Anda di halaman 1dari 25

Finda Safitri 1102011106

1. Carcinoma mammae
1.1. Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD).
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu
penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD).
1.2. Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker
payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di
antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang
berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita
didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang
menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara
yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya
(Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di
Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 19902000 (Moningkey, 2000).
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di
Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap
menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).
Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut
golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993,
yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998)

1.3. Etiologi

Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada satupun penyebab spesifik dari ca
mammae; sebaliknya serangkaian factor genetik, hormonal, dan kemungkinan
kejadian lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan menurut Moningkey
dan Kodim, penyebab spesifik dari ca mammae masih belum diketahui, tetapi
terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya ca mammae
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel,
chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus,
herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya
kanker.

Faktor risiko
Beberapa faktor resiko untuk kanker payudara telah didokumentasikan. Namun
demikian, untuk mayoriti wanita yang menderita kanker payudara, faktor resiko
yang spesifik tidak dapat ditentukan (IARC, 2008; Lacey, et al., 2009). Faktor resiko
pada ca mammae dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: faktor yang dapat
diubah seperti riwayat kehamilan, riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal
replacement, alcohol, obesitas dan trauma. Sedangkan factor yang tidak dapat
diubah antara lain: riwayat keluarga yang menderita kanker, genetic, status
menstruasi (menarche dan
menopause), riwayat tumor jinak dan kanker
sebelumnya, tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak. (Noviani, 2007)
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002), faktor-faktor resiko ca mammae
yaitu:
a. Riwayat pribadi tentang ca mammae. Risiko mengalami ca mammae pada
payudara sebelahnya meningkat hamper 1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan ca mammae. Sekitar 5 hingga 10 % ca mammae berkaitan dengan
mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen
kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum
menopause, mengidap ca mammae bilateral, mengidap kanker terkait lain (missal,
kanker ovarium), memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota
keluarga terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu.
c. Menarche dini. Risiko ca mammae meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun. keadaan ini berarti peredaran hormon sudah

dimulai pada umur yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat
hormon. (Depkes RI, 2007)
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko 2 kali lipat untuk
mengalami ca mammae disbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama
mereka pada usia sebelum 20 tahun.
e. Tidak pernah menyusui. Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar
susu tidak pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu, sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi
risiko ca mammae. (Depkes RI, 2007)
f. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
risiko untuk mengalami ca mammae. Dalam perbandingan, wanita yang telah
menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko
sepertiganya. Keadaan ini berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam
jangka waktu yang lebih lama, kelenjar susu akan berada di bawah pengaruh
hormone lebih lama. (Depkes RI, 2007)
g. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara
disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami ca mammae; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko empat
kali lipat untuk mengalami penyakit ini. Lesi jinak payudara yang mempunyai risiko
menjadi kanker ganas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: tidak berisiko (nonproliferatif) yaitu kista, fibroadenoma. Risiko kecil (proliferative tanpa atypa) yaitu
Florid hiperplasia, papiloma intraduktal dan adenosis sklerosing. Risiko sedang
(atypical hyperplasia)yaitu atypical duct hyperplasia, atypical lobus hyperplasia.
(Depkes RI, 2007)
h. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun berisiko hampir dua kali lipat.
i. Obesitas. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian
lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang terlambat.
Selain itu korelasi makanan berlemak dengan ca mammae itu anatara lain
dibuktikan oleh tingginya kadar estrogen yang juga diproduksi dalam makanan
tinggi lemak. Diketahui, hormone estrogen yang juga diproduksi dalam ovarium
(indung telur) ini karena sesuatu hal dapat menimbulkan efek karsinogenik.
j. Pemakaian kontrasepsi oral secara terus-menerus lebih
meningkatkan risiko terjadinya ca mammae (Depkes RI, 2007)

dari

tahun,

k. Trauma terus-menerus. Pemakaian bra atau kutang yang terlalu ketat dan
menekan jaringan payudara terus-menerus dalam waktu lama merupakan salah
satu risiko ca mammae. (Depkes RI, 2007)

l. Terapi penggantian hormone. Wanita wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang
(lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara
penambahan progesterone terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens
kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko ca mammae.
m. Alkohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi
alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat
diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di Negara dimana minuman
anggur dikonsumsi secara teratur (misal Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih
tinggi.
n. Faktor usia. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data
bahwa 78% ca mammae terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan
hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat
ditemukannya kanker adalah 62 tahun.
1.4. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasi:

Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini adalah
stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh
UICC (International Union Against Cancer dari World Helath Organization) / AJCC
(American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer
Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

a) Ukuran Tumor (T) :


Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM
Ukuran Tumor (T)
T0
Tis

T1
T1a
T1b

T2
T2a
T2b

T3
T3a
T3b

T4
T4a
T4b

b) Palpable Lymph Node (N):


Palpable Lymph Node (N)
N0
N1

Interpretasi
Tidak ada bukti adanya suatu tumor
Lobular carninoma in situ (LCIS),
ductus carninoma in situ (DCIS), atau
Pagets disease
Diameter tumor 2cm
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
Diameter tumor 2-5 cm
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
Diameter tumor 5 cm
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
Dengan perlekatan ke fasia atau otot
pektoralis
Bebepa pun diameternya, tumor telah
melekat pada dinding dada dan
mengenai pectoral lymph node
Dengan fiksasi ke dinding toraks
Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi
di kulit

Interpretasi
Kanker belum menyebar ke lymph
node
Kanker telah menyebar ke axillary

lymph node ipsilateral dan dapat


digerakkan
Kanker telah menyebar ke axillary
lymph node ipsilateral dan melekat
antara satu sama lain (konglumerasi)
atau melekat pada struktru lengan
Kanker telah menyebar ke mammary
lymph node atau supraclavicular
lymph node ipsilateral

N2

N3

c) Metastase (M) :
Metastase
M0

Interpretasi
Tidak ada metastase ke organ yang
jauh
Metastase ke organ jauh

M1

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan
akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Stadium Numerik Kanker Payudara
Stadium

Ukuran Tumor

0
1
IIA

Tis
T1
T1
T2
T2
T3
T1, T2
T3
T4
T

IIB
IIIA
IIIB
IV

Palpable Lymph
Node
N0
N0
N1
N0
N1
N0
N2
N1
N3
N

Metastase
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan
jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut.
Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal,
pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat di cegah. Tjindarbumi (1982)
mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka
harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85-95%. Namun,
dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit
parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.

STADIUM I
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor
terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm
dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe
regional.
STADIUM II A
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara,
tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe mobil
di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan
2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar
limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi
tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada metastasis
ke kelenjar limfe regional
STADIUM II B
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak
lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis
kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak
terdapat metastasis kelenjar limfe regional
STADIUM III A
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan
terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa
aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan
jaringan lain.
Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat
metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar
ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain
STADIUM III B
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer.
Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

STADIUM III C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan
terdapat
metastasis
kelenjar
limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan
terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna dan metastase kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral.
STADIUM IV
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah
menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :
tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk

1.5. Gejala Klinis


Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi
mengalami gejala-gejala berikut. Kadang
meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker
dia tidak merasakan gejala apapun. Atau
boleh juga ditubuhnya menujukkan gejala
tersebut tetapi bukan karena kanker
payudara, tetapi akibat kondisi medis lain.
Adapun tanda-tanda atau gejalanya antara
lain :
Ada bejolan yang keras di payudara
o Bentuk umumnya berupa benjolan
yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan
itu mula-mula kecil, semakin lama akan
semakin besar, lalu melekat pada kulit
atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada puting susu. o Puting
berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan
cairan atau darah

o Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam


(retraksi), bewarna merah muda atau kecoklatcoklatan sampai menjadi odema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau
timbul borok pada payudara. Borok itu semakin
lama akan semakin membesar dan mendalam
sehingga
dapat
menghancurkan
seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah
berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan
pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada
umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila
sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar
getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke
seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.
Adanya benjolan-benjolan kecil
Ada luka di payudara yang sulit sembuh
Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus
diwaspadai)
Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak
terasa sakit
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria
operabilitas Heagensen sebagai berikut : Terdapat edema luas pada kulit payudara
(lebih 1/3 luas kulit payudara); Adanya nodul satelit pada kulit payudara; Kanker
payudara jenis mastitis karsinimatosa; Terdapat model parasternal dan nodel
supraklavikula; Adanya edema lengan dan metastase jauh; Serta terdapat dua dari
tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada
dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain.

1.6. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memicu sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh
suatu agen yang disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya
yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi (Desen, 2008). Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi
proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada
awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipikal. Selsel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh dari satu sel manjadi massa yang
cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu,
sekitar 25% ca mammae sudah mengalami metastasis.

1.7. Diagnosis
Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan untuk
menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga berguna
untuk menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan pada
tipe kanker, biopsi (mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah mikroskop,
dilakukan oleh ahli patologi) adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara
pasti diagnosis kanker. Apabila biopsy tidak mungkin dilakukan, dokter akan
mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa. Test Imaging bisa digunakan
untuk menemukan apakah telah terjadi metastasis. Dokter akan
mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, ketika memutuskan tes diagnostic
Usia dan kondisi medis pasien
Tipe kanker

Beratnya gejala
Hasil tes sebelumnya
Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter
menemukan suatu massa atau pengerasan yang tidak normal (suatu titik kecil dari
kalsium, biasanya dilihat pada saat X-ray), pada screening mammogram. Atau bisa
juga suatu yang tidak normal di payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan
klinis atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan
diagnosa dari kanker payudara. Tidak pada semua orang akan dilakukan seluruh
test dibawah ini:
A. Diagnostic mammography
- IMAGING TEST :
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar
yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda,
diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada banjo;an baru. Diagnostic
mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan
pada saat screening mammogram.
- Ultrasound (USG)
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang
bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan
kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail dari
tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk
memeriksa payudara lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena
dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer Society (ACS),
wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita
dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker
payudara, sebaliknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI
biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara
yang mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada
wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat pada saat MRI bukan
kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan yang padat itu
sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.
B. Biopsi

- TES DENGAN BEDAH


Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi
yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy,
dianalisa oleh ahli patologi (dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan testes laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan
penyakit).

Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan tidak
teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB,
menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan). Stereotactic Core
Biopsy (menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil) atau
Vacuum Assisted Biopsy (menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil
beberapa macam jaringan inti yang luas). Dalam melakukan prosedur ini, jarum
biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammografi. USG atau
MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara yang akan
dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu membuktikan adanya
kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah
bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan
menentukkan stadium.
Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari
suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk
menentukkan adanya sel kanker.
Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah besar
jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain dari benjolan) atau
excisional (mengambil seluruh benjolan)

Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk


mendapatkan clear margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan
sudah bersih dari sel kanker) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar
getah bening. Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk
menentukan pengobatan. Tes itu untuk melihat :

Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ
(biasanya tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam
kelenjar susu) Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel sehat) dan
apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembulu getah
bening. Margin dari tumor juga diamati.
Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes. Apabila diketahui
positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR (+)], kanker ini hormon.
Tes HER2 neu. (C-erb2). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata pada
25% penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positif atau negatif),
maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan obat
yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.

Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor,
untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah
tes untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.

- TES DARAH

Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu
antara lain :
Level Hemoglobin (HB) : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada di dalam sel
darah merah
Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah didalam
seluruh badan
Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi
Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah
Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.

- JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE


Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran
empedu dan tulang. SGOT DAN SGPT
Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari salah satu tes ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke hati.
- TUMOR MARKER TEST
Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin
atau jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang
tidak normal di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker
yang biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah. Pada
standar PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.
- TES-TES LAIN
Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :

Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru


Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pasien
disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan berkumpul di
tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarang antara suntikan dan
pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu pasien dianjurkan minum
sebanyak-banyak. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang lengkap
dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan kelainan akan melihat
warnya lebih gelap dari tulang normal.

Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara detail letak
tumor. Pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena Setelah
disuntik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat gambar tiga
dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan
terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang di scan 3 dimensi.
Positron Emission Tomograpy (PET) Scan. Untuk melihat apakah kanker sudah
menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung radioaktif
disuntikan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa
tersebut dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada
PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CT
scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.

`1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain pengobatan
meliputi pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a. Pembedahaan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan
yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit,
jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat
mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagaian payudara yang
mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk
meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi.
1. Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi.
Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan pemahaman lebih dalam atas
tabiat biologis karsinoma mammae, ditambah makin banyaknya kasus stadium
sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka penggunaan mastektomi
radikal konvensional telah makin berkurang.
2. Mastektomi radikal modifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis
mayor, mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai

kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal
modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara
klinis.
3. Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
1. Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5
tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau
menolak operasi.
2. Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu
radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien
stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae nonoperabel menjadi kanker mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi
adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar
limfe regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor
primer 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik
lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup
dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi
rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial.
3. Radioterapi paliatif :
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.
c. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan
dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir.
Estrogen adalah suatu hormon wanita yang dihasilkan oleh ovari-ovari (indung telurindung telur). Selama tahun-tahun reproduktif, tubuh wanita dihadapi pada tingkattingkat yang tinggi dari estrogen. Setelah menopause, produksi dari estrogen oleh

ovari-ovari berkurang. Estrogen kadangkala diresepkan untuk merawat beberapa


persoalan yang seringkali dihubungkan dengan menopause, seperti kepanasan (hot
flashes), keringat-keringat waktu malam, ketidaktiduran, dan kekeringan vagina.
Estrogen mempunyai manfaat tambahan dari pencegahan penipisan tulang
(osteoporosis).
Bagaimanapun, hasil dari suatu percobaan klinis yang besar dari wanita-wanita
yang telah menopause yang menerima terapi hormon yang dipubilkasikan pada
tahun 2002 menunjukan bahwa risiko-risiko keseluruhannya dari terapi estrogen
dan progestin melebihi manfaat dari terapi hormon. Terapi kombinasi hormon
dengan estrogen dan progestin telah ditunjukan meningkatkan resiko penyakit
jantung, stroke, dan penggumpalan darah.
Menurut The Journal of American Medical Association (JAMA), tingkat yang tinggi
dari estrogen melalui periode-periode yang panjang juga meningkatkan risiko
kanker payudara. Estrogen menstimulasi sel-sel dari payudara dan lapisan
kandungan untuk tumbuh dan membelah. Sel-sel payudara yang membelah secara
aktif dipercayai mempunyai suatu kemungkinan kerusakan DNA yang lebih besar
begitu juga suatu jumlah yang lebih besar dari sel-sel yang telah mempunyai
kerusakan DNA. Suatu jumlah yang lebih besar dari sel-sel dengan kerusakan DNA
meningkatkan risiko perkembangan kanker.
Wanita yang mempunyai suatu permulaan timbulnya waktu haid yang dini dan
menopause yang terlambat lebih mungkin menghidap kanker payudara dibanding
dengan wanita dengan permulaan timbulnya waktu haid yang terlambat dan
menopause yang dini. Perbedaan ini dipercayai boleh diakibatkan oleh periode yang
lebih panjang dari paparan estrogen pada kelompok yang pertama.
d. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara
tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat
anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga
hanya menyerang sel kanker saja.
e. Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan
atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi
yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani
tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang
mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan. Meskipun
demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada pasien,

diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada


kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk
memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2 positif,
trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu
oleh HER2.

1.9. Komplikasi
Sindroma Paraneoplastik
Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan disebabkan oleh
tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat
yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone, sitokinese, dan berbagai protein
lainnya. Zat-zat tersebut mempengerahui organ atau jaringan melalui efek
kimianya. Bagaimana tepatnya kanker mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya
dimengerti. Beberapa kanker mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang
merusak jaringan yang jauh melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya
mengeluarkan zat yang secara langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang
berbeda atau merusak jaringan. Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah, diare,
dan tekanan darah tinggi.
Beberapa gejala dapat diobati secara langsung tetapi untuk mengobati sindroma
paraneoplastik biasanya harus dilakukan pengendalian terhadap kanker
penyebabnya.
Kedaruratan

Yang termasuk dalam kedaruratan kanker adalah :

Tamponade jantung
Efusi pleura
Sindroma vena kava superior
Sindroma penekanan tulang belakang
Sindroma hiperkalemik

Organ Yang Terkena


Otak, Saraf & Otot
Darah & jaringan pembentuk
darah

Ginjal

Tulang
Kulit

Seluruh tubuh

Efek
Kelainan neurologis, nyeri otot,
kelemahan
Anemia, jumlah trombosit yang
tinggi, jumlah sel darah putih
yang tinggi, pembekuan yang
menyebar luas dalam pembuluh
darah, mudah memar, jumlah
trombosit sedikit.
Glomerulonefritis membranous
akibat adanya antibody dalam
aliran darah
Ujung jari tangan membengkak
(clubbing)
Sejumlah lesi kulit, sering
berupa pewarnaan kulit (mis.
Akantosis nigrikans)
Demam

Kanker Penyebab
Kanker Paru-Paru
Semua Kanker

Kanker usus besar atau indung


telur, limfoma, penyakit
Hodgkin, leukemia
Kanker paru-paru atau kanker
metastase dari berbagai kanker
Kanker saluran pencernaan atau
hati, limfoma, melanoma
Leukemia, limfoma, penyakit
Hodgkin, kanker ginjal atau hati

1.10.Pencegahan
a.Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografidiklaim memiliki akurasi
90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus

pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:
o
o
o

Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi
kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak
terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis,
dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan alternatif
1.11.Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti
karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas,
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara
merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan
hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year
survivak rate (Imaginis, 2009)

Tabel 2.7 Five-Year Survival Rate Pasien Kanker Payudara


Stadium
0
I

Five-Year Survival
Rate
100%
100%

IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV

92%
81%
67%
54%
20%

2. Menghadapi penyakit berat dalam Islam


Hiburan untuk Orang yang Tertimpa Musibah
Agar sakit itu berbuah kebahagiaan, bukan keluh kesah, hendaknya seorang muslim
mengetahui janji-janji yang Allah berikan, baik dalam Al Quran maupun melalui lisan
Rasul-Nya, Muhammad .
Allah Taala berfirman (yang artinya), Katakanlah (Muhammad), Tidak akan
menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah pelindung
kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal. (QS. At
Taubah: 51). Juga firman-Nya, Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Al Hadid: 22-23)
Rasulullah bersabda, Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa
penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya
dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Bencana senantiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya,
anaknya, dan hartanya sampai ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada
kesalahan pada dirinya. (HR. At Tirmidzi, dan beliau berkomentar, Hasan shahih.,
Imam Ahmad, dan lainnya)
Sesungguhnya besarnya pahala itu berbanding lurus dengan besarnya ujian. Dan
sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa
yang ridha, baginya ridha(Nya), namun siapa yang murka, maka baginya
kemurkaan(Nya). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Masih banyak lagi janji-janji menggiurkan lainnya yang tersebar di dalam Al Quran
dan As Sunnah.

Menghadapi Musibah

Islam tidak membiarkan umatnya begitu saja ketika ditimpa musibah. Dalam
Alquran, sudah diberikan tuntunan, bagaimana seharusnya seorang hamba ketika ia
mendapat musibah baik dirinya maupun orang lain.
Jika musibah diberikan kepada dirinya sendiri, maka ia dianjurkan sebagai berikut:
1) Mengucapkan kalimat istirja, yaitu kalimat inna lillahi wa inna ilaihi rajiun
(sesungguhnya kami semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya-lah kami akan
kembali). Hal ini tercantum dalam Surat al-Baqarah, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun."
(QS al-Baqarah: 156).
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Imam Ibnu Majah, Imam Malik, dan
Imam Ahmad bin Hanbal Rasulullah bersabda, Jika kalian kena musibah,
ucapkanlah inna lillahi wa inna ilaihi rajiun."
2) Memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi pahala dari musibah yang
dihadapinya. Hal ini sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, "Apabila
kamu diberi musibah oleh Allah, maka ucapkanlah doa "Allahumma ajirni fi
mushibati wa akhlifha khairan minha (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah
ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya). (HR
Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).
Selain memohon pahala dari musibah yang dihadapi, juga dianjurkan memohon
agar musibah itu berakhir dari dirinya, sebagaimana permohonan Nabi Ayub AS
ketika mengalami musibah penyakit yang berkepanjangan.
Kisah ini diabadikan Allah SWT dalam ayat, Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia
menyeru Tuhannya: '(YaTuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka
Kami pun memperkenankan semuanya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah. (QS al-Anbiya: 83-84).
3) Bersikap sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi musibah, karena
dengan kesabaran itulah seseorang mendapatkan pahala dari musibah yang
menimpanya. Seperti diajarkan dalam ayat, ... Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS az-Zumar: 10).
Pentingnya kesabaran dalam kesulitan juga dijelaskan dalam hadis, "Jika seorang
mukmin memperoleh kebaikan lalu ia bersyukur, maka kebaikan itu menjadi pahala
baginya, dan jika ia ditimpa kemudaratan (musibah) lalu bersabar, maka
kemudaratan itu menjadi pahala baginya. (HR Muslim).
4) Menerima dengan ikhlas dan tidak menyesali atau membenci musibah yang
diberikan Allah SWT kepadanya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya, jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa
yang ridha atas ujian itu, maka Allah akan meridhainya. Dan siapa yang
membencinya, maka Allah akan membencinya. (HR Tirmizi).

Hikmah Sakit
Tidak ada orang yang ingin ditimpa penyakit. Meskipun demikian ternyata ada
maksud tertentu dari Allah atas penyakit yang diderita hamba-Nya. Dalam buku
Panduan Menghadapi Sakit dan Kematian karya Ahmad Yani, disebutkan terdapat
lima keutamaan sakit menurut Islam:
1. Menghapus Dosa,
Ini merupakan keutamaan yang besar dari Allah Swt karena dengan sakit yang
diderita oleh seorang muslim, dosa yang pernah dilakukannya bisa terhapus karena
penderitaannya dalam menghadapi penyakit menjadi kafarat (penebus) dosanya,
Rasulullah Saw bersabda:
Tiada seorang mumin yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyaki
tatau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan
itu Allah menghapus dosa-dosanya (HR. Bukhari).
2. Tetap Mendapatkan Pahala Dari Amal Kebaikan Yang Biasa Dilakukannya Diwaktu
Sehat
Hal ini karena ia tidak bisa menjalankan amal kebaikan itu bukan karena ia tidak
mau, tetapi karena ia dalam keadaan sakit. misalnya kalau kita biasa ke masjid
untuk shalat berjamaah, tentu kita mendapatkan pahala yang besar, setiap
langkahnya diangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu kesalahannya
kemudian malaikat akan terus mengucapkan shalawat (memintakan ampunan)
kepadanya, selama dia masih berada di ruangan shalat tersebut , namun pada saat
kita sakit tentu tidak bisa ke masjid tapi kita tetap mendapat pahalanya.
Rasulullah Saw bersabda:
Apabila salah seorang hamba sakit atau bepergian (safar), maka Allah mancatat
pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia tidak bepergian atau
sehat. (HR. Bukhari).
Di dalam hadist lain, Rasulullah Saw bersabda yang menguatkan hadits di atas:
Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan suatu kebaikan, maka
Allah berfirman kepada malaikat: Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti yang
biasa ialakukan ketika sehat. (HR. Abu Hanifah)

3. Memperoleh Pahala Kebaikan


Segala sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Seorang muslim
yang sabar dalam menghadapi penyakit maka baginya pahala kebaikan.
Rasulullah Saw bersabda:
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat
baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Bukhari).
Di dalam hadits lain yang senada tentang ini, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsisapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka dia (diuji) dengan
suatu musibah. (HR. Bukhari).
4. Memperoleh Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah SWT
Hal ini karena di dalam surga ada derajat tertentu yang harus dicapai, bila seorang
muslim tidak mampu mencapainya dengan suatu amal, maka ia bisa memperoleh
derajat yang tinggi itu dengan musibah atau penyakit yang dideritanya, misalnya
mati syahid merupakan kematian yang sangat mulia, dia bisa dicapai dengan cara
berperang di jalan Allah dan mati pada saat peperangan itu, namun bila seseorang
ingin memperoleh kematian yang mulia itu, tapi perang di jalan Allah secara fisik
tidak terjadi, maka ia tetap bisa mendapatkan derajat mati syahid dengan penyakit
yang menimpa sehingga menyebabkan kematiannya Rasulullah saw bersabda:
Wabah adalah syahadah (mati syahid) bagi setiap muslim.(HR. Bukhari)
Di dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat
mencapainya dengan amal-amal kebaikannya, maka Allah menguji dan
mencobanya agar dia dapat mencapai derajat itu. (HR. Thabrani)
5. Memperoleh Ganjaran Berupa Surga
Manakala seorang muslim menghadapi penyakit dengan penuh kesabaran,
misalnya penyakit yang sangat menyulitkan penderitanya dalam kehidupan ini
seperti buta matanya,
Rasulullah saw bersabda:
Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia
bersabar, maka Aku ganti kedua matanya itu dengan surga. (HR. Ahmad).
Dengan demikian, meskipun tidak menyenangkan, sakit merupakan ujian yang
dapat memberikan keutamaan dan manfaat yang besar, baik bagi si penderita
maupun keluarganya. Oleh karena itu, penyakit harus dihadapi dengan sikap,
pemikiran dan prilaku yang positif. Ingat hukum Law of Attraction, kalau kita selalu

berlaku positif, maka yang hal positif tersebut InsyaAllah akan datang ke kita.
Misalnya ketika sakit kita berpikiran dan memasukkan ke alam bawah sadar sehat,
kuat, sabar!!. Maka hal tersebut dapat mempercepat kesembuhan kita.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312056/bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21569/4/Chapter%20II.pdf
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/02/11/n0u11e-tuntunanislam-dalam-menghadapi-musibah-1
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/dan-jika-aku-sakit-dialah-yangmenyembuhkanku.html

Anda mungkin juga menyukai