Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL DI RUANG VK IGD


RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Oleh :
Sinta Wening Nur Sahara
NIM. SN161119

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016/2017

LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL DI RUANG VK IGD
RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
A. Definisi
Intranatal adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Nugroho, 2011).
Kontraksi uterus yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
serviks secara nyata (Leveno, 2009).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah dan Hidayat, 2008).
B. Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin
yang dilahirkan sebagai berikut:
1. Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup
di luar kandungan, umur kehamilan kurang dari 28 minggu, dan berat
janin kurang dari 1000 gram.
2. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur kehamilan 28 sampai 36 minggu dan berat
janin kurang dari 2499 gram.
3. Persalinan aterm
Persalinan antara umur kehamilan 37 sampai 42 minggu dan janin
diatas 2500 gram.
4. Persalinan presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
(Manuaba, 2004).
C. Etiologi Persalinan
Terdapat beberapa penyebab terjadinya persalinan yang dipengaruhi oleh
penurunan progesteron, yaitu :

1. Turunnya kepala, masuk pintu panggul atas, terutama pada


primigravida minggu ke 36 dapat menimbulkan sesak dibagian bawah,
diatas simpisis pubis dan sering ingin kencing atau susah kencing
karena kandung kemih tertekan kepala bayi.
2. Perut lebih melebar karena dundus uteri turun.
3. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya pleksus frankehauses yang terletak sekitar
serviks.
4. Terjadi perlunakan serviks karena dapat kontraksi otot rahim.
5. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan.
(Manuaba, 2004).
D. Tanda dan Gejala
1. Terdapat 4 atau lebih kontraksi rahim di dalam 1 jam atau kurang.
2. Kram yang terasa pegal diatas tulang panggul, kram ini bisa hilang
timbul atau berkelanjutan.
3. Nyeri punggung bagian bawah yang berbeda dari biasanya.
4. Merasakan tekanan pada panggul yang hilang timbul atau konstan.
5. Perubahan apapun atau meningkatnya jumlah, konsistensi atau warna
dari cairan vagina.
(Marshall, 2005).
E. Patofisiologi dan Pathway
1. Patifisiologi
Proses persalinan berawal dari perubahan keseimbangan esterogen dan
progesteron. Keseimbangan ini menyebabkan oksitosin yang
dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi
dalam bentuk Braxton Hicks. Esterogen berfungsi meningkatkan
sensitivitas otot rahim dan mempersulit penerimaan rangsang dari luar
seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, atau rangsangan mekanis.
Progesteron juga menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Oksitosin bekerjasama atau melalui prostaglandin yang semakin
meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke 15. Disamping itu
faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot dapat memberikan pengaruh
penting untuk dimulainya kontraksi rahim (Manuaba, 2004).

2. Pathway
Pertahanan kehamilan
(esterogen dan progesteron seimbang)

Esterogen

Progesteron

Meningkatkan sensitivitas
otot rahim

Prostaglandin
meningkat

Kehamilan cukup
bulan (aterm)

Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron

Penuaan placenta

Merangsang hipofise
parst posterior

Penimbunan
jaringan ikat

Merangsang hipofise
parst posterior
Pengeluaran oksitosin

Kontraksi
(Braxton Hicks)

Nyeri akut

Pembukaan serviks
secara bertahap
Proses keluarnya hasil
konsepsi (kala II)
Pelepasan plasenta
(kala III)

Vasodilatasi
pembuluh darah

Produksi
progesteron
menurun
Otot rahim sensitif
terhadap oksitosin
Kekurangan volume
cairan
Resiko perdarahan

Pelepasan plasenta
(kala III)

Post partum
(kala IV)

(Manuaba, 2004).

Post the
entry

Resiko infeksi

F. Komplikasi
1. Perdarahan masa nifas
Perdarahan post partum adalah perdarahan dengan jumlah lebih dari
500ml setelah bayi lahir.
2. Infeksi paska persalinan (post partum)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan,
infeksi ini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang dilakukan
pada dua kali pemeriksaan selang waktu 6 jam dalam 24 jam pertama
setelah persalinan.
3. Ruptur uteri
Robekan pada rahim atau rahim tidak utuh.
4. Trauma perineum
Luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan. Hal ini
karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba,
sehingga kulit jaringan perineum robek.
(Winkjosastro, 2005).
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Penatalaksanaan pada ibu
a) Oksitosin diberikan untuk merangsang kontraksi. Pemberian
oksitosin dengan dosis 2 ml secara IM. Oksitosisn juga dapat
diberikan setelah 1 menit kepala lahir, jika dalam waktu 15 menit
tidak lahir maka diberikan injeksi oksitosin yang kedua kalinya.
b) Pemberian lidokain untuk anestesi lokal ketika heacting pada ibu
yang dilakukan episiotomi.
c) Jika pada ibu dengan perdarahan dapat diberikan misoprotol
1000mg melalui rektal.
d) Menejemen nyeri (keperawatan)
Pada saat kala II dianjurkan untuk distraksi untuk manajemen nyeri
saat terjadi his.
2. Penatalaksanaan bayi
a) Vit K diberikan setelah bayi lahir.
b) Vaksin HB 0 dengan dosis 0,5 ml.
(Leveno, 2009).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
1) Tekanan darah lebih dari normal pada 0-12 minggu.
2) Denyut nadi meningkat 10-15x/menit
3) Murmur sistolik dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan
volume darah.
b. Integritas

1) Memajukan persepsi diri


2) Body image rendah
c. Eliminasi
1) Perubahan pada konsistensi dan frekuensi defikasi.
2) Peningkatan frekuensi berkemih.
3) Peningkatan berat jenis urin.
4) Tumbuhbya hemoroid.
d. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pada
vagina berulang-ulang.
e. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat pembedahan
4) Riwayat kesehatan keluarga
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhuubungan dengan kehilangan
cairan aktif.
b. Nyeri akut berhubungan dengan his dan pembukaan serviks.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses persalinan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma/tindakan invasif
(episiotomi).

3. Intervensi
No.
Dx.
1.

Tujuan dan Kriteria Hasil


(NOC)
Fluid balance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama jam
diharapkan masalah
kekurangan volume cairan
dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Mempertahankan urine

Intervensi (NIC)
Fluid management
1. Monitor status hidrasi.
2. Monitor vital sign
3. Monitor intake
4. Pertahankan catatan
intake dan output.
5. Kolaborasi pemberian
cairan IV

output sesuai dengan


usia dan BB.
2. Tanda-tanda vital
dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi.
4. Turgor kulit elastis,
membrean mukosa
2.

lembab.
Pain control
Pain level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama jam
diharapkan masalah nyeri akut
dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Mampu mengontrol

Pain management
1. Kaji nyeri secara
komprehensif
2. Observasi TTV
3. Ajarkan relaksasi nafas
dalam
4. Tingkatkan istirahat
5. Kolaborasi pemberian
analgetik

nyeri
2. Melaporkan nyeri
3.

berkurang
Blood lose severity
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama jam
diharapkan masalah resiko
perdarahan dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1. Tidak ada perdarahan
pervagina
2. Hemoglobin dan

Bleeding precaution
1. Monitor tanda-tanda
perdarahan
2. Monitor tanda-tanda
vital
3. Anjurkan pasieb
bedrest
4. Kolaborasi untu
memebrikan terapi
obat

hematokrit dalam batas


normal
3. Tekananan darah dalam
4.

batas normal
Knowledge : infection control
Setelah dilakukan tindakan

Infection control
1. Cuci tangan sebelum

keperawatan selama jam


diharapkan masalah resiko
infeksi dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda

dan setelah melakukan


tindakan keperawatan.
2. Monitor tanda dan
gejala infeksi.
3. Dorong nutrisi yang
aktif.
4. Berikan perawatan

dan gejala infeksi


2. Menunjukkan

luka
5. Kolaborasi pemberian

kemampuan untuk
mencegah infeksi
3. Menunjukkan perilaku

antibiotik.

hidup sehat.
4. Evaluasi
No.
Dx.
1.

2.

3.

4.

Evaluasi
S = Pasien mengatakan tidak mersakan haus.
O = tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit elastis
A = Masalah teratasi
P = Hentikan intervensi
S = pasien mnegatakan mampu beradaptasi dengan nyeri
O = pasien tampak melakukan relaksasi nafas dalam
A = masalah nyeri teratasi
P = hentikan intervensi
S=O = perdarahan berhenti
A = masalah resiko perdarahan teratasi
P = hentikan intervensi
S = pasien mengatakan selalu mencuci tangan
O = tidak ada tanda dan gejala infeksi
A = masalah resiko infeksi teratasi
P = hentikan intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Henderson, C. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Lenevo, Kenneth J, et al. 2009. Obstetri Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta :
EGC.
Manuaba. 2004. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Marshall, Connie. 2005. Membantu Calon Ayah Memahami dan Menjadi Bagian
dari Pengalaman Kehamilan. Jakarta : Arcan.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetriuntuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan edisi Ketiga. Jakarta : Yayasa Bima
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai