Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KDPK (KONSEP DASAR PRAKTEK KLINIK)


HIV/AIDS

DOSEN PEMBIMBING
Erma Herdyana, S.SIT.M.Kes
Disusun oleh :
Tika ayu wulandari Bd.DH.2016.041
TAHUN AJARAN 2016/2017

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA KEDIRI


Jl.penanggungan No.41 A, Kota Kediri
Telp/fax: (0354)772628/778789

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia dimulai saat setelah pembuahan terjadi. Jika dengan
sadar dan dengan segala cara kita mengakhiri hidup manusia tak berdosa,
berarti kita melakukan suatu perbuatan tak bermoral dan asosial. Tidak
semestinya kita membiarkan penghentian nyawa hidup siapapun atau hidup
kita sebagai manusia menjadi tidak berharga lagi.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di
Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3
juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di
Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada
yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi
juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya
saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi,
kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam
laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu
terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial
di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain
pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat
kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya
didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka
yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap
kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh
aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh
dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita
meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan

oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta
aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta
terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia
diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih
cukup besar.
Kristen dan aborsi memiliki sejarah panjang dan rumit, meskipun aborsi tidak
pernah disebutkan dalam Alkitab Kristen . Sementara beberapa penulis
mengatakan bahwa orang Kristen awal memegang keyakinan yang berbeda
pada waktu yang berbeda tentang aborsi, lain mengatakan bahwa, meskipun
keheningan Perjanjian Baru pada masalah ini, mereka mengutuk aborsi pada
setiap titik kehamilan sebagai dosa besar, kutukan bahwa mereka
mempertahankan bahkan ketika beberapa dari mereka tidak memenuhi
syarat sebagai kasus pembunuhan penghapusan janin belum "terbentuk"
dan animasi oleh jiwa manusia.
Secara umum, beberapa denominasi Kristen dapat dianggap pro-kehidupan
sementara yang lain dapat dianggap pro-choice Selain itu, ada minoritas
yang cukup besar dalam semua denominasi yang tidak setuju dengan sikap
denominasi mereka pada aborsi. Para denominasi terbesar, gereja-gereja
yang mewakili lebih dari setengah dunia kekristenan (termasuk Gereja
Katolik Roma , yang Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental )
menentang langsung aborsi dalam segala situasi.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

Menambah wawasan penulis

Memberi informasi pada pembaca

Melengkapi syarat kuliah pendidikan agama kristen

BAB II
PANDANGAN KRISTEN TENTANG ABORSI

2.1 Definisi Aborsi


Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute for
Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi
didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus)
mencapai 20 minggu.
Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi
keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan,
yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja
maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum
bulan ke empat masa kehamilan).
Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi
para ahli tentang aborsi, yaitu:
a)
Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana
fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 1000 gr atau kehamilan
kurang dari 28 minggu
b)
Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law
c)
Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16
dimana plasentasi belum selesai
a)

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

a. Aborsi Spontan / Alamiah


b. Aborsi Buatan / Sengaja
c. Aborsi Terapeutik / Medis
Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma,
sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan

disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter,
bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil
tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung
yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
2.2 Jenis-jenis Aborsi
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja
(aborsi provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi
yang bisa dijelaskan. Krismaryanto, menguraikan berbagai macam aborsi,
yang terdiri dari:
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/
Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum
janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup
di luar kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutuc/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan
indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak
bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup
di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan
dilarang oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis.
Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan
hanya yang unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang
tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim
sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu tindakan (intervensi
medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak
dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.

7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang


dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak
dilakukan wanita yang mengadakan Pre natal diagnosis yakni diagnosis
janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.

8. Embryo reduction (pengurangan embryo), pengguguran janin dengan


menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami
hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat perkembanganya.
9. Partial Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah
medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama
adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan
agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan selanjutnya adalah
menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang
keluar lebih dahulu adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak
seluruhnya, agar kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya.
Ketika di dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam.
Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru disedot
keluar

2.3 Alasan Melakukan Aborsi


1.

Alasan Medis

Adakalanya kelainan yang dapat membahayakan jiwa si ibu jika ia hamil,


misalnya penyakit jantung. Meskipun sudah diperingatkan oleh dokter,
adakalanya kehamilan terjadi tanpa direncanakan. Jika hal itu terjadi dokter
dihadapkan kepada pilihan menolong jiwa si ibu dengan menggugurkan
kandungan ataukah membiarkan janin tumbuh menjadi bayi, ibu meninggal.
Ny Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut:
a.

untuk menyelamatkan jiwa si ibu/wanita

b.

untuk menjaga kesehatan ibu/wanita

c.
untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan
wanita
d.
untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita
atau salah satu anak dalam keluarga

e.

untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan wanita

f.

untuk mencegah kelahiran dengan fisik atau mental yang berat

dari alasan-alasan tersebut di atas, alasan 1 dan 2 banyak Negara-negara


yang melegalisasinnya, antara lain Negara Prancis, Swiss, Kanada, Pakistan,
dan Thailand, sebagai alasan untuk memperbolehkan aborsi .
2.

Hamil Karena Perkosaan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi, modernisasi


disertai sekularisme dan globalisasi, telah menyebabkan dampak negatip
dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri
sebenarnya bebas nilai (tidak bernilai buruk atau baik). Yang membuat
menjadi berakibat buruk adalah manusianya itu sendiri seperti media cetak
dan elektronik. Kedua media itu dapat bernilai baik bila digunakan untuk
maksud-maksud yang baik pula. Namun akan menjadi buruk jika digunakan
untuk meyebarluaskan pornografi. Majunya teknologi dan ilmu pengetahuan
baik dibidang komunikasi,transformasi dan telematika ada membawa
dampak negatip bagi kehidupan masyarakat, seperti televisi, internet dan
lain sebagainya. Kemajuan di bidang komunikasi dan transformasi kadagkala
banyak disalahgunakan oleh masyarakat terutama dikalangan anak muda
sehingga banyak memberikan dampak yang sangat buruk di dalam
kehidupan bermasyarakat.
Akibat dampak negatip dari semuanya itu adalah meningkatnya kejahatan
dikalangan masyarakat terutama para remaja, terutama kejahatan seks. Bila
hal ini berlangsung terus dikwatirkan rusaknya moral pemuda kita yang
nantinya diharapakan sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Kita
tidak heran lagi mendengar berita-berita tentang perkosaan akhir-akhir ini
terhadap seorang wanita. Diantara kasus-kasus perkosaan yang sering
terjadi seringkali yang menjadi korban adalah gadis dibawah umur. Ada lagi
juga dilakukan oleh ayah terhadap anak kandungnya sendiri. Semua itu
mengajak kita untuk senantiasa waspada dan mawas diri. Apabila
perbuatan-perbuatan tersebut diatas menyebabkan hamilnya wanita yang
bersangkutan bagaimana bayi dalam kandungan tersebut? Akankah diminta
pertanggung jawaban dari orang yang melakukan perbuatan itu? mungkin,
maka jalan yang ditempuh adalah melakukan aborsi. Yang menjadi
pertanyaan lain adalah haruskah seorang yang menjadi korban perkosaan
yang hamil melakukan aborsi terhadap janin yang dikandungnya. Hal

tersebut kembali kepada korban tersebut, untuk itu sebelum mengambil


sikap untuk menggugurkan kandungan korban perlu mendapatkan perhatian
yang lebih, terutama dari konsultan ataupun dukungan moril dari keluarga.
Karena aborsi diharapakan dapat menjadi jalan terakhir dari permasalahan
tersebut. Karena bagaimanapun bayi yang dikandung akibat perkosaan tidak
bersalah.
3.

Bayi yang dikandung cacat

Kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan manusia mengetahui


janin sejak masih dalam kandungan. Bukan saja tentang jenis kelaminnya
saja, tetapi juga tentang apakah janin tersebut menderita cacat atau tidak.
Salah satu cacat berat yang dapat dideteksi sejak dini adalah kelainan fisik
atau mental yang disebut sebagi sindroma down.
Pada kelainan ini, selain terdapat kelainan fisik yang berat, juga terdapat
kelainan perkembangan mental yang sangat terlambat (idiot). Dimana anak
tersebut jika lahir kedunia akan selalu tergantung pada orang lain. Selain
sindroma Down, adanya kepala tidak berkembang (anensefali ) atau cairan
otak tersumbat (hidrosefalus) juga dapat dideteksi sejak janin masih di
dalam kandungan. Dalam keadaan seperti ini, dokter tidak dapat
mengelakkan diri dari keharusan memberitahukan hal itu kepada
orangtuanya, agar mereka siap mental menghadapi serta dapat menentukan
rencana kedepan. Ada kemungkinan pasangan orangtua itu lebih memilih
untuk mengugurkan kandungannya
4.

Sosial ekonomi

Tidak dapat kita pungkiri kebutuhan manusia semakin lama semakin


meningkat. Sedangkan untuk memuaskan kebutuhan tersebut kadangkala
terdapat banyak keterbatasan. Berdasarkan survey yang telah dilakukan
maka salah satu penyebab aborsi adalah karena kemiskinan, dimana
seseorang melakukan aborsi karena tidak sanggup untuk membiayai
kehidupan anak tersebut kelak, sehingga jalan yang diambil adalah dengan
melakukan aborsi
5.

Hamil diluar nikah

Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan
diantara masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol.
Perlakuan dan tingkah negatip yang dilarang dalam norma-norma dalam
masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak muda saat ini. Salah satunya
adalah seks bebas diantara anak muda yang nantinya akan menyebabkan

kehamilan diluar nikah. Salah satu jalan yang ditempuh ketika seseorang
wanita hamil diluar nikah adalah aborsi. Aborsi dilakukan karena tidak
adanya kesiapan untuk mempunyai anak dan rasa malu kepada masyarakat
karena hamil diluar nikah.

2.4 Faktor Pendorong Aborsi


Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi adalah:
a.

Faktor ekonomi

1)

Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya

2)

PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh.

3)

Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)

b.

Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:

1)

Putus sekolah atau kuliah

2)

Malu pada keluarga dan tetangga

3)

Siapa yang akan mengasuh bayi

4)

Terputus atau terganggu karir atau masa depan

2.5 Akibat Aborsi


Berikut ini resiko yang terjadi jika melakukan aborsi khususnya remaja:
1.

Kematian karena terlalu banyak pendarahan

2.

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3.

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

4.

Sobeknya rahim (Uterine Perforation)

5.
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya.

6.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
7.

Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8.

Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9.

Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan


menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya.
11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang
dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan
dikemudian hari setelah menikah.
15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat
pendarahan dan gangguan neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat
mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya.
16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan
menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena
robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock sampai resiko kematian ibu dan
anak yang dikandungnya.
17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan
antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara
normal tidak ada.
2.6 Pandangan Hukum Tentang Aborsi
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,
maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk
melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan
sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi
disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi
Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan

menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya
dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, pasal
7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang
melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan
secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari
pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari
kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota
profesi dari komunitasnya.
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.
Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni: 1. Abortus buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang
dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undangundang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus,
karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan:
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya
dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung
jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan
persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d.
Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:
Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a :

Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil


tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil
dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat
melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian
dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama
untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya
,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan
tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang
memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) :
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil
atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk
persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus
Criminalis ( Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran kandungan yang
tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu,
dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini
sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di
dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang
mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP):
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan,
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat
pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari
keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau
kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut
dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pencaharian.
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana

penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan
matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan
tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu
sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan
atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau
dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,
sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh
orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja
melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil
tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15
tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5
tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun
penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman
hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.
Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan
seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak
dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut
diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga
diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan:

PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu


terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah)
2.7 Penanggulangan Aborsi

2.8 Pandangan Kristen Tentang Aborsi


Gereja Kristen protestan saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah
aborsi yang masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan
Negara, dimana Negara tersebut masih memperbolehkan diadakannya
aborsi.
Dalam perintah Allah yang ke-6 berbunyi Jangan Membunuh, gereja
masih bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah
ini masih berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini
ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah
tentang status fetus/janin itu sendiri;

Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?

Syarat apakah yang harus dimiliki sesuatu supaya dapat dianggap


seorang manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?

Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia,


tetapi hanya benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai
seorang manusia atau pribadi?
Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak
dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan,
tetapi jika itu adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan
secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan.
Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah secara
khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran
Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia
1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk
kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif
Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:2225 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan

kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang
membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang
bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi
orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk
memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang
diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang
Kristen dalam hal aborsi adalah, Bagaimana dengan kasus pemerkosaan
dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil
sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah
membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak
menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau
hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh
keluarga yang tidak mampu memperoleh anak atau anak tsb dapat
dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum
karena perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang
Kristen dalam hal aborsi adalah, Bagaimana jikalau hidup sang ibu
terancam? Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab
dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini
hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di
dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena
merka tidak mau merusak tubuh mereka daripada perempuan yang
melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita
mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga
hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin.
Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah.
Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa
minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka
buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah
pengaturan kelahiran secara retroaktif. Perempuan dan/atau pasangannya
memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka
mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus
bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus
1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup
dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha
untuk memastikan kelahirannya.

Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit
diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus,
semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14).
Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong
aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat
diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.
2.9 Sikap Orang Kristen Terhadap Pelaku Aborsi
Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang
etis dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga
dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman.
Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita
tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah
menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif
fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan
label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa
menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah
dingin, atau membunuh secara sederhana.
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua
belah pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau
situasi yang dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua
kutub.

Daftar Pustaka
v http://en.wikipedia.org/wiki/Christianity_and_abortion

v C.B. Kusmaryanto,Kontoversi Aborsi, Gramedia Widiasarana


Indonesia,Jakarta, 2002
v K. Bertenens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta, 2002
v Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangan Terhadap
Bioetika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
v http://eone87.wordpress.com/2010/04/05/dinamika-psikologis-perempuanyang-melakukan-aborsi
v http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17739/4/Chapter%20I.pdf
v
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_
Indonesia
v http://www.gotquestions.org/indonesia/aborsi-Alkitab.html
v
Diposkan 11th December 2011 oleh raja guntar Simamora

Anda mungkin juga menyukai