Anda di halaman 1dari 18

Kehilangan[sunting sumber]

Pesawat ini berangkat dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur pada tanggal 8
Maret pukul 00:41 waktu setempat (16:41 UTC, 7 Maret) dan dijadwalkan mendarat
di Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing pukul 06:30 waktu setempat (22:30
UTC, 7 Maret). Pesawat ini sedang naik ke ketinggian jelajah 35,000 feet (11,000 m)
dengan kecepatan udara sejati 471 knots (542 mph; 872 km/h) ketika pesawat ini
hilang komunikasi dan sinyal transpondernya hilang. Posisi terakhir pesawat ini per
8 Maret pukul 01:21 waktu setempat (17:21 UTC, 7 Maret) adalah 65515N
1033443E, sesuai titik jalur navigasi IGARI di Teluk Thailand, dan dari situ
rencananya pesawat berbelok sedikit ke arah timur.[18] Pelacakan militer
menunjukkan bahwa pesawat ini turun ke ketinggian 12.000 kaki setelah berbelok
tajam ke arah Selat Malaka. Belokan tajam ini dianggap dilakukan secara sengaja
karena pesawat tersebut butuh 2 menit untuk berbelok seperti itu dan tidak ada
panggilan darurat ketika hal ini terjadi.[19]

Pesawat ini rencananya akan menghubungi pengawas lalu lintas udara di Ho Chi
Minh City ketika melewati ruang udara Vietnam tepat di utara titik kehilangan
kontak.[20][21] Kapten pesawat lainnya berusaha menghubungi pilot MH370 "tepat
setelah pukul 01:30 a.m." untuk menyampaikan permintaan pengawas lalu lintas
udara Vietnam agar menghubungi mereka; kapten mengatakan bahwa ia bisa
membina kontak, tetapi hanya mendengar pesan yang tidak jelas dan suara statis.
[22]

Malaysia Airlines (MAS) mengeluarkan pernyataan media pada pukul 07:24, satu
jam setelah kedatangan terjadwal penerbangan ini di Beijing. Pernyataan tersebut
menyebut bahwa ATC Malaysia kehilangan kontak dengan pesawat pada pukul
02:40. MAS mengatakan bahwa pemerintah telah memulai operasi pencarian dan
penyelamatan.[23] Kemudian diketahui bahwa pengawas lalu lintas udara Subang
kehilangan kontak dengan pesawat pukul 01:22 dan memberitahu Malaysia Airlines
pukul 02:40. Baik awak kabin maupun sistem komunikasi pesawat tidak
mengirimkan sinyal darurat, indikasi cuaca buruk, atau masalah teknis sebelum
menghilang dari layar radar.[24][25][26] Kata-kata terakhir yang didengar
pengawas lalu lintas udara Malaysia pada pukul 01:19 adalah suara kopilot yang
mengatakan, "All right, good night".[27]
Garis waktu kehilangan[sunting sumber]

Rute: Kuala Lumpur Beijing. Inset: wilayah pencarian awal dan jalur yang
diketahui. Persegi merah kecil: kontak radar. Lingkaran kecil: klaim penemuan
serpihan.Durasi (HH:MM) Waktu Peristiwa
MYT

UTC

00:00 00:41 16:41 Lepas landas dari Kuala Lumpur


00:20 01:01 17:01 MH370 mengonfirmasi ketinggian 35,000 feet (11,000 m)[28]
00:26 01:07 17:07 Transmisi data ACARS terakhir diterima;[29] MH370
mengonfirmasi ulang ketinggian 35.000 kaki[28]
00:38 01:19 17:19 Kontak suara terakhir dengan ATC Malaysia[27]
00:40 01:21 17:21 Kontak radar sekunder (transponder) terakhir di 65515N
1033443E
00:41 01:22 17:22 Transponder dan ADS-B mati
00:49 01:30 17:30 Kontak suara dari pesawat lain gagal, suara tidak jelas/statis[22]
00:56 01:37 17:37 Transmisi data ACARS berhenti (dikirim setiap setengah jam)[29]
01:30 02:11 18:11 Kontak otomatis ACARS pertama dari tujuh kontak dengan
satelit 3F1 Inmarsat (dikirim setiap jam)
01:34 02:15 18:15 Kontak radar primer terakhir dengan militer Malaysia, 200 mils
(320 km) di barat laut Penang
05:49 06:30 22:30 Melewati waktu kedatangan yang dijadwalkan di Beijing
07:30 08:11 00:11 Kontak otomatis ACARS terakhir dengan satelit Inmarsat[30][31]
07:49 08:30 00:30 Dilaporkan hilang[32]

Komunikasi selanjutnya[sunting sumber]

Pemandangan dek pesawat 9M-MRO, menampilkan banyak sistem komunikasi yang


saat ini sedang diselidiki

New Scientist melaporkan bahwa, sebelum pesawat hilang, dua aporan ACARS telah
dikeluarkan secara otomatis kepada pusat pengawasan produsen mesin Rolls-Royce
di Britania Raya;[33] dan The Wall Street Journal, mengutip sumber di dalam

pemerintah AS, menulis bahwa Rolls-Royce menerima laporan operasi pesawat


setiap tiga puluh menit selama lima jam, artinya pesawat ini masih terbang selama
empat jam setelah transpondernya mati.[34][35][36]

Keesokan harinya, Menteri Transportasi Malaysia (sementara) membantah laporan


The Wall Street Journal bahwa transmisi mesin terakhir diterima pukul 01:07,
sebelum pesawat menghilang dari radar sekunder.[36] Laporan selanjutnya dari
Reuters menyebut bahwa buktinya mungkin berupa "ping" yang dikirim oleh sistem
komunikasi pesawat, bukan data (laporan telemetri).[37]

The Wall Street Journal kemudian mengubah laporannya dan menyatakan bahwa
keyakinan bahwa pesawat tersebut masih terbang "didasarkan pada analisis sinyal
yang dikirim oleh hubungan komunikasi satelit Boeing 777... hubungan yang
dioperasikan dalam mode siaga (standby) dan berusaha membina kontak dengan
sebuah satelit atau beberapa satelit. Transmisi ini tidak menyertakan data..."[9][10]
Inmarsat mengatakan bahwa "sinyal otomatis yang rutin tercatat" di jaringannya,
[38] dan seorang eksekutif perusahaan menambahkan bahwa "pesan hidup" terus
dikirimkan setelah pengawas lalu lintas udara pertama kali kehilangan kontak dan
"sinyal-sinyal ping" ini dapat dianalisis untuk membantu memperkirakan lokasi
pesawat.[39]

Pada tanggal 14 Maret, The Independent menulis bahwa, berdasarkan pengiriman


ping yang rutin oleh pesawat, pesawat ini mungkin tidak terbelah (disintegrasi) di
udara atau mengalami peristiwa mendadak lain: "semua sinyal ping ke satelit,
pesan data, dan transponder pasti berhenti pada waktu yang sama".[18] Setelah
serangan 11 September 2001, ketika transponder di tiga pesawat yang dibajak
dimatikan,[40] banyak pihak mengusulkan pemasangan transponder otomatis;[40]
tetapi tidak ada perubahan yang dilakukan karena para pakar penerbangan lebih
memilih kendali yang fleksibel seandainya suatu saat perlu diset ulang akibat
kesalahan teknis atau arus pendek.[40]

Menurut media Tiongkok, kerabat keluarga penumpang mendengar nada sambung


ketika menelepon penumpang.[41] Meski begitu, klaim ini diabaikan karena
Penerbangan 370 tidak dilengkapi stasiun pemancar (base station) yang ditawarkan
oleh beberapa maskapai penerbangan dengan layanan telepon seluler dalam
penerbangan,[41] dan jarak dari menara pemancar, ketinggian penerbangan, dan
selubung badan pesawat membuat transmisi jenis apapun sangat tidak mungkin
terjadi.[41]

Dugaan hilang[sunting sumber]

Pada tanggal 24 Maret, Malaysia Airlines mengumumkan:

Menggunakan analisis yang belum pernah digunakan dalam investigasi [pesawat]


seperti ini... Inmarsat dan AAIB telah menyimpulkan bahwa MH370 terbang di
sepanjang koridor selatan, dan posisi terakhirnya berada di tengah Samudra Hindia
di sebelah barat Perth. Ini adalah lokasi terpencil yang jauh dari tempat pendaratan
manapun. Dengan kesedihan dan penyesalan yang mendalam saya beritahu bahwa,
berdasarkan data baru ini, penerbangan MH370 berakhir di Samudra Hindia
Selatan.[42]

Pesan SMS dikirimkan oleh pihak Malaysia Airlines kepada keluarga penumpang dan
awak yang isinya "tanpa keraguan lagi" penerbangan ini hilang dan tidak ada
korban selamat.[43] Inmarsat menyatakan bahwa analisis mereka didasarkan pada
pengukuran efek Doppler pada transmisi "ping" pesawat.[44]
Pencarian[sunting sumber]
Perkiraan rute[sunting sumber]

Kemungkinan lokasi terakhir MH370 berwarna merah, berdasarkan ping satelit


terakhir pukul 08:11 waktu Malaysia

Pada tanggal 11 Maret, dilaporkan bahwa radar militer menunjukkan bahwa


pesawat ini telah berbelok ke barat dan terus terbang selama 70 menit sebelum
menghilang dari radar Malaysia di dekat Pulau Perak,[45][46] dan pesawat tersebut
terlacak sedang terbang di ketinggian yang lebih rendah melintasi Malaysia ke Selat
Malaka. Lokasinya diperkirakan 500 kilometres (310 mil) dari kontak terakhirnya
dengan radar sipil.[47] Keesokan harinya, kepala Angkatan Udara Kerajaan Malaysia
membantah laporan bahwa hasil lacakan tersebut tidak boleh disalahartikan.[48]
[49] Menurut Wakil Menteri Transportasi Vietnam, Pham Quy Tieu, "Kami sudah
memberitahu Malaysia pada hari kehilangan kontak dengan pesawat bahwa kami
melihat pesawat tersebut berbelok kembali ke barat, namun tidak ditanggapi oleh
Malaysia."[50]

Para pakar dari Amerika Serikat, yang ditugaskan untuk membantu penyelidikan
secara berhati-hati sesuai aturan tanggung jawab,[51] menganalisis data radar dan
langsung melaporkan bahwa data radar itu memang memperlihatkan bahwa
pesawat terbang ke barat melintasi Semenanjung Malaya. Reuters dan The New
York Times menulis bahwa perubahan rute ini menunjukkan bahwa pesawat ini
berada di bawah kendali pilot yang sudah terlatih.[8][10][52] The New York Times
juga menulis bahwa pesawat mengalami perubahan ketinggian yang besar.[8]

Walaupun Bloomberg News mengatakan bahwa analisis "ping" satelit terakhir bisa
jadi menandakan lokasi terakhir sekitar 1,000 mils (1,600 km) di sebelah barat
Perth, Australia,[53] Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada 15 Maret bahwa
sinyal terakhir tersebut, diterima pukul 08:11 waktu Malaysia, mungkin berasal dari
kawasan utara di sekitar Kazakhstan.[54] Najib menjelaskan bahwa sinyal-sinyal itu
pasti berada di salah satu dari dua lokasi potensial: lokasi utara yang merentang
kira-kira dari perbatasan Kazakhstan dan Turkmenistan hingga Thailand Utara, atau
lokasi selatan yang merentang dari Indonesia sampai Samudra Hindia selatan.[55]
Tak satu pun negara di rute penerbangan utara Tiongkok, Thailand, Kazakhstan,
Pakistan, dan India yang memiliki bukti bahwa pesawat tersebut memasuki ruang
udara mereka.[56]

Meski kemudian dikonfirmasi bahwa transmisi terakhir ACARS menunjukkan tidak


ada yang aneh dan rute normal ke Beijing,[57] The New York Times melaporkan
pernyataan "pejabat senior Amerika Serikat" pada tanggal 17 Maret bahwa jalur
penerbangan terjadwalnya sudah diprogram terlebih dahulu menuju koordinat barat
yang tidak disebutkan melalui sistem pengelolaan penerbangan sebelum ACARS
berhenti berfungsi,[58] dan titik jalur yang "melenceng jauh dari rute ke Beijing"
ditambahkan ke sistem.[58] Dengan pemrograman ulang seperti itu, pesawat akan
melakukan belokan tajam dengan sudut halus sekitar 20 derajat dan
penumpangnya akan merasa biasa-biasa saja. Pemadaman seluruh komunikasi
kabin secara mendadak memunculkan dugaan bahwa kehilangan pesawat ini
diakibatkan oleh aksi kriminal.[58]
Lokasi[sunting sumber]
Citra satelit yang kemungkinan menemukan puing-puing

Citra satelit Tiongkok yang dirilis tanggal 22 Maret di 445730S 901340E

Peta lokasi yang dirilis 1: 12 Maret (dibantah), 2: 2023 Maret

Upaya pencarian awal membuahkan banyak hasil yang tidak relevan. Seorang
laksamana Angkatan Laut Vietnam melaporkan bahwa kontak radar dengan
pesawat terakhir kali terjadi di atas Teluk Thailand.[24][59] Jejak minyak yang
terdeteksi di lepas pantai Vietnam pada tanggal 8 dan 9 Maret terbukti bukan
bahan bakar penerbangan.[60][61] Temuan serpihan sekitar 80 km (50 mil) di
selatan Pulau Th Chu pada tanggal 9 Maret juga terbukti bukan berasal dari
pesawat terbang.[62] Pencarian yang dipandu citra satelit Tiongkok yang diambil
tanggal 9 Maret memperlihatkan tiga objek mengambang berukuran sekitar 24 by
22 metres (79 72 ft) di 6.7N 105.63E juga tidak membuahkan hasil;[63][64]
pejabat Vietnam mengatakan bahwa wilayah tersebut telah "disisir secara
menyeluruh".[65][66]

Angkatan Laut Kerajaan Thailand mengalihkan fokus pencariannya dari Teluk


Thailand dan Laut Tiongkok Selatan atas permintaan Malaysia. Saat itu Malaysia
sedang mempelajari kemungkinan pesawat berbelok kembali dan jatuh di Laut
Andaman dekat perbatasan Thailand.[67] The chief of the Royal Malaysian Air Force,
Rodzali Daud, claimed that military recordings of radar signals did not exclude the
possibility of the aircraft turning back on its flight path.[68][69] Radius pencarian
diperbesar dari radius asli 20 nautical miles (37 km; 23 mil) dari posisi terakhir yang
diketahui,[70] di selatan Pulau Th Chu, menjadi 100 nautical miles (190 km; 120
mil). Wilayah tersebut disisir dan diperluas hingga Selat Malaka di sepanjang pesisir
barat Semenanjung Malaya. Perairan di timur Malaysia di Teluk Thailand dan
perairan Selat Malaka di sepanjang pesisir barat Malaysia juga menjadi target
pencarian.[4][71][72]

Pada tanggal 12 Maret, pihak berwenang mulai menyisir Laut Andaman di barat laut
Selat Malaka. Pemerintah Malaysia meminta bantuan India untuk mencari pesawat
di daerah tersebut.[73] Tanggal 13 Maret, Sekretaris Pers Gedung Putih mengatakan
bahwa "wilayah pencarian lainnya mungkin akan ditambahkan di Samudra Hindia
berdasarkan informasi terbaru"[34][74] dan seorang pejabat senior di The Pentagon
berkata kepada ABC News: "Kami menduga pesawat itu jatuh di Samudra
Hindia."[75] Tanggal 17 Maret, Australia sepakat untuk memimpin pencarian di
lokasi selatan dari Sumatera hingga Samudra Hindia Selatan.[76][77] Pencarian ini
akan dipimpin oleh Australian Maritime Safety Authority. Wilayah seluas 600,000
km2 (230,000 sq mi) antara Australia dan Kepulauan Kerguelen yang letaknya lebih
dari 3,000 kilometres (1,900 mil) dari Perth akan dijelajahi oleh beberapa kapal dan
pesawat milik Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.[78]

Pada 17 Maret, terungkap bahwa pesan terakhir ACARS pukul 01:07 tidak berarti
bahwa sistem pesawat dimatikan pada saat itu juga seperti yang diduga
sebelumnya.[26] Otoritas Malaysia mengatakan bahwa ACARS dimatikan antara
01:07 dan kontak terjadwal ACARS selanjutnya yang berakhir pukul 01:37.[79]

Tanggal 20 Maret, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengumumkan di


hadapan parlemen bahwa dua objek yang mungkin terkait dengan pesawat, salah
satunya sepanjang 24 m (79 ft), tertangkap oleh satelit di Samudra Hindia pada
tanggal 16 Maret, 2,500 km (1,600 mil) di barat daya Perth (koordinat 440302S
911327E), yang kedalaman lautnya bisa mencapai 5,000 metres (16,000 ft).[13]
[80][81][82] Pesawat patroli laut Lockheed P-3 Orion milik Australia tiba di daerah
tersebut pada pukul 02:50 UTC. Kapal HMAS Success milik AL Australia, kapal AL
Myanmar, pesawat patroli laut Boeing P-8 Poseidon angkatan laut Amerika Serikat,
dua pesawat Orion (satu dari Australia dan satu lagi dari Selandia Baru), dan satu
pesawat kargo Lockheed C-130 Hercules juga diterbangkan ke wilayah tersebut.[83]
Dua pesawat kargo militer Ilyushin Il-76 milik Tiongkok[84][85] dan dua Orion milik
Jepang tiba di RAAF Base Pearce bergabung untuk membantu tim pencari.[86]
Pesawat terbang dan kapal penumpang juga membantu pencarian.[87][83][88][89]

Tanggal 22 Maret, sebuah citra satelit Tiongkok yang direkam empat hari
sebelumnya dirilis dan memperlihatkan kemungkinan serpihan pesawat sekitar 120
km (75 mil) di barat daya wilayah yang ditampilkan di citra sebelumnya.[90][91]
[92] Ukuran objek tersebut diperkirakan 22.5 13 m (74 43 ft), di koordinat
445729S 901343E, dekat salah satu titik 4590 kira-kira 3,170 km (1,970 mil)
di barat daya Perth.
Partisipasi internasional[sunting sumber]

Awak USS Kidd mencari pesawat di Laut Andaman Wikimedia Commons memiliki
galeri mengenai:
Malaysia Airlines Penerbangan 370

Menanggapi insiden ini, pemerintah Malaysia memobilisasi departemen


penerbangan sipil, angkatan udara, angkatan laut, dan Maritime Enforcement
Agency, serta meminta bantuan internasional melalui Five Power Defence
Arrangements dan negara-negara tetangga. Berbagai negara melancarkan misi

pencarian dan penyelamatan di perairan Asia Tenggara.[93][94] Dalam kurun dua


hari, negara yang terlibat telah mengirim lebih dari 34 pesawat dan 40 kapal ke
kawasan tersebut.[4][5][72] Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization
Preparatory Commission menganalisis informasi dari serangkaian stasiun deteksi
suara infra milik mereka, tetapi gagal menemukan suara apapun yang dikeluarkan
oleh Penerbangan 370.[95]

Pada tanggal 11 Maret,[96] otoritas Tiongkok[97] mengaktifkan International


Charter on Space and Major Disasters, organisasi internasional beranggotakan 15
negara yang bertujuan "...menyediakan sistem terpadu pemerolehan dan
penyampaian data antariksa kepada negara-negara yang terkena dampak bencana
alam atau buatan manusia melalui Pengguna Berwenang."[98]

11 negara lainnya ikut bergabung dalam misi pencarian pada 17 Maret setelah
Malaysia meminta lebih banyak bantuan dan total akhirnya mencapai 26 negara.
[12] Meski tidak berpartisipasi dalam pencarian, Sri Lanka mengizinkan pesawat
pencari memakai ruang udaranya.[99] Aset yang dikerahkan Malaysia meliputi
pesawat militer bersayap tetap dan helikopter militer,[100] dan kapal milik
angkatan laut dan Malaysian Maritime Enforcement Agency.[100][101][102] Pusat
koordinasi pencarian didirikan di National Disaster Control Centre (NDCC) di Pulau
Meranti, Cyberjaya.[103] Negara tujuan penerbangan, Tiongkok, mengerahkan
fregat Tipe 053H3 Mianyang, kapal polisi laut No. 3411,[104] kapal penghancur Tipe
052C Haikou, dok angkut amfibi Tipe 071 JinggangShan, KunlunShan, kapal patroli
Haixun 31, kapal bantuan bawah air Tipe 925 Yongxingdao,[105] kapal penelitian
Xuelong, kapal penyelamat Haixun 01, beberapa kapal dagang,[106] kapal
penyelamat Nanhaijiu 101, dan kapal suplai Tipe 903 Qiandaohu.[107] Selain itu,
sejumlah satelit militernya diberi tugas tambahan untuk mencari pesawat ini.[108]
Tiongkok juga mengirim dua Ilyushin Il-76 ke RAAF Base Pearce dekat Perth untuk
membantu pencarian di Samudra Hindia Selatan.[32][109][110] Other nations
provided the following asset types:
Australia: pesawat patroli laut P-3 angkatan udara;[111] kapal angkatan laut HMAS
Success, dan empat jet sipil jarak jauh[87] dikirimkan pasca penemuan dugaan
serpihan.[112]
Bangladesh: fregat angkatan laut BNS Bangabandhu dan BNS Umar Farooq;
pesawat patroli laut Dornier Do 228 angkatan laut.[113]
Brunei: kapal patroli lepas pantai kelas Darussalam.[114]
Kamboja: helikopter Harbin Z-9 dan kapal Angkatan Laut tipe P46.[115]

Perancis: tim dari Bureau d'Enqutes et d'Analyses pour la Scurit de l'Aviation


Civile (BEA).[116]
India: aset darat dan udara dari Komando Andaman dan Nikobar dan Komando
Angkatan Laut Timur: kapal Angkatan Laut INS Satpura, INS Sahyadri, INS Saryu, INS
Batti Malv, INS Kesari, dan INS Kumbhir; kapal penjaga pantai ICGS Kanaklata
Baruah, ICGS Bhikaji Cama, dan ICGS Sagar;[117] pesawat pengintai maritim
Angkatan Laut Boeing P-8;[118] Dornier Do 228 angkatan laut dan penjaga pantai,
[117][119] C-130 angkatan udara,[120] dan Mil Mi-17.[121] satelit laut Rukmini.
[121]
Indonesia: korvet KRI Sutanto, kapal patroli KRI Siribua, dan kapal patroli cepat KRI
Matacora, KRI Tarihu, dan KRI Krait;[122][123] IPTN NC-212 maritime patrol aircraft.
[124]
Jepang: pesawat Lockheed P-3 Orion angkatan laut dan Lockheed C-130 Hercules
angkatan udara;[125][126] Gulfstream V milik penjaga pantai;[127] and a disaster
relief team.[128]
Myanmar: kapal Angkatan Laut di Teluk Martaban dan Teluk Bengal.[129]
Selandia Baru: pesawat P-3 Orion angkatan udara.[130]
Norwegia: satu kapal dagang RoRo Norwegia, Hegh St. Petersburg.[83]
Filipina: kapal BRP Gregorio del Pilar, BRP Emilio Jacinto, dan BRP Apolinario Mabini
angkatan laut; pesawat Fokker F27 angkatan udara dan Britten-Norman Defender
angkatan laut; dan helikopter AgustaWestland AW109 angkatan laut. Kapal cutter
kelas Hamilton dan C-130 Hercules disiagakan.[131]
Rusia: satelit Resurs-P No.1.[132]
Singapura: di Laut Tiongkok Selatan/Selat Malaka: C-130 Hercules angkatan udara;
[133][134] fregat kelas Formidable dilengkapi satu helikopter Sikorsky S-70B
Seahawk; kapal penyelamat bawah air beserta tim penyelamnya; korvet kelas
Victory;[135] pesawat patroli maritim Fokker 50 angkatan udara.[136] Di Samudra
Hindia, semua kapal dan pesawat yang sebelumnya dikerahkan disiagakan dan
Information Fusion Centre diaktifkan.[137][138]
Korea Selatan: pesawat P-3 Orion angkatan laut dan C-130 Hercules angkatan
udara.[139]
Taiwan: C-130 Hercules angkatan udara; ROCS Tian Dan dan satu fregat kelas La
Fayette; dua kapal patroli penjaga pantai.[140]
Thailand: Dornier Do 228, helikopter AgustaWestland Super Lynx, dan kapal patroli
HTMS Pattani; kapal lainnya disiagakan.[141]

Uni Emirat Arab: dua pesawat pencarian dan penyelamatan militer.[142][143]


Britania Raya: tim penyidik Air Accidents Investigation Branch (AAIB).[144] HMS
Echo a multi-role hydrographic survey ship.[145]
Amerika Serikat: pesawat P-3 Orion dan Boeing P-8 angkatan laut;[146] kapal USS
Kidd dan USS Pinckney angkatan laut dilengkapi helikopter Sikorsky MH-60R
Seahawk;[147][148][149] tim dari National Transportation Safety Board (NTSB).
[150]
Vietnam: Antonov An-26, de Havilland Canada DHC-6 Twin Otter, Mil Mi-171, dan
kapal angkatan laut, penjaga pantai, pengendali perikanan, dan Maritime Search &
Rescue Coordination Centre.[151]
Pembagian informasi[sunting sumber]

Meski Menteri Transportasi sementara Malaysia Hishammuddin Hussein, yang juga


merupakan Menteri Pertahanan Malaysia, membantah adanya masalah dengan
negara-negara yang terlibat dalam pencarian, para akademisi mengatakan bahwa
dikarenakan konflik regional, muncul masalah kepercayaan dalam kerja sama dan
pembagian hasil intelijen dan hal ini menghambat proses pencarian.[152][153]
Pakar hubungan internasional mengatakan bahwa persaingan yang mengakar atas
kedaulatan, keamanan, intelijen, dan kepentingan nasional membuat kerja sama
multilateral yang bermakna sangat sulit diwujudkan.[152][153] Seorang akademisi
Tiongkok mengamati bahwa semua pihak mencari secara terpisah, jadi ini bukan
upaya pencarian multilateral.[153]

Malaysia awalnya menolak merilis data mentah dari radar militernya karena
menganggapnya "terlalu sensitif", namun akhirnya dirilis juga.[152][153] Sejumlah
pakar pertahanan mengatakan bahwa memberi negara lain akses ke informasi
radar bisa bersifat sensitif di ranah militer. Misalnya, "tingkat pengambilan gambar
mereka pada saat yang bersamaan mengungkapan seberapa bagus sistem radar
mereka". Ada pihak yang menduga bahwa beberapa negara mungkin sudah punya
data radar tentang pesawat tersebut dan enggan berbagi informasi yang mungkin
dapat membocorkan kemampuan pertahanan mereka dan mengganggu keamanan
mereka.[152] Sama halnya, kapal selam yang berpatroli di Laut Tiongkok Selatan
mungkin punya informasi seandainya terjadi tabrakan air, dan pembagian informasi
ini dapat mengungkap lokasi kapal selam tersebut dan kemampuan
pendengarannya. Akan tetapi, The Guardian mencatat bahwa pemberian izin
Vietnam kepada pesawat Tiongkok untuk merambah ruang udaranya merupakan
tanda kerja sama yang positif.[153]

Citra satelit juga sedang dianalisis oleh masyarakat dengan bantuan situs sumber
kerumun (crowdsourcing) Tomnod.[154]
Pesawat[sunting sumber] Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Malaysia Airlines 9M-MRO

Penerbangan 370 dioperasikan menggunakan Boeing 777-2H6ER,[b] nomor seri


28420, registrasi 9M-MRO. Sebagai Boeing 777 ke-404 yang diproduksi,[156]
pesawat ini pertama kali terbang tanggal 14 Mei 2002 dan langsung dikirim ke
Malaysia Airlines pada 31 Mei 2002. Pesawat ini dirancang untuk mengangkut 282
penumpang 35 di kelas bisnis dan 247 di ekonomi.[157] 9M-MRO telah terbang
selama 53.460 jam dan memiliki 7.525 siklus terbang,[158] dan sebelumnya tidak
pernah terlibat insiden besar apa pun.[159] Meski begitu, pernah terjadi insiden
kecil saat taksi di Bandar Udara Internasional Pudong Shanghai pada Agustus 2012
sehingga ujung sayapnya patah.[160] Pengecekan 'A' perawatan terakhirnya
dilaksanakan tanggal 23 Februari 2014.[158]

Para pakar penerbangan umumnya menganggap Boeing 777 sebagai pesawat


dengan catatan keselamatan yang "nyaris bersih"[161] dan salah satu pesawat
komersial terbaik di dunia.[162] Sejak penerbangan komersial pertamanya bulan
Juni 1995, hanya dua kecelakaan serius yang pernah dialami Boeing 777, British
Airways Penerbangan 38 tahun 2008 dan Asiana Airlines Penerbangan 214 tahun
2013.
Penumpang dan awak[sunting sumber]
Penumpang & awak menurut kebangsaanKebangsaan
Australia

Kanada

Tiongkok

152

Perancis

Hong Kong[163]
India 5
Indonesia

Jumlah

Iran[c]

Malaysia[d] 50
Belanda

Selandia Baru
Russia

Taiwan

Ukraine

Amerika Serikat

Total (15 negara dan kawasan) 239

Malaysia Airlines merilis nama dan kebangsaan 227 penumpang dan 12 awaknya
sesuai manifest penerbangan.[165]
Penumpang[sunting sumber]

Dua per tiga dari 227 penumpang Penerbangan 370 adalah warga negara Tiongkok,
termasuk 19 seniman bersama enam anggota keluarga dan empat staf yang
hendak pulang setelah mengikuti pameran kaligrafi di Kuala Lumpur; 38
penumpang lainnya adalah warga negara Malaysia. Sisanya berasal dari 13 negara.
[166] Dari 227 penumpang, 20 orang di antaranya merupakan karyawan Freescale
Semiconductor, perusahaan yang berpusat di Austin, Texas 12 dari Malaysia dan 8
dari Tiongkok.[167][168]

Sesuai perjanjian dengan Malaysia Airlines tahun 2007, Tzu Chi, organisasi Buddha
luar negeri yang diizinkan oleh pemerintah RRT, langsung mengirim tim khusus ke
Beijing dan Malaysia untuk memberi dukungan emosional kepada keluarga
penumpang.[169][170] Pihak maskapai juga mengirimkan tim pendukung dan
relawan[171] serta setuju untuk menanggung biaya perjalanan anggota keluarga
penumpang ke Kuala Lumpur dan menyediakan akomodasi, layanan kesehatan, dan
konseling.[172] 115 anggota keluarga penumpang asal Tiongkok diterbangkan ke
Kuala Lumpur.[173] Beberapa anggota keluarga lainnya memilih untuk tetap di
Tiongkok, khawatir akan merasa terkurung di Malaysia.[174] Pihak maskapai
penerbangan menawarkan ganti rugi belasungkawa ex gratia sebesar US$5.000

kepada keluarga setiap penumpang,[175] tetapi pihak keluarga menganggap


pembayaran tersebut tidak bisa diterima dan meminta pihak maskapai untuk
mempertimbangkan ulang.[176]
Awak[sunting sumber]

Seluruh awak kabin adalah warga negara Malaysia. Kapten penerbangan di pesawat
ini adalah Zaharie Ahmad Shah berusia 53 tahun asal Penang. Ia bergabung dengan
MAS pada tahun 1981 dan memiliki pengalaman terbang selama 18.365 jam.[177]
Zaharie juga merupakan penguji yang berhak melakukan tes simulator bagi para
pilot.[178]

First officer-nya adalah Fariq Abdul Hamid berusia 27 tahun. Ia sudah bekerja di MAS
sejak 2007 dan memiliki pengalaman terbang selama 2.763 jam.[179][180] Fariq
sedang menjalani masa peralihan di Boeing 777-200 setelah menyelesaikan
pelatihan simulatornya.[180]
Investigasi[sunting sumber]
Garis waktu tanggapa

Tak Kunjung Ditemukan, NASA Ikut Bantu Pencarian


MH370
NASA akan gunakan citra yang diambil dari antariksa sebagai sumber data.

Cina meminta Malaysia meningkatkan upaya pencarian pesawat MH370. (Foto: Reuters via BBC
Indonesia)

Upaya pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang belum membuahkan hasil
membuat pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tergerak.
Untuk membantu memecahkan misteri pesawat yang sudah tujuh hari menghilang itu,
NASA akan menggunakan citra Bumi yang diambil dari antariksa sebagai sumber data.
"Aktivitas yang akan dilakukan mencakup memanen data satelit yang diperoleh
sebelumnya dengan aset yang berbasis di antariksa, seperti satelit Earth-Observing-1
(EO-1) dan kamera ISERV di Stasiun Luar Angkasa Internasional, guna mencari
kemungkinan lokasi kecelakaan," kata Allard Brutel, juru bicara NASA.
"Resolusi dari citra yang dihasilkan instrumen ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi

objek yang ukurannya sekitar 98 kaki (30 meter)," imbuhnya seperti dikutip Space.com,
Kamis (13/3).
NASA juga akan berbagi data dengan Badan Geologi Amerika Serikat. Kedua badan itu
menyusun dan berbagai informasi manakala International Charter on Space and Major
Disaster, piagam khusus yang menangani bencana keantariksaan, diaktifkan.
International Charter on Space and Major Disaster sendiri diaktifkan pada Selasa (11/3)
atas permintaan Badan Meteorologi Cina.
"Baik armada laut maupun udara dari 10 negara berpartisipasi dalam pencarian. Citra
satelit sekarang digunakan untuk melacak pesawat baik sebelum atau sesudah hilang,"
demikian dinyatakan dalam catatan International Charter on Space and Major Disaster.
Informasi terbaru seperti dilaporkan Wall Street Journal, Kamis, menyatakan
bahwapesawat sempat terbang 4 jam setelah hilang kontak. Namun, informasi tersebut
dibantah oleh Malaysia.
Cina sempat merilis citra yang diduga merupakan puing pesawat. Namun, lagi-lagi
dibantah Malaysia yang menyatakan bahwa citra itu bukan milik MH370. Sejauh ini,
pencarian belum membuahkan hasil.

Perdana menteri Malaysia mengumumkan pesawat MH370 yang hilang mengalami


kecelakaan di selatan Samudra Hindia.
Najib Razak mengatakan ini adalah kesimpulan analisa baru data satelit pelacak
penerbangan.
Malaysia Airlines telah memberitahu keluarga 239 penumpang dan awak pesawat.
Sebelumnya BBC melihat pesan pendek yang dikirimkan keluarga menyatakan
"tidak diragukan lagi" pesawat hilang dan tidak ada korban selamat.
Penerbangan MH370 hilang setelah lepas lepas landas tanggal 8 Maret, dalam rute
dari Kuala Lumpur menuju Beijing.
Pengumuman PM Najib Razak dikeluarkan sementara pencarian internasional
memasuki hari kelima di bagian selatan Samudra Hindia.
Image caption
Seorang keluarga penumpang menangis setelah mendengar pernyataan PM Razak.
Berdasarkan analisa terbaru Badan Penyelidikan Kecelakaan Udara Inggris dan
Inmarsat, perusahaan Inggris penyedia data satelit, "telah menyimpulkan MH370
terbang sepanjang koridor selatan dan posisi terakhirnya adalah di tengah tengah
Samudra Hindia, bagian barat Perth," katanya.
"Ini adalah daerah terpencil, jauh dari tempat pendaratan. Karena itu dengan
kesedihan dan penyesalan mendalam, menurut data terbaru, penerbangan MH370
dinyatakan telah berakhir di Samudra Hindia bagian selatan," kata Najib.
Razak meminta media untuk menghormati privasi keluarga dan awak pesawat
dengan mengatakan menunggu informasi tentang nasib MH370 sudah menyakitkan
dan berita terbaru ini juga sulit diterima.

Pesan pendek kepada keluarga yang dikirimkan Malaysia Airlines menyebutkan,


"Malaysia Airlines sangat menyesalkan kami menyimpulkan bahwa tidak diragukan
lagi MH370 telah hilang dan tidak satu pun orang di dalam pesawat selamat ... kita
sekarang harus menerima semua bukti yang mengisyaratkan pesawat jatuh di
bagian selatan Samudra Hindia."

NASA ikut lacak keberadaan pesawat Malaysia MH370


Jumat, 14 Maret 2014 15:11 WIB | 28.088 Views

Ilustrasi titik terakhir MH370 Malaysia Airlines sebelum dinyatakan hilang pada
pukul 02.41 waktu setempat, dalam penerbangan Kuala Lumpur-Beijing, Sabtu lalu
(8/3). Pencarian MH370 itu diperluas sampai Samudera Hindia oleh 12 negara
memakai 40 kapal perang dan 42 pesawat intai udara militer. (flightaware.com)
Jakarta (ANTARA News) - Badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat (NASA)
telah bergabung untuk membantu pencarian pesawat Malaysia Airlines MH730 yang
hilang sejak Sabtu (8/3) lalu.

Pejabat NASA mengatakan pihaknya sejak Selasa (10/3) telah mengkaji upayaupaya untuk dapat berkontribusi dalam pencarian MH370.

"Upaya yang dilakukan termasuk mengumpulkan data satelit yang diperoleh


sebelumnya dan menggunakan aset yang berada di antariksa, seperti satelit EarthObserving-1(EO-1) dan kamera ISERV di Stasiun Antariksa Internasional , untuk
mendapatkan citra baru kemungkinan lokasi kecelakaan," kata juru bicara NASA
Allard Beutel

"Resolusi dari citra yang dihasilkan instrumen ini bisa digunakan untuk
mengidentifikasi objek yang ukurannya sekitar 98 kaki (30 meter)," katanya melalui
pesan elektronik kepada Space.com yang dilansir 12 Maret.

NASA juga akan mengirim data relevan kepada Geological Survey's Earth Resources
Observations and Science Hazard Data Distribution System yang memfasilitasi
pertukaran informasi sejak Piagam Antariksa Internasional dan Bencana Besar
diaktifkan .

Piagam itu, --yang bertujuan untuk mengurangi dampak bencana alam dan ulah
manusia dengan melancarkan pengiriman data antariska--, diaktifkan pada Selasa
(11/3) oleh China, seperti dilansir media CNET .

MH370 lepas landas dari Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu, saat menuju Beijing,
China. Kurang dari satu jam setelah lepas landas, pesawat hilang kontak dari radar
mendara kendali lalu lintas udara. Hingga kini, keberadaan pesawat jet Boeing 777,
yang membawa 227 penumpang dan 12 awak itu, belum diketahui
Pada Rabu, pejabat Cina mengumumkan satelit negaranya menemukan lokasi
kemungkinan tempat hilangnya MH370. Pesawat ruang angkasa China menangkap
gambar tiga benda besar di perairan timur laut Kuala Lumpur yang menjadi jalur
penerbangan pesawat itu.
Namun, Malaysia mengatakan pihaknya tidak menemukan apapun di lokasi yang
dideteksi satelit China menjadi tempat hilangnya pesawat MH370, seperti dilansir
media ABC.
Hilangnya MH370 mengingatkan pada Air France Flight 447, yang hilang di atas
Samudera Atlantik pada Juni 2009, setelah lepas landas dari Rio de Janeiro, Brasil
menuju Paris, Prancis.
Dibutuhkan lima hari untuk menemukan reruntuhan Flight 447 dan hampir dua
tahun untuk menemukan dan mengambil data dari kotak hitam pesawat itu dari
dasar laut.
Penerjemah: Indra Arief Pribadi
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT ANTARA 2014

Anda mungkin juga menyukai