Anda di halaman 1dari 1

Intisari Dan Abstract

Pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan salah satu upaya
untuk menjawab persoalan ODF di Kabupaten Kupang pada umumnya dan Desa Besmarak pada
khususnya.Open Defecatoin Free (ODF) merupakan masalah yang dapat memunculkan rentetan
persoalan baru. Pesoalan-persoalan yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak hygenis.
menyebabkan berbagai jenis penyakit berbasis lingkungan seperti diare, gatal-gatal, tifus, cacingan
dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut menyebabkan kematian pada ibu dan anak, serta
menghambat pembangunan manusia. Persoalan ini dikategorikan sebagai masalah publik karena
melibatkan banyak pihak dan institusi yang lebih besar yakni negara dalam penyelesaiannya.
Penulis melakukan kajian untuk menganalisis pelaksanaan program STBM di Desa Besmarak
tahun 2014-2015, aktor-aktor yang terlibat dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program
dimaksud. Penulis menggunakan metode pendekatan purposive. Penulis memilih beberapa informan
yang dapat memberikan informasi mengenai persoalan yang menjadi fokus penelitian penulis.
Informan yang dimaksud adalah Absalom Fakau, S. Km, Agustinus Bako, S. Sos, Absalom Seo,
Yuliana Ade Bria, Amd Keb, Suwardi, Elihut Nainatun, Desman Nenobesi, Ayub Bilistolen, Yeremias
Takene, Yunus Bilistolen, Eliakim Daok, Yunus Bilistolen, Petrus Keas, Nikson Sakau, Feni
Lisnahan.
Pelaksanaan program STBM Desa Besmarak melalui beberapa tahap: pemetaan dan sosialisasi,
pemicuan di tingkat dusun, promosi sanitasi di tingkat RT, pelaksanaan STBM di tiap rumah tangga,
monitoring pasca pemicuan, monitoring dan evaluasi, verifikasi di tiap rumah tangga, deklarasi,
penandatanganan kesepakatan bersama. Aktor-aktor yang terlibat adalah pemerintah tingkat
kabupaten, kecamatan, desa, petugas kesehatan, LSM, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda,
relawan dan seluruh lapisan masyarakat Desa Bersmarak. Aktor-aktor dimaksud membentuk sinergi
dengan menggunakan metode STBM sebagai pegangan bersama. Metode STBM adalah
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat dirangsang untuk memikirkan pesoalannya, menganalisis dan
menemukan jalan keluarnya serta melakukan tindakan untuk keluar dari persoalan dimaksud. Aktor
sebagai fasilitator dan katalisator.
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tersebut adalah faktor penghambat seperti,
ekonomi masyarakat, sikap yang menjadi kebiasaan, sulitnya air bersih dan lain-lain. Faktor
penunjangnya adalah: Keunggulan metode STBM. STBM menumbuhkan kemandirian warga melalui
pemberdayaan. STBM di desa Besmarak menumbuhkan solider masyarakat. Sikap solider
menumbuhkan sinergi. Masyarakat memandang pesoalan tersebut sebagai persolan seluruh warga.
Persoalan yang muncul akibat ulah satu warga akan berdampak buruk bagi seluruh warga. Kesadaran
ini menumbuhkan semangat partisispasi warga. Hal ini menunjukkan bahwa warga bertindak secara
swadaya dan mandiri tetapi tidak sendirian. Warga mendapat pendapingan dari fasilitator dan bantuan
dari sesama warga. Bantuan tersebut berupa alat/bahan dan tenaga yang disumbangkan dengan
sukarela. Bantuan sukarela tersebut sebagai penunjang bukan sebagai aktor utama bagi warga yang
membangun cubluk. Faktor penunjang lainnya adalah penggunaan bahan lokal. Bahan lokal
dikembangkan menjadi potensi untuk menjawabi keterbatasan dana yang selama ini menjadi bayang
gelap implementasi kebijakan/program. Potensi lokal Desa Besmarak adalah kayu, batu, bambu,
semangat gotong royong dan sikap saling membantu yang telah mengkristal menjadi budaya. Pada
titik ini penulis menemukan adanya pelaksanaan program berbasis pemberdayaan dan potensi lokal.
Program adalah tindakan yang diusulkan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan atau
juga usaha untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah sanitasi lingkungan
masyarakat desa. Sanitasi adalah keadaan hygenis, bebas dari sampah yang menyebabkan kuman
penyakit. Masyarakat desa adalah komunitas yang berdiam dalam suatu wilayah administrasi
pemerintahan berdasarkan UU tentang desa

Anda mungkin juga menyukai