DOSEN PEMBIMBING
Erma Herdyana, S.SIT.M.Kes
Disusun oleh :
Tika ayu wulandari Bd.DH.2016.041
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta
aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta
terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia
diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih
cukup besar.
Kristen dan aborsi memiliki sejarah panjang dan rumit, meskipun aborsi tidak
pernah disebutkan dalam Alkitab Kristen . Sementara beberapa penulis
mengatakan bahwa orang Kristen awal memegang keyakinan yang berbeda
pada waktu yang berbeda tentang aborsi, lain mengatakan bahwa, meskipun
keheningan Perjanjian Baru pada masalah ini, mereka mengutuk aborsi pada
setiap titik kehamilan sebagai dosa besar, kutukan bahwa mereka
mempertahankan bahkan ketika beberapa dari mereka tidak memenuhi
syarat sebagai kasus pembunuhan penghapusan janin belum "terbentuk"
dan animasi oleh jiwa manusia.
Secara umum, beberapa denominasi Kristen dapat dianggap pro-kehidupan
sementara yang lain dapat dianggap pro-choice Selain itu, ada minoritas
yang cukup besar dalam semua denominasi yang tidak setuju dengan sikap
denominasi mereka pada aborsi. Para denominasi terbesar, gereja-gereja
yang mewakili lebih dari setengah dunia kekristenan (termasuk Gereja
Katolik Roma , yang Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental )
menentang langsung aborsi dalam segala situasi.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
BAB II
PANDANGAN KRISTEN TENTANG ABORSI
disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter,
bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil
tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung
yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
2.2 Jenis-jenis Aborsi
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja
(aborsi provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi
yang bisa dijelaskan. Krismaryanto, menguraikan berbagai macam aborsi,
yang terdiri dari:
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/
Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum
janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup
di luar kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutuc/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan
indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak
bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup
di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan
dilarang oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis.
Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan
hanya yang unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang
tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim
sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu tindakan (intervensi
medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak
dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
Alasan Medis
b.
c.
untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan
wanita
d.
untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita
atau salah satu anak dalam keluarga
e.
f.
Sosial ekonomi
Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan
diantara masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol.
Perlakuan dan tingkah negatip yang dilarang dalam norma-norma dalam
masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak muda saat ini. Salah satunya
adalah seks bebas diantara anak muda yang nantinya akan menyebabkan
kehamilan diluar nikah. Salah satu jalan yang ditempuh ketika seseorang
wanita hamil diluar nikah adalah aborsi. Aborsi dilakukan karena tidak
adanya kesiapan untuk mempunyai anak dan rasa malu kepada masyarakat
karena hamil diluar nikah.
Faktor ekonomi
1)
2)
3)
b.
1)
2)
3)
4)
2.
3.
4.
5.
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya.
6.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
7.
8.
9.
menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya
dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, pasal
7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang
melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan
secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari
pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari
kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota
profesi dari komunitasnya.
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.
Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni: 1. Abortus buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang
dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undangundang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus,
karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan:
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya
dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung
jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan
persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d.
Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:
Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a :
penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan
matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan
tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu
sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan
atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau
dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,
sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh
orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja
melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil
tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15
tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5
tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun
penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman
hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.
Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan
seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak
dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut
diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga
diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan:
kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang
membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang
bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi
orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk
memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang
diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang
Kristen dalam hal aborsi adalah, Bagaimana dengan kasus pemerkosaan
dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil
sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah
membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak
menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau
hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh
keluarga yang tidak mampu memperoleh anak atau anak tsb dapat
dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum
karena perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang
Kristen dalam hal aborsi adalah, Bagaimana jikalau hidup sang ibu
terancam? Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab
dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini
hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di
dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena
merka tidak mau merusak tubuh mereka daripada perempuan yang
melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita
mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga
hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin.
Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah.
Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa
minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka
buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah
pengaturan kelahiran secara retroaktif. Perempuan dan/atau pasangannya
memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka
mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus
bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus
1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup
dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha
untuk memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit
diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus,
semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14).
Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang mendorong
aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat
diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.
2.9 Sikap Orang Kristen Terhadap Pelaku Aborsi
Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang
etis dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga
dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman.
Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita
tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah
menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif
fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan
label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa
menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah
dingin, atau membunuh secara sederhana.
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua
belah pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau
situasi yang dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua
kutub.
Daftar Pustaka
v http://en.wikipedia.org/wiki/Christianity_and_abortion