Anda di halaman 1dari 6

PRE EKLAMSIA DENGAN SOLUSIO PLASENTA YANG

MENYEBABKAN TERJADINYA COUVELAIRE UTERUS

Farah Farhana M, Iwan Satyagraha

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi Rsud. Pasar Rebo

Jakarta

Pendahuluan :

Kasus kehamilan dengan Pre Eklamsia Berat sangat sering dijumpai terutama pada

kehamilan trismester II dan III, beberapa komplikasi yang mungkin dapat ditemui bersama

dengan Pre Eklamsia salah satunya adalah solusi plasenta. Solusio plasenta merupakan

lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang berimplantasi normal pada kehamilan

di atas 22 minggu dan sebelum anak lahir. Solusio placenta yang terjadi dapat mengakibatkan

timbulnya bekuan darah pada bagian miometrium bewarna merah keunguan yang disebut

Couvelaire Uterus (Uterus Aproplexi).

Kasus : Wanita 26 tahun , G1P0A0 dengan usia kehamilan 29-30 minggu , datang ke IGD

Rsud Pasar Rebo dengan keluhan nyeri perut hebat disertai keluar darah segar dari jalan lahir

sejak 6 jam sebelumnya. Pasien juga mengeluh kedua kaki bengkak disertai, mual dan sakit

kepala berat.Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

Pemeriksaan klinis :

 Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran komposmentis


 Edema + pada area wajah terutama pada kedua mata dan bibir
 Edema +/+ pada kedua tungkai

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi


Rsud Pasar Rebo 1
 Tekanan darah 180/100 mmHg, dengan heart rate 92 x/menit dan frekuensi pernafasan
20 x/ menit
 Perut terasa menegang , dengan nyeri tekan pada bagian bawah perut, bagian janin
sulit dinilai
 CTG non- Reactive , deselerasi <100 dpm

Pemeriksaan Laboratorium :

 Hemoglobin : 11,4 g/dl


 Leukosit: 13.860 ul
 Trombosit: 217.000 ul
 Protrombin time: 11,4 detik
 Activated platelet Tromboplastin time: low 25,6 detik
 SGOT: 17 U/L
 SGPT : 8 U/L
 Urinalisa : warna kuning keruh, Protein + 3

Pada pemeriksaan penunjang lain berupa USG (Ultra Sonography) pada pasien ini,
menggambarkan bahwa janin tunggal hidup dengan presentasi bagian bokong disertai adanya
gambaran terlepasnya plasenta (Placenta Abruption) secara disertai adanya hematokel pada
bagian retroplasenta

Gambar – 1, Tampak Placenta Abruption dengan Hematokel pada bagian Retroplacenta

Tatalaksana :

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi


Rsud Pasar Rebo 2
Setelah ditemukan adanya tanda klinis pasien , dapat dikatakan mengalami pre
eklamsia , dan ditunjang dengan pemeriksaan Ultra Sonography bahwa telah terjadi Solusio
Placenta dengan hematokel retroplacenta , maka pasien diberikan Mgso4 4 gr diberikan
secara intra vena dan kemudian di observasi untuk selanjutnya dilakukan tindakan Sectio
Cesaria.

Pada tindakan Intra operative ditemukan kondisi klinis berupa :

 Kondisi uterus yang bewarna merah keunguan


 Adanya hematokel lebih dari 50 % bagian retroplasenta
 Ditemukan telah lepasnya seluruh plasenta
 Janin seberat 750 gram
Pasien diobservasi kemudian dipindahkan keruang Intesive Care Unit.

Gambar-2, Uterus Aproplexi

Diskusi :

Pre-Eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah umur kehamilan 20 minggu


disertai dengan proteinuria. Menurut The Task Force Tahun 2013 ; peningkatan tekanan
darah > 140/90 mmHg , disertai proteinuria > 300 mg/24 Jam, atau Dipstick +1 atau lebih,
disertai peningkatan atau tanpa peningkatan SGOT/SGPT dan penurunan atau tanpa
penurunan jumlah trombosit ,disertai peningkatan jumlah kreatinin serum disertai adanya
keluhan klinis berupa penglihatan buram, mual, nyeri kepala disertai bengkak terutama pada

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi


Rsud Pasar Rebo 3
kedua tungkai atau wajah3. Pre eklamsi memiliki beberapa komplikasi salah satunya adalah
Solusio Placenta.

Solusio plasenta merupakan lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal, umumnya pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak lahir.
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan
terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium
atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik yang kemudian terjadi
(1,2)
penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus . Hematom subkhorionik
akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian
darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga
dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara
otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi
uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini
dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna
biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat
tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus
yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi
perdarahan post partum yang hebat (4).
Pada kasus ini , pasien mengalami pre eklamsi dengan solusio placenta yang
menyebabkan timbulnya couvelaire uterus. Couvelaire uterus adalah kesatuan pathologis
dimana darah retroplasenta dapat menembus dinding uterus yang tebal menuju kavitas
peritoneum. Kondisi ini dapat menyebabkan miometrium lemah dan mungkin ruptur
dikarenakan berkurangnya tekanan intra uterus yang berhubungan dengan kontraksi uteri

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi


Rsud Pasar Rebo 4
Gambar -3 . Dinding uterus tampak merah keunguan

Selama beberapa dekade, standar penanganan couvelaire uterus adalah histerektomi.


Yang menjadi perhatian cukup lama , perdarahan pada miometrium dapat mengganggu
kontraktilitas uterus, yang berakibat atonia uteri dan perdarahan post partum. Namun saat ini
tidak diwajibkan melakukan histerektomi dikarenakan dapat menyembuh secara spotan 5. Hal
ini juga terjadi pada kasus ini, histerektomi tidak dilakukan karena pertimbangan kontraksi
uterus yang masih baik.

Kesimpulan :

Pre eklamsia dapat sering ditemui pada kehamilan diatas 20 minggu , pre eklamsia
ditandai dengan tekanan darah yang meningkat > 140/90 , proteinuria , serum creatinin yang
meningkat dan klinis berupa mual ,nyeri kepala , pandangan kabur serta edema terutama pada
ekstermitas , terkadang area sekitar wajah. Pre eklamsia memiliki berbagai komplikasi, salah
satunya adalah solusio plasenta. Tekanan intra uteri yang begitu tinggi menyebabkan
perdarahan pada desidua basalis dan terbentuknya hematoma subkhorionik. Keadaan ini dapat
mendesak plasenta dan kemudian terlepasnya seluruh plasenta (Plasenta absruption) serta
sebagian darah dapat masuk kekantong amnion kemudian selanjutnya menembus otot
miometrium , sehingga terbentuknya Couvelaire Uterus, dimana uterus dapat berubah
menjadi biru atau keunguan. Hal yang menjadi perhatian adalah kontraksi uterus ,dimana
couvelaire uterus yang terjadi dapat mempengaruhi kontraksi uterus sehingga mungkin saja
terjadi komplikasi seperti atonia uteri dan perdarahan post partum . tatalaksana yang mungkin
selama beberapa dekade terakhir, jika komplikasi ini terjadi adalah histerektomi. Namun tidak
selalu wajib dilakukan karena pada kenyataannya couvelaire uterus , masih dapat menyembuh
secara spontan serta kontraksi uteri masih baik . Hal tersebut juga yang terjadi pada kasus ini.

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi


Rsud Pasar Rebo 5
Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S, Hanifa W. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak. Dalam: Ilmu

Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002; 3-21.

2. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. Obstetrical

Haemorrhage. Dalam : Wiliam Obstetrics 23 th edition. Prentice Hall International Inc

Appleton. Lange USA. 2010 ; H.758-759.

3. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. Pregnancy

Hypertension. Dalam : Wiliam Obstetrics 23 th edition. Prentice Hall International Inc

Appleton. Lange USA. 2010 ; H.708

4. Rachimhadhi T. Perdarahan Antepartum. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002; H.362-85

5. G. Mahendra, S.Pukale Ravinda, Vijayalakshmi. Couvelaire Uteri – A case Report. India :

Department Obstetrics And Gynecology, Adichuchanagiri Institute Of Medical Sciences,

B.G Nagara.2015 ; H.144

Universitas Yarsi / Departemen Obstetri Dan Ginekologi


Rsud Pasar Rebo 6

Anda mungkin juga menyukai