Anda di halaman 1dari 22

OUT LINE

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Ruang Lingkup Pembahasan
F. Sistematika Pembahasan
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Konsep Kepeimpinan Kepala Madrasah Aliyah
1. Pengertian kepemimpinan
2. Fungsi dan tipe kepemimpinan
3. Teori kepemimpinan
4. Gaya kepemimpinan yang efektif

5. Fungsi kepala Madrasah Aliyah


6. Keefektifan kepala Madrasah Aliyah
B. Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar
1. Kemampuan personal dan tugas guru dalam mengembangkan Kegiatan

Belajar Mengajar
2. Mutu Proses pendidikan

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data
E. Tehnik Pengumpulan Data
F. Tehnik Analisa Data
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
H. Tahap-Tahap Penelitian
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya madrasah aliyah AL Maarif Singosari
Malang
2. Visi dan Misi madrasah aliyah AL Maarif Singosari Malang Struktur
organisasi madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang Keadaan
Personel madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang Keadaan
siswa-siswi madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang Keadaan
Sarana dan Prasarana madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang
B. Penyajian dan Analisa Data
1. Kepemimpinan kepala madrasah aliyah dalam meningkatkan mutu dan
hasil pendidikan di madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang Proses
peningkatkan mutu dan hasil pendidikan di madrasah aliyah Al Maarif
2

Singosari Malang Faktor

yang mendukung dan menghambat dalam

meningkatkan mutu dan hasil pendidikan di madrasah aliyah Al maarif


Singosari Malang
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpilan
B. Saran-saran

UPAYA KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN


3

MUTU KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


DI MADRASAH ALIYAH Al MAARIF SINGOSARI MALANG

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai tempat proses belajar-mengajar yang mengembangkan


dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Konsep dasar dan pelaksanaannya akan
ikut menentukan jalannya pendidikan di tengah kehidupan manusia. Namun
demikian, pada tingkat pelaksanaannya pendidikan mulai menghadapi perubahan
sosial. Karena dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur
organisasi yang baik, termasuk dengan kepemimpinan kepala madrasah salah satu
faktor yang paling penting.
Pendidikan yang dalam pelaksanaannya melahirkan suatu konsep
pemindahan pengalaman kepada anak didik, kegiatan pemindahan pengalaman
serta mengembangkannya itu kemudian menempati tempat khusus dalam proses
belajar-mengajar. Berdasarkan fungsi dan tanggung jawab tersebut diatas, maka
sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa:
Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Berdasarkan hal tersebut diatas berarti kurikulum sekolah diharapkan
mampu mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sedangkan untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, tidak akan sampai
kearah itu tanpa didukung oleh kepemimpinan kepala madrasah dalam
pengembangan lembaga pendidikan islam yang berkualitas dan efektif.
Kepemimpinan yang efektif merupakan realisasi perpaduan bakat dan
pengalaman kepemimpinan dalam situasi yang berubah-ubah karena berlangsung
1 Sekretariat RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Thn 2003, (Bandung: Citra
Umbara), hlm. 7

melalui interaksi antar sesama manusia. Maka begitu pentingnya kepemimpinan


itu dalam kehidupan manusia, Rosulullah SAW bersabda:
Yang artinya: masing-masing kamu adalah pengembala (pemimpin) dan masingmasing kamu harus bertanggung jawab atas kepemimpinanmu
itu. (H.R Bukhari)2
Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang berat. Mengingat
perannya yang sangat besar, keuletannya serta kewibawaannya dalam membuat
langkah-langkah baru sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Hal ini
sebagaimana ditulis oleh Bernard Kutner, yang dikutip oleh Evendy M. Siregar
tentang kepemimpinan.
Dalam kepemimpinan tidak ada asas yang universal, yang nampak ialah
proses kepemimpinan dan pola hubungan antar pemimpinnya. Fungsi utama
kepemimpinan terletak dalam jenis khusus dari perwakilan (group representation).
Seorang pemimpin harus mewakili kelompoknya sendiri. Mewakili kelompoknya
mengandung arti bahwa si pemimpin mewakili fungsi administrasi secara
eksekutif. Ini meliputi koordinasi dan integrasi berbagai aktivitas, kristalisasi
kebijaksanaan kelompok dan penilaian terhadap macam peristiwa yang baru
terjadi dan membawakan fungsi kelompok. Selain itu seorang pemimpin juga
merupakan perantara dari orang dalam kelompoknya di luar kelompoknya.1
Dari kutipan tersebut dapat diambil suatu pengertian, bahwa untuk
mewujudkan program pelaksanaan pendidikan yang direncanakan, maka dalam
pelaksanaannya diperlukan seseorang yang dapat mempengaruhi, mendorong
serta menggerakkan komponen-komponen yang ada dalam lembaga pendidikan
yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan.

2 Mamur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya, 1993), hlm. 14
1 Bernard Kurtner (yang dikutip oleh Evendy M. Siregar). Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang
Berhasil, PD. Mari Belajar, Jakarta 1989, Hal 152.

Kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap pelaksanaan


pendidikan dan pengajaran khususnya terhadap pembinaan guru dalam
melaksanakan tujuannya.
Karena hal itu berpengaruh terhadap tinggi rendahnya mutu pendidikan
dan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itu
peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di
madrasah menjadi tanggung jawab kepala madrasah sebagai supervisor, pembina
dan atasan langsung.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan harus tersedianya pendidikan yang
memiliki tenaga ahli atau guru tenaga pengajar yang profesional. Dengan kata
lain agar pendidikan dapat mempunyai nilai guna dan hasil guna lebih dan
nantinya diharapkan mampu menjawab problem diatas, maka guru masih
membutuhkan bimbingan dan arahan dari Kepala madrasah sebagai pemimpin dan
penanggung jawab. Dalam suatu kekompok lembaga organisasi sangat diperlukan
adanya seorang pemimpin yang dianggap mampu mengatur, mengayomi dan
bertanggung jawab terhadap kelompok.
Untuk lokasi penelitian, sengaja penulis mengambil lokasi Madrasah
Aliyah Al-Inaayah Bogor, karena madrasah aliyah Al-Inaayah adalah salah satu
Madrasah Aliyah yang penulis ketahui memiliki dua kurikulum, yaitu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan kurikulum TMI (Tarbiyatul Mualimin AlIslamiyah) dan kepala Madrasah Aliyahnya memegang dua tanggung jawab, yaitu
selain sebagai kepala MadrasahAliyah juga sebagai direktur TMI (Tarbiyatul
Mualimin Al-Islamiyah).
Madrasah Aliyah tersebut dimulai pada pukul 06:30-15:00 untuk hari
senin sampai kamis, sedangkan hari jumat mulai pukul 06:30-11:00 dan hari
sabtu mulai pukul 06:30-13:00.
Bila dilihat dari prestasi yang pernah diraih siswa-siswi madrasah aliyah
Al-Inaayah telah terbukti Madrasah mampu menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan Madrasah Aliyah mampu bersaing dengan lembaga lainnya dalam
hal melanjutkan keperguruan Tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya alumni
6

madrasah aliyah Al-Inaayah yang tersebar diberbagai Perguruan Tinggi di


Indonesia khususnya Perguruan Tinggi Negeri dan juga di Perguruan Tinggi di
luar negeri khususnya di Timur Tengah.
Selain itu juga tidak ketinggalan siswa-siswi madrasah aliyah Al-Inaayah
sering memenangkan lomba-lomba akademik, dan non akademik. Seperti lomba
Bahasa Arab dan Inggris, kemudian lomba PRAMUKA, lomba sepak bola, lomba
volly dan lain-lain.
Berdasarkan tingginya prestasi yang pernah diperoleh oleh siswa-siswi
madrasah aliyah Al-Inaayah tentu saja tidak terlepas dari kepemimpinan kepala
Madrasah Aliyah yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada siswasiswi agar selalu mengembangkan prestasi yang ada pada diri siswa tersebut.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti merasa tertarik untuk mengamati
Kepemimpinan Kepala madrasah aliyah Al-Inaayah yang mempunyai kewajiban
untuk mengembangkan lembaganya. Madrasah aliyah Al-Inaayah merupakan
lembaga yang representative untuk dijadikan penelitian sehingga dapat dijadikan
suatu contoh bagi lembaga pendidikan lainnya
Hasil pengamatan serta observasi ini akan dituangkan peneliti dalam
sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul Upaya Kepala Madrasah Aliyah
dalam Meningkatkan Mutu Kegitan Belajar Mengajar di Madrasah
AliyahAl Maarif Singosari

B.

Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan

penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan
keluarnya melalui penelitian. Rumusan masalah sudah menjadi suatu kebutuhan
dalam sebuah penelitian, karena tanpa rumusan masalah alur dan sistematika
penelitian tidak akan menemukan jawaban dari masalah yang sedang diteliti.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana upaya kepala madrasah aliyah dalam meningkatkan mutu
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di madrasah aliyahAl Maarif
Singosari Malang?
2. Faktor

apa

saja

yang

mendukung

dan

menghambat

dalam

meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di madrasah


aliyahAl Maarif Singosari Malang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak
dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan
pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijak pada rumusan masalah yang
telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Upaya kepala madrasah aliyah dalam meningkatkan mutu Kegiatan
Belajar Mengajar di madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang
Faktor yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan mutu
Kegiatan Belajar Mengajar di madrasah aliyah Al Maarif Singosari
Malang

D.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang

terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini:


1. Dapat memberi gambaran tentang profil dan karakteristik
kepemimpinan kepala Madrasah Aliyah yang efektif dalam upaya
meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar di madrasah aliyah
8

Al Maarif Singosari Malang khususnya, sehingga dapat dijadikan


acuan bagi Pembina dan penyelenggaraan madrasah aliyah Al
Maarif Singosari malang dalam mengambil kebijakan.
2. Dapat menjadi masukan bagi Departemen Agama dalam membina
madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang untuk meningkatkan
mutu Pendidikan
3. Dapat menjadikan masukan bagi kepala Madrasah Aliyah Al
Maarif Singosari Malang untuk meningkatkan mutu Kegiatan
Belajar Mengajar
4. Dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya secara lebih
mendalam
5. Dapat memperkaya teori-teori tentang kepemimpinan kepala
Madrasah Aliyah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi agar tidak terlalu luas dalam pembahasan ini, serta
memperoleh gambaran seksama tentang materi penulisan ini, maka ruang lingkup
pembahasan dalam skripsi ini yaitu:
1. Upaya kepala madrasah aliyah dalam meningkatkan mutu Kegiatan Belajar
Mengajar di madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang
2. Faktor yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan mutu
Kegiatan Belajar Mengajar di madrasah aliyah Al Maarif Singosari
Malang
3. Metode Penelitian
4.

Pendekatan dan Jenis Penelitian


Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, yang mana penelitian ini berusaha untuk
mendapatkan informasi yang lengkap dan mendalam mengenai

kepemimpinan kepala madrasah Aliyah Al-Inaayah dalam


mengembangkan madrasahnya. Maka dari itu, peneliti
menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Sebagaimana Suharsimi Arikunto menyatakan Penelitian kualitatif
adalah penelitian naturalistic. Istilah naturalistic menunjukkan
bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara
alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak
dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada
deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penjaringan
fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal
dengan sebutan pengambilan data secara alami atau natural.2
Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menemukan dan
memahami apa yang tersembunyi di balik fenomena yang
kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau
dipahami, pendekatan ini juga diharapkan mampu memberikan
penjelasan secara utuh dan terperinci tentang fenomena yang
menjadi fokus penelitian penulis. Sebagaimana diungkapkan
Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong sebagai berikut ini:
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut


secara holistik dan (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian
dari suatu keutuhan. 3
Meninjau dari teori-teori di atas, maka peneliti akan
mendeskripsikan penelitian ini secara menyeluruh dengan
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), Hlm. 11-12
3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002),
Hlm. 3.

10

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,


kepercayaan, persepsi, pemikiran dari orang secara individu
maupun kelompok, baik yang diperoleh dari data observasi,
wawancara, maupun dokumentasi. Beberapa deskripsi ini
digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang
mengarah pada penyimpulan yang berkaitan dengan kepemimpinan
kepala madrasah dalam meningkatkan mutu dan hasil pendidikan,
proses atau bentuk-bentuk yang dilakukannya, faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat dalam meningkatkan mutu dan hasil
pendidikan.
Jenis Penelitian
Apabila ditinjau dari sudut kemampuan atau kemungkinan
suatu

penelitian

dapat

memberikan

informasi,

yakni

menjelaskan/menggambarkan saat terjadinya variabel, maka


penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif yakni data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.4

5. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen
sekaligus sebagai pengumpul data. Sedangkan instrumen selain
manusia dapat pula digunakan, namun fungsinya tersebut hanya
sebagai pendukung dan pembantu dalam penelitian. Menurut Lexy J.
Moleong kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data,
penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor
hasil penelitian.5

4 Ibid., Hlm. 6.
5 Ibid., Hlm. 121.
11

Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengumpulkan data


sebanyak-banyaknya penulis terjun langsung dan membaur dalam
komunitas subyek penelitian. Peranan penulis sebagai instrumen
utama dalam proses pengumpulan data, penulis realisasikan dengan
mengamati dan berdialog secara langsung dengan beberapa pihak
dan elemen yang berkaitan.
Dalam proses pengumpulan data, penulis mewawancara
beberapa elemen dalam lembaga yang terkait (baik dengan kepala
madrasah, waka kurikulum, serta guru) yang penulis lakukan secara
berkala.
Selama di lapangan, penulis telah melakukan pengamatan
berperan serta, sebagaimana didefinisikan oleh Bogdan yang dikutip
Lexy J. Moleong, bahwa: pengamatan berperan serta sebagai
penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu
cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan
subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.6
6. Lokasi penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah madrasah
aliyah Al Maarif yang berada di jalan Masjid no 45 Singosari
Malang
Sumber Data
Dalam rangka pencarian data, terlebih dahulu yag harus
ditentukan adalah sumber data subjek dari mana data dapat
diperoleh7 penelitiannya. Sumber data merupakan bagian penting
dari sebuah penelitian, karena ketepatan memilih dan menentukan
sumber data akan membentuk ketepatan dan kekayaan data yang
diperoleh.

6 Ibid., Hlm. 117.


7 Suharsini Arikunto, Op. Cit., Hlm. 107.
12

Sumber data dalam penelitian ini adalah semua data atau


seorang yang memberikan informasi dan keterangan yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Menurut Lofland
sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, Sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain.8
7. Tekhnik Pengumpulan Data
Tidak ada satu penelitian pun yang tidak melalui proses
pengumpulan data, dalam proses pengumpulan data tersebut ada
banyak metode yang bisa digunakan dan biasanya disesuaikan
dengan jenis penelitiannya. Dalam upaya mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya tentang strategi kepala madrasah dalam
peningkatan mutu KBM, dan sesuai dengan penelitian kualitatif yang
penulis gunakan.
Pengumpulan data melalui Wawancara (Interview)
Interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak dan dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang
atau lebih hadir secara fisik dalam proses Tanya jawab.9 Sedangkan
menurut Moleong Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.10
Merujuk pada pendapat diatas, wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dan responden dalam penelitian ini dilakukan diruangan
yang telah ditentukan dan pada jam yang sesuai dengan perjanjian

8 Lexy J. Moleong, Op. Cit., Hlm. 112.


9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Off Set, 2004), Hlm. 218.
10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), Hlm. 186.

13

antara peneliti dan responden. Adapun wawancara dari segi


pelaksanaannya, dibedakan atas:
a. Wawancara bebas (Inguided Interview), di mana pewancara
bebas menanykan apa saja, tetapi juga mengingat akan data
apa yang akan dikumpulkan.
b. Wawancara terpimpin (Guided Interview), yaitu wawancara
yang dilkakukan oleh pewancara dengan membawa
sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang
dimaksud dalam wawancara terstruktur.
c.

Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara


wawancara bebas dan wawancara terpimpin.11
Metode wawancara sangat diperlukan dan berpengaruh besar

dalam proses pengumpulan data dalam penelitian, yang mana


peneliti menyiapkan dahulu bahan-bahan yang akan diwawancarakan
dengan

yang hanya memuat secara garis besar apa yang akan

ditanyakan, atau menyiapkan pedoman wawancara yang disusun


baru melakukan wawancara sesuai dengan hal yang diinginkan.
Disini penelitilah yang berperan aktif untuk bertanya dan memancing
pembicaraan menuju masalah tertentu kepada sumber data, agar
memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada sehingga diperoleh
data penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik
wawancara bebas terpimpin, dimana peneliti membawa sederetan
pertanyaan dan juga menanyakan hal-hal yang terkait dengan
penjelasan yang telah dipaparkan. Sumber data dalam penelitian ini
adalah kepala madrasah, waka kurikulum, dan guru bidang studi
kitab kuning.
Pengumpulan data dari sumber-sumber non manusia
Tidak kalah penting dari sumber informasi yang lain adalah
sumber data dari sumber-sumber non manusia, seperti dokumen dan
11 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., Hlm. 132.
14

rekaman/catatan. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode


ini agak tidak begitu sulit dalam arti apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap (tidak berubah). Dengan metode dokumentasi
yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.12
Jenis dokumen yang penulis ambil adalah dokumen resmi,
bukan dokumen pribadi. Dalam dokumen resmi, penulis hanya
mengambil dokumen internal saja, yang menurut Lexy J. Moleong
berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga
masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.13
Dalam prakteknya, penulis diberi dokumen resmi oleh waka
kurikulum atas intruksi langsung dari kepala madrasah aliyah AlInaayah, dalam bentuk profil madrasah, visi misi, dan arsip-arsip
lain yang memadai. Dari hal itu, ada yang berupa naskah cetak dan
ada yang berupa dokumen dari data file komputer, sehingga penulis
dapat memperolehnya melalui mekanisme copy Flas disk secara
langsung. Data lain juga penulis peroleh dari data-data tertulis
(dalam bentuk papan bagan) yang ada di ruang kantor secara detail
dan akurat. Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang
diperoleh dari wawancara.

Pencatatan data atau informasi hasil pengumpulan data


Seluruh data dari informan, baik melaui observasi, wawancara,
maupun dokumentasi dicatat secermat mungkin dan dikumpulkan
menjadi suatu catatan lapangan atau field notes. Hal tersebut untuk
membantu memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang
didapatkan peneliti selama proses pengumpulan data berlangsung,
sehingga kemudian peneliti dapat memaparkan hasil analisanya
secara rinci, akurat.
12 Ibid., Hlm. 206.
13 Lexy J. Moleong, Op. Cit., Hlm. 163.
15

8. Tekhnik Analisis Data


Setelah data terkumpul dilakukan pemilahan secara selektif
disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan proses editing, yaitu
dengan meneliti kembali data-data yang didapat, apakah data
tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk
proses berikutnya. Secara sistematis dan konsisten bahwa data yang
diperoleh, dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang kemudian
dijadikan dasar utama dalam memberikan analisis.
Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong,

adalah

proses

mengatur

urutan

data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan


satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor,
analisa data adalah proses yang merinci usaha secara formal
untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang
disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada tema dan ide itu.14
Dari rumusan diatas dapat penulis simpulkan bahwa analisis
data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Sebagaimana
diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto, data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti,
gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan
sebagainya.15
Dalam proses analisis data, menurut Hamid Patalima, peneliti
harus memperhatikan:
1. Transkip wawancara.
2. Transkip diskusi kelompok terfokus.
3. Catatan lapangan dari pengamatan
4. Catatan harian penelitian.
14 Ibid., Hlm. 280.
15 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., Hlm. 103.
16

5. Catatan kejadian penting dari lapangan.


6. Memo dan refleksi peneliti.
7. Rekaman Video.16
Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data
yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif (non statistik),
yaitu data yang dikumpulkkan dengan kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka.17 Yang bermaksud mengetahui keadaan
sesuatu mengenai mengapa, alasan apa, bagaimana terjadinya.

Pengecekan Keabsahan Temuan


Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu
terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).18 Masingmasing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria
derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan:
1. Teknik perpanjangan keikutsertaan, ialah untuk memungkinkan peneliti
terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan
pengaruh

bersama

pada

peneliti

dan

subjek

yang

akhirnya

mempengaruhi fenomena yang diteliti.


2. Ketekunan/Keajegan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
3. Triangulasi,

adalah

teknik

pemeriksaan

keabsahan

data

yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan


pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
16 Hamid Patalima, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), Hlm. 88.
17 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., Hlm. 6.
18 Lexy J. Moleong, Op. Cit., Hlm. 324.
17

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui


sumber lainnya. Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori.
4. Pemeriksaan

Sejawat

Melalui

Diskusi,

dilakukan

dengan

cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam


bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
5.

Kajian kasus negatif, dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh


dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi
yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding;

6. Pengecekan anggota, yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi


data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan. Yaitu salah satunya
seperti ikhtisar wawancara dapat diperlihatkan untuk dipelajari oleh satu
atau beberapa anggota yang terlibat, dan mereka diminta pendapatnya;
7. Uraian rinci, tehnik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil
penelitian sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat
mungkin

yang

menggambarkan

konteks

tempat

penelitian

diselenggarakan.
8. Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang
dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian yang ada.
Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hatil atau
keseluruhan.19
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti telah
menggunakan

beberapa

kriteria

pemeriksaan

keabsahan

data

dengan

menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana yang telah tersebut di atas, untuk


membuktikan kepastian data. Yaitu dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen
itu sendiri, mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing,
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
mengadakan wawancara dari beberapa orang yang berbeda, menyediakan data
deskriptif secukupnya, diskusi dengan teman-teman sejawat.
Tahap-Tahap Penelitian
19 Ibid., Hlm. 326-343
18

Tahap-tahap penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian. Sebagaimana yang dikutip
Moleong, penelitian kualitatif dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap Pra
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.20
Tahap Pra-Lapangan
Pra-penelitian adalah tahap sebelum berada di lapangan. Sebagaimana
yang dikutip Moleong, ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh
peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu
dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan antara
lain: pertama, menyusun rancangan penelitian, kedua, memilih lapangan
penelitian, ketiga, mengurus perizinan, keempat, menjajaki dan memilih
lapangan, kelima, memilih dan memanfaatkan informan, dan keenam,
menyiapkan perlengkapan penelitian.
Tahap Pekerjaan Lapangan
Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya. Uraian tentang pekerjaan
lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu: Pertama, memahami latar penelitian,
kedua, memasuki lapangan, dan ketiga, berperan serta sambil mengumpulkan
data.21
Tahap Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan sesudah kembali dari lapangan, pada tahap
ini, analisis data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.22
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam penelitian ini
adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai pada tahap pra-penelitian,
tahap pelaksanaan penelitian, tahap paska-penelitian. Namun walaupun demikian
sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing- masing tahapan tersebut tidaklah
bersifat ketat, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

20 Ibid., Hlm. 127.


21 Ibid., Hlm. 127-147
22 Ibid., Hlm. 190.
19

F. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang dapat dimengerti dan menyeluruh
mengenai isi dalam skripsi ini secara global dapat dilihat dari sistematika
pembahasan skripsi di bawah ini:
BAB I: PENDAHULUAN, meliputi: latar belakang masalah, rumusan
masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup
pembahasan.
BAB II : KAJIAN TORI, meliputi: bagai bab yang menyajikan data secara
teoritis dan berbagai macam teori yang menjadi dasar pijakan dan cara
berpikir untuk menguraikan suatu analisis dalam membahas skripsi ini.
Adapun sub A). adalah Konsep Kepeimpinan Kepala Madrasah Aliyah.
sub B). adalah fungsi, tipe dan kepemimpinan kepala madrasah aliyah. Dan
yang terakhir sub C). adalah peningkatan mutu Kegiatan Belajar Mengajar
di madrasah aliyah Al Maarif Singosari Malang

BAB III : METODE PENELITIAN, dalam bab ini dibahas tentang metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian. Diantaranya adalah:
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,
sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data,
tekhnik pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan yang
terakhir adalah sistematika pembahasan.
BAB IV: HASIL PENELITIAN, Yaitu merupakan bab yang menyajikan
hasil penelitian di lapangan, yang meliputi: latar belakang obyek
penelitian dan penyajian/pemaparan data, dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP, Yaitu merupakan bab terakhir dari seluruh rangkaian
pembahasan, dari bab pertama sampai bab lima. Dalam hal ini
berisi tentang kesimpulan seluruh isi penelitian dan saran-saran.

20

21

DAFTAR PUSTAKA
Ametembun , N.A. 1975. Supervise Pendidikan. Bandung IKIP Bandung
Arikunto, Suharsimi, 2002 Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Daud, Mamur, 1993 Terjemah Hadits Shahih Muslim, Jakarta: Widjaya,
Hamid Patalima, 2005 Metode Penelitian Kualitatif Bandung: CV. Alfabeta

Kurtner, Bernard; 1989 Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil, PD. Mari
Belajar, Jakarta
Lexy J. Moleong, 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya,
Pidarta, M. 1992. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pelajaran. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Sekretariat RI, 2003 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Thn,
Bandung

22

Anda mungkin juga menyukai