Letak Sungsang
Letak Sungsang
Dr.Pembimbing :
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK & GINEKOLOGI
A. IDENTITAS PASIEN
Masuk Rumah Sakit : 5 Mei 2014 pukul 12.00 WIB
Keluar Rumah Sakit : 8 Mei 2014
Identitas Pasien
Identitas Suami
No RM
Nama
: Tn. R
Nama
: Ny. W
Usia
: 33 tahun
Usia
: 32 tahun
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
Alamat
B. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, Tanggal : 5 Mei 20134 Pukul: 12.10 WIB
Keluhan Utama : rujukan bidan Sri Budi karena dari hasil USG didapatkan letak janin
sungsang presentasi bokong
Riwayat Penyakit Sekarang (revisi)
1 hari SMRS, OS mengalami perut terasa mules yang hilang timbul. Pada awalnya hanya 1
kali per jam, tetapi semakin malam mules terasa semakin sering. Dalam sepuluh menit mules
terasa empat kali dan tiap mules berlangsung selama satu menit. Pada jam 12.00 tanggal 15
Desember 2013, Os menyatakan keluar lendir dan darah dari jalan lahir saat akan buang air
kecil, Os segera pergi ke rumah sakit jam 13.30, Os menyatakan ada air keluar dari jalan
lahir, tidak dapat ditahan dan tidak berbau pesing.
Riwayat Haid :
Menarche
: 13 tahun
Siklus Haid
: 28 hari, teratur
Lama Haid
: 7 hari
HPHT
: 8 Agustus 2013
HPL
: 15 Mei 2014
Tahun
Jenis
Umur
Jenis
k ke
Persalinan
Kelami
Kehamila
Persalinan
Penolong
Hidup
Berat
Panjang
badan
badan
lahir
lahir
Mati
2008
Lakilaki
normal
bidan
hidup
3200
49 cm
gr
hamil ini
(- ) Kecelakaan
( - )Dispepsia Fungsional
Riwayat Penyakit Keluarga : DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (+), asma (-),
alergi obat (-)
Riwayat KB
Riwayat ANC
C. PEMERIKSAAN FISIK
I.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan Gizi
: baik
Tinggi badan
: 160cm
Berat badan
: 71 kg
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Suhu
: 36,50C
Pernapasan
: 20x/menit
Kepala
: normocephal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut/gigi
Leher
Dada
: simetris
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Alat gerak
II.
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Abdomen : TFU 3 jari dibawah processus xiphoideus (34 cm dari simfisis pubis)
Leopold I
: kepala
Leopold II
: punggung kiri
Leopold III
: bokong
Leopold IV
: 2cm,
bagian bawah janin bokong, H 1
sakrum kiri depan
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Hasil
Satuan
Nilai normal
11,9
9.800
36
237
g/dl
Ribu
%
Ribu
11-16
3.0-11.0
30-43
150-440
A. RINGKASAN
Ny.W hamil 38 minggu. G2P1A0.
HPHT
: 8 Agustus 2013
HPL
: 15 Mei 2014
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Suhu
: 36,50C
Pernapasan
: 20x/menit
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Payudara : pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+).
Abdomen : Linea nigra (+) striae lividae (-),striae albicans (-).
Palpasi
Abdomen : TFU 3 jari dibawah processus xiphoideus (34 cm dari simfisis pubis)
Leopold I
: kepala
Leopold II
: punggung kiri
Leopold III
: bokong
Leopold IV
Pemeriksaan Dalam
VT
: 2 cm
bagian bawah janin bokong, H 1+
sakrum kiri depan
B. DIAGNOSA
G2P1A0 umur 32 tahun hamil 38 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Letak bokong, puki
Letak sungsang presentasi bokong
F. SIKAP
Pengawasan : tekanan darah, suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan, keadaan umum,
denyut jantung janin
Infus RL 20 tetes per menit
Pasang kateter
Cefotaxime 1gr IV
Informed consent
Tindakan
Terminasi kehamilan : Pro SC dengan cara Sectio caecarea trans profunda
Edukasi pasien
Memberitahukan dan menjelaskan keadaan janin
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Ibu miring kiri untuk sirukulasi darah ibu lebih baik sehingga janin mendapat aliran yang
baik.
G. PROGNOSIS
Power
Passage
: dubia ad bonam
: dubia
Passanger
: -
Dubia
jika
dilakukan
pervaginam
akibat
malpresentasi.
- Ad bonam jika dilakukan perabdominam (sectio caecaria)
H. Operasi
5 Mei 2014
Laporan Operasi
jernih
Jahit uterus dengan chromic catgut no 2 secara jelujur
Instruksi post op :
-
Infuse RL
Cefotaxime 1gr
Kaltrofen supp rectal
3x1
I. Follow Up
6 Mei 2014 06.00 WIB
S
: P2A0, 29
Post OP SC atas indikasi letak sungsang hari I
Nadi 84x/menit,
RR 20x/menit
Keadaan Umum baik
Kesadaran Compos mentis
Flatus (+)
TFU : 2 jari dibawah umbilikus
ASI : + / +
PPV : (+) / sedikit, Ganti 1 pembalut
A
: PI A0, 33 tahun
Post OP SC atas indikasi letak sungsang hari ke II
: Keluhan (-)
: PI A0, 29 tahun
Post OP SC atas indikasi letak sungsang hari III
LETAK SUNGSANG
A. DEFINISI
Kehamilan letak sungsang yaitu janin letak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insiden 3-4% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan ( 37 minggu), presentasi bokong
merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai.1
Klasifikasi letak sungsang : 2,3
- Satu kaki
- Kedua lutut
- Satu lutut
B. PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana
presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka
kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan. Kejadian letak sungsang berkurang
dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7%
persalinan pada umur kehamilan 32 minggu dan terjadi pada 1-3% persalinan dengan
umur kehamilan aterm.
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang.
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.1,2
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis
presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia,
trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat
6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala. 1,2
C. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi
letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala. 4,5
D. ETIOLOGI
Menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada
letak longitudinal dengan presentasi puncak kepala. Faktor-faktor predisposisi untuk
presentasi bokong diluar usia gestasi adalah relaksasi uterus yang disebabkan oleh
multiparitas, janin multipel, hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus,
riwayat presentasi bokong, anomali uterus, dan berbagai tumor dalam panggul.
E. PENYULIT
Pada presentasi bokong persisten, peningkatan frekuensi penyulit berikut ini dapat
diperkirakan :2
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit.
2. Berat lahir rendah pada pelahiran preterm, pertumbuhan terhambat, atau
3.
4.
5.
6.
7.
8.
keduanya.
Prolaps tali pusat.
Plasenta previa.
Anomali janin, neonates, dan bayi.
Anomali dan tumor uterus.
Janin multipel
Intervensi operatif, terutama seksio sesarea.
F. DIAGNOSIS
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen,
manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila
umur kehamilan 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan
pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan / atau
pemeriksaan untrasonografi. Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi
bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur versi luar
yang direkomendasikan guna menurunkan insiden persalinan dengan presentasi selain
kepala dan persalinan bedah sesar. 1
Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi bokong saja belum
cukup untuk membuat perkiraan besarnya risiko guna pengambilan keputusan cara
persalinan yang hendak dipilih. Taksiran berat janin, jenis presentasi bokong, keadaan
selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan hiperekstensi kepala
janin, kemajuan persalinan, pengalaman penolong, dan ketersediaan fasilitas
pelayanan intensif neonatal merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui. 1
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi
letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi.
Berat janin dapat diperkirakan berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar kepala,
lingkar perut, lingkar dan panjang femur. Gambaran ultrasonografi tentang
umur
kehamilan
28-30
minggu
minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah
air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis
letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan
baik. 3
Syarat-syarat versi luar adalah bagian terendah janin masih dapat
didorong ke atas keluar pintu atas panggul, dinding perut ibu harus cukup
tipis (tidak gemuk) dan rileks, janin harus dapat lahir pervaginam, selaput
ketuban masih utuh, pada ibu yang inpartu pembukaan serviks kurang dari 4
cm, dan jika dilakukan sebelum inpartu usia kehamilan 34-36 minggu pada
primigravida dan pada multi masih dapat dilakukan pada usia kehamilan
lebih dari 38 minggu. 3
0
0
3
-3
Kaku
posterio
1
1-2
2
-2
Sedang
Mid
2
3-4
1
-1
Lunak
Anterior
3
5+
0
+1,+2
r
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari
pada versi luar. 3
Prosedur Versi Luar
Versi luar yang dilakukan untuk mengubah bagian terendah janin dari satu kutub ke
kutub yang berlawanan (letak sungsang diubah menjadi letak kepala), terdiri dari 4
tahap yaitu:
lebih pendek
Tahap rotasi
: memutar bagian terendah janin ke kutub yang dikehendaki.
Tahap fiksasi
: memfiksasi badan janin agar tidak memutar kembali.
Tahap mobilisasi dan eksentrasi :
1. Ibu tidur telentang dengan posisi trendelenburg dan tungkai fleksi pada sendi
paha dan lutut. Kandung kemih sebaiknya kosong.
2. Perut ibu diberi talk dan tidak perlu diberi narcosis. Penolong berdiri di
samping kiri ibu menghadap kea rah kaki ibu. Mobilisasi bagian terendah janin
dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan penolong pada pintu atas
panggul dan mengangkat bagian terendah janin keluar dari pintu atas panggul.
Setelah itu dilakukan eksentrasi, yaitu membawa bagian terendah janin ke tepi
panggul (fosa iliaka) agar radius pemutaran lebih pendek.3
Tahap rotasi :
1. Pada waktu hendak melakukan rotasi, penolong mengubah posisi berdirinya
yaitu menghadap ke muka ibu. Satu tangan penolong memegang bagian
terendah, satu tangan memegang bagian atas dan dengan gerakan yang
bersamaan dilakukan pemutaran sehingga janin berada dalam presentasi yang
dikehendaki. 3
2. Pemutaran dilakukan ke arah yang paling rendah tahanannya (kearah perut)
atau presentasi yang paling dekat.
3. Setelah tahap rotasi selesai, penolong mendengarkan detak jantung janin dan
detak jantung janin diobservasi selama 5-10 menit.
4. Bila dalam observasi tersebut terjadi gawat janin, maka janin harus segera
diputar kembali ke presentasi semula. Bila pada pemutaran dijumpai tahanan,
perlu dikontrol detik jantung janin. bila terdapat tanda-tanda detak jantung
janin tidak teratur dan meningkat, janganlah pemutaran dilangsungkan. 3
Tahap fiksasi
Bila rotasi sudah dikerjakan, dan penilaian detak jantung
janin baik, maka dapat dilanjutkan dengan fiksasi janin.
fiksasi dapat dikerjakan dengan menggunakan gurita.
Ibu diminta tetap memakai gurita, setiap hari sampai saat
pemeriksaan 1 minggu kemudian.
Versi luar dianggap gagal jika ibu mengeluh nyeri,
timbul gawat janin, bagian janin tidak dapat dipegang
dengan baik, dan ketika diilakukan rotasi terasa adanya
hambatan yang berat. Komplikasi yang mungkin terjadi
pada versi luar adalah solusio plasenta, lilitan tali pusat, ketuban pecah, dan ruptur
uteri. 3
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertamatama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi
indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor
dalam rongga panggul. 1-3
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu.
g.
2. Persalinan bahu
a.
Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b.
c.
Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
d.
e.
Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
3.
f.
Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g.
Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan
c.
Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan
muka seluruhnya.
d.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari
lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali
pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari
delapan menit.
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:5
Tipe dari presentasi bokong:
a) Presentasi bokong (frank breech)
b) Presentasi
bokong
sempurna
(complete breech)
c) Presentasi bokong
sempurna
dan
kaki
presentasi
tidak
kaki
(incomplete or footling)
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai
dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada
di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter
belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di
pintu bawah panggul.
4.
5. Setelah
terjadi
trokanter
fleksi
persalinan
belakang
lateral
lahir,
janin
trokanter
untuk
depan,
putar
menempatkan
paksi
luar,
punggung
yang
bayi
ke
9.
10. Bahu janin mencapai pelvic 'gutter' (jalan sempit) dan melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior diameter pelvic
bagian luar.
11. Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior
masuk ke tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi dari kepala.
Jenis-jenis persalinan sungsang:
1.
Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga
ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c)
2.
Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
4.
Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada
badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut dis es uaikan dengan ga ya berat
badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiperlordossis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu
panggul. Dengan gerakan hiperlordossis i ni berturut-turut lahir pusar, perut,
badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat
tali pusat. 1-3
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak
ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati
persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar,
jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau
menunjuk.
b. Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah
direncanakan untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
Klasik (Deventer)
b)
Mueller
c)
Lovset
d)
Bickenbach.
Mauriceau (Veit-Smellie)
b)
Najouks
c)
Wigand Martin-Winckel
d)
Parague terbalik
e)
Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan
bahu dan langan oleh penolong:
1.
Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki janin
dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke
atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu
tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan
telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk
melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu. Dengan cara yang sama
lengan depan dilahirkan.
Keuntungan cara klasik
adalah
pada
umumnya
dapat
sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan
infeksi.
2.
secara
Mueller
ialah
Cara Lovset1-3
Prinsip
secara
melahirkan
Lovset
ialah
persalinan
memutar
badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah
simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang
gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahaya infeksi. Cara
Lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar,
panggul sempit.
4.
Cara Bickhenbach1-3
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
Cara Mauriceau1-3
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat
mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak
diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari
telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung.
dilakukan
oleh
penolong
yang
Cara Naujoks1-3
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher
janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten
mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena
menimbulkan trauma yang berat.
3.
4.
paha
sampai
lutut,
kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari
vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam
kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke
bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama
dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah
bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya
untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama
seperti pada manual aid.
2.
Insisi Duhrsen
Tindakan ini dilakukan pada keadaan darurat, yakni bila kepala anak tersangkut
akibat pembukaan yang belum lengkap. Pada keadaan ini bokong dan badan sebagai
bagian lunak yang sudah lahir dan dapat melewati pembukaan yang belum lengkap, tetapi
kepala sebagai bagian yang keras tidak dapat. Dibuat insisi pada serviks pada jam 10.00,
jam 02.00, dan jam 06.00. kemudian setelah kepala anak lahir, dijahit kembali.4
Penyulit yang mungkin timbul adalah rupture uteri akibat meluasnya sayatan pada
serviks keatas. Untuk menghindarkan penyulit diatas, upayakan untuk tidak memecahkan
ketuban pada letak sungsang sebelum pembukaan lengkap.4
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang
terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang
pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti
bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Persalinan diakhiri dengan
seksio sesaria bila:
1.
Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau
skor Zachtuchni Andros 3).
Parameter
Paritas
Pernah letak sungsang
TBJ
Usia kehamilan
Station
Pembukaan serviks
Arti nilai:
2
2 kali
< 3176 g
< 37 minggu
-1 atau >
4 cm
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2.
3.
Didapatkan distosia
4.
Umur kehamilan:
5.
6.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang pervaginam antara lain: 1,2,4
1.
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Sufokasi. Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.
keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan
amnion, dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan
janin yang sebagian sudah berada di luar rahim
Asfiksia fetalis. Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir,
yang menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul.
Kerusakan jaringan otak. Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada
panggul sempit atau adanya disproporsi sefalopelvik, serviks yang belum terbuka
lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul
dekompresi.
Fraktur pada tulang-tulang janin. Kerusakan pada tulang janin dapat berupa
fraktur tulang-tulang kepala, fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan
yang menjungkit (extended), fraktur klavikula ketika hendak melahirkan bahu
yang lebar, paralisis brakialis, fraktur femur, dislokasi bahu, dislokasi panggul
terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi (fleksi maksimal),
dan hematoma otot-otot.
3. Arrest of the after coming head. Paling banyak terjadi pada kepala bayi yang
dilahirkan pada posisi telentang, atau mengalami rotasi yang menyebabkan dagu janin
berada di belakang simfisis pubis.4
I. PROGNOSIS
Prognosis kelahiran bayi dengan presentasi bokong atau letak sungsang, lebih
dianjurkan melalui kelahiran perabdominam karena akan mengurangi komplikasi yang
Daftar Pustaka :
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu kebidanan obstetric ; Presentasi bokong. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka;2010.hal : 588 97.
2.
Cunningham, F.G et al. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22 st
edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division;2005.hal.509-536.