Dengan semakin berkembangnya teknologi pertanian penyediaan benih tidak hanya dapat
diperoleh dari sumber benih, akan tetapi dapat dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian tersebut dalam media buatan secara aseptis
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup dan tembus cahaya sehingga
bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Teknologi kultur jaringan ini mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan
perbanyakan tanaman dari benih, antara lain :
1.
tanaman yang dihasilkan mempunyai keseragaman genetik yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tanaman yang berasal benih
2.
3.
4.
5.
pada beberapa jenis tanaman tertentu tanaman yang dihasilkan dari kultur jaringan ini
mempunyai kelebihan tahan terhadap penyakit, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin
6.
7.
8.
Dalam proses perbanyakan kultur jaringan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu :
1.
Genotip tanaman
Respon eksplan tanaman tergantung dari spesies, varietas, atau tanaman asal
eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini berhubungan erat dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan
lingkungan kultur. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan
pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing tanaman bervariasi meskipun teknik kultur
jaringan yang digunakan sama.
2.
GA7, sedangkan growth retardant yang sering digunakan adalah Ancymidol, Paraclobutrazol
dan TIBA, AbA dan CCC.
c. Jenis media yang digunakan
Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat, medium
semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media akan mempengaruhi pertumbuhan
kultur, kecepatan pertumbuhan dan diferensiasinya. Keadaan fisik media ini mempengaruhi
pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap osmolaritas larutan dalam media serta
ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.
3.
c. Cahaya
Pertumbuhan eksplan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh : kuantitas dan kualitas
cahaya (intensitas), lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya. Pertumbuhan Pada
perbanyakan tanaman secara invitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang
penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya
dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan pertumbuhan
kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini
disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL
tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas
cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas
cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang
kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan
dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah. Selain intensitas
cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi pertumbuhan eksplan
yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman
sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya diatur pada kisaran
8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap tergantung varietas tanaman dan eksplan yang
dikulturkan. Periode siang/malam (terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan
timer yang ditempatkan pada saklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik ini penyinaran
dapat diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman.
4.
Kondisi eksplan
Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh
keadaan jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan. Selain faktor genetis eksplan yang
telah disebutkan di atas, kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan teknik
mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan
sebagai eksplan. Meskipun masing-masing sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi,
namun masing-masing jaringan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan
beregenerasi dalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk
masing-masing kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya. Umur eksplan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi.
Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah
tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut.
Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel yang belum
kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur dibandingkan jaringan tua. Oleh
karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncupkuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari
tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat
membantu untuk memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil. Ukuran eksplan juga
mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil lebih mudah disterilisasi dan
tidak membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun kemampuannya untuk
beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk
pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan, maka semakin besar
kemungkinannya untuk membawa penyakit dan makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan
ruang dan media kultur yang lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat tergantung dari
jenis tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan pengkulturannya.
5.
6.
Inisiasi Kultur
Multiplikasi
(Perbanyakan Propagul)
Aklimatisasi
Perbanyakan bibit secara kultur jaringan melalui beberapa tahapan proses yaitu :
1.
2.
Inisiasi kultur.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Eksplan yang
dikulturkan diharapkan dapat menginisiasi pertumbuhan baru sehingga akan memungkinkan
dilakukan pemilihan tanaman yang tumbuhnya paling kuat untuk perbanyakan (multiplikasi
tahap selanjutnya).
3.
4.
5.
Aklimatisasi
Tahapan ini merupakan tahap kritis dalam perbanyakan kultur jaringan untuk produksi massal.
Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan
secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis
sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat
diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi (Luri, S. 2010b).
Pemotongan
Lahan pendederan
Pendederan
Perawatan Dederan
Aklimatisasi
Domain Pengguna
Eksplant = Pistil /
Bunga Kakao
Planlet Pasca
Aklimatisasi
Tanaman Kakao Asal
SE
Embrio Tanaman
Pembibitan
Planlet
Pra Aklimatisasi
Tanaman yang berasal dari bibit kakao SE ini memiliki keunggulan antara lain :
a. 4 bulan lebih cepat berubah daripada tanaman yang dikembangkan melalui benih
b. tidak terbentuk Kotiledon
c. produksi tinggi yaitu pada 3 tahun mencapai 500 kg/ha/th, 4 tahun mencapai 1.137 kg/ha/th
dan pada 5 tahun mencapai 1.680 kg/ha/th
d. pertumbuhan tanaman lebih vigor
e. tahan kekeringan
(Ditjenbun, 2009)
f. tahan terhadap hama PBK (Penggerek Buah Kakao), penyakit busuk buah dan VSD ( Vascular
Streak Dieback) (Anonim, 2010d).
Dengan mengetahui keunggulan yang dapat diperoleh dari perbanyakan secara kultur
jaringan ini, maka berbagai macam kendala yang disebabkan oleh perbanyakan dengan
menggunakan benih dapat diatasi.
Sumber :
Anonim, 2010a. Kultur Jaringan Alternatif Bibit Unggul. http://blogs.unpad.ac.id. Diakses tanggal 9
Februari 2011.
b
Pembenihan
Tebu.
.
Teknologi
Kultur
Jaringan
Untuk
Penyediaan
http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses tanggal 31 Januari 2011.
Benih
Tebu.
S.
2009a.
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
http://kulturjaringan.blogspot.comDiakses tanggal 7 Februari 2011.
(SE)
Kultur
Kakao.
Jaringan.