang dapat diberikan 1-2
gr/kgBB atau 5 ml/kgBB intravena dalam 1 jam. Obat ini tidak boleh diberikan
pada pasien dengan fungsi ginjal dan jantung.1
Bedah Glaukoma
Insisional dan laser
a. Iridektomi atau Iridotomi perifer
Iridektomi atau iridotomi perifer adalah tindakan bedah dengan membuat
lubang pada iris untuk mengalirkan cairan akuos langsung dari bilik belakang ke
bilik depan dengan mata mencegah tertutupnya trabekulum pada blok pupil dan
juga dapat mencegah timbulnya blok pupil relative pada pasien yang memiliki
bilik depan mata yang dangkal. Iridektomi perifer dilakukan dengan cara
menggunting iris bagian perifer sedangkan iridotomi perifer yaitu melubnagi iris
dengan menggunakan laser ND-Yag dengan panjang gelombang 1604 nanometer
atau laser Argon.1,2
35
Laser iridotomi pada pasien yang memiliki iridokornea yang sempit dan
terancam tertutup, glaukoma sudut tertutup akut beserta mata satunya, iris bombe,
blok pupil pada afakia atau pseudofakia, nanoftalmos dan glaukoma vakomorfik.
Laser iridotomi tidak dapat dilakukan pada kornea yang keruh, pupil dilatasi, bilik
mata depan sangat dangkal (terdapat sentuhan iridokornea), inflamasi akut,
rubeosis iridis. Bila terdapat kondisi seperti diatas maka dilakukan operasi
iridektomi perifer. Untuk menghindari kenaikan tekanan intraokular mendadak
postlaser dapat diberikan brimonidin, sedangakan steroid dapat diberikan untuk
mengatasi inflamasi setelah laser.1
Komplikasi yang dapat terjadi setelah laser antara lain meningkatnya
tekanan intraokular, rusaknya kornea, iritis, hifema, katarak, gangguan
pengelihatan, retina terbakar, glaukoma maligna, sinekia posterior.1
b. Gonioplasti atau Iridoplasti Laser
Tekhnik laser ini dugunakan pada penderita galukoma sudut tertutup
dengan tujuan memperdalam sudut iridokornea, misal iris plateau dan
nanoftalmos. Laser dilakukan pada stroma iris sehingga terjadi kontriksi yang
akan menari iris perifer menjadi lebih datar dan sudut iridokornea terbuka.
Tindakan ini memiliki kontraindikasi dan komplikasi yang sama dengan laser
iridotomi. Laser yang diguunakan pada iridoplasti ini adalah laser argon dengan
besar spot 200-500 m, dengan durasi 0,1 0,5 detik dan power 200-500 mW,
dapat juga menggunakan laser ND-Yag dengan panjang gelombang 532
nanometer.1
c. Trabekuloplasti Laser
Trabekuloplasti laser dikerjakan untuk membuat sikatriks di trabekulum.
Sikatriks sifatnya membuat tarikan, diharapkan bagain yang tidak terkenan laser
atau tidak terjadi sikatriks akan tertarik sehingga celah trabekulum melebar.
Tindakan laser ini dilakukan pada pasien glaukoma sudut terbuka yangsudah tidak
toleran atau tidak patuh menggunakan obat-obatan anti glaukoma. Trabekuloplasti
laser tidak dapat dikerjakan pada pasien dengan inflamasi, sindrom iridokorneal
enotelial (ICE), galukoma neovaskular, galukoma sudut tertutup. Laser yang
digunakan adalah laser Argon dengan besar spot 50 m, durasi 0,1 detik, power
36
300-1000 mW, dilakukan pada daerah anyaman trabekulum lebih kurang 180 0
dengan menggunakan goniolens. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain
inflamasi, disperse pigmen, peningkatkan tekanan intra okuler, sinekia anterior
perifer (PAS).1,2
Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah suatu prosedur operasi yang bertujuan membuat
saluran atau lubang yang menghubungkan bilik depan mata, dengan daerah
subkonjungtiva atau subtenon, sehingga pada kondisi ini cairan akuos dapat
mengalir langsung dari bilik mata belakang ke bilik depan mata dan langung
masuk ke daerah subkonjungtiva melalui partial sthickness flap sklera sehingga
tekanan okular turun.1,2
Prosedur ini dapat merupakan terapi pertama tetapi dapat juga dilakukan
setelah tekanan intraokular pasien tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan,
pasien tidak toleran terhadap obat-obatan anti galukoma, visus terus menurun, dan
lapangan pandangan terus memburuk walaupun terapi sudah maksimal diberikn
serta kepatuhan pasien yang buruk. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien
glaukoma sudut terbuka primer atau sekunder, glaukoma sudut tertutup primer
atau sekunder. Prosedur trabekulektomi ini tidak dianjurkan untuk mata yang
sudah buta karena akan berisiko untuk menimbulkan oftalmia simpatika pada
mata sebelahny aatau pada glaukoma neovaskular karena risiko kegagalan yang
tinggi.1
Operasi trabekulektomi merupaka operasi yang paling serin dilakukan
pada glaukoma, hasil akhir yang diharapkan dari operasi tersebut adalah masih
terbukanya lubang/fistula yang menghubungkan ruang dalam bola mata dengan
luar bola mata. Komplikasi operasi trabekulektomi dibagi menjadi 3 tahap yaitu:1
Komplikasi intraoperatif :1
1)
2)
3)
4)
5)
37
38
e. Trabekulotomi
Prosedur operasi ini juga merupakan terapi untuk glaukoma kongenital
atau infantil seperti goniotomi, tetapi trabekulotomi dapat dilakukan pada kornea
yang keruh. Indikasi maupun komplikasi operasi sama dengan goniotomi. Operasi
trabekulotomi ini menggunakan trabekulotome dari Harms atau McPherson yang
dimasukan melalui kanalis Schlemm dari luar dibawah flap sclera kemudian
trabekulotom diputar 90 ke arah sentra kornea sehingga anyaman trabekulum
terlepas.1
f. Implan Drainase Pada Glaukoma
Pada kasus-kasus tertentu angka keberhasilan operasi trabekulektomi akan
sangat menurun terutama pada kasus glaukoma neovaskular, glaukoma karena
uveitis atau sindroma ICE, hal ini paling sering disebabkan timbulnya jaringan
sikatriks pada jaringan konjungtiva atau tertutupnya lubang sklerotomi setelah
dilakukan trabekulektomi. Untuk mengatasi keadaan ini diperlukan implan
drainase yang dapat mempertahankan fungsi bleb konjungtiva yang diperlukan
untuk mengendalikan tekanan intra okular. Pada saat ini telah banyak tersedia
tube shunt yang berfungsi sebagai pipa penghubung antara bilik mata depan
dengan ruang subkonjungtiva, selain itu terdapat implan tube shunt yang
dilengkapi dengan reservoir yang dipasang diruang subkojungtiva.1,5
Pada pemasangan implan lubang sklerotomi akan permanen dan walaupun
timbul jaringan sikatrik pada konjungtiva tetapi fungsi bleb konjungtiva akan
tetap paten dengan adanya reservoir dan tube shunt tersebut. Terdapat berbagai
macam dan jenis glaukoma drainase implant antara lain implan Molteno, implant
Baervelt, implant White pump shunt, implant Shocket band, implan Ahmed valve,
implant Optimett, implant Joseph valve, implan Krupin valve with disc. Indikasi
utama untuk pemasangan implan drainase ini adalah glaukoma pada anak,
glaukoma neovaskular, glaukoma pseduofakia, dan sindrom ICE dimana visus
pasien masih ada.1
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah pemasangan drainase ini antara
lain hipotoni, bilik mata depan lenyap, sumbatan pada tuba, sentuhn tuba pada
39
kornea atau iris yang menyebabkan kerusakan, erosi atau lepasnya implant dari
tempatnya, diplopia, dekompensasi kornea.1
setelah
tindakan
siklodestruksi
ini
antara
lain
hipotoni
yang
40
pandang dapat terus berlanjut pada tekanan intraokular yang telah normal).
Apabila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar pasien glaukoma
daoat ditangani dengan baik secara medis. Trabekulektomi merupakan pilihan
yang baim bagi pasien yang mengalami perburukan meskipun telah menjalani
terapi medis.1
41
BAB III
KESIMPULAN
42
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Ekantini R, Talka TG. In: Suhardjo SU, Hartono, editor . Glaukoma. Ilmu
Kesehatan Mata. Edisi Badan Penerbit FK UGM. 2012. Jogjakarta : 11143
2. Salmon JF. Glaukoma. In: Susanto D, editor. Vaughan & Ashbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2016.
Jakarta. :212-28
3. Ilyas HS, Yulianti SR. Glaukoma. In: Utama H, editor. Ilmu Penyakit
Mata. Edisi 5. Badan Penerbit FKUI. 2015. Jakarta. :222-9
4. Bras D, Maggio F. Surgical Treatment of Canine
Glaucoma
44