Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kecemasan didalam sebuah keluarga khususnya keluarga yang
mempunyai anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit merupakan
salah satu bentuk adanya gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional
individu yang tidak adekuat. Kondisi
kebutuhan

emoisonal

tersebut

dari

gangguan

terpenuhinya

tentu akan membawa dampak yang

buruk terhadap perubahan suasana atau perasaan yang dialami oleh


sebuah keluarga

yang

memiliki

anggota keluarga

yang

mendapat

perawatan di sebuah rumah sakit (Anderson, 2008).


Komunikasi pada ruang Instalasi Gawat Darurat berbeda dengan
komunikasi yang terjadi dibangsal karena di Instalasi Gawat Darurat lebih
memfokuskan pada tindakan yang akan dilakukan sehingga dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik sangat kurang. Kegiatan kasus gawat
darurat memerlukan sebuah sub system yang terdiri dari informasi,jaring
koordinasi dan jaring pelayanan gawat darurat sehingga seluruh kegiatan
dapat berlansung dalam satu sistem terpadu (PUSBANKES 118, 2012).
Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat.
Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran
sampai kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan pembentukan komunikasi
terapeutik. Perawat berkomunikasi dengan pasien yang mengalami
tekanan, yaitu klien keluarga dan teman sejawatnya (Potter Perry, 2009).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik


Depkes, pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak
1.319 yang terdiri atas 1.033 Rumah
jumlah

kunjungan

ke

RSU

Sakit Umum

(RSU) dengan

sebanyak 33.094.000. Sementara data

kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 atau sebanyak13,3 % dari total


seluruh kunjungan di RSU. Dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat
12% berasal dari pasien rujukan (Kepmenkes No.856, 2009). Sementara
itu berdasarkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun
2013, prevalensi cedera nasional adalah sebanyak 8,2 % dimana
hasil tersebut meningkat dari tahun 2007 yang prevalensinya 7,5 %.
Sedangkan presentasi penyebab cedera karena kecelakaan transportasi
darat berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan yang
cukup tinggi, dari sebelumnya pada tahun 2007 25,9 % menjadi 47,7 %
pada tahun 2013.
Dari hasil survei pendahuluan penulis di ruang IGD RSUD Provinsi
NTB pada tanggal 11 oktober 2016, dengan
keluarga

wawancara 3 anggota

mengenai komunikasi antara perawat dengan anggota

keluarga. Tiga anggota keluarga menyatakan

perawat dirasakan

kurang memberikan informasi terbaru mengenai kondisi pasien. Kondisi


tersebut menjadikan anggota keluarga menjadi lebih khawatir. Kecemasan
didalam

sebuah keluarga

khususnya

keluarga

yang mempunyai

anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit merupakan salah satu


bentuk adanya gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional individu
yang tidak adekuat. Kondisi

dari

gangguan

terpenuhinya kebutuhan

emoisonal tersebut tentu akan membawa dampak yang buruk terhadap


perubahan suasana atau perasaan yang dialami oleh sebuah keluarga
yang memiliki anggota keluarga yang mendapat perawatan di sebuah
rumah sakit (Anderson, 2008).
Perawat gawat darurat mempunyai beberapa peran dan fungsi
berdasarkan

pada

kondisi pelayanan kegawatdaruratan. 7 Fungsi

pertama adalah fungsi independen atau fungsi mandiri yang berkaitan


dengan pemberian asuhan. Fungsi kedua adalah fungsi dependen, yaitu
fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain.
Fungsi ketiga adalah fungsi kolaboratif, yaitu melakukan kerjasama
saling membantu dalam program kesehatan (perawat sebagai anggota
tim kesehatan), dalam hal ini perawat
independen,

karena

memperhatikan

selain

keluarga

termasuk

pemberi asuhan
pasien terkait

dalam

fungsi

kepada

pasien

juga

kecemasan

pada

saat

menunggu di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).(Dorland, 2012).

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap
tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di IGD RSUD
Provinsi NTB ?

C. Tujuan
1.Umum

Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat


terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di IGD
RSUD Provinsi NTB.
2.Khusus
a. Mengetahui teknik komunikasi terapeutik yang digunakan
perawat terhadap keluarga pasien yang dirawat di IGD RSUD
Provinsi NTB.
b. Mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat
di IGD RSUD Provinsi NTB.
c. Mengidentifikasi hubungan terapeutik perawat dengan tingkat
kecemasan yang dirasakan keluarga pasien yang dirawat di
IGD RSUD Provinsi NTB.
d. Mengidentifikasi keeratan

hubungan

antara

komunikasi

terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di IGD


RSUD Provinsi NTB.
D. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Hipotesa Alternative (Ha):
Ada hubungan antara komunikasi trapeutik perawat
dengan tingkat kecemasan keluarga pada penanganan pasien
gawat darurat di ruang IGD RSUD Provinsi NTB
2. Hipotesa Nol (H0):
Tidak ada hubungan antara komunikasi trapeutik
perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pada penanganan
pasien gawat darurat di ruang IGD RSUD Provinsi NTB
E. Manfaat Penelitian
1.Teoritis

Menambah wawasan di bidang ilmu keperawatan khususnya


dalam komunikasi perawat terhadap keluarga yang dirawat di IGD.
2.Praktisi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada perawat dalam menghadapi kecemasan keluarga pasien
di IGD sehingga di dalam prakteknya dapat memberikan
komunikasi yang terapeutik untuk para pasien dan keluarga agar
pasien dan khususnya keluarga pasien tidak merasa cemas.

Anda mungkin juga menyukai