pdf
PENDAHULUAN
Tuberkulosis peritoneal atau peritonitis tuberkulosa merupakan suatu
peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini juga sering mengenai
seluruh peritoneum, alat-alat sistem gastrointestinal, mesenterium dan organ
genetalia interna.1 Penyakit peritonitis tuberkulosa ini bersifat akut, jarang terjadi
dan kalau muncul merupakan bagian dari bentuk milier yang mengikuti perforasi
intestinal
atau
ruptur
kaseosa
KGB
mesenterial,
sedangkan
peritonitis
adhesi
dan
obliterasi
rongga
peritoneum,
omentum
menebal
walaupun
meningkatnya
sudah
jumlah
jarang
penderita
ada
AIDS
kecendrungan
meningkat
dan
Karena
Imigran.
dengan
perjalanan
asam-kaya,
glycolipids
rantai
panjang
dan
phospholipoglycans
Risiko
meningkat pada pasien dengan sirosis, infeksi HIV, diabetes melitus, keganasan,
setelah pengobatan dengan anti-tumor necrosis factor (TNF) agen, dan pada
pasien yang menjalani dialisis peritoneal rawat jalan rutin. Tuberkulosis
peritoneal dijumpai 2 % dari seluruh Tuberkulosis paru dan 59,8% dari
tuberculosis Abdominal.5 Di Amerika Serikat penyakit ini adalah keenam
terbanyak diantara penyakit extra paru sedangkan peneliti lain menemukan
hanya 5-20% dari penderita tuberkulosis peritoneal yang mempunyai TB paru
yang aktif.6,7 Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus tuberculosis peritoneal di
negara
maju
semakin
meningkat
dan
peningkatan
ini
sesuai
dengan
yang
menyebabkan
efektivitas
kekebalan
tubuh
menurun
dapat
memungkinkan
Mycobacterium
tuberculosis
untuk
aktif
kembali,
dengan
kecuali
pada
host
yang
immunocompromised.
Pasien
dengan
ke
seluruh
tubuh
(primer
miliaria).
Pasien
yang
menjadi
peritoneum atau bila terjadi penyebaran infeksi dapat timbul peritonitis. Akitivasi
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, intestinal juga dapat menjadi
atoni
dan
dilatasi.
Kehilangan
cairan
dan
elektrolit
ke
intraluminal
caseosa
node
mesenterika,
yang
biasanya
terjadi
karena
PATOLOGI
Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa.
2,3
1. Bentuk eksudatif
Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites
yang banyak, gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan
(asites). Pada bentuk ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel
sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih kekuning-kuningan milier,
nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di
rongga peritoneum. Disamping partikel yang kecil-kecil yang dijumpai
tuberkel yang lebih besar sampai sebesar kacang tanah. Disekitar tuberkel
terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti pembuluh darah.
Eksudat
dapat
terbentuk
cukup
banyak,
menutupi
tuberkel
dan
seperti
tumor,
kadang-kadang
terbentuk
fistel.
Hal
ini
ini.
sampai
Pada
berbulan-bulan,
penelitian
yang
sering
dilakukan
penderita
di
tidak
Rumah
menyadari
Sakit
Dr.Cipto
Mangunkusumo lama keluhan berkisar dari 2 minggu s/d 2 tahun dengan ratarata lebih dari 16 minggu.1,2,9 Keluhan terjadi secara perlahan-lahan sampai
berbulan-bulan disertai nyeri perut, pembengkakan perut, disusul tidak nafsu
makan, batuk dan demam.1,2,10,11,12,13 Pada yang tipe plastik sakit perut lebih
terasa dan muncul manisfestasi seperti sub obstruksi. 2
Pada pemeriksaan jasmani gejala yang sering dijumpai adalah asites,
demam, pembengkakan perut, nyeri perut, pucat dan kelelahan, tergantung
lamanya keluhan. Keadaan umum pasien bisa masih cukup baik sampai keadaan
kurus dan kahexia (penurunan berat badan yang progresif, anorexia) , pada
wanita sering dijumpai tuberkulosa peritoneum disertai oleh proses tuberculosis
pada ovarium atau tuba, sehingga pada alat genital bisa ditemukan tanda-tanda
peradangan yang sering sukar dibedakan dengan kista ovari.
1,2
Presentase
51%
43%
43%
33%
27%
30%
20%
13%
13%
63%
(atas dasar foto
torax)
DIAGNOSIS
Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin sering dijumpai adanya anemia penyakit kronis,
leukositosis ringan ataupun leukopenia, trombositosis, gangguan faal hati dan
sering dijumpai laju endap darah (LED) yang meningkat, sedangkan pada
pemeriksaan tes tuberculin hasilnya sering negatif. 2,10 Pada pemeriksaan analisa
cairan asites umumnya memperlihatkan exudat dengan protein > 3 gr/dl jumlah
sel diatas 100-3000 sel/ml. Biasanya lebih dari 90% adalah limfosit biasanya
meningkat.9,11 Cairan asites yang perulen dapat ditemukan begitu juga cairan
asites yang bercampur darah (serosanguinous).
Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) didapati hasilnya kurang dari 5%
yang positif dan dengan kultur cairan ditemukan kurang dari 20% hasilnya
positif.13 Ada beberapa peneliti yang mendapatkan hampir 66% kultur BTAnya
yang positif dan akan lebih meningkat lagi sampai 83% bila menggunakan kultur
cairan asites yang telah disetrifuge dengan jumlah cairan lebih dari 1 liter, dan
hasil kultur cairan asites ini dapat diperoleh dalam waktu 4-8 minggu. 3,11
Perbandingan serum asites albumin (SAAG) pada tuberculosis peritoneal
ditemukan rasionya < 1,1 gr/dl namun hal ini juga bisa dijumpai pada keadaan
keganasan, sindroma nefrotik, penyakit pankreas, kandung empedu atau
jaringan ikat sedangkan bila ditemukan >1,1 gr/dl ini merupakan cairan asites
akibat portal hipertensi.13 Perbandingan glukosa cairan asites dengan darah pada
tuberculosis peritoneal <0,96, sedangkan pada asites dengan penyebab lain
rationya >0,96.1 Penurunan PH cairan asites dan peningkatan kadar laktat dapat
dijumpai pada tuberculosis peritoneal dan dijumpai signifikan berbeda dengan
cairan asites pada sirosis hati yang steril, namun pemeriksaan PH dan kadar
laktat cairan asites ini kurang spesifik dan belum merupakan suatu kepastian
karena hal ini juga dijumpai pada kasus asites oleh karena keganasan atau
spontaneous bacterial peritonitis. 4 Pemeriksaan cairan asites lain yang sangat
membantu, cepat dan non invasive adalah pemeriksaan ADA (adenosin
deminase actifity), interferon gama (IFN) dan PCR. Dengan kadar ADA > 33 u/l
mempunyai Sensitifitas 100%, spesifitas 95%, dan dengan Cutt off > 33 u/l
mengurangi false positif dari sirosis hati atau keganasan. 3,7,9 Pada sirosis hati
konsentrasi ADA signifikan lebih rendah dari tuberculosis peritoneal (14 10,6
u/l). Hafta A dkk dalam suatu penelitian yang membandingkan konsentrasi ADA
terhadap pasien tuberculosis peritoneal, tuberculosis peritoneal bersamaan
dengan sirosis hati dan pasien-pasien yang hanya sirosis hati. Mereka
mendapatkan nilai ADA 131,1 38,1 u/l pada pasien tuberculosis peritoneal, 29
18,6 u/l pada pasien tuberculosis dengan sirosis hati dan 12,9 7 u/l pada
pasien yang hanya mempunyai sirosis hati, sedangkan pada pasien dengan
konsentrasi protein yang rendah dijumpai Nilai ADA yang sangat rendah
sehingga mereka menyimpulkan pada konsentrasi asites dengan protein yang
rendah nilai ADA dapat menjadi false negatif.6 Untuk itu pemeriksaan Gama
interferon (INF) adalah lebih baik walaupun nilainya adalah sama dengan
pemeriksaan ADA, sedangkan pada pemeriksaan PCR hasilnya lebih rendah lagi
dibandingkan dengan kedua pemeriksaan tersebut. 16 Fathy ME melaporkan
angka sensitifitas untuk pemeriksaan tuberculosis peritoneal terhadap Gama
interferon adalah 90,9 % , ADA : 18,8% dan PCR 36,3% dengan masing-masing
spesifitas 100%.16 Peneliti lain yang meneliti kadar ADA adalah Bargava. Bargava
dkk melakukan penelitian terhadap kadar ADA pada cairan asites dan serum
penderita peritoneal tuberculosis. Kadar ADA >36 u/l pada cairan asites dan >54
u/l
pada
serum
mendukung
suatu
diagnosis
tuberculosis
peritoneal.
Perbandingan cairan asites dan serum (asscitic / serum ADA ratio) lebih tingggi
pada tuberculosis peritoneal dari pada kasus lain seperti sirosis, sirosis dengan
spontaneous bacterial peritonitis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Ultrasonografi
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilihat adanya cairan dalam
rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk kantong-kantong).
Menurut Rama & Walter B, gambaran sonografi tuberculosis yang sering dijumpai
antara lain cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga abdomen, abses
dalam rongga abdomen, masa didaerah ileosaecal dan pembesaran kelenjar
limfe retroperitoneal, adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen usus
dan penebalan omentum.1
B. CT Scan :
Pemeriksaan CT Scan untuk peritoneal tuberculosis tidak ada ditemui
suatu gambaran yang khas, namun secara umum ditemui adanya gambaran
peritoneum yang berpasir dan untuk pembuktiannya perlu dijumpai bersamaan
dengan adanya gejala klinik dari tuberculosis peritoneal. Rodriguez E dkk yang
melakukan suatu penelitian yang membandingkan tuberculosis peritoneal
dengan
karsinoma
peritoneal
dan
karsinoma
peritoneal
dengan
melihat
gambarannya
bisa
menyerupai
penyakit
lain
seperti
peritonitis
kepastian diagnosa atau jika dijumpai indikasi yang mendesak seperti obstruksi
usus, perforasi, adanya cairan asites yang bernanah.
PENGOBATAN
Pada
dasarnya
pengobatan
peritonitis
tuberculosa
sama
dengan
pemberian
kortikosteroid
sebagai
obat
tambahan
terbukti
dapat
dan
pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Zain LH. Tuberkulosis peritoneal. Dalam : Noer S ed. Buku ajar ilmu penyakit
dalam Jakarta Balai penerbit FKUI, 1996: 403-6.
tract
and
peritoneum,AMJ
Gastroenterol 1993;88:989-99.
7. Sibuea WH,Noer S,Saragih JB,NapitupuluJB.Peritonitis tuberculosa di RS DGI
Tjikini (abstrak) KOPAPDI IV Medan; 1978:131.
8. Spiro HM. Peritoneal tuberculosis : clinical gastroenterologi 4 th ed New York ; Mc
Graw hill INC 1993 : 551-2.
9. Sulaiman A. Peritonisis tuberculosa dalam : Hadi S, Thahir G, Daldiyono,Rani
A,Akbar N. Endoskopi dalam bidang Gastroentero Hepatologi Jakarta : PEGI
1980:265-70.
10. Small Pm,Seller UM. Abdominal tuberculosis in : Strickland GT ed Hunters tropical
medicine and emerging infection disease. 8th Philadelpia : WB Sounders Company
2000 : 503-4.
11. Mc Quid KR,Tuiberculous peritonitis in : Tierny LM,Mc Phee SJ,Papadakis MA.
Current medical diagnosis & treatment 38 th London Prentice hall Internastional
1999 : 561-62.
12. Lyche KD.Miscelaneous disease of the peritoneum & mesentery in : Grendell
Jh,Mc Quaid KR, Friedman sl ed Current diagnosis & treatment Gastroenterologi
New York : Prentice Hall international 1996 : 144-5.
13. Lombrana S,Vega dl, Linares et al.Tuberculous peritonitis ; Diagnostic value of
ascitic flid PH and lactat. Scandinavian Journal Gastroenterology,1995;30:87-91.
14. Voight,Kalvaria I,Trey C, Berman P. Lombard C, Kirsdi PE, Diagnostic value of
ascitites adenosin deaminase in tuberculous peritonitis Lancet 1989; 1:751-4.
15. Hafta A Adenosin deaminase activity in the diagnosis of peritoneal tuberculosis
with cirrhosis http://wwwcu.edu.tr/fakulteler/tf/tfd/97-2-9.htm.
16. Fathy EM, EL Salam FA,Lashin AH et al A Comparative study of different
procedures
for
diagnosis
of
tuberculous
ascites:
Com/ejimunology/prviuous/jan 99/jan99-9.htm.
17. http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview.
http:member,tripod.