Anda di halaman 1dari 50

KTI tentang ISPA

KARYA TULIS ILMIAH


HUBUNGAN UMUR DAN STATUS IMUNISASI TERHADAP
KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN
DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2010
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar

AHLI MADYA KEPERAWATAN


Oleh :

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN UMUR DAN STATUS IMUNISASI TERHADAP


KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN
DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2010

Oleh :

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2010

LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH BERJUDUL HUBUNGAN UMUR DAN STATUS IMUNISASI
TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS
SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2010 INI TELAH DISETUJUI,
DIPERIKSA UNTUK DI PERTAHANKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI PROPOSAL KARYA
TULIS ILMIAH POLITEHNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU

LUBUKLINGGAU,

JUNI 2010

MENGETAHUI
PEMBIMBING I

ZURAIDAH, SKM. MKM.


NIP.196612171989112001
PEMBIMBING II

NADI APRILYADI, S.Sos


NIP.197704221996031001
Ka. Perwakilan Jurusan Keperawatan Lubuklinggau

CIKWI. B, SKM. M.Kes


NIP. 197307291997031003

PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU

Lubuklinggau, Mei 2010


Ketua

ZURAIDAH, SKM. MKM


NIP.19661217198912001
Anggota :
Penguji I

NADI APRILYADI, S.Sos


NIP.197704221996031001
Penguji II

IMELDA ERMAN, S.Kep


NIP.197905292005012003

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2010
AWANG INDRAWAN
Hubungan Umur dan Status Imunisasi terhadap Kejadian ISPA Pada Balita di
Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010
.

ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Negara berkembang masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, terutama pada balita.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan umur dan imunisasi
terhadap kejadian ISPA pada balita dipuskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau.
Penelitian ini bersifat dekriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Data
yang digunakan data primer kemudian diolah dengan analisa data bivariabel dengan uji
statistik Chi Square.
Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa responden yang memepunyai balita
umur 0 - < 2 tahun 33 balita yang terdiri dari 25 balita (78,8%) ISPA dan 8 balita (24,2%)
tidak ISPA, sedangkan responden yang mempunyai anak balita 2 5 tahun sebanyak 22
balita yang terdiri dari 12 balita (54,5%) ISPA dan 10 balita (45,5%) tidak ISPA, sedangakan
responden yang mempunyai balita dengan status imunisasi lengkap sebanyak 36 balita
yang terdiri dari 22 balita (61,1%) mengalami ISPA dan 14 balita (38,9%) tidak menderita

ISPA sedangkan responden yang mempunyai anak balita dengan ststus imunisasi tidak
lengkap sebanyak 19 balita yang terdiri dari 15 balita (78,9%) mengalami ISPA dan 4 balita
(21,1%) tidak mengalami ISPA.
Setelah dilakukan uji statistik Chi Square diketahui bahwa dari 2 variabel (umur
dan status imunisasi) yang diteliti tidak ada variabel yang bermakna terhadap terjadinya
penyakit ISPA

POLYTECHHNIC OF HEALT PALEMBANG


PROGRAM OF STUDY OF TREATMENT LUBUKLINGGAU
MASTERPIECE WRITE,

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO :

Tak selamanya Keterbukaan itu membawa kebaikan (Sultan Hidayat)

Orang yang bijak belajar dari pengalaman, orang yang berpengalamaan belajar
dari kesalahan, orang yang berpengalaman belajar dari kesalahan, orang yang
perna melakukan kesalahan adalah orang yang perna mencoba.

Belajarlah menyangi, menghormati dan menghargai orang lain, karna hidupmu


juga untuk kebahagian orang lain.

PERSEMBAHAN :

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya jualah
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Umur
dan Status Imunisasi Terhadap Kejadian ISPA pada Balita 0-5 Tahun di Puskesmas
Simpang Periuk Kota LubukLinggau Tahun 2010 sebagai syarat untuk melakukan
penelitian.
Dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun
materi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan datang. Dalam penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini. Penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, saran dan data-data baik
secara tertulis maupun secara lisan, maka pada kesampatan ini penulis

juga ingin

menyampaikan terima kasih kepada :


1.

Kedua Orang tua dan Saudara-saudara ku yang selalu memberikan dorongan dan
semangat dalam penyelesaiaan Karya Tulis ILmiah ini

2.

Ibu Nilai Utami Nurhasana, SKM, M.Kes Selaku Pj Direktur Politeknik Kesehatan Depkes
Palembang

3. Bapak Drs. Sulaiman S.pd, M.Pd. SKM, M.Kes selaku Kepala Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Depkes Palembang

4.

Bapak Cikwi Burlian, SKM, M.Kes, selaku Ketua perwakilan jurusan

Keperawatan

Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Depkes Palembang.


5.

Ibu Zuraidah, SKM. MKM Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan selama penyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

6.

Bapak Nadi Aprilliadi Amk, S.Sos Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselaikan

7.

Seluruh staf dosen Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan Lubuklinggau

8.

Teman-teman se-almamater angkatan VI yang telah banyak memberikan dukungan untuk


menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua Amin.

Lubuklinggau, Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
ABSTRAK................................................................................................................ `
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Pertanyaan Penelitian..................................................................................
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................
a. Tujuan Umum.........................................................................................
b. Tujuan Khusus........................................................................................
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................
1. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau..................................
2. Manfaat Bagi Puskesmas........................................................................
3. Manfaat bagi institusi...............................................................................
F. Ruang Lingkup penelitian.............................................................................

1.
2.
3.
4.
5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. ISPA
1. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )..................................
2. Etiologi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )..............................................
3. Klasipikasi ISPA....................................................................................
4. Cara Penularan ISPA..............................................................................
5. Tanda Dan Gejala Klinis ISPA................................................................
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISPA..............................................
B. Defenisi Umur.............................................................................................
C. Defenisi Balita.............................................................................................
D. Konsep Imunisasi.......................................................................................
Pengertian...............................................................................................
Tujuan di Berikan Imunisasi.....................................................................
Macam-macam Imunisasi........................................................................
Cara Pemberian Imunisasi.......................................................................
Jenis Imunisasi yang Dianjurkan Pemerintah.............................................

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep.....................................................................................
B. Definisi Operasional...................................................................................
1.Variabel Independen...............................................................................
2.Variabel Devenden.................................................................................
C. Hipotesis ..................................................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................................
B. Populasi dan Sampel..................................................................................
1. Populasi Penelitian..................................................................................
2. Sampel Penelitian...................................................................................
3. Kriteria Subyek Penelitian......................................................................

4. Tempat Penelitian...................................................................................
C. Etika Penelitian Pengumpulan Data.............................................................
1. Sumber Data.........................................................................................
a. Data Primer.......................................................................................
b.Data Sekunder....................................................................................
2. Tehnik Pengumpulan Data......................................................................
3. Instrumen Pengumpulan Data.................................................................
D. Pengolahan Data........................................................................................
1.Editing....................................................................................................
2.Coding...................................................................................................
3.Processing/Entry.....................................................................................
4.Cleaning.................................................................................................
E. Analisis Data..............................................................................................
1. Tehnik Univariat.....................................................................................
2. Tehnik Bivariat.......................................................................................
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................
B. Analisa Univariat........................................................................................
C. Analisa Bivariat..........................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
A. Terjadinya Penyakit ISPA di Puskesmas Simpang Periuk
Kota Lubuklinggau Tahun 2010.................................................................
B. Hubungan Umur Responden Terhadap Kejadian ISPA...............................
C. Hubungan Status Imunisasi Responden Terhadap Kejadian ISPA................
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

...........

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Penderita Berdasarkan penyakit
di Puskesmas Kota Lubuklinggau Tahun 2008 dan 2009............................. 4
Tabel 1.2 Distribusi Jumlah Balita dan Penderita ISPA Berdasarkan
Puskesmas Kota Lubuklinggau Tahun 2008 dan 2009.................................. 5
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Balita dan ISPA Berdasarkan
Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Periuk
Kota Lubuklinggau Januari-Maret Tahun 2010............................................. 5
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Pada Responden Di Puskesmas
Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010..........................................
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Pada Responden Di Puskesmas Simpang Periuk
Kota Lubuklinggau Tahun 2010
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status ISPA Pada Responden Di Puskesmas
Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010..........................................
Tabel 5.4 Hubungan Umur Responden Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Simpang periuk Kota Lubuklinggau
Tahun 2010................................................................................................
Tabel 5.5 Hubungan Status Imunisasi Balita Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun
2010

DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka Konsep................................................................................................. 26

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional
yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal dan produktif sebagai perwujudtan dari kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap
penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu
dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan keluaraga maupun
pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah
seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana
penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu
ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (Rasmaliah, 2008).
Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, pemerintah telah menyusun
berbagai

program

pembangunan

dalam

bidang

kesehatan

antara

lain

kegiatan

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif preventif, kuratif dan
rehabilatif di semua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan (WHO, 2003).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian
yang paling banyak terjadi pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di
bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi
(WHO, 2003).
Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi
kecacatan sampai pada masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan

terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2003). Infeksi saluran Pernapasan
Atas (ISPA) dapat menyebapkan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Bidulh, 2002).
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan
infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak
diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju (WHO, 2003 ).
Di Indonesia terjadi lima kasus diantara 1000 bayi atau Balita, ISPA mengakibatkan
150.000 bayi atau Balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus
perhari, atau 17 anak perjam atau seorang bayi tiap lima menit (Siswono, 2007).
Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu antara lain: Umur,
Jenis Kelamin, Keadaan Gizi, Kekebalan, Lingkungan, Imunisasi Yang Tidak Lengkap dan
Pemberian Asi Ekslusif yang tidak sesuai (Depkes, 2002).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pertusis menyebapkan banyaknya
balita terkena ISPA, Imunisasi pertusis yakni imunisasi yang diberikan agar balita tidak
rentan terkena Infeksi Saluran Pernapasan. Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta
dengan kematian lebih dari 600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari
163 negara dalam tahun 1983. Hampir 80 % anak- anak yang tidak di imunisasi menderita
sakit pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 50 % terjadi pada bayi
(umur < 1 tahun).
Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko terserang Infeksi Saluran
Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini
karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran
nafasnya relatif sempit (Daulay, 2008).
Di sumatera Selatan Khususnya Di Kota Palembang jumlah penderita ISPA di
seluruh puskesmas kota palembang mencapai 8.999 penderita. Masyarakat yang terkena
penyakit ISPA banyak terjadi pada balita dan anak2
(Noerdin, 2006)

Begitu juga dengan kasus ISPA di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
dari sepuluh penyakit terbesar di Kota Lubuklinggau, penyakit ISPA selalu menduduki
peringkat teratas setiap tahunnya
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Penderita Berdasarkan Penyakit
di Puskesmas Kota Lubuklinggau Tahun 2008 dan 2009

No

Penyakit

Tahun 2008
Jumlah
%
penderita

Tahun 2009
Jumlah
%
Penderita

Infeksi Saluran pernapasan atas

16.187

30,09

15.245

27,41

Hipertensi

6.504

12,09

8.292

14,91

Sistem Otot&jaringan Pengikat

5.936

11,03

6.873

12,35

Diare( Termasuk Tersangka

5.541

10,30

5.232

9,41

Kolera)
5

Tonsilitis

4.199

7,81

4.673

8,40

Penyakit Kulit alergi

3.568

6,63

3.591

6,45

Infeksi Penyakit Usus Lainnya

3.183

5,92

4.384

7,88

Peny. Pulpa& Jaringan Periapikal

3.079

5,72

1.796

3,22

Ginggivitis& Penyakit Prodental

2.831

5,26

2.690

4,83

2.770

5,15

2.833

5,09

53.798

100,00

55.603

100,00

10

Malaria Tanpa pemeriksaan Lab


Total

Sumber : Laporan Dinkes Kota Lubuklinggau.


Tabel di atas menunjukan bahwa penyakit terbanyak yang diderita oleh penduduk di kota
Lubuklinggau tahun 2008 dan 2009 di dominasi oleh Infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dengan persentase 30,09 % pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 yakni 27,41 % .

Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita dan Penderita ISPA
Berdasrkan Puskesmas Kota Lubuklinggau
tahun 2008 dan 2009

Tahun 2008
Puskesmas

Jumlah
Balita
2950
3536
4051
4323
2408
3920
1864
1866
24918

Taba
Sp. Periuk
Megang
Perumnas
Sidorejo
Citra Medika
Petanang
Sb.Waras
JUMLAH

Tahun 2009

Jumlah
Penderita
2286
1500
1078
1342
713
325
52
24
7620

Jumlah
Balita
2173
2547
2900
3435
1898
2547
1494
1163
18157

%
30
19,66
14,14
17,61
9,35
4,26
0,68
0,31
100

Jumlah
Penderita
1427
1491
1125
1104
365
430
26
5
5973

%
23,89
24,96
18,83
18,48
6,11
7,19
0,43
0,08
100

Sumber : Dinkes Kota Lubuklinggau 2009.


Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Balita dan ISPA Berdasarkan Kelurahan
Diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau
Januari-Maret Tahun 2010

Kunjungan Balita
Januari

N
o

Kelurahan

Taba Pingin

23

A
19

25

16

Moneng
Sepati
Marga
Rahayu
Marga Mulya

44

34

Tanah Periuk

19

Simpang
Periuk
Siring Agung
Karang
KEtuan
Eka Marga

67

34

7
4

Jumlah

7
8
9

Berkunjun
g

Februari
%

ISP

Berkunjun

ISP

19.3
8
1.02

33

20

29

19

34

23

15

26

70

29

4
1

16.3
2
34.6
9
19.3
8
34.6
9
4.08
1.02

5
2

4.08

184

98

100

Maret
%

Berkunjun

ISP

20.2
0
2.02

25

22

20.7
5
0

30

20

30

17

27

24

52

35

5
3

19.1
9
23.2
3
26.2
6
29.2
9
5.05
3.03

6
2

6
1

18.8
6
16.0
3
22.6
4
33.0
1
5,66
0,94

1.01

1,88

193

99

100

177

106

100

Dari tabel 1.3 dapat dilihat tingginya pengunjung balita yang menderita ISPA di
puskesmas Simpang Periuk ini, banyak hal yang telah dilakukan untuk mungurangi jumlah
penderita ISPA, baik dari penyuluhan ISPA, ASI ekslusif dan Pemberian Imunisasi, namun
hal tersebut belum juga membuahkan hasil terbukti masih tinginya penderita ISPA dari
januari - maret 2010 pada Balita yakni

54,69 % (Dinkes Kota Lubuklinggau, 2010).

Salah satu upaya peningkatan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif adalah
program Imunisasi yang terdekat dengan masyarakat. Walaupun pada saat ini fasilitas
pelayanan imunisasi telah tersedia dimasyarakat, tetapi tidak semua balita dibawah untuk
mendapatkan imunisasi (Ikhsan, 2006).
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

Hubungan Umur Dan Satatus Imunisasi Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita 0-5 Tahun Di
Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuk Linggau Tahun 2010

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas di dapatkan bahwa ISPA pada balita di Pukesmas Simpang
periuk mengalami kenaikan dari 19,66% menjadi 24,96% sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti tentang Adakah Hubungan Umur Dan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA
pada balita usia 0-5 tahun di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah distribusi frekuensi ISPA pada balita di Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau Tahun 2010 ?
2. Bagaimanakah distribusi frekuensi umur pada balita di Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau Tahun 2010 ?
3. Bagaimanakah distribusi frekuensi satus imunisasi pada balita di Puskesmas Simpang
Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010 ?

4.

Adakah Hubungan Umur Terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Simpang
Periuk Tahun 2010 ?

5.

Adakah Hubungan Status Imunisasi Terhadap Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas
Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010 ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Umur Dan Sataus Imunisasi Terhadap Kejadian ISPA
pada Balita di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ISPA pada balita di Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau Tahun 2010.
b. Untuk mengetahui distribusi umur pada balita di Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau Tahun 2010.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi satatus imunisasi pada balita di Puskesmas Simpang
Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010.
d. Untuk mengetahui hubungan umur pada balita terhadap kejadian ISPA di Puskesmas
Simpang PeriukKota Lubuklinggau Tahun 2010.
e. Untuk mengetahui hubungan status imunisasi terhadap kejadian ISPA di Puskesmas
Simpang PeriukKota Lubuklinggau Tahun 2010.

E. Manfaat Penelitian.
1. Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
Sebagai acuan dalam merencanakan, mengevaluasi dan menentukan kebijakan
program Pemberantasan Penyakit Menular sebagai pembanding untuk penelitian yang
akan datang.
2. Bagi Pimpinan Puskesmas Simpang Periuk

Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sabagai bahan pertimbangan dalam
rangka meningkatkan program kesehatan terutama yang berhubungan dengan penyakit
ISPA yang ada di puskesmas Simpang Periuk
3. Bagi Ketua Jurusan Keperawatan Lubuklinggau
Memberikan sumbangan pemikiran bagi Politeknik Kesehatan Palembang Program
Studi Keperawatan Lubuklinggau.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross
Sectional. Data primer didapatkan dengan melakukan wawancara pada responden yang
merupakan ibu-ibu yang memiliki balita usia 0-5 tahun, yang datang berkunjung
kepuskesmas, data sekunder didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau dan
Puskesmas Simpang Periuk.
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur dan status imunisasi terhadap
kejadian ISPA pada balita usia 0-5 tahun di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau
Tahun 2010, dan akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2010.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ISPA
1. Definisi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (WHO, 2003).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Depkes RI, 2001).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang dapat
menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bawah (Erlien, 2008).
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut
seperti dalam penjelasan berikut:
a) Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b) Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.

c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Ditjen PPM & PLP
Depkes RI, 2000).
2. Etiologi saluran pernapasan akut (ISPA)
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptokokus, Stafilokkokus, Pnemokokus,
Hemofillus, Bordetella, danKoneabakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus,

Koronavirus,

Pikornavirus,

Mikoplasma,

Herpesvirus (Erlien, 2008).


Kebanyakan infeksi saluran pernafasan (ISPA) disebabkan oleh virus seperti virus
sinsisial pernafasan (VSP), virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, dan koronavirus,
koksaki virus A dan B dan mikoplasma (Nelson, 2000).
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) juga bisa disebapkan karena faktor
kelelahan,daya tahan tubuh lemah, populasi udara, asap kendaraan dan pembakaran hutan
setelah pergantian musim (Hatta, 200).
3. Klasifikasi ISPA
Berdasarkan P2 ISPA Mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
a) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing) pada saaat bernapas.
b) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan

dinding

dada

kedalam,

tanpa

napas

cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia (Erlien, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur

2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit
yaitu :
a) Pneumonia berat : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan sumur kurang 2 bulan yaitu 60
kali per menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 5 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Penomonia Sangat Berat: Bila di sertai batuk atau kesulitan bernapas
b. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tidak menangis atau meronta).
c. Pneumonia : bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau
lebih.
d. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat
e.

Pnemonia persisten: Pnemonia tetap sakit walu sudah di obati selama 10-14 hari disertai
penarikan dinding dada frekuensi pernapasan yang tinggi (WHO, 2003).
4. Cara penularan ISPA
Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita penyakit ISPA dan carrier
yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan kepda orang lain melalui kontak
langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit penyakit termasuk udara.
Penularan melalui udara di masudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tidak jarang
penyakit yang sebagian ilmu besar penularanya adalh karena menghisap udara yang

mengandung penyebap atau mikroorganisme tempat kuman berada (reservoir) (Iwansain,


2007).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, cipratan bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (Erlien,
2008).
5. Tanda dan gejala klinis ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Rasmaliah, 2004).
Tanda-tanda bahaya ISPA dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris. Tanda-tanda klinis, yaitu
a) Pada

sistem

respiratorik

adalah:

tachypnea,

napas

tak

teratur

(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b) Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
c) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
d) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
a) Hypoxemia
b) Hypercapnia dan
c) Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (Rosmalia, 2004)

Tanda dan gejala berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi tiga tingkat:
a.

ISPA Ringan
Adapun tanda dan gejala ISPA ringan antara lain adalah:

1) Batuk
2) Pilek (keluar ingus dari hidung)
3) Serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara)
4) Demam (panas)
b. ISPA Sedang
Tanda dan gejala ISPA sedang antara lain:
1) Pernapasan yang cepat (lebih dari 50 x/menit)
2) Wheezing (napas menciut-ciut)
3) Panas 38oC atau lebih
4) Sakit telinga atau keluar cairan
5) Bercak-bercak menyerupai campak
c.

ISPA Berat
Tanda dan gejala ISPA berat antara lain:

1) Chest indrawng (pernafasan dada kedalam)


2) Stridor (pernafasan ngorok)
3) Tidak mau makan
4) Sianosis (kulit kebiru-biruan)
5) Nafas cuping hidung
6) Kejang
7) Dehidrasi
8) Kesadaran menurun (Depkes RI, 2001)
6.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA

Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak dapat di pengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :

a.

Faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang
menyebabkan adanya penyakit.

b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit
c.

Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya (Noor, 2008).

Faktor-faktor yang menyebapkan kejadian ISPA pada anak menurut

(Depkes,

2002) adalah sebagai berikut:


a. Usia / Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih
lanjut.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan faktor
resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum
terlalu kuat (Santoso, 2007).
b. Jenis kelamin
Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan
perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
c. Status Gizi
Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan

nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada


antropometri serta biokimia dan riwayat diit

dayta

(Beck, 2000).

Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus
berganti, sel sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat
makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh (Nadesul,
2001).
d. Status Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan
terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh
sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena ISPA
dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap

(Nelson, 1992).

Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil,
wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis
Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah
tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2009).
e. Status Pemberian ASI Eksklusif
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar
susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi (Wikipedia,
2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini
(WHO, 2001).
Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA, bayi usia 0-11 bulan
yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal karena ISPA
dibandingkan Bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI menyebapkan

terjadinya defisiensi zat besi, ini menjadikan resiko kematianya karena ISPA sangat besar
dibandingkan bayi yang secara ekslusif mendapatkan ASI dari si ibu, Bayi yang diberi ASI
ekslusif dapat tumbuh lebih baik dan lebih jarang sakit serta angka kematianya lebih renda
dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Ini terjadi karena pemberian ASI dapat
meningkatkan reaksi Imonologis bayi, hampir 90 % kematian bayi dan balita terjadi di
negara berkembang dan jumlah itu sekitar 4 % lebih kematian disebapkan oleh ISPA
(Kartasasmita, 2003).
f. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian penyakit termasuk ISPA.
Keadaan lingkungan yang kotor khususnya perumahan yang kotor dan padat dapat akan
memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit, pembuangan air limbah, sampah dan
kotoran yang tidak teraratur dengan baik menyebapkan sampah dan kotoran terkumpul
disekitar rumah.
B. Definisi Umur
.

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu benda ataumakhluk,

baik

yang hidup maupun

yang mati.

Semisal,

umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung (http://id.wikipedia.org/wiki/Umur).
Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai resiko terserang Infeksi Saluran
Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini
karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran
nafasnya relatif sempit (Daulay, 2008).

B. Definisi Balita

Balita adalah bayi yang berumur di bawah 5 tahun atau masih kecil yang perlu
tempat bergantung pada orang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri dengan
usaha anak balita yang tumbuh ( Soetjeningsih, 2003).
Balita yaitu anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan generasi yang perlu
mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk
kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat kematian balita
masih tinggi (Arisman, 2004) .
Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat jasmani, sosial dan
bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan balita merupakan
masalah nasional, menginggat angka kesakitan dan angka kematian pada balita masih
cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena
penyebab utamanya berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain; asap dapur,
penyakit infeksi dan pelayanan kesehatan (Arisman, 2004).
Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses tumbuh
kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk itu
kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan perkembangan dan
pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit
infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua (Lamusa,
2006).

C. Konsep Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah
pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam
tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang (Fuath, 2008).

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya (Depkes RI, 2004).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh merekah masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya1 kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
dan hidup anak (Fuath, 2008).
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya (Depkes RI, 2004).
Infeksi ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit yang tergolong ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, batuk
rejan dan campak( Depkes RI, 2004).
2. Tujuan diberikan imunisasi
a. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebapkan kematian pada penderitanya.
b. Mencega terjadinya penyakit
c. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi
3. Macam-macam imunisasi

a. Imunisasi pasif, kekebalan yang di peroleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu sendiri
misalnya bayi yang di peroleh dari ibu.
b. Imunisasi aktif
Dimana kekebalan harus di dapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah di
kalahkan oleh kekebalan tubuh biasa. Guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang
sama baik yang lemah maupun yang kuat.
4. Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri
penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum/telan.
Setelah bibit penyakit masuk kedalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk
melawan penyakit tersebut dengan membentuk antibodi.
5. Jenis imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah
Pada anak dibawah umur 1 tahun yang harus dilakukan yakni :

a. BCG (Bacillus Colmtte Guerin)


Imunisasi BCG dilakukan sekali debelum anak berumur 2 bulan. Vaksin disuntikan secara
intrakutan pada lengan atas sebanyak 0,05 ml.
b. DPT (Dipteri Pertusis Tetanus)
Vaksi DPT biasanya terdapat dalam bentuk suntikan yang disuntikan pada otot lengan dan
paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali yaitu pada saat anak berumur 2 bulan
(DPT 1), 3 bulan (DPT 2) dan 4 bulan (DPT 3), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.
c. Polio
Imunisasi polio diberikan 4 kali pada balita usia 0-11 bulan dengan interval minimal 4
minggu.
d. Campak
Imunisasi campak diberikan 1 kali pada balita usia 9-11 bulan karena masih ada anti bodi
yang diperoleh dari.Vaksin disuntikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml.

e. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B harus diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir atau jika ibunya
memiliki HbsAg negatif harus diberikan saat hamil berumur 2 bulan.Imunisasi dasar di
berikan 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara HB1 dengan HB2 serta selang waktu 5
bulan antara HB2 dan HB3 (http://www.imunisasi.com).
F. Krangka Teori

Faktor Lingkungan

(Depkes RI, 2002)

BAB III
KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL,
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan
dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau
konsep-konsep yang akan di jadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian,
uraianyaa menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara variabel penelitian (Saryono,
2008).
ISPA dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kadaan gizi, kekebalan, lingkungan,
imunisasi dan pemberian ASI Ekslusif (Depkes, 2002). Kerangka Konsep ini terdiri Variabel
Dependen dan Independen dimana Variabel Dependennya Kejadian ISPA dan variabel
Independenya Umur dan Status Imunisasi.
Gambar 3.1
Kerangka konsep
Umur

Variabel Independen

Variabel Dependen

Kerangka konsep : Hubungan umur dan imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di
Puskesmas Alalak Selatan Kota Banjarmasin Tahun 2010 (Depkes, 2002).
B. Definisi Operasional
1. Variabel Independen

No
1.

2.

Variabel
Umur

Status
imunisasi

Definisi

Cara ukur

Usia Seseorang
Wawancara
(Responden)dari lahir
sampai sekarang
Imunisasi dasar
lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis Polio, 4 dosis
Hepatitis B, 1 dosis
Campak
( Dinkes, 2008).

Observasi

Alat ukur
Koesioner

KMS

Hasil ukur

Skala

1. 0 - < 2 tahun
2. 2 tahun 5
tahun (Daulay,
2008 ).

Ordinal

1. Lengkap, Bila
mendapatkan
Imunisasi sesuai
Umur
2. Tidak, lengkap jika
tidak mendapatkan
imunisasi sesuai
umur
(Hernawati,2008).

Ordinal

2. Variabel Dependen

No.

Variabel

Definisi

Alat ukur

Cara ukur

Hasil ukur

Skala

1.

ISPA

ISPA adalah penyakit


Wawancara
infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau
lebih dari salah satu
saluran
pernafasan(Erlien,
2008).

Kuesioner

1.Ya, bila anak


Ordinal
mengalami
ISPA 6 bulan
terakhir
2. Tidak, bila anak
tidak
mengalami
ISPA selama 6
bulan terakhir

C. Hipotesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan
antara dua atau lebih variabel (Nursalam, 2009).
1. Tidak ada hubungan umur balita terhadap kejadian ISPA di Puskesmas Simpang
Periuk KotaLubuklinggau Tahun 2010.
2. Tidak Hubungan Status imunisasi pada balita terhadap kejadian ISPA di Puskesmas
Simpang PeriukKota Lubuklinggau Tahun 2010.

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross
Sectionaldimana peneliti mengukur variabel dalam satu sampel populasi yang mewakili
populasi penelitian dilaksanakan, artinya tiap subjek penelitian hanya di wawancarai sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status variabel subjek pada saat pemeriksaan
(Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi penelitian
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Saryono, 2008). Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ibu-ibu

yang mempunyai balita (0-5 tahun) yang datang berkunjung ke Puskesmas Simpang
Periuk Kota Lubuklinggau dari bulan januari maret 2010 yang berjumlah 554 Balita.

2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi
(Saryono, 2008). Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti
( Nursalam, 2009).
Dalam

penelitian

ini

untuk

mengambil

sampel

digunakan

cara Acedental

Sampling yaitu sampel di ambil secara acak dari seluruh ibu yang memiliki anak balita
yang datang kepuskesmas Simpang Periuk.
Didalam penelitian ini untuk membatasi jumlah sampel dimana populasi yang di
gunakan untuk menentukan jumlah sampel maka peneliti menggunakan rumus (Arikunto,
2002) yaitu apabila populasinya besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
untuk sampel kontrol, maka dalam hal ini peneliti menggunakan persentase 10% dengan
menggunakan rumus :
n
=
xN

x 554

= 55,4

= 55 sampel

Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 55 responden

3. Kriteria Subyek Penelitian


Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 55 orang dengan kriteria
sampel :
a.

Ibu-ibu yang mempunyai Balita usia 05 tahun yang berkunjung Kepuskesmas Simpang
Periuk.

b.

Bisa membaca dan menulis.

c.

Apabila responden tidak dapat membaca dan menulis, maka kuesioner akan dibacakan
dan di check list oleh peneliti.

d.

Bersedia menjadi responden.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau tahun
2010.

D. Etika Penelitian Pengumpulan Data


1. Sumber data
a.

Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan melakukan wawancara langsung pada
responden.dengan menggunakan pertanyaan

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya ; Catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record, data dari badan kesehatan setempat (Wahit,
2005).
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara pada responden yang
merupakan ibu dari balita yang berkunjung ke Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau dan data sekunder didapatkan dari Profil Dinas Kesehatan Kota dan dari data
Tahunan Puskesmas Simpang Periuk
3. Instrumen pengumpulan data
Instrumen riset harus memperlihatkan beberapa atribut tertentu, yang memastikan
kita bahwa instrumen itu memberikan pengukuran yang dapat diandalkan terhadap variabel
yang

diteliti.

Atribut

yang

paling

penting

adalah Validitas,

Reliabilitas, dan Ketergunaan (Dempsey, 2002).


Dengan demikian instrumen yang digunakan peneliti berupa :

Kuesioner dan KMS

E. Pengolahan Data
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah
jawaban yang di kuesioner sudah Lengkap, Jelas, Relevan, dan Konsisten.
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan
untuk mempermudah pada saat analisis dan mempercepat pada saat entry data.
3. Processing/Entry
Merupakan kegiatan memproses data agar data yang sudah dimasukkan dapat dianalisis.
4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan
atau tidak.Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry ke komputer (Hastono, 2006).

F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan teknik :
1. Teknik Univariat
Analisa dengan menggunakan tabel distribusi dari tiap-tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik perhitungan persentase sebagai berikut :
a. Menghitung semua hasil dari kuesioner terhadap setiap alternatif jawaban.
b. Menjumlahkan hasil dari kuesioner pada setiap alternatif jawaban.

Dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
P : Jumlah persentase yang dicari
F : Frekuensi jawaban yang benar
N : Jumlah pertanyaan
Setelah diperoleh hasil, kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk melihat hubungan
variabel (Arikunto, 2004).
2. Teknik Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel indevendent dan
variabel devendent yang di sajikan dalam bentuk tabel yang di analisa dengan uji statistik
Chi-Square. Pengambilan keputusan Statistik dilakukan dengan membandingkan nilai P
Value dengan nilai 0,05 dengan ketentuan bila P Value nilai 0,05 maka ada hubungan
bermakna (Signifikan) antara variabel Indevenden dan Devenden sedangkan bila P Value

nilai 0,05 maka tidak ada hubungan bermaknan (Siknifikan) antara Variabel Indevenden
dan Variabel Devenden.
Rumus yang digunakan dalam uji Chi Square adalah :
(Hastono, 2006)

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Geografis
Puskesmas Simpang Periuk terletak di Kelurahan Simpang Periuk Kecamatan
Lubuklinggau Selatan II, Puskesmas ini terletak di pingir jalan Lintas Sumatera, berada di
persimpangan jalan yang menuju ke Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Muara Beliti
Kabupaten Musi Rawas, dengan letak yang sangat strategis ini Puskesmas Simpang Periuk
mudah dijangkau oleh masyarakat.
Puskesmas Simpang Periuk dahulunya adalah sebuah balai pengobatan, kemudian
meningkat statusnya menjadi puskesmas pembantu dari puskesmas Muara Beliti
Kabupaten Musi Rawas, kemudian pada tahun 1994 statusnya meningkat lagi menjadi
Puskesmas Induk sampai dengan sekarang. Pada tahun 2006 puskesmas Simpang Periuk
berkembang lagi menjadi Puskesmas Perawatan yang mempunyai pelayanan unit gawat
darurat 24 jam dan rawat inap. Saat ini Puskesmas Simpang Periuk didukung oleh 2 (dua)
Puskesmas Pembantu dan 4 (empat) polindes.
2. Batas-Batas Wilayah Puskesmas Simpang Periuk
Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika
30
Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Muara Beliti

Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras


Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tugumulyo dan Muara Beliti
3. Visi, Misi dan Motto
a.

Visi
Menjadikan Puskesmas Simpang Periuk sebagai puskesmas dengan kualitas
pelayanan yang komprehensif dan prima serta didukung oleh tenaga yang profesional.

b. Misi
1) Memberikan pelayanan dengan sistem 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun).
2) Memberikan pelayanan yang cepat dan rasional.
3) Mengalang kerjasama antar lintas sektoral.
4) Pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
c.

Motto
Kesembuhan anda adalah tekad dan kepuasan kami.

4. Kependudukan
Wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk yang terletak di Kecamatan Lubuklinggau
Selatan II dengan jumlah penduduk sebanyak

jiwa.

5. Sarana dan Prasarana


Puskesmas Simpang Periuk memiliki beberapa ruangan yang menunjang programprogram yaitu:

a.

Ruang Pendafataran Umum

i.

Ruang Sanitasi

b. Ruang Pendafataran Askes

j.

Ruang KIA/KB

c.

k. Ruang Gizi

Ruang Dokter

d. Ruang Poli Umum

l.

Ruang Gudang Obat

e.

Ruang Poli Gigi

m. Ruang Laboratorium

f.

Ruang Apotek

n.

g.

Ruang Kesehatan Keluarga

o. Ruang Staf TU

h.

Ruang Imunisasi

Ruang Unit Gawat Darurat

6. Program dan Kegiatan Puskesmas


Program Puskesmas merupakan wujud dari pelaksanaan fungsi puskesmas adapun
program Puskesmas Simpang Periuk meliputi:

a.

Promosi Kesehatan

g.

UKJ ( Usaha Kesehatan Jiwa)

b. Kesehatan Lingkungan

h.

Posyandu Lansia (Lanjut Usia)

c.

i.

Imunisasi

Kesehatan Ibu dan Anak, KB

d. Gizi dan Kulit


e.

Memberantas penyakit menular

f.

UKS dan UKBS

7. Kegiatan-Kegiatan Puskesmas Simpang Periuk


a. Kegiatan di luar gedung
1) Pusling
2) Posyandu
3) UKS / UKGS
4) Pengobatan Lansia

b. Kegiatan Unggulan Puskesmas


1) UKS
2) Desa Sehat
3) Posyandu
8. Tenaga Kerja
Puskesmas Simpang Periuk memiliki satu orang pemimpin dan dua dokter umum.
Puskesmas Simpang Periuk selalu menggadakan posyandu yang tersebar di sembilan
Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk Kecamatan Lubuklinggau Selatan II,
dimana saat ini Puskesmas Simpang Periuk didukung oleh 2 (dua) Puskesmas Pembantu
dan 4 (empat) Polindes yang terdiri dari Pegwai Negeri Sipil (PNS) dan Tenega Kerja
Sukarela (TKS). Pegawai Puskesmas Simpang Periuk terdiri dari 65 pegawai yang tersebar
di Puskesmas, Pustu dan Polindes.

B. Analisa Univariat
Analisa dengan menggunakan tabel distribusi dari tiap-tiap variabel (Notoatmodjo,
2005). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik perhitungan persentase sebagai
berikut :
a. Menghitung semua hasil dari kuesioner terhadap setiap alternatif jawaban.
b. Menjumlahkan hasil dari kuesioner pada setiap alternatif jawaban.
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Umur Pada Responden Di Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau Tahun 2010

No

Umur

Frek

0 - < 2 Tahun

33

60

2 - 5 Tahun

22

40

Jumlah

55

100.00

Dari tabel 5.1 diketahui dari 55 responden di dapatkan 33 responden (60,0%) umur
0-< 2 tahun dan 22 responden (40,0%) umur 2-5 tahun.
b. Satus Imunisasi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Pada Responden Di Puskesmas Simpang
Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2010

No

Status Imunisasi

Frek

Lengkap

36

65,5

Tidak Lengkap

19

34,5

Jumlah

55

100

Dari Tabel 5.2 diketahui dari 55 responden yang menderita ISPA diperoleh 36 balita
(65,5 %) memiliki status imunisasi lengkap dan 18 balita (32,7 %) memiliki status imunisasi
tidak lengkap.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Status ISPA Pada Responden Di Puskesmas Simpang Periuk
Kota Lubuklinggau Tahun 2010

No

Status ISPA

Frek

ISPA

37

67,3

Tidak ISPA

18

32,7

Jumlah

55

100

Dari Tabel 5.2 diketahui dari 55 responden yang menderita ISPA diperoleh 37 balita
(67,3%) memiliki status ISPA dan 18 balita (32,7%) memiliki status ISPA.

C. Analisa Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel indevendent dan
variabel devendent yang di sajikan dalam bentuk tabel yang di analisa dengan uji statistik
Continuity Corection. Statistik dilakukan dengan membandingkan nilai P Value dengan nilai

0,05 dengan ketentuan bila P value

nilai 0,05 maka ada hubungan bermakna

(Signifikan) antara variabel Indevenden dan Devenden sedangkan bila P Value


nilai 0,05 maka tidak ada hubungan bermaknan (Siknifikan) antara Variabel Indevenden
dan Variabel Devenden.
a. Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPA Pada Balita 0-5 Tahun
Tabel 5.4
Hubungan Umur Responden Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Simpang periuk
Kota Lubuklinggau Tahun 2010

Status ISPA
Umur

ISPA

Total

Tidak Ispa

0 - < 2 Tahun

25

78,8

24,2

33

100

2 5 Tahun

12

54,5

10

45,5

22

100

Jumlah

37

67,3

18

32,7

55

100

OR

0,177

2,604

Dari Tabel 5.6 memperlihatkan proporsi responden yang mempunyai anak balita 0 < 2 tahun 33 balita yang terdiri dari 25 balita (78,8%) ISPA dan 8 balita (24,2%) tidak ISPA,
sedangkan responden yang mempunyai anak balita 2 5 tahun sebanyak 22 balita yang
terdiri dari 12 balita (54,5%) ISPA dan 10 balita (45,5%) tidak ISPA.
Setelah dilakukan uji stitistik yaitu Continuity Corection di dapatkan nilai P >
dari (0,177 > 0,05), dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur responden dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita di
puskesmas simpang periuk kotaLubuklinggau tahun 2010.
b. Hubungan Status Imunisasi Balita Dengan Kejadian ISPA
Tabel 5.5
Hubungan Status Imunisasi Balita Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau
Tahun 2010

Status

Status ISPA

Total

OR

Imunisasi

ISPA

Tidak Ispa

Lengkap

22

61,1

14

38,9

36

100

Tidak

15

78,9

21,1

19

100

Lengkap

37

67,3

18

32,7

55

100

0,299

0,419

Jumlah
Dari tabel 5.7 memperlihatkan proporsi responden yang mempunyai balita dengan
status imunisasi lengkap sebanyak 36 balita yang terdiri dari 22 balita (61,1%) mengalami
ISPA dan 14 balita (38,9%) tidak menderita ISPA sedangkan responden yang mempunyai
anak balita dengan ststus iminisasi tidak lengkap sebanyak 19 balita yang terdiri dari 15
balita (78,9%) mengalami ISPA dan 4 balita (21,1%) tidak mengalami ISPA.
Setelah dilakukan uji stitistik yaitu Continuity Corection di dapatkan nilai P >
dari (0,299 > 0,05), dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara status imunisasi responden dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita
di puskesmas simpang periuk kotaLubuklinggau tahun 2010.

BAB VI
PEMBAHASAN
A. Terjadinya Penyakit ISPA di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun
2010
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (WHO, 2003).
Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut
seperti dalam penjelasan berikut:

a. Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Ditjen PPM & PLP
Depkes RI, 2000).
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mempunyai
riwayat penyakit ISPA sebanyak 37 balita (67,3%), sedangkan yang tidak mempunyai
riwayat ISPA sebanyak 18 balita (32,7%).
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa angka penderita
ISPA di puskesmas simpang periuk cukup tinggi, kalau di lihat cukup besar perbedaan
proporsi antara anak balita yang mempunyai riwayat penyakit ISPA dan yang tidak
mempunyai riwayat

penyakit ISPA, hal ini disebabkan karena masyarakat kurang

memahami cara pencegahan penyakit ISPA, berbagai upaya telah dilakukan pihak
puskesmas seperti penyuluhan kesehatan, namun dampak keberhasilanb belum dirasakan,
kelambatan keberhasilan upaya penyuluhan kesehatan ini dapat di pahami mengingat
sasaran dari penyuluhan kesehatan adalah prilaku manusia, hal ini didukung pula dengan
ststus ekonomi dan status pendidikan yang masih rendah pada umumnya, sehingga orang
tua kurang memperhatikan kondisi kesehatan anaknya.
Dalam kondisi seperti tersebut di atas, diperlakukanya penanganan yang benarbenar profesional. Penanaganan secara khusus dan profesional akan lebih di rasakan
apabilah masalah kesehatan yang di hadapi di samping masalah teknis medis, menyangkut
pula kehidupan masyarakat yang luas yang banyak dipengaruhi faktor-faktor sosial lainya.

Perawat sebagai salah satu provider dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan


ISPA di lapangan, hendaknya terus mengingatkan keterampilanya di bidang penyuluhan
kesehatan dalam upaya menanggulangi ISPA.

B. Hubungan Umur Responden Dengan Terjadinya Penyakit ISPA


Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum
terlalu kuat (Santoso, 2007).
Anak berusiah di bawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA lebih besar dari
pada anak yang lebih tua, keadaan ini mungkin karena pada anak di bawah usia 2 tahun
imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasanya relatif sempit (Daulay, 2008).
Dari diagram

5.6 didapatkan bahwa balita yang berumur 0-5 tahun yang

mempunyai riwayat penyakit ISPA sebanyak 25 balita (75,8%) sedangkan balita yang
berumur 2 5 tahun yang mempunyai riwayat penyakit ISPA sebanyak 12 balita (54,5%).
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada
proporsi secara bermakna antara kelompok umur 0 - < 2 tahun dengan kelompok 2-5
tahun dengan terjadinya ISPA, penelitian ini tidak terbukti bahwa

umur dapat berhubungan dengan terjadinya penyakit ISPA pada anak, khususnya anak
balita, hal ini tidak menjamin bahwa ank umur 0 - < 2 tahaun rentan terkena penyakit ISPA.

C. Bubungan Status Imunisasi Responden Dengan Terjadinya ISPA


Imunisasi adalh upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (Imunitas)
pada bayi sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak, pentingnya pemberian imunisasi didasarkan pada latar belakang bahwa
pada awal kehidupan anak belum mempunyai kekebalan sendiri (humoral), dengan

demikian , pada tahun pertama anak perlu mendapat kekebalan yang didapat melalui
pemberian imunisasi (Supartini, 2004).
Dalam penelitian ini status imunisasi di katagorikan menjadi dua katagori yaitu
katagori lengkap jika anak mendpat imunisasi sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi,
dan tergantung dengan umur anak, tidak lengkap jika anak tidak mendapatkan imunisasi
sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi, tergantung umur anak.
Dari diagram 5.7 memperlihatkan proporsi responden yang mempunyai anak balita
dengan status imunisasi lengkap sebanyak 36 balita yang terdiri 22 balita (61,1%)
menderita ISPA dan 14 balita (38,9%) tidak ISPA, sedangkan responden dengan status
imunisasi tidak lengkap sebanyak 19 yang terdiri dari 15 balita (78,9%) menderita ISPA dan
4 balita (21,1%) tidak ISPA.
Setelah dilakukan uji stitistik yaitu Continuity Corection di dapatkan nilai P >
dari (0,299 > 0,05), dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara status imunisasi responden dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita
di puskesmas simpang periuk kotaLubuklinggau tahun 2010.
Menurut peneliti, berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan anak dengan status
imunisasi lengkap dengan status imunisasi tidak lengkap tidak ada hubungan secara
bermakna, hal ini disebapkan karena keadan status imunisasi tidak menjamin bagi balita
untuk tidak terkena penyakit ISPA, karena kejadian ISPA banyak faktor yang mempengaruhi
seperti lingkungan, keadan ekonomi keluarga dan pengetahuan keluarga

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini


1. Tidak ada hubungan antara umur anak balita terhadap terjadinya penyakit ISPA di
puskemas simpang periuk kota lubuklinggau tahun 2010.
2. Tidak ada hubungan antara status imunisasi balita terhadap terjadinya ISPA di puskesmas
simpang periuk kota lubuklinggau tahun 2010

1. Bagi Kepala dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau


Untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan terhadap penyakit ISPA pihak
Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau dapat meningkatkan evaluasi dan monitoring
pelayanan keehatan kesehatan yang telah diberikan kepada masyarakat sehingga tujuanya
tercapai.
2. Bagi Pimpinan Puskesmas Simpang Periuk
Untuk mencegah peningkata ISPA pada Balita di perlukan perhatian Khusus dari petugas
kesehatan yang dalam hal ini petugas kesehatan memeberikan penyuluhan secara berkala
tentang ISPA bagaimana cara pencegahan ISPA, dan bagaimana cara menanggulangi
ISPA.
3.

Bagi Ketua Jurusan Keperawatan Lubuklinggau


HAsil penelitian inidiharafkan dapat memeberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam
pengenbangan pembelajaran yang berhubungan dengan penyakit ISPA pada Balita, dan
juga dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan untuk mengembangkan wawasan
seta pengetahuan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharafkan hasil penelitian inidapat digunakan sebagai data dasar untuk acuan dan
pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya yaitu melakukan penelitian dengan
mengganti variabel selain yang telah diteliti disini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Dr. Prof. 2002


Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
Biddulph, jhon, 2002
Kesehatan Anak Untuk Perawat,Petugas Penyuluhan Kesehatan dan Bidan di Desa,
Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Daulay, Ridwan, 2008
Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ), FK-USU: Medan
Depkes RI, 2004
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jica. Jakarta.
RI, 2008

Infeksi saluran Pernafasan akut, http://www.fuadbahsin.wordpress.com.


Dinkes Kota Lubuklinggau, 2009
Data Jumlah 10 Penyakit Terbesar.
Erlien, 2008
Penyakit saluran Pernapasan, Sunda Kelapa Pustaka, Jakarta.
Hatta Muhammad, 2001
Hubungan Imunisasi Dengan Kejadian Peneomonia Pada Balita
http://www.slitbang.go.id.
Noor, 2008
Pengantar Epidemologi Penyakit Menular, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, 2009
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Selemba Medika, Jakarta.
Saryono, 2008
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kota Lubuklinggau, 2009
Data Jumlah Pemderita ISPA Pada Balita.
Rasmaliah, 2008
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penaggulangnya, http :
//www.pppl.depkes.go.id/images_data.
Sarjono, 2008
Metodelogi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia, Jogjakarta.
Siswono, 2007
ISPA Salah Satu Penyebab Utama Kematian Balita,
http://www.suara pembaruan.com.
WHO. 2003
Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Widjadja Rafelin, 2009
Penyakit Kronis. Bee Media Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai