Pesawat ini berangkat dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur pada tanggal 8
Maret pukul 00:41 waktu setempat (16:41 UTC, 7 Maret) dan dijadwalkan mendarat
di Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing pukul 06:30 waktu setempat (22:30
UTC, 7 Maret). Pesawat ini sedang naik ke ketinggian jelajah 35,000 feet (11,000 m)
dengan kecepatan udara sejati 471 knots (542 mph; 872 km/h) ketika pesawat ini
hilang komunikasi dan sinyal transpondernya hilang. Posisi terakhir pesawat ini per
8 Maret pukul 01:21 waktu setempat (17:21 UTC, 7 Maret) adalah 65515N
1033443E, sesuai titik jalur navigasi IGARI di Teluk Thailand, dan dari situ
rencananya pesawat berbelok sedikit ke arah timur.[18] Pelacakan militer
menunjukkan bahwa pesawat ini turun ke ketinggian 12.000 kaki setelah berbelok
tajam ke arah Selat Malaka. Belokan tajam ini dianggap dilakukan secara sengaja
karena pesawat tersebut butuh 2 menit untuk berbelok seperti itu dan tidak ada
panggilan darurat ketika hal ini terjadi.[19]
Pesawat ini rencananya akan menghubungi pengawas lalu lintas udara di Ho Chi
Minh City ketika melewati ruang udara Vietnam tepat di utara titik kehilangan
kontak.[20][21] Kapten pesawat lainnya berusaha menghubungi pilot MH370 "tepat
setelah pukul 01:30 a.m." untuk menyampaikan permintaan pengawas lalu lintas
udara Vietnam agar menghubungi mereka; kapten mengatakan bahwa ia bisa
membina kontak, tetapi hanya mendengar pesan yang tidak jelas dan suara statis.
[22]
Malaysia Airlines (MAS) mengeluarkan pernyataan media pada pukul 07:24, satu
jam setelah kedatangan terjadwal penerbangan ini di Beijing. Pernyataan tersebut
menyebut bahwa ATC Malaysia kehilangan kontak dengan pesawat pada pukul
02:40. MAS mengatakan bahwa pemerintah telah memulai operasi pencarian dan
penyelamatan.[23] Kemudian diketahui bahwa pengawas lalu lintas udara Subang
kehilangan kontak dengan pesawat pukul 01:22 dan memberitahu Malaysia Airlines
pukul 02:40. Baik awak kabin maupun sistem komunikasi pesawat tidak
mengirimkan sinyal darurat, indikasi cuaca buruk, atau masalah teknis sebelum
menghilang dari layar radar.[24][25][26] Kata-kata terakhir yang didengar
pengawas lalu lintas udara Malaysia pada pukul 01:19 adalah suara kopilot yang
mengatakan, "All right, good night".[27]
Garis waktu kehilangan[sunting sumber]
Rute: Kuala Lumpur Beijing. Inset: wilayah pencarian awal dan jalur yang
diketahui. Persegi merah kecil: kontak radar. Lingkaran kecil: klaim penemuan
serpihan.Durasi (HH:MM) Waktu Peristiwa
MYT
UTC
New Scientist melaporkan bahwa, sebelum pesawat hilang, dua aporan ACARS telah
dikeluarkan secara otomatis kepada pusat pengawasan produsen mesin Rolls-Royce
di Britania Raya;[33] dan The Wall Street Journal, mengutip sumber di dalam
The Wall Street Journal kemudian mengubah laporannya dan menyatakan bahwa
keyakinan bahwa pesawat tersebut masih terbang "didasarkan pada analisis sinyal
yang dikirim oleh hubungan komunikasi satelit Boeing 777... hubungan yang
dioperasikan dalam mode siaga (standby) dan berusaha membina kontak dengan
sebuah satelit atau beberapa satelit. Transmisi ini tidak menyertakan data..."[9][10]
Inmarsat mengatakan bahwa "sinyal otomatis yang rutin tercatat" di jaringannya,
[38] dan seorang eksekutif perusahaan menambahkan bahwa "pesan hidup" terus
dikirimkan setelah pengawas lalu lintas udara pertama kali kehilangan kontak dan
"sinyal-sinyal ping" ini dapat dianalisis untuk membantu memperkirakan lokasi
pesawat.[39]
Pesan SMS dikirimkan oleh pihak Malaysia Airlines kepada keluarga penumpang dan
awak yang isinya "tanpa keraguan lagi" penerbangan ini hilang dan tidak ada
korban selamat.[43] Inmarsat menyatakan bahwa analisis mereka didasarkan pada
pengukuran efek Doppler pada transmisi "ping" pesawat.[44]
Pencarian[sunting sumber]
Perkiraan rute[sunting sumber]
Para pakar dari Amerika Serikat, yang ditugaskan untuk membantu penyelidikan
secara berhati-hati sesuai aturan tanggung jawab,[51] menganalisis data radar dan
langsung melaporkan bahwa data radar itu memang memperlihatkan bahwa
pesawat terbang ke barat melintasi Semenanjung Malaya. Reuters dan The New
York Times menulis bahwa perubahan rute ini menunjukkan bahwa pesawat ini
berada di bawah kendali pilot yang sudah terlatih.[8][10][52] The New York Times
juga menulis bahwa pesawat mengalami perubahan ketinggian yang besar.[8]
Walaupun Bloomberg News mengatakan bahwa analisis "ping" satelit terakhir bisa
jadi menandakan lokasi terakhir sekitar 1,000 mils (1,600 km) di sebelah barat
Perth, Australia,[53] Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada 15 Maret bahwa
sinyal terakhir tersebut, diterima pukul 08:11 waktu Malaysia, mungkin berasal dari
kawasan utara di sekitar Kazakhstan.[54] Najib menjelaskan bahwa sinyal-sinyal itu
pasti berada di salah satu dari dua lokasi potensial: lokasi utara yang merentang
kira-kira dari perbatasan Kazakhstan dan Turkmenistan hingga Thailand Utara, atau
lokasi selatan yang merentang dari Indonesia sampai Samudra Hindia selatan.[55]
Tak satu pun negara di rute penerbangan utara Tiongkok, Thailand, Kazakhstan,
Pakistan, dan India yang memiliki bukti bahwa pesawat tersebut memasuki ruang
udara mereka.[56]
Upaya pencarian awal membuahkan banyak hasil yang tidak relevan. Seorang
laksamana Angkatan Laut Vietnam melaporkan bahwa kontak radar dengan
pesawat terakhir kali terjadi di atas Teluk Thailand.[24][59] Jejak minyak yang
terdeteksi di lepas pantai Vietnam pada tanggal 8 dan 9 Maret terbukti bukan
bahan bakar penerbangan.[60][61] Temuan serpihan sekitar 80 km (50 mil) di
selatan Pulau Th Chu pada tanggal 9 Maret juga terbukti bukan berasal dari
pesawat terbang.[62] Pencarian yang dipandu citra satelit Tiongkok yang diambil
tanggal 9 Maret memperlihatkan tiga objek mengambang berukuran sekitar 24 by
22 metres (79 72 ft) di 6.7N 105.63E juga tidak membuahkan hasil;[63][64]
pejabat Vietnam mengatakan bahwa wilayah tersebut telah "disisir secara
menyeluruh".[65][66]
Pada tanggal 12 Maret, pihak berwenang mulai menyisir Laut Andaman di barat laut
Selat Malaka. Pemerintah Malaysia meminta bantuan India untuk mencari pesawat
di daerah tersebut.[73] Tanggal 13 Maret, Sekretaris Pers Gedung Putih mengatakan
bahwa "wilayah pencarian lainnya mungkin akan ditambahkan di Samudra Hindia
berdasarkan informasi terbaru"[34][74] dan seorang pejabat senior di The Pentagon
berkata kepada ABC News: "Kami menduga pesawat itu jatuh di Samudra
Hindia."[75] Tanggal 17 Maret, Australia sepakat untuk memimpin pencarian di
lokasi selatan dari Sumatera hingga Samudra Hindia Selatan.[76][77] Pencarian ini
akan dipimpin oleh Australian Maritime Safety Authority. Wilayah seluas 600,000
km2 (230,000 sq mi) antara Australia dan Kepulauan Kerguelen yang letaknya lebih
dari 3,000 kilometres (1,900 mil) dari Perth akan dijelajahi oleh beberapa kapal dan
pesawat milik Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.[78]
Pada 17 Maret, terungkap bahwa pesan terakhir ACARS pukul 01:07 tidak berarti
bahwa sistem pesawat dimatikan pada saat itu juga seperti yang diduga
sebelumnya.[26] Otoritas Malaysia mengatakan bahwa ACARS dimatikan antara
01:07 dan kontak terjadwal ACARS selanjutnya yang berakhir pukul 01:37.[79]
Tanggal 22 Maret, sebuah citra satelit Tiongkok yang direkam empat hari
sebelumnya dirilis dan memperlihatkan kemungkinan serpihan pesawat sekitar 120
km (75 mil) di barat daya wilayah yang ditampilkan di citra sebelumnya.[90][91]
[92] Ukuran objek tersebut diperkirakan 22.5 13 m (74 43 ft), di koordinat
445729S 901343E, dekat salah satu titik 4590 kira-kira 3,170 km (1,970 mil)
di barat daya Perth.
Partisipasi internasional[sunting sumber]
Awak USS Kidd mencari pesawat di Laut Andaman Wikimedia Commons memiliki
galeri mengenai:
Malaysia Airlines Penerbangan 370
11 negara lainnya ikut bergabung dalam misi pencarian pada 17 Maret setelah
Malaysia meminta lebih banyak bantuan dan total akhirnya mencapai 26 negara.
[12] Meski tidak berpartisipasi dalam pencarian, Sri Lanka mengizinkan pesawat
pencari memakai ruang udaranya.[99] Aset yang dikerahkan Malaysia meliputi
pesawat militer bersayap tetap dan helikopter militer,[100] dan kapal milik
angkatan laut dan Malaysian Maritime Enforcement Agency.[100][101][102] Pusat
koordinasi pencarian didirikan di National Disaster Control Centre (NDCC) di Pulau
Meranti, Cyberjaya.[103] Negara tujuan penerbangan, Tiongkok, mengerahkan
fregat Tipe 053H3 Mianyang, kapal polisi laut No. 3411,[104] kapal penghancur Tipe
052C Haikou, dok angkut amfibi Tipe 071 JinggangShan, KunlunShan, kapal patroli
Haixun 31, kapal bantuan bawah air Tipe 925 Yongxingdao,[105] kapal penelitian
Xuelong, kapal penyelamat Haixun 01, beberapa kapal dagang,[106] kapal
penyelamat Nanhaijiu 101, dan kapal suplai Tipe 903 Qiandaohu.[107] Selain itu,
sejumlah satelit militernya diberi tugas tambahan untuk mencari pesawat ini.[108]
Tiongkok juga mengirim dua Ilyushin Il-76 ke RAAF Base Pearce dekat Perth untuk
membantu pencarian di Samudra Hindia Selatan.[32][109][110] Other nations
provided the following asset types:
Australia: pesawat patroli laut P-3 angkatan udara;[111] kapal angkatan laut HMAS
Success, dan empat jet sipil jarak jauh[87] dikirimkan pasca penemuan dugaan
serpihan.[112]
Bangladesh: fregat angkatan laut BNS Bangabandhu dan BNS Umar Farooq;
pesawat patroli laut Dornier Do 228 angkatan laut.[113]
Brunei: kapal patroli lepas pantai kelas Darussalam.[114]
Kamboja: helikopter Harbin Z-9 dan kapal Angkatan Laut tipe P46.[115]
Malaysia awalnya menolak merilis data mentah dari radar militernya karena
menganggapnya "terlalu sensitif", namun akhirnya dirilis juga.[152][153] Sejumlah
pakar pertahanan mengatakan bahwa memberi negara lain akses ke informasi
radar bisa bersifat sensitif di ranah militer. Misalnya, "tingkat pengambilan gambar
mereka pada saat yang bersamaan mengungkapan seberapa bagus sistem radar
mereka". Ada pihak yang menduga bahwa beberapa negara mungkin sudah punya
data radar tentang pesawat tersebut dan enggan berbagi informasi yang mungkin
dapat membocorkan kemampuan pertahanan mereka dan mengganggu keamanan
mereka.[152] Sama halnya, kapal selam yang berpatroli di Laut Tiongkok Selatan
mungkin punya informasi seandainya terjadi tabrakan air, dan pembagian informasi
ini dapat mengungkap lokasi kapal selam tersebut dan kemampuan
pendengarannya. Akan tetapi, The Guardian mencatat bahwa pemberian izin
Vietnam kepada pesawat Tiongkok untuk merambah ruang udaranya merupakan
tanda kerja sama yang positif.[153]
Citra satelit juga sedang dianalisis oleh masyarakat dengan bantuan situs sumber
kerumun (crowdsourcing) Tomnod.[154]
Pesawat[sunting sumber] Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Malaysia Airlines 9M-MRO
Kanada
Tiongkok
152
Perancis
Hong Kong[163]
India 5
Indonesia
Jumlah
Iran[c]
Malaysia[d] 50
Belanda
Selandia Baru
Russia
Taiwan
Ukraine
Amerika Serikat
Malaysia Airlines merilis nama dan kebangsaan 227 penumpang dan 12 awaknya
sesuai manifest penerbangan.[165]
Penumpang[sunting sumber]
Dua per tiga dari 227 penumpang Penerbangan 370 adalah warga negara Tiongkok,
termasuk 19 seniman bersama enam anggota keluarga dan empat staf yang
hendak pulang setelah mengikuti pameran kaligrafi di Kuala Lumpur; 38
penumpang lainnya adalah warga negara Malaysia. Sisanya berasal dari 13 negara.
[166] Dari 227 penumpang, 20 orang di antaranya merupakan karyawan Freescale
Semiconductor, perusahaan yang berpusat di Austin, Texas 12 dari Malaysia dan 8
dari Tiongkok.[167][168]
Sesuai perjanjian dengan Malaysia Airlines tahun 2007, Tzu Chi, organisasi Buddha
luar negeri yang diizinkan oleh pemerintah RRT, langsung mengirim tim khusus ke
Beijing dan Malaysia untuk memberi dukungan emosional kepada keluarga
penumpang.[169][170] Pihak maskapai juga mengirimkan tim pendukung dan
relawan[171] serta setuju untuk menanggung biaya perjalanan anggota keluarga
penumpang ke Kuala Lumpur dan menyediakan akomodasi, layanan kesehatan, dan
konseling.[172] 115 anggota keluarga penumpang asal Tiongkok diterbangkan ke
Kuala Lumpur.[173] Beberapa anggota keluarga lainnya memilih untuk tetap di
Tiongkok, khawatir akan merasa terkurung di Malaysia.[174] Pihak maskapai
penerbangan menawarkan ganti rugi belasungkawa ex gratia sebesar US$5.000
Seluruh awak kabin adalah warga negara Malaysia. Kapten penerbangan di pesawat
ini adalah Zaharie Ahmad Shah berusia 53 tahun asal Penang. Ia bergabung dengan
MAS pada tahun 1981 dan memiliki pengalaman terbang selama 18.365 jam.[177]
Zaharie juga merupakan penguji yang berhak melakukan tes simulator bagi para
pilot.[178]
First officer-nya adalah Fariq Abdul Hamid berusia 27 tahun. Ia sudah bekerja di MAS
sejak 2007 dan memiliki pengalaman terbang selama 2.763 jam.[179][180] Fariq
sedang menjalani masa peralihan di Boeing 777-200 setelah menyelesaikan
pelatihan simulatornya.[180]
Investigasi[sunting sumber]
Garis waktu tanggapa
Cina meminta Malaysia meningkatkan upaya pencarian pesawat MH370. (Foto: Reuters via BBC
Indonesia)
Upaya pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang belum membuahkan hasil
membuat pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tergerak.
Untuk membantu memecahkan misteri pesawat yang sudah tujuh hari menghilang itu,
NASA akan menggunakan citra Bumi yang diambil dari antariksa sebagai sumber data.
"Aktivitas yang akan dilakukan mencakup memanen data satelit yang diperoleh
sebelumnya dengan aset yang berbasis di antariksa, seperti satelit Earth-Observing-1
(EO-1) dan kamera ISERV di Stasiun Luar Angkasa Internasional, guna mencari
kemungkinan lokasi kecelakaan," kata Allard Brutel, juru bicara NASA.
"Resolusi dari citra yang dihasilkan instrumen ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi
objek yang ukurannya sekitar 98 kaki (30 meter)," imbuhnya seperti dikutip Space.com,
Kamis (13/3).
NASA juga akan berbagi data dengan Badan Geologi Amerika Serikat. Kedua badan itu
menyusun dan berbagai informasi manakala International Charter on Space and Major
Disaster, piagam khusus yang menangani bencana keantariksaan, diaktifkan.
International Charter on Space and Major Disaster sendiri diaktifkan pada Selasa (11/3)
atas permintaan Badan Meteorologi Cina.
"Baik armada laut maupun udara dari 10 negara berpartisipasi dalam pencarian. Citra
satelit sekarang digunakan untuk melacak pesawat baik sebelum atau sesudah hilang,"
demikian dinyatakan dalam catatan International Charter on Space and Major Disaster.
Informasi terbaru seperti dilaporkan Wall Street Journal, Kamis, menyatakan
bahwapesawat sempat terbang 4 jam setelah hilang kontak. Namun, informasi tersebut
dibantah oleh Malaysia.
Cina sempat merilis citra yang diduga merupakan puing pesawat. Namun, lagi-lagi
dibantah Malaysia yang menyatakan bahwa citra itu bukan milik MH370. Sejauh ini,
pencarian belum membuahkan hasil.
Ilustrasi titik terakhir MH370 Malaysia Airlines sebelum dinyatakan hilang pada
pukul 02.41 waktu setempat, dalam penerbangan Kuala Lumpur-Beijing, Sabtu lalu
(8/3). Pencarian MH370 itu diperluas sampai Samudera Hindia oleh 12 negara
memakai 40 kapal perang dan 42 pesawat intai udara militer. (flightaware.com)
Jakarta (ANTARA News) - Badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA)
telah bergabung untuk membantu pencarian pesawat Malaysia Airlines MH730 yang
hilang sejak Sabtu (8/3) lalu.
Pejabat NASA mengatakan pihaknya sejak Selasa (10/3) telah mengkaji upayaupaya untuk dapat berkontribusi dalam pencarian MH370.
"Resolusi dari citra yang dihasilkan instrumen ini bisa digunakan untuk
mengidentifikasi objek yang ukurannya sekitar 98 kaki (30 meter)," katanya melalui
pesan elektronik kepada Space.com yang dilansir 12 Maret.
NASA juga akan mengirim data relevan kepada Geological Survey's Earth Resources
Observations and Science Hazard Data Distribution System yang memfasilitasi
pertukaran informasi sejak Piagam Antariksa Internasional dan Bencana Besar
diaktifkan .
Piagam itu, --yang bertujuan untuk mengurangi dampak bencana alam dan ulah
manusia dengan melancarkan pengiriman data antariska--, diaktifkan pada Selasa
(11/3) oleh China, seperti dilansir media CNET .
MH370 lepas landas dari Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu, saat menuju Beijing,
China. Kurang dari satu jam setelah lepas landas, pesawat hilang kontak dari radar
mendara kendali lalu lintas udara. Hingga kini, keberadaan pesawat jet Boeing 777,
yang membawa 227 penumpang dan 12 awak itu, belum diketahui
Pada Rabu, pejabat Cina mengumumkan satelit negaranya menemukan lokasi
kemungkinan tempat hilangnya MH370. Pesawat ruang angkasa China menangkap
gambar tiga benda besar di perairan timur laut Kuala Lumpur yang menjadi jalur
penerbangan pesawat itu.
Namun, Malaysia mengatakan pihaknya tidak menemukan apapun di lokasi yang
dideteksi satelit China menjadi tempat hilangnya pesawat MH370, seperti dilansir
media ABC.
Hilangnya MH370 mengingatkan pada Air France Flight 447, yang hilang di atas
Samudera Atlantik pada Juni 2009, setelah lepas landas dari Rio de Janeiro, Brasil
menuju Paris, Prancis.
Dibutuhkan lima hari untuk menemukan reruntuhan Flight 447 dan hampir dua
tahun untuk menemukan dan mengambil data dari kotak hitam pesawat itu dari
dasar laut.
Penerjemah: Indra Arief Pribadi
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT ANTARA 2014