TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma Uteri adalah sekumpulan sel otot rahim (myometrium) yang
berubah menjadi peka terhadap hormon wanita, sehingga tumbuh dan membesar
lebih cepat dari sel-sel normal di sekelilingnya. Beberapa peneliti menyebut ini
sebagai fibromioma, fibroid, atau leiomioma (Rizki, 2009). Mioma uteri juga
disebut suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos berada pada otot-otot
rahim dan berdasarkan besar serta lokalisasinya dapat memberikan gejala klinis
(Achadiat, 2004; Manuaba, 2004). Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu
serviks uteri dan korpus uteri (Manuaba, 2002).
Mioma serviks adalah tumor jinak dari leher rahim yang jarang terjadi.
Mioma uteri biasanya berdampingan dengan mioma serviks. Mioma serviks yang
berukuran besar dapat menghalangi sebagian saluran kemih atau mungkin
mengalami prolaps ke vagina. Mioma yang prolaps kadang mengalami ulserasi,
infeksi, berdarah, atau kombinasi dari gejala tersebut (McNeeley, 2014).
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi
jaringannya dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya,
sehingga mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat,
kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul (Anwar,
2011).
2.2 Epidemiologi
Sebagian besar mioma uteri berasal dari korpus uteri, tetapi pada kasus
yang jarang 12% mioma uteri berasal dari serviks uteri terutama pada porsio
supravaginal (El-agwany dan Swelam, 2014). Mioma sangat umum terjadi pada
wanita usia reproduksi. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum
datang haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah berhenti haid
(menopause). Sekitar 25% wanita usia 20-30 tahun mempunyai mioma, makin tua
usia makin besar kemungkinan mendapat mioma. Gejala klinik hanya terjadi pada
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa pada abdomen (Wiknjosastro, 2005). Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron.
Etiologi Mioma menurut Manuaba (2002) antara lain:
Teori Mayer dan Snoo, rangsangan "sel nest" oleh estrogen.
Faktor:
Tak pernah dijumpai sebelum menarch.
Atropi setelah menopause.
Cepat membesar saat hamil.
Sebagian besar masa reproduktif.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35 45 tahun.
Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulinlike growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
7
perkembangan
mioma.
Namun
bukti-bukti
masih
kurang
pasti.
Dari
penelitian
menggunakan
glucose-6-phosphatase
atau menyadari gejala dan baru mengetahuinya ketika memeriksakan diri. Gejala
yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor (Irianto, 2014).
Kebanyakan mioma serviks menimbulkan gejala. Gejala klinis mioma
serviks uteri adalah sebagai berikut :
Pendarahan yang mungkin tidak teratur atau berat
Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar massa
haid. Bila perdarahan berlebihan akan menyebabkan anemia. Rasa nyeri
karena tekanan tumor dan terputarnya tangkai tumor, serta adanya infeksi
dalam rahim.
Dispareunia
Infeksi dapat menyebabkan rasa sakit dan pendarahan
Prolaps jarang terjadi
Terjadi perasaan yang menekan atau terasa massa di panggul
Obstruksi aliran kencing menyebabkan retensi urin sehingga UTI (Urinary
Tract Infection) dapat berkembang (McNeeley, 2014).
Pembesaran dan pendesakan (penekanan) pada organ sekitar tumor seperti
kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul lainnya,
menimbulkan gangguan BAB dan BAK, pelebaran pembuluh darah vena
dalam panggul, gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai tumor.
Gangguan sulit hamil karena penekanan pada saluran indung telur sehingga
menghalangi pertemuan sperma dan telur.
Rasa tidak nyaman di abdomen bagian bawah atau bagian bawah abdomen
dekat rahim terasa kenyal
Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan
letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat
kontraksi rahim, perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan ganguan
pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Gejala sekunder
Infertilitas karena gangguan pada tuba, penyumbatan dan sebagainya (Irianto,
2014; Manuaba, 2007)
2.6 Diagnosa Mioma Uteri
A. Dapat ditegakkan dengan:
9
1. Anamnesis:
Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita
seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah,
kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.
2. Pemeriksaan fisik
Diagnosis adalah dengan pemeriksaan fisik. mioma serviks, terutama jika
prolaps, dapat terlihat dengan penggunaan spekulum. Beberapa teraba saat
pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada
serviks uteri. (Prawirohardjo, 2011; McNeeley, 2014).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultra Sonografi (USG): mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis
dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran
sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic
(bulatan atau lesi kecil berwarna abu-abu) dan degenerasi kistik menunjukkan
anechoic (bulatan atau lesi kecil berwarna hitam).
b) Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi
mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta
bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding
miometrium (Parker, 2007).
B. Diagnosa Banding
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di bagian
bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;
mioma
intramural
harus
dibedakan
dengan
suatu
adenomiosis,
10
pada 15-40% pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut (Kurniasari,
2010)
2.8 Komplikasi
1. Degenerasi ganas pertumbuhan Leimiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari
semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama
beberapa tahun tidak membesar,tiba-tiba menjadi besar, apalagi jika hal itu
terjadi sesudah menopause. Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75%
dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause (Prawirohardjo, 2011).
2. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana
terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum (Prawirohardjo,
2011).
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
kerana gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma
yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia
disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus
sendiri (Prawirohardjo, 2011).
11
2.9 Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan mioma serviks sama dengan pada mioma
korpus uteri dibagi atas 2 metode :
1. Terapi Medisinal (Hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropinreleasing hormon (GnRH) agonis
memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan
oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi
ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari
suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH agonis
selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan
volume mioma sebesar 44%.
Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan.
Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara
bermakna. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan
akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan
tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan
preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang
abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.
2. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine
(ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah : (1)
Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif, (2)
Sangkaan adanya keganasan., (3) Pertumbuhan mioma pada masa
menopause, (4) Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena
oklusi tuba, (5) Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu, (6)Gangguan
berkemih maupun obstruksi traktus urinarius, (7)Anemia akibat perdarahan.
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun
histerektomi.
a. Miomektomi
13
Miomektomi
sering
dilakukan
pada
wanita
yang
ingin
14
15
trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Oleh karena
pendekatan operasi tidak melalui dinding abdomen, maka pada
histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi sehingga
memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya
perlengketan paska operasi juga lebih minimal.
Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal
lebih cepat dibanding yang menjalani histerektomi abdominal. Dengan
berkembangnya
tehnik
dan
alatalat
kedokteran,
maka
tindakan
bantuan
laparoskopi
(Laparoscopically
assisted
vaginal
histerectomy/LAVH).
Pada prosedur ini tindakan laparoskopi dilakukan untuk memisahkan
adneksa dari dinding pelvik dan memotong mesosalfing kearah
ligamentum kardinale dibagian bawah. Pemisahan pembuluh darah uterina
dilakukan dari vagina. Kedua, pada tahun 1991 Semm memperkenalkan
tehnik classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy
(CISH) tanpa colpotomy. Prosedur ini merupakan modifikasi dari STAH,
dimana lapisan dalam dari serviks dan uterus direseksi menggunakan
16
17
HASIL PEMERIKSAAN
Teraba tumor di
abdomen bagian
bawah
Tumor berasal
dari rahim
MIOMA
UTERI
HASIL
PEMERIKSAAN
KELUHAN KLINIS
Gangguan
menstruasi
Keluhan
pendesakan
- terasa kemeng di
bagian bawah
abdomen
-keluhan tak punya
anak
SIKAP BIDAN
Memberikan KIE dan
motivasi tentang mioma
uteri
Konsultasi/merujuk:
-Puskesmas
-Dokter Ahli
Tabel 2.10 Skema Penatalaksanaan
Mioma Uteri (Manuaba, 1998)
-Rumah Sakit
19