Anda di halaman 1dari 72

BAHAN AJAR MANDIRI

EKO ARSITEKTUR
(STARS14202 / 2 SKS)

OLEH :

APLIMON JEROBISONIF, ST., M.Sc


NIP : 19770404 200604 1 002

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL BAHAN AJAR : EKO ARSITEKTUR


PENULIS : APLIMON JEROBISONIF, ST., M.Sc

Telah diperiksa dengan sebenar-benarnya bahwa Naskah Bahan Ajar EKO


ARSITEKTUR adalah benar telah dibuat yang bersangkutan dan sesuai dengan
Standar Penulisan Bahan Ajar bagi Dosen Universitas Nusa Cendana

Kupang, 22 Agustus 2016


Mengetahui Reviewer
Pembantu Dekan I

Drs Theo da Cunha, M.Si Ariency K. A. Manu, ST, MT


NIP 195703271987021001 NIP. 196802231998021001

ii
DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN............................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................... v
TINJAUAN MATA KULIAH..................................................................... vi

BAB I. EKOLOGI DAN ARSITEKTUR EKOLOGIS..........................


A. PENDAHULUAN................................................................ 1
B. PENYAJIAN...................................................................... 1
C. PENUTUP.......................................................................... 12
D. BACAAN YANG DISARANKAN................................................. 13
BAB II. KONSEP EKOLOGIS SEBAGAI KONSEP
BERKELANJUTAN..................................................................... 14
A. PENDAHULUAN................................................................ 14
B. PENYAJIAN...................................................................... 14
C. PENUTUP.......................................................................... 22
D. BACAAN YANG DISARANKAN................................................. 22
BAB III. PARADIGMA DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS............. 24
A. PENDAHULUAN................................................................ 24
B. PENYAJIAN...................................................................... 24
C. PENUTUP.......................................................................... 37
D. BACAAN YANG DISARANKAN................................................. 39
BAB IV. GREENSHIP GBCI (GREEN BUILDING COUNCIL
INDONESIA)................................................................................. 40
A. PENDAHULUAN................................................................ 40
B. PENYAJIAN...................................................................... 41
C. PENUTUP.......................................................................... 62
D. BACAAN YANG DISARANKAN................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA viii


LAMPIRAN ix

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat rahmat dan karunia Nya, sehingga penyususan Bahan ajar EKO

ARSITEKTUR ini dapat terselesaikan dengan baik

Bahan ajar EKO ARSITEKTUR ini disusun berdasarkan analisis

kebutuhan di Jurusan Arsitektur FST Universitas Nusa Cendana. Dan berisi

pengetahuan mendasar tentang hubungan antara Ekologi dan Arsitektur yang

dapat dijadikan dasar dalam merancang.

Materi yang tersaji diramu dari berbagai sumber, baik buku, majalah, brosur,

internet, dan diskusi sejawat.

Tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan bahan ajar EKO

ARSITEKTUR, dengan segala daya dan upaya diusahakan menjawab segala

tuntunan terhadap konsep dan pengetahuan dalam bahan ajar EKO

ARSITEKTUR, namun disadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Segala

saran dan kritik konstrukstif akan diterima dengan tangan terbuka demi menuju

suatu kesempurnaan terhadap isi dari bahan ajar ini.

Semoga bahan ajar ini dapat dijadikan salah satu solusi terhadap informasi

yang dibutuhkan mengenai EKO ARSITEKTUR

Kupang, Agustus 2016

Penyusun

iv
TINJAUAN MATA KULIAH

1. Identitas Mata Kuliah

a. Nama Mata Kuliah : Eko Arsitektur

b. Kode Mata Kuliah/SKS : STARS14202 / 2 SKS

c. Semester : IV (Empat)

d. Status : Wajib

2. Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Eko Arsitektur adalah salah satu mata kuliah Penguasaan Ilmu dan

Ketrampilan yang berstatus wajib dan ditawarkan untuk diprogramkan pada

semester empat perkuliahan mahasiswa teknik arsitektur. Materi dalam mata

kuliah ini menyangkut pengetahuan mengenai Kaitan Ekologi dan

Arsitektur, Konsep Ekologis dalam Konteks Berkelanjutan, Paradigma

Desain Ekologis, dan Sistim Sertfikasi GREENSHIP Green Building

Council Indonesia.

3. Kegunaan Mata Kuliah

Adanya mata kuliah Eko Arsitektur bertujuan untuk memberikan

pengetahuan yang memadai mengenai Konsep, Prinsip dasar Eko

Arsitektur. Bagi mahasiswa teknik arsitektur, pengetahuan ini akan

bermanfaat pada saat melakukan perancangan arsitektur dalam skala tertentu

(interior-bangunan-kawasan)..

v
Seorang perancang akan selalu berhadapan pada keharusan untuk memilih

sejumlah konsep dan prinsip desain yang sesuai dengan karakteristik karya

arsitektur yang dirancangnya.

4. Kompetensi Umum

Setelah mengikuti perkuliahan mata kuliah Eko Arsitektur, diharapkan

mahasiswa akan memiliki kompetensi yang memadai untuk menganalisis

mengenai Konsep Eko Arsitektur yang tepat dalam perancangan arsitektur.

Dan mampu menggunakan sistim sertifikasi GREENSHIP GBCI untuk

menilai sebuah karya arsitektur.

5. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar

Bahan ajar ini bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran mata kuliah

Eko Arsitektur. Agar tujuan ini dapat dicapai, maka mahasiswa hendaknya

mengikuti petunjuk berikut ini :

Bacalah bahan ajar ini dengan baik dimulai dari bagian awal.

Bacalah secara teliti materi yang terdapat dalam tiap bab bahan ajar ini.

Apabila terdapat hal yang kurang jelas, diskusikan dengan rekan-

rekanmu, baca referensi pendukung, jika belum jelas juga tanyakan pada

dosen mata kuliah.

Kerjakanlah bagian latihan/tugas untuk mengecek pemahamanmu

mengenai materi dalam bab tersebut.

vi
Bila belum mampu menjawab pertanyaan latihan dengan baik, bacalah

ulang secara seksama hingga semua pertanyaan dapat terjawab dengan

baik.

vii
DAFTAR PUSTAKA

Fuad-Luke, Alastair .2009. Design Activism : Beautiful Strangeness For A

Sustainable World. Sterling, VA. London

Frick, Heinz, dan Suskiyanto, FX Bambang. 2007. Dasar-dasar Eko-arsitektur.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Graham, Peter. 2003. Building Ecology : First Principles For A Suistainable

Built Environment. Blackwell Science Ltd. Australia

Tom Wooley, cs. 2005. Green Building Handbook Volume I . Taylor & Francis

e-Library. New York. United States of America

Yeang, Kenneth. 2006. Ecodesign : A Manual for Ecological Design. John-

Wiley & Sons. London.

http://www.gbcindonesia.org/

viii
Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

BAB I EKOLOGI DAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

A. PENDAHULUAN

Perancangan arsitektur sebagai sebuah lingkungan binaan, sering kali

kurang memperhatikan keselarasan dengan alam, dalam hal pemanfaatan

sumberdaya alam dan penggunaan teknologi yang tidak ramah terhadap alam.

Perancangan arsitektur mempunyai andil besar memicu pemanasan global

dan berakibat pada turunnya kualitas hidup manusia. Dan dengan demikian maka

pemahaman tentang kaitan ekologi dan arsitektur menjadi dasar penting bagi

calon arsitek/perancang, agar tidak terjadi kerusakan alam yang lebih parah.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi

untuk menjelaskan kaitan antara EKOLOGI dan ARSITEKTUR

B. PENYAJIAN MATERI

Ekologi berasal dari kata Yunani oikos yang berarti rumah, dan mulai

disiplin ilmu pengetahuan pada tahun 1866 ketika Ernst Haeckel mendefinisikan

sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ekonomi alam (Allee

cs,1949 dalam Johnson dan Hill, 2002).

Pemikiran ekologis dimulai awal abad ke-19 kontemporer dari Haeckel,

dimulai oleh Henry David Thoreau (1854) dan Frederick Law Olmsted (Olmsted

dan Kimball,1972 dalam Johnson dan Hill, 2002) ke George Perkins Marsh

(1865) (dalam Johnson dan Hill, 2002) yang memiliki pemikiran ekologis dalam

kehidupan dan tulisan mereka. Namun, perubahan dunia secara teknologi

membawa masyarakat dari pemikiran ekologis kearah suatu yang berbeda yaitu

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 1


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

ilmu pengetahuan tentang rumah secara ekonomi. Batasan pemikiran ekologi

secara luas dalam pembahasan masyarakat umum menjadi berkurang tentang

sistim-sistem kehidupan, dan kemunduran ini mengancam kesejahteraan manusia.

Sebagai contoh perkampungan orang Eropa di Amerika Utara, dikendalikan oleh

pengaruh cerita yang dibuat oleh orang America tentang the inexhaustibility of

resources (Nash, 1989 dalam Johnson dan Hill, 2002), yang merupakan

perwujudan antitesis baru dari pemikiran ekologis.

Banyak dari tantangan-tantangan inilah yang mendorong pentingnya aksi

para perancang dan perencana untuk memasukan pemikiran ekologis dalam

disiplin perancangan dan perencanaan sebagai ilmu interdisiplin. Dari

perancangan bangunan ke manajemen pengembangan dan perancangan landscape,

pertimbangan ekologis sangat menentukan.

Kemudian pada awal abad ke-21 pemikiran ekologis muncul ketika

dibutuhkan ilmu pengetahuan dan seni baru dari pemeliharaan rumah untuk

membantu memahami dan mengartikan konsekuensi dari perubahan yang

dilakukan manusia. Dimana yang dicari adalah suatu keseimbangan antara

ekonomi industri modern yang didukung oleh perancangan serta natural ekonomi

sumber daya alam.

Para perancang dan perencana kemudian menemukan tradisi artistik mereka

yang unik dan estetik dari alam yang memuaskan didalam solusi pemecahan

masalah perancangan, tetapi selalu dalam batasan fungsional dan ekonomis,

dansekarang mereka harus menambahkan kedalam pemikiran dan pembelajaran

tentang ekologis yang menjadi batasan dan inspirasi. Walaupun hubungan penting

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 2


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

tersebut sedikit berubah-ubah dalam berbagai rancangan tetapi tiga hal menjadi

penting dalam perencanaan dan design yaitu estetika, ekonomi, dan ekologi.

Pada saat ini banyak buku yang mendefinisikan ekologi sebagai studi

tentang interaksi organisme yang satu dengan yang lainnya dan hubungannya

dengan fisik dan kimia lingkungan. Para ekologis mengidentifikasi pola-pola

sistem-sistem kehidupan dan menghubungkan pola-pola ini dengan proses

pembangkit dan pemeliharaan dalam ruang maupun waktu. Walapun definisi ini

tidak berubah, tetapi konsep selalu berubah-ubah. Konsep-konsep itu seperti

suksesi dan fisiologis ekologi, hakikat dasar dari pertambahan dan regulasi

populasi, persaingan dan tempat, komunitas dan ekosistem, pertumbuhan logistik

dan daya dukung, keselarasan dan keseimbangan alam yang mempunyai struktur

ekologi dan kumpulan ekologi.

Di samping itu ada beberapa pendekatan dalam disiplin ekologi, yang

pertama : basic ecology : dimana berusaha untuk memahami dunia alam misalnya

persoalan model sistem-sistem alam yang relatif sedikit berpengaruh dari aktifitas-

aktifitas manusia. Untuk golongan ini Ecology is neither an emotional state of

mind nor a political point of viewEcology is a science (Dasmann, cs 1973 dalam

Johnson dan Hill, 2002). Yang kedua : applied ecology : memusatkan sebagian

besar pada penyaringan komoditas dari dunia alam untuk konsumsi

manusia.Sebagai contoh applied ecology mencari untuk menemukan konsekuensi

dari aktifitas misalnya penggembalaan, penebangan hutan, dan urbanisasi pada

tempat-tempat khusus seperti pengaruh aktifitas pada perjalanan melewati

landscape (Wackernagel dan Rees, 1996 dalam Johnson dan Hill, 2002). Yang

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 3


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

ketiga adalah akibat dikotomi antara basic ecology dan applied ecology maka

dibutuhkan suatu dasar new ecology yang berusaha untuk melindungi sistim-

sistim kehidupan lokal, regional, dan global. Misalnya perhatian secara bersama

antara aktifitas manusia dan komoditas ekologi, dimana komoditas ekologi

mempunyai pengaruh atas manusia dan digunakan untuk memaksimalkan hasil

hutan dan spesies yang baik, sambil mencoba memahami konsekuensi biologis

dari aktifitas tersebut untuk meminimalisir yang membahayakan.

Dari pemahaman tersebut di atas dapat diambil suatu gambaran mengenai

arsitektur ekologis sebagai karya arsitektur yang dihasilkan dengan melihat faktor

ekologi sebagai salah satu parameter, dan berdasarkan pengetahuan dasar-dasar

ekologi maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan kepada

arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam

maupun kepentingan manusia penghuninya ( Frick dan Suskiyanto, 2007)

Sehingga ekologi dan arsitektur adalah suatu keselarasan antara suatu

bentuk masa (bangunan) dengan alam atau lingkungan sekitarnya, mulai dari

Atmosfer, biosfer, lithosfer serta komunitas.yang mana semua unsur serta nilai

nilai yang ada dapat berjalan harmoni sehingga dapat di rasakan kenyaman,

keamanan, keindahan serta ketertarikan.

Eko arsitektur sendiri telah lama di terapkan di Eropa, Amerika dan Asia

tentunya, di mulai dengan merencanakan suatu resort, villa, lodge, taman, dan

lain-lain yang sebagian bertujuan hanya sebagai tempat peristirahatan, rekreasi,

area berkemah , atau lainnya. Sementara nilai nilai ekologi adalah suatu

kewajiban yang di bawa ke dalamnya, tetapi sekarang ini setelah semakin banyak

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 4


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

timbulnya bencana, nilai-nilai ekologi ini di terapkan kembali sebagai suatu

prioritas, jadi mungkin dapat dimengerti bahwa kita dapat memulainya dari

lingkungan kita sendiri, baik itu tempat kita tinggal, dan tempat kita bekerja,

sehingga ada suatu kenyamanan serta kepuasan dengan apa yang telah

dipertahankan untuk menjaga kualitas lingkungan kita.

Konteks ekologis sebenarnya bukanlah merupakan kriteria baru dalam

desain arsitektur. Konteks keberadaan suatu bangunan selalu ditentukan oleh

batasan batasan iklim dan material bangunan. Sepanjang sejarah , iklim, energi

dan kebutuhan kebutuhan sumber daya merupakan ha-hal fundamental dalam seni

dan tatanan arsitektur. Bahkan dalam kondisi kondisi iklim yang ekstrim

sekalipun tidak menghalangi para perancangnya untuk menghadirkan karya

arsitektur anggun yang merupakan solusi atas permasalahan lingkungannya.

Pemikiran ekologis dalam arsitektur saat era postmodern secara jelas

dikemukakan oleh Jencks and Kropf (1997) dalam bukunya Theories and

Manifestoes of Contemporary Architecture yang dimulai Ian McHarg (1969) yang

dalam suatu pendapat Huxley mengatakan strive combine the law of nature and

the way of men (Mcharg dan Steiner, 1998 dalam Johnson dan Hill, 2002) . Hal

ini menegaskan bahwa sebuah perancangan yang baik membutuhkan kecerdasan

ekologis dan mengetahui keselarasan bagaimana alam bekerja.

Sejalan dengan perkembangan praksis postmodern ecology, disiplin

perancangan yang lain menyumbang sebuah kritik untuk tujuan perancangan dan

kultural pada tahun 1960 s/d 1970. Mereka diilhami oleh suatu situasi

international dimana sebuah kelompok kritik kultural yang dipimpin Guy Debord

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 5


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

menyebarkan gambar dan poster dalam demonstrasi di Paris pada mei 1968.

Kritik itu berkenaan dengan pemberian komersialisasi dalam semua aspek

kehidupan sehari-hari dan disetujui para profesional kreatif pada pemberian ini,

bukan hanya janji tetapi langsung berhadapan dan melibatkan dalam perancangan

dengan beberapa persoalan

Pada tahun 1969 the International Council of Societies of Industrial Design

(ICSID) mengajukan percarian beberapa orang perancang industrial dengan

mengadakan konferensi di London dengan tema Design, Society and the Future

yang mengharapkan perancang untuk mempertimbangkan ekonomi, sosial dan

pertimbangan moral pada pekerjaan mereka

Kemudian tahun 1971 Victor Papanek mengeluarkan bukunya yang

menimbulkan polemik dengan judul Design for the Real World, striking deep into

the design profession. Dia menjeleskan secara terus terang bahwa perancang perlu

mengambil keputusan secara bertanggung jawab, mengeluarkan secara cepat

untuk konsumen ekonomi, dan mengeluarkan lebih banyak kreatifitas untuk

membangkitkan solusi untuk kebutuhan yang riil dari kerugian 80 persen populasi

di dunia.Dia memuji dan menolak secara bersama-sama dunia perancangan.

Beberapa tahun sesudah itu, pada tahuan 1973-1974 krisis kenaikan harga

minyak timur tengah menyebabkan pukulan bagi kolektif design. Kejadian itu

menyebabkan pengenalan akan life cycle thinking (LCT) dan life cycle analysis

(LCA) oleh insinyur perancangan Amerika yang menjadi tantangan administrasi

politik untuk secepatnya tercapai efisiensi dalam penggunaan energi.

Pada tahun 1976 the Royal College of Art menyelenggarakan eksibisi dan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 6


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

simposium dengan tema Design for Need dimana Papanek sebagai pembicara.

Pembahasan tersebut memunculkan pendekatan perancangan yang baru

Universal Design, Inclusive design dan User-centred design sebuah tatanan yang

bertahan lama dalam kultur perancangan. Akan tetapi sebutan ini menjadi senjata

utama modus yang mengancam untuk industri yang tidak berpengaruh.

Dari awal hingga pertengahan 1980an, perancang-perancang dari disiplin

yang lebih luas mencari cara untuk menciptakan eco-efficient dalam bangunan-

bangunan, produk dan jasa. Faktor terdepan dari filosofi perancangan mereka

adalah bagaimana sebuah aktifitas positif dapat dibentuk dengan tujuan

mengurangi jejak fisik dari lingkungan dan dampak dari kreasi mereka. Respon

arsitektural yang dilakuakan adalah mengikuti strategi yang pasti: sebuah

pembaharuan dari tradisi vernacular dan teknik yang sensitif secara kultural yang

relevan dengan perancangan, reuse dan recycling material, menambahkan eco

teknologi terbaru untuk mengurangi beban lingkungan bangunan. Dan biasanya

strategi ini adakalanya hybridized untuk mencapai suatu kualitas lingkungan

binaan yang lebih baik

Pada akhir 1980an ada pergeseran di negara-negara Eropa barat kearah

sebuah konsep green consumer. Pada tahun 1986, John Elkington (dalam Fuad-

Luke, Alastair, 2009) menulis 10 aturan dasar untuk green designer pada Design

Council di Inggris. Golongan ini tentu merupakan bagian dari komunitas produk

perancangan industri terutama insinyur perancangan. Mereka membantu

perusahaan untuk menghasilkan produk yang green untuk pasar.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 7


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Selanjutnya pada awal 1990an pendekatan green pada produk rancangan

menjadi gambaran dari design for the environment (DfE) dan munculnya

pengembangan sebuah alat untuk mengevaluasi . DfE juga menunjukkan sebagai

suatu eco-design yang kemudian dilihat sebagai pendekatan yang menjanjikan

bagi perusahaan, terutama perusahaan kecil dan menengah di Netherland untuk

memperbaiki standar lingkungan dan menstimulasi diskusi diantara perancang.

Seperti yang dilakukan Van Hinte dan Bakker (dalam Fuad-Luke, Alastair, 2009)

yang mengenalkan potensi dari rancangan yang dikomunikasikan dengan potensi

masa depan ecodesign dengan intervensi proaktif, provokasi, percobaan prototype

dan proposisi atau pernyataan artifak pada pekerjaan meraka.

Semakin menguatnya pemikiran ekologis dalam dunia arsitektur kemudian

memunculkan era postmodern ecology, dimana muncul arsitek-arsitek dengan

tema-tema desain ekologis yang beragam. Adapun tema-tema desain tersebut

dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1. Tema-tema Desain Postmodern Ecology

Tahun Tokoh Tema Design


1969 Ian McHarg Design with Nature
Negentropy
Apperception
Symbiosis
Fitness & fitting
Presence of health or pathology
Ecological value system; currency =
energy
Economic value needs to embrace all
biophysical processes and human
aspiration

1979 Sim Van de Ryn and Integral design (bioarchitecture, ecotecture)


Sterling Bunnell Negentropy

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 8


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tahun Tokoh Tema Design


Evolution
Integral system
Closed loop
Self-regulating
Steady energy flow
Diversity
Complexity
Stability
Low entropy
High information
Connectivity
Feedback
Homeostasis
Intelligent participants
(1984 Anne Whiston Spirn The Granite Garden
Urban natural environment
One interacting system
Social value of natural processes
Integration
Open space system
Requires reorganization of Institutions
1984 Nancy Jack Todd and Bioshelters, Ocean Arks and City Farming
John Todd Gaia hypothesis
Follow the laws of life
Biological equity
Bio-regionality
Renewable energy sources
Integration of living systems
Co-evolutionary with natural world
Heat the planet
Sacred ecology
Neighbourhood as organism
1986 Hassan Fathy Natural Energy and
Vernacular Architecture
Responsibilities of architect
Climate shapes, rhythm, habitat, clothes
Evaluate traditional solutions before
discarding or substituting
1987 Kenneth Yeang Tropical Urban Regionalism
Bioclimatic architecture
Direct & abstract connection to cultural
tradition & architectural heritage

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 9


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tahun Tokoh Tema Design


Localizing current technology
Connect to landscape
Connect to future consequences
Enclosure as an open system

1990 Christopher Day Places of the Soul


Profound effect of architectures on
humans
Responsibilities
Spirit of place
Energy consumption/production
Material selection
Listening to people & place
Nourishing
Feelings
1990 James Wines Architects Statement
Infinite variations
Reordered priorities
Green architecture
Engage unpredictible nature
Primal, universal, landscape
Dialectical
Evolutionary
Indeterminate
1991 Team Zoo/Atelier Z Principles of Design
Expression of region
Diversity
Emotional sensory response
Experience of time
Balancing & enjoying nature
Aimas moko undefined,
vague or ambiguous
Area of transition
Jiku axis, orientation
1991 Brenda & Robert Vale Green Architecture
Earth, water, fire, air
Actions and consequences
Conserving energy
Working with climate
Minimizing new resources
Respect for users
Respect for site

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 10


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tahun Tokoh Tema Design


Holism Holistic approach
Common ground user/architech

1992 Willaim McDonough The Hannover Principles


Co-existence of humanity & nature
Interdependence & distant effects
Relationships between spirits & matter
Responsibility human well-being
Responsibility viability of natural
systems
Safe objects of long-term value
Eliminate concepts of waste
Evaluate full life cycle
Rely on natural energy flows
Understand the limitations of design
Improve by sharing knowledge
(1993 Peter Calthorpe The Next American Metropolis
Timeless qualities of culture &
community
Walking distance neighbourhoods
Pedestrian Pockets circulation local
TransitOriented Developments
circulation beyond local
Affordable, mixed use
Pedestrians make communities
meaningful
Energy and habitat protection &
enhancements
1994 Kenneth Yeang Bioclimatic Skyscrapers
Design with climate
Life-cycle energy costs
Users' sense of well-being
Energy-conserving agenda
Abiotic/biotic relationships
Variable deep air zones
Transitional spaces
Building skin
Homeostatic systems
1996 Sim Van der Ryn Ecological design / Mirror natures deep
and Stuart Cowan connections
Solution grows from place
Ecological accounting informs design

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 11


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tahun Tokoh Tema Design


Design with nature
Everyone is a participant-designer
Make nature visible
Sumber : Fuad-Luke , 2009

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Ekologi berasal dari kata Yunani oikos yang berarti rumah, dan mulai

disiplin ilmu pengetahuan pada tahun 1866 ketika Ernst Haeckel mendefinisikan

sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ekonomi alam

Beberapa pendekatan dalam ilmu ecology yaitu 1) basic ecology : dimana berusaha

untuk memahami dunia alam , 2) applied ecology : memusatkan sebagian besar pada

penyaringan komoditas dari dunia alam untuk konsumsi manusia, dan 3) new ecology :

yang berusaha untuk melindungi sistim-sistim kehidupan lokal, regional, dan global.

Eko Arsitektur adalah paduan karya arsitektur yang dihasilkan dengan

melihat faktor ekologi sebagai salah satu parameter, dan berdasarkan pengetahuan

dasar-dasar ekologi maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan

kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan

alam maupun kepentingan manusia penghuninya

Pemikiran ekologis dalam dunia arsitektur kemudian memunculkan era

postmodern ecology, dimana muncul arsitek-arsitek dengan tema-tema desain

ekologis yang beragam

2. Latihan/Tugas

Bacalah referensi yang disyaratkan dan buatlah kajian tentang kaitan antara

ekologi dan arsitektur

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 12


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

D. BACAAN YANG DIANJURKAN

1. Fuad-Luke, Alastair .2009. Design Activism : Beautiful Strangeness For A

Sustainable World. Sterling, VA. London

2. Frick, Heinz, dan Suskiyanto, FX Bambang. 2007. Dasar-dasar Eko-

arsitektur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

3. Yeang, Kenneth. 2006. Ecodesign : A Manual for Ecological Design.

John-Wiley & Sons. London

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 13


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

BAB II KONSEP EKOLOGIS SEBAGAI KONSEP BERKELANJUTAN

A. PENDAHULUAN

The World Commission on Environment and Development pada tahun 1987

merumuskan konsep berkelanjutan yang menekankan keseimbangan pendekatan

ecological, economic, social dalam suatu pembangunan.

Pendekatan ecological yang berkelanjutan dimaknai sebagai konsep

pembangunan yang mempertimbangkan ketersediaan sumber daya alam agar

bertahan lebih lama. Dan dalam bidang arsitektur dikenal dengan istilah eko

desain.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi

untuk menjelaskan pemahaman tentang Eko Arsitektur Sebagai perwujudan

Konsep Berkelanjutan

B. PENYAJIAN MATERI

Berkelanjutan adalah hal yang mendasar dalam praksis ekologis dan sistim

berpikir. Hal ini yang merubah sistim kapitalis dalam produksi dan konsumsi yang

dimulai dari perkembangan yang tidak terbatas.

Konsep berkelanjutan menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaan

alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin berkembang dimasa

depan. Seperti yang dikemukakan The World Commission on Environment and

Development yang mendefinisikan konsep berkelanjutan adalah:

development that meets the needs of the present without compromising the
ability of future generations to meet their own needs.
(Our Common Future , London: Oxford University Press, 1987 dalam Fuad-
Luke, Alastair, 2009 ).

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 14


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Ada dua konsep utama dari pengertian berkelanjutan diatas yaitu :

a. Konsep kebutuhan yaitu kondisi untuk mempertahankan standar hidup

yang dapat diterima semua pihak.

b. Konsep keterbatasan yaitu kapasitas lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan masa kini dan masa depan, ditentukan oleh keadaan teknologi

dan organisasi sosial.

Kebutuhan dalam pengertian, pertama terdiri dari kebutuhan dasar seperti

makanan, pakaian perumahan, dan lapangan kerja. Kedua, setiap individu, di

setiap bagian dari dunia harus memiliki kesempatan untuk mencoba dan

meningkatkan standar hidupnya di atas standar minimum. Keterbatasan dalam

pengertian, terdiri dari keterbatasan alam seperti sumber daya yang terbatas, tetapi

juga penurunan produktivitas yang disebabkan oleh eksploitasi berlebihan sumber

daya, penurunan kualitas air dan menyusutnya keanekaragaman hayati. Untuk

masa depan bersama kita, karena itu akan lebih baik jika kebutuhan yang

terbaik dipenuhi sementara keterbatasan tidak meningkat, tetapi sebaiknya

menurun. Hal ini akan mengarah pada kesimpulan cukup sederhana bahwa semua

perkembangan politik, teknis dan sosial dengan mudah dapat dievaluasi dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan oleh dua hal tersebut. Setiap

pembangunan harus membantu memenuhi kebutuhan dan tidak harus

meningkatkan keterbatasan

Banyak definisi pembangunan berkelanjutan juga telah ditawarkan, baik

yang bersifat umum maupun khusus . Berikut ini akan diilustrasikan berbagai

fokus yang terungkap dalam diskusi tentang pembangunan berkelanjutan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 15


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

(http://www.arch.hku.hk/research/beer/sustain.htm#2.3, diakses tanggal 20 juli

2010) :

". . . requires meeting the basic needs of all people and extending
opportunities for economic and social advancement. Finally, the term also
implies the capacity of development projects to endure organizationally
and financially. A development initiative is considered sustainable if, in
addition to protecting the environment and creating opportunity, it is able
to carry out activities and generate its own financial resources after donor
contributions have run out." Bread for the World, Background Paper No.
129, Washington, DC, March 1993.
"[improves] . . . the quality of human life while living within the carrying
capacity of supporting ecosystems." International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), World
Conservation Union, United Nation Environment Programme (UNEP),
and World Wide Fund for Nature (WWF),Caring for the Earth, pp. 10,
IUCN/UNEP/WWF, Gland, Switzerland, 1991.
"[uses] . . . natural renewable resources in a manner that does not
eliminate or degrade them or otherwise dimish their renewable usefulness
for future generations while maintaining effectively constant or non-
declining stocks of natural resources such as soil, groundwater, and
biomass." World Resources Institute, Dimensions of sustainable
development, World Resources 1992-93: A Guide to the Global
Environment, pp. 2, Oxford University Press, New York, 1992.
"[maximizes] . . . the net benefits of economic development, subject to
maintaining the services and quality of natural resources." R. Goodland
and G. Ledec, Neoclassical economics and principles of sustainable
development, Ecological Modeling 38 (1987): 36.
"[is based on the premise that] . . . current decisions should not impair the
prospects for maintaining or improving future living standards . . . This
implies that our economic systems should be managed so that we live off
the dividend of our resources, maintaining and improving the asset base."
R. Repetto, World Enough and Time, pp. 15-16, Yale University Press,
New Haven, CT, 1986.
" . . . is taken to mean a positive rate of change in the quality of life of
people, based on a system that permits this positive rate of change to be
maintained indefinitely." L. M. Eisgruber, Sustainable development,
ethics, and the Endangered Species Act, Choices, Third Quarter 1993, pp.
4-8.
" . . . is development without growth --- a physically steady-state economy
that may continue to develop greater capacity to satisfy human wants by
increasing the efficiency of resource use, but not by increasing resource
throughput." H. E. Daly, Steady state economics: concepts, questions, and
politics, Ecological Economics 6 (1992): 333-338.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 16


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

" . . . is the search and the carrying out of rational strategies that allow
society to manage, in equilibrium and perpetuity, its interaction with the
natural system (biotic/abiotic) such that society, as a whole, benefits and
the natural system keeps a level that permits its recuperation." E.
Gutierrez-Espeleta, Indicadores de sostenibilidad: instrumentos para la
evaluacion de las politicas nacionales", unpublished paper presented
at 50th Anniversity Conference of the Economic Sciences
Faculty sponsored by the University of Costa Rica, San Jose, Costa Rica,
Nov. 19, 1993.

Usaha-usaha substansi dibuat untuk sebuah kesepakatan mengenai

pembangunan berkelanjutan, tetapi kembali menjadi sebuah contestable concept

like liberty or justice (Dresner, S. dalam Fuad-Luke, Alastair, 2009).

Berkelanjutan mempunyai banyak definisi yang fleksibel tergantung dari konteks

dan area dari studi yang dilakukan. Sumber yang mendasar dari konsep

berkelanjutan adalah pertanyan mengenai equity, between and within generations

(Dresner, S. dalam Fuad-Luke, Alastair, 2009) dan para deep ecologist

menganjurkan sebagai sebuah bentuk keadilan hubungan antara manusia dengan

bentuk kehidupan yang lain. Lingkungan oleh para ekonomis yang

mendefinisikan pertalian dengan peningkatan eco-efficiency (peningkatan

kelangsungan kehidupan ekonomi dengan mengurangi dampak buruk terhadap

lingkungan) cenderung ditujukan pada berkelanjutan dengan memelihara atau

tidak menghabiskan natural capital dari bumi misalnya sistem lingkungan biotik

dan abiotik yang menyediakan sistim buatan manusia. Hal ini masih mengabaikan

dimensi sosial dan institusi dari berkelanjutan yang berusaha secara bersama

mendukung sistim kapital yang utama. Simon Dresner (dalam Fuad-Luke,

Alastair, 2009) menyatakan bahwa sustainability is an idea with a certain

amount in common with socialism. Orientasi para sosialis adalah agar banyak

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 17


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

aktivis, dengan berbagai pendekatan kedepannya menjadi pengiat peduli

lingkungan yang mengatraksikan konsep berkelanjutan.

Ada berbagai macam definisi dari berkelanjutan tetapi yang sangat tepat dari

sudut pandang desain adalah yang dipakai oleh Dominski (dalam Fuad-Luke,

Alastair, 2009 ) untuk referensi sustainable city yang mana adalah sebuah desain

yang kompleks:

Sustainability may be defined as a dynamic balance among three mutually


interdependent elements: (1) protection and enhancement of natural
ecosystems and resources; (2) economic productivity; and (3) provision of
social infrastructure such as jobs, housing, education, medical care and
cultural opportunities.

Para perancang dalam semua pendekatan-pendekatan keseimbangan

kesehariannya telah mengakui hubungan ketergantungan diantara ketiga elemen

tersebut. Definisi ini telah mengakui jasa penyediaan alam dan tugas manusia

untuk melindungi alam, melibatkan daya berproduksi daripada pertumbuhan

ekonomi, menghubungkan secara berkelanjutan dengan keseluruhan kondisi sosial

dan kesehatan. Dalam keadaan ini tiga dimensi : ecological, economic ,social

seringkali di dijabarkan dalam diagram venn untuk menggambarkan eco-design

dan sustainable design dengan eco-efficiency dan agenda triple bottom line

(TBL) people, planet and profit.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 18


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Gambar 1. Tiga Dimensi Suistainability


Sumber : http://www.arch.hku.hk/research/beer/sustain.htm#2.3,
diakses tanggal 20 juli 2010

Environmental Sustainability yaitu pembangunan dengan

mempertimbangkan ketersediaan sumber daya alam agar bertahan lebih lama

karena memungkinkan terjadinya keselarasan antar ekosistem, dan dikaitkan

dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti iklim,

keberagaman hayati, dan perindustrian. Sehingga kerusakan alam akibat

eksploitasi sumber daya alam dapat dikurangi bahkan dihilangkan

Social Sustainability yaitu pembangunan yang diharapkan minimal mampu

mempertahankan karakter dari keadaan sosial setempat. Tetapi akan lebih baik

lagi apabila pembangunan tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah

ada. Diharapkan setiap orang yang terlibat dalam pembangunan tersebut,

mendapatkan perlakuan yang adil, sehingga tercipta suatu stabilitas sosial budaya

yang kondusif.

Economical Sustainability yaitu pembangunan dengan biaya yang relatif

rendah dalam desain dan operasionalnya. Sehingga menjamin untuk menciptakan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 19


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

pertumbuhan dan keuntungan secara sosial budaya maupun terhadap lingkungan.

Pembangunan dapat produktif secara kuantitas dan kualitas dapat menciptakan

pemerataan.

Dalam pembangunan berkelanjutan diperlukan dukungan faktor ekologi,

ekonomi, dan sosial secara holistik, namum dalam penerapannya kadang

pendekatan yang ideal sulit dicapai. Pendekatan ekologi dirumuskan sebagai eko-

desain. Sedangkan faktor pendekatan lain (ekonomi dan sosial), dirumuskan

sebagai ekono-desain.

Kemudian pada tahun 1992 di Rio de janiero, the United Nations

Conference on Environment and Development organized the Earth Summit

mengadakan diskusi secara bersama sama dengan 200 negara tentang hal-hal

yang secara keseluruhan membahayakan lingkungan dunia. Kerangka kerja aksi

agenda 21 yang muncul dalam Earth Summit , menambahkan pertimbangan

penting dalam perdebatan berkelanjutan yaitu ide tentang partisipasi, pemerintah

yang terbuka, aturan-aturan institusi. Elemen institusional menambah sebuah

kompleksitas dalam prisma berkelanjutan dan menghubungkan dimensi

ecological, economic, social dan institutional

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 20


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Gambar 2. Paradigma Arsitektur Ekologis Dalam Konteks Agenda


Suistainability : EcoDesign - Suistainable Design Designing For Suistainability
Sumber : Fuad-Luke, Alastair, 2009

Hal di atas memperlihatkan berkelanjutan sebagai perubahan yang menonjol

dalam abad ke-21 meskipun sebuah angan-angan dan konsep yang menimbulkan

perdebatan. Tetapi seperti yang dikemukakan Janis Birkeland (dalam Fuad-Luke,

Alastair, 2009) yang lebih melihat sisi positif dari pembangunan sustainable

dalam konteks perencanaan urban dan desain :

Positive development refers to physical development that achieves net


positive impacts during its life cycle over pre-development conditions by
increasing economic, social and ecological capital.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 21


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Konsep berkelanjutan menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaan

alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin berkembang dimasa

depan.

Dalam pembangunan berkelanjutan diperlukan dukungan faktor ekologi,

ekonomi, dan sosial secara holistik, namum dalam penerapannya kadang

pendekatan yang ideal sulit dicapai. Pendekatan ekologi dirumuskan sebagai eko-

desain. Sedangkan faktor pendekatan lain (ekonomi dan sosial), dirumuskan

sebagai ekono-desain.

Dari pemikiran pendekatan ecological, economic, social akan muncul

pertimbangan-pertimbangan yang sangat kompleks dan saling berhubungan secara

timbal balik. Oleh karena itu dalam pendekatan ekologis memerlukan pemecahan

secara interdisipliner, yaitu keterlibatan berbagai macam disiplin ilmu untuk

mendapatkan hasil perancangan yang optimal bagi manusia dan alam.

2. Latihan/ Tugas

Bacalah referensi yang disyaratkan dan buatlah kajian tentang kaitan antara

eko arsitektur dengan konsep suistainable development

D. BACAAN YANG DIANJURKAN

1. Fuad-Luke, Alastair .2009. Design Activism : Beautiful Strangeness For A

Sustainable World. Sterling, VA. London

2. Frick, Heinz, dan Suskiyanto, FX Bambang. 2007. Dasar-dasar Eko-

arsitektur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 22


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

3. Yeang, Kenneth. 2006. Ecodesign : A Manual for Ecological Design.

John-Wiley & Sons. London:

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 23


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

BAB III PARADIGMA DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS

A. PENDAHULUAN

Konsep berkelanjutan tidak hanya menetapkan secara etika peran manusia

dalam kehidupan dimuka bumi, tetapi juga mencakup nilai-nilai pokok yang

mengikutsertakan ekosistem global. Kebutuhan untuk menemukan solusi jangka

panjang yang menjamin kelangsungan hidup manusia menjadi lebih baik

menuntut suatu terminologi yang tepat untuk menjelaskan kebutuhan manusia

tersebut.

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi

untuk menjelaskan pemahaman tentang Paradigma Desain Arsitektur Ekologis

dan mampu menerapkan tentang PRINSIP dan APLIKASI Desain Ekologis dalam

rancangan arsitektur

B. PENYAJIAN MATERI

Konsep pembangunan berkelanjutan ekologis masih ambivalen dan

menimbulkan perdebatan terutama dalam penerapannya di bidang arsitektur yang

disebabkan pengertian tingkat keberlanjutan belum memiliki parameter yang

dirumuskan secara pasti dan terukur, tetapi dalam arsitektur ada beberapa

paradigma desain ekologis yang dapat dikatakan mewakili respon terhadap

konsep berkelanjutan. Paradigma desain itu antara lain dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 24


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

a. Arsitektur Bioklimatik (Bioclimatic Architecture)

Arsitektur bioklimatik berlandaskan pada pendekatan desain pasif dan

minimum energi dengan memanfaatkan energi alam iklim setempat untuk

menciptakan kondisi kenyamanan bagi penghuninya (Priatman, Jimmy 2002)

Watson dan Milne (1999) dalam Watson dan Crosbie (1999) mengatakan

bahwa desain bioklimatik adalah:

Design of a building should be based on an understanding the microclimate.


The Bioclimatic design process will enable you to analyze the unique
climatic characteristics of a locale and select appropriate design elements.
Strategi desain bioklimatik sangat efektif untuk struktur envelope-

dominated yang memberikan bagian yang besar tidak hanya kebutuhan energi

tetapi juga memberikan kondisi kenyamanan.

Sumber desain bioklimatik adalah aliran alami energi di dalam dan sekitar

bangunan, yang diciptakan oleh interaksi dari matahari, angin, curah hujan, suhu

vegetasi, dan kelembaban di udara dan di dalam tanah. Dalam beberapa kasus,

"ambien energi " ini berguna seketika atau disimpan untuk

digunakan kemudian, dan dalam kasus lain, yang terbaik adalah ditolak atau

diminimalkan. Ada sejumlah "jalur" yang mana panas diperoleh atau hilang

diantara interior dan iklim eksternal.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 25


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

o Conductionfrom hotter object to cooler object


by direct contact.
o Convectionfrom the air film next to a hotter
object by exposure to cooler air currents.
o Radiationfrom hotter object to cooler object
within the direct view of each other regardless of
the temperature of air between.
o Evaporationthe change of phase from liquid to
gaseous state: The sensible heat (dry-bulb
temperature) in the air is lowered by the latent
heat absorbed from air when moisture is
evaporated.
o Thermal storagefrom heat charge and
discharge both diurnally and seasonally, a
function of its specific heat, weight, and
conductivity. Although not usually listed
alongside the four classic means of heat
transport, this role of thermal storage is helpful
in understanding the heat transfer physics of
building climatology.

Gambar 3. Jalur pertukaran energi pada iklim mikro bangunan


Sumber : Watson dan Milne (1999) dalam Watson dan Crosbie (1999)

Priatman, Jimmy (2002) mengatakan desain bioklimatik dilakukan dengan

dengan organisasi morfologi bangunan dengan metode pasif antara lain

konfigurasi bentuk massa bangunan dan perencanaan tapak, orientasi bangunan,

disain fasade, peralatan pembayangan, instrumen penerangan alami, warna

selubung bangunan, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah.

Menurut Watson dan Milne (1999) dalam Watson dan Crosbie (1999)

strategi desain bioklimatik yang dapat dilakukan adalah :

Minimize conductive heat flow.

Strategi ini dicapai melalui insulasi dan sangat efektif ketika temperatur

ruang luar sangat signifikan berbeda rendah atau tinggi dari cakupan

kenyamanan interior. Pada musim panas, strategi ini dipertimbangkan ketika

temperatur lingkungan sama atau diatas cakupan kenyamanan dan ketika

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 26


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

pendinginan alami tidak dapat diandalkan untuk mencapai kenyamanan

(pada kondisi ini mekanikal pengkondisian udara diperlukan)

Delay periodic heat flow

Sementara nilai insulasi material bangunan diketahui baik, hal itu tidak

secara luas dapat dinilai bahwa material selubung bangunan juga dapat

menunda aliran panas yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kenyamanan dan biaya energi menjadi lebih rendah.

Jeda waktu melalui dinding pasangan bata, misalnya, dapat menunda

dampak termal hingga sore dan merupakan yang sangat bermanfaat pada

iklim panas kering dengan variasi suhu siang-malam luas. Bumi secara

teknis melindungi dan menahan juga mengeksploitasi jangka panjang

dampak aliran panas dari bawah permukaan konstruksi

Minimize infiltration

infiltrasi mengacu pada kebocoran udara yang tidak terkendali

melalui sendi, retak, dan segel rusak dalam konstruksi dan

sekitar pintu dan jendela. Infiltrasi (dan yang dihasilkan

"exfiltration" udara panas atau dingin) dianggap yang terbesar

dan paling berpotensi kehilangan sumber energi dalam sebuah bangunan ,

sehingga langkah-langkah insulasi praktis harus diambil.

Provide thermal storage.

Massa termal dalam insulasi selubung sangat penting untuk meredam

putaran suhu udara dan menyimpan panas di musim dingin dan "coolth" di

musim panas. (Istilah "coolth" , diciptakan oleh John Yellott yang

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 27


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

menjelaskan kapasitas penyimpanan panas dari pendinginan massa termal,

yaitu kapasitasnya untuk melayani sebagai heat sink untuk pendinginan).

Promote solar gain.

Matahari dapat menyediakan sebagian besar pada musim dingin energi

pemanas melalui unsur-unsur seperti menghadap khatulistiwa-

jendela dan rumah kaca, dan teknik surya pasif yang memanfaatkan ruang

untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mentransfer panas matahari.

Minimize external air flow.

Angin musim dingin meningkatkan penurunan laju panas dari sebuah

bangunan dengan "pembersihan" panas dan dengan demikian mempercepat

pendinginan dari selubung eksterior dan juga dengan meningkatkan

penurunan infiltrasi (atau lebih tepat, exfiltration). Tapak dan bentuk sebuah

gedung untuk meminimalkan paparan angin atau memberikan hambatan

angin yang dapat mengurangi dampak dari angin tersebut.

Promote ventilation.

Pendingin oleh aliran udara melalui interior mungkin akan didorong oleh

dua proses alamiah , ventilasi silang (digerakkan oleh angin) dan ventilasi

stack-effect (digerakkan oleh daya apung panas udara, bahkan tanpa adanya

tekanan angin eksternal).Sebuah kipas dapat digunakan untuk meningkatkan

pendinginan ventilasi alami dalam ketiadaan angin yang

cukup atau perbedaan tekanan

Minimize solar gain.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 28


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Yang terbaik untuk memastikan kenyamanan pada musim panas adalah

untuk meminimalkan efek dari matahari langsung, sumber utama yang

menjadikan terlalu panas , dengan memberikan shading jendela dari

pengaruh matahari, atau meminimalkan permukaan bangunan yang terkena

matahari pada musim panas, dengan menggunakan hambatan seri, dan oleh

insulasi.

Promote radiant cooling.

Sebuah bangunan bisa kehilangan panas secara efektif jika

suhu rata-rata bahan di permukaan luarnya lebih besar dibandingkan dengan

sekitarnya, terutama di malam hari. Suhu rata-rata permukaan bangunan

ditentukan oleh intensitas radiasi matahari, permukaan benda (koefisien

film) dan oleh emisivitas permukaan bagian luarnya (yang berkemampuan

untuk memancarkan atau menyebarkan panas kembali). Hal ini

memberikan kontribusi kecil, bagaimanapun, jika selubung bangunan

terinsulasi baik.

Promote evaporative cooling.

Pendinginan interior bangunan yang sesuai dapat dicapai dengan penguapan

kelembaban yang terdapat dalam aliran udara (atau, jika atap yang ada

memiliki insulasi yang sedikit, oleh pendinginan dengan penguapan

selubung eksterior, misalnya dengan semprotan di atap). Hal ini sederhana

dan teknik tradisional dan paling berguna di tempat iklim panas-kering jika

air yang tersedia untuk penggunaan dikendalikan. Pendinginan dengan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 29


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

penguapan secara modern dicapai dengan siklus sistem pendingin dengan

penguapan yang ekonomis, malahan, atau dalam hubungannya dengan,

pengkondisian pendingin udara.

b. Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)

Aspek energi dalam proses perencanaan arsitektur merupakan suatu hal

yang mendasar dan menjadi pertimbangan dalam suatu desain. Priatman, Jimmy

(2002) mengatakan bahwa arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang

berlandaskan pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi

atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya

dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir secara tepat.

Yang dapat dilakukan adalah mengoptimasikan sistim operasional bangunan

untuk mekanikal elektrikal yang mendukung penghematan energi. Jimmy

Priatman (2002) mengatakan bahwa credo form follows function bergeser menjadi

form follows energy yang berdasarkan pada prinsip konservasi energi (non-

renewable resources)

c. Arsitektur Surya (Solar Architecture)

Arsitektur yang memanfaatkan energi surya baik secara langsung (radiasi

cahaya dan termal), maupun secara tidak langsung (energi angin) kedalam

bangunan, dimana elemen-elemen ruang arsitektur (lantai, dinding, dan atap)

secara integratif berfungsi sebagai sistim surya aktif ataupun sistim surya pasif.

Diawali dengan arsitektur surya pasif yang memanfaatkan atap dan dinding

sebagai kolektor panas dan dikembangkan dengan sistim surya aktif yang

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 30


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

mengimplementasikan keseluruhan sistim surya dan berintegrasi penuh dengan

keseluruhan elemen arsitektur.

Inovasi teknologi lanjutan dalam sel photovoltaik misalnya yang

menghasilkan prototipe arsitektur baru yang spesifik. Arsitektur surya ini bertitik

tolak dari prinsip diversifikasi energi yang mengeksplorasi sumber daya yang

dapat diperbarui (renewable energy).

d. Arsitektur Hijau (Green Architecture)

Arsitektur hijau bukanlah merupakan hal yang baru. Hal itu dikenal

sebelumnya sebagai cara untuk mengurangi biaya operasional bangunan (seperti

konsumsi energi dan pemeliharaan), dan konsep-konsep yang mencakup prinsip-

prinsip dasar untuk sebuah gaya hidup yang sehat.

Inti dari arsitektur hijau terletak pada usaha untuk mencapai dua tujuan

umum. Yang pertama mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan,

sedangkan yang kedua memastikan bahwa kenyamanan penghuni (yang tidak

mungkin hanya terbatas pada kenyamanan fisik) juga dicapai. Ini merupakan

peran arsitek hijau untuk dapat memenuhi dua tujuan dengan sesedikit kompromi

antara melindungi bumi dan memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga pemikiran

arsitektur hijau adalah bukti bahwa manusia dan lingkungan alam dapat hidup

harmoni dan saling menguntungkan.

Dalam desain arsitektur, Woolley, Tom cs (2005) mengungkapkan beberapa

prinsip dan strategi green design yang dijelaskan melalui tabel berikut :

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 31


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tabel 2. Prinsip dan Strategi green design

No Prinsip Strategi
1 Reducing Energy Use maximum possible low embodied energy insulation,
in Use but with good ventilation
Use low energy lighting and electrical appliances
Use efficient, low pollution heating
Make use of passive and active solar energy wherever
feasible
Use passive and natural ventilation systems rather than
mechanical
2 Minimising Design in harmonious relationship with the
External surroundings
Pollution and Avoid destruction of natural habitats
Environmental Re-use rainwater on site
Damage Treat and recycle waste water on site if possible
Try to minimise extraction of materials unless good
environmental controls exist and avoid materials which
produce damaging chemicals as a by product
Do not dump waste materials off site but re-use on site
3 Reducing Use locally sourced materials
Embodied Energy Use materials found on site
and Resource Minimise use of imported materials
Depletion Use materials from sustainably managed sources
Keep use of materials from non renewable sources to a
minimum
Use low energy materials, keeping high embodied
energy materials to a
minimum
Use second hand/recycled materials where appropriate
Re-use existing buildings and structures instead of
always assuming that new buildings are required
4 Minimising Use non toxic material, or low emission materials
Internal Pollution Avoid fibres from insulation materials getting into the
and Damage to atmosphere
Health Ensure good natural ventilation
Reduce dust and allergens
Reduce impact of electromagnetic fields (EMFs)
Create positive character in the building and
relationship with site
Involve users in design and management of building
and evaluating environmental choices
Sumber: Woolley, Tom Cs, 2005

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 32


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

e. Arsitektur Berkelanjutan (Suistainable Architecture)

Arsitektur berkelanjutan dapat dianggap sebagai respon terhadap konsep

suistainable development. Dalam proses desain arsitektur, William, Daniel E.

(2007) mengatakan tiga skalar elemen yang dipertimbangkan dalam permulaan

proses desain yaitu :

1. Connectivity: Desain untuk memperkuat hubungan diantara proyek, lokasi,

komunitas, dan ekologi. Membuat perubahan minimal fungsi sistim alami,

memperkuat dan melayani karakteristik alami yang spesifik di tempat

tersebut.

2. Indigenous: Desain bersama dan untuk apa yang tetap dan berkelanjutan

pada lokasi secara terus-menerus

3. Long life, loose fit: Desain untuk generasi mendatang sementara merefleksi

yang dilakukan generasi terdahulu

Beberapa prinsip suistainable design (http://www.arch.hku.hk/

research/beer/sustain.htm#2.3, diakses tanggal 20 Juli 2010) yang perlu

diperhatikan adalah :

Understanding Place

Suistainable design dimulai dengan pemahaman tempat secara mendalam. Jika

kita peka terhadap nuansa tempat, kita dapat tinggal tanpa merusaknya.

Memahami tempat membantu menentukan praktek desain seperti orientasi

matahari dari suatu bangunan di lokasi, pelestarian lingkungan alam, dan akses ke

transportasi umum

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 33


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Connecting with Nature

Apakah lokasi desain sebuah bangunan di pusat kota atau dalam lingkungan

alami, menghubungkan dengan alam lingkungan yang dirancang membawa hidup

kembali. Desain yang efektif membantu kita informasi tempat kita di alam.

Understanding Natural Processes

Di alam tidak ada limbah. Produk sampingan dari satu organisme menjadi

makanan bagi orang lain. Dengan kata lain, sistem alami terbuat dari sistim

tertutup. Dengan bekerja bersama proses kehidupan, kita menghormati kebutuhan

semua spesies. Melibatkan proses yang beregenerasi daripada menguras, kita

menjadi lebih hidup. Membuat siklus alam dan proses yang terlihat pada

lingkungan yang dirancang kembali ke kehidupan.

Understanding Environmental Impact

Suistainable design mencoba untuk memiliki pemahaman tentang dampak

lingkungan dengan mengevaluasi desain tapak, wujud energi dan toksisitas bahan,

dan desain efisiensi energi, bahan dan teknik konstruksi. Dampak lingkungan

negatif dapat dikurangi melalui penggunaan bahan bangunan berkelanjutan bahan

dengan toksisitas rendah di bidang manufaktur dan instalasi, dan bahan bangunan

daur ulang saat berada di tempat kerja.

Embracing Co-creative Design Processes

Suistainable design berusaha menemukan setiap suara penting untuk didengarkan.

Kolaborasi dengan sistim konsultan, insinyur dan ahli lainnya terjadi pada awal

proses desain, bukan ketinggalan jaman. Desainer juga mendengarkan suara

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 34


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

masyarakat setempat. Desain untuk pengguna akhir (warga lingkungan atau

karyawan kantor) menjadi sebuah praktik yang standar.

Understanding People

Sustainable design harus mempertimbangkan berbagai macam budaya, ras, agama

dan kebiasaan orang-orang yang akan menggunakan dan menghuni lingkungan

binaan. Hal ini memerlukan kepekaan dan empati pada kebutuhan rakyat dan

masyarakat.

f. Arsitektur Ekologis (Eco Architecture)

Arsitektur ekologis adalah suatu bentuk tanggung jawab manusia terhadap

lingkungan didalam menciptakan lingkungan binaan. Berpikir ekologis dalam

desain adalah sebuah jalan untuk memperkuat jalinan alam dan budaya.

Sim Van der Ryn dan Stuart Cowan (1996) mengatakan bahwa eco design

adalah any form of design that minimizes environmentally destructive impacts by

integrating itself with living processes. Integrasi ini menyatakan bahwa desain

harus merespek keragaman spesies, meminimalkan penghabisan sumber daya,

preservasi sumber makanan dan siklus air, memelihara kualitas habitat, dan

merawat prakondisi kesehatan manusia dan ekosistem.

Eco Design merupakan rumusan proyek desain dengan pendekatan terhadap

faktor ekologi dan dapat diterapkan dalam bidang desain termasuk desain

arsitektur.

Konsep eco design merupakan konsep yang holistik. Seperti yang

dikemukakan Frick dan Suskiyanto (2007) bahwa arsitektur ekologis mengandung

bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 35


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

memperhatikan kesehatan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur surya,

arsitektur bionik serta pembangunan berkelanjutan, sehingga eco design juga

mempertimbangkan hal-hal tersebut sehingga tercipta suatu arsitektur yang dalam

hal ini menghasilkan keselarasan antara manusia dan lingkungannya.

Dalam konteks bangunan, Graham, Peter (2003) menyatakan bahwa

bangunan secara umum mempunyai ketidakleluasaan untuk bekerja karena

terbatas oleh hukum-hukum alam. Tetapi disaat struktur dan fungsi sebuah

bangunan terbatas oleh hukum-hukum alam, kreatifitas daya cipta sebagai respon

hal tesebut adalah tidak terbatas. Bangunan ekologis oleh karena itu harus

mempertimbangkan interaksi antara material dan energi serta kemungkinan

recycling pada setiap fase daur hidup bangunan. Adapun strategi yang dapat

diambil pada setiap fase dijelaskan dalam tabel 2.3 berikut ini :

Tabel 3. Strategi-strategi Dalam Proses Pembangunan

No Fase Strategi
1 Feasibility phase o whole of life costing;
o environmental impact assessment;
o environmental costbenefi t analysis.
2 Development planning Development planning
and design o Bioregional planning
o Eco-city planning
o Habitat and species surveys
o Refurbish rather than build new
Building design
o Bio-climatic design
o Eco-design
o Long-life loose fi t design
o Design for deconstruction

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 36


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

No Fase Strategi
3 Construction, o minimise material transportation to site and
refurbishment and on-site;
demolition o purchasing timber from certifi ed sustainable
sources;
o implementing environmental management
systems on site;
o implement construction waste minimisation
systems.
4 Operation phase Instructions
o Operating and maintenance instructions for
the building as a system
o Deconstruction instructions
o Information on material properties including
maintenance, reuse and recycling
Management
o Building environmental management planning
o Ecologically sustainable material purchasing
policies
o Waste minimisation planning
Feedback
o Make environmental performance indicators
like energy and water
consumption, material life cycle impact data,
and waste reduction visible
o Set environmental targets, monitor
performance and share results
o Use building environmental performance
rating schemes to promote good practice
o Expose resource supply and disposal pathways
Sumber: Graham, Peter, 2003

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Dari berbagai paradigma diatas apabila dilihat dari konsep berkelanjutan dapat

dikatakan bahwa definisi berkelanjutan ini tidak hanya menetapkan secara etika peran

manusia dalam kehidupan dimuka bumi, tetapi juga mencakup nilai-nilai pokok yang

mengikutsertakan ekosistem global. Kebutuhan untuk menemukan solusi jangka panjang

yang menjamin kelangsungan hidup manusia menjadi lebih baik menuntut suatu

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 37


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

terminologi yang tepat untuk menjelaskan kebutuhan manusia tersebut. Untuk hal ini

perdebatan mengenai terminologi green, sustainable, atau ecological dalam

arsitektur menjadi hal yang tidak penting (Jong-Jin Kim, 1998)

Pada pendekatan desain ekologis yang berkelanjutan , ada berbagai macam

sudut pandang dan penekanan, tetapi semua mempunyai arah dan tujuan yang

sama, yaitu konsep perancangan dengan :

Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi

dampak yang lebih parah dari pemanasan global melalui pemahaman

prilaku alam.

Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan siklus-

siklus ekosistim didalamnya, melalui sikap sejalan dengan alam.

Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi

melalui sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan alam, dan

lingkungan sekitarnya.

Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai iklim setempat,

menggunakan energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada

penggunaan pada bangunan dan kemungkinan daur ulang.

Penggunaan sistim-sistim bangunan yang hemat energi, diutamakan

penggunaan sistim-sistim pasif (alamiah), selaras dengan iklim setempat,

daur ulang dan menggunakan potensi setempat.

Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dampak dari limbah

maupun kegiatan.

Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan

vegetasi dan habitat mahluk hidup.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 38


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.

Menuju pada suatu perancangan bangunan yang berkelanjutan.

2. Latihan/Tugas

Bacalah referensi yang disyaratkan dan buatlah studi kasus penerapan

konsep desain dengan paradigma desain ekologis dalam sebuah karya arsitektur

D. BACAAN YANG DIANJURKAN

1. Fuad-Luke, Alastair .2009. Design Activism : Beautiful Strangeness For A

Sustainable World. Sterling, VA. London

2. Frick, Heinz, dan Suskiyanto, FX Bambang. 2007. Dasar-dasar Eko-

arsitektur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

3. Graham, Peter. 2003. Building Ecology : First Principles For A

Suistainable Built Environment. Blackwell Science Ltd. Australia

4. Tom Wooley, cs. 2005. Green Building Handbook Volume I . Taylor &

Francis e-Library. New York. United States of America

5. Yeang, Kenneth. 2006. Ecodesign : A Manual for Ecological Design.

John-Wiley & Sons. London.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 39


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

BAB IV GREENSHIP GBCI (GREEN BUILDING COUNCIL


INDONESIA)

A. PENDAHULUAN

Green Building Council Indonesia adalah lembaga mandiri (non

government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap

pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan

dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBC

Indonesia merupakan Emerging Member dari World Green Building Council

(WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 102

negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara.

GBC Indonesia didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi

di antara para pemangku kepentingannya, meliputi :

- Profesional bidang jasa konstruksi,

- Kalangan industri sektor bangunan dan properti,

- Pemerintah,

- Institusi pendidikan dan penelitian

- Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.

Salah satu program GBC Indonesia adalah menyelenggarakan kegiatan

Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas

Indonesia yang disebut GREENSHIP

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi

untuk menggunakan perangkat penilaian GREENSHIP sebagai dasar penilaian

Kawasan, Bangunan dan Interior

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 40


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

B. PENYAJIAN MATERI

Sistem rating atau perangkat tolok ukur adalah suatu alat berisi butir-butir

dari aspek penilaian yang disebut rating. Setiap rating mempunyai kategori yang

masing-masing memiliki nilai (credit point).

Perangkat tolok ukur dalam kaitannya dengan gedung ramah lingkungan

adalah perangkat penilaian untuk menilai peringkat bangunan terhadap

pencapaian konsep bangunan ramah lingkungan. Untuk perangkat tolok ukur

bangunan hijau di Indonesia, GBC Indonesia mengeluarkan sistem rating yang

dinamakan GREENSHIP. GREENSHIP dipersiapkan dan disusun oleh Green

Building Council Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi, karakter alam

serta peraturan dan standart yang berlaku di Indonesia. GREENSHIP disusun

dengan melibatkan para pelaku sektor bangunan yang ahli di bidangnya seperti

arsitek, industri bangunan, teknisi mekanikal elektrikal, desainer interior, arsitek

lansekap, dan lainnya.

Negara-negara lain yang sudah mengikuti gerakan bangunan hijau juga

memiliki sistem ratingnya sendiri. Seperti misalnya Amerika Serikat memiliki

LEED, Singapura memiliki Green Mark, dan Australia memiliki Green Star.

GBC Indonesia saat ini sudah mengeluarkan 4 jenis GREENSHIP, yaitu :

a. GREENSHIP Bangunan Baru / New Building (NB) Perangkat tolok ukur

untuk bangunan baru

b. GREENSHIP Bangunan Terbangun / Existing Building (EB) Perangkat

tolok ukur untuk bangunan terbangun

c. GREENSHIP Interior Space Perangkat tolok ukur untuk ruang dalam

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 41


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

d. GREENSHIP Rumah Tinggal / Homes Perangkat tolok ukur untuk rumah

tinggal

e. GREENSHIP Kawasan / Neighborhood (NH) Perangkat tolok ukur untuk

kawasan

GREENSHIP terbagi atas enam kategori yang terdiri dari :

1. Tepat Guna Lahan - Appropriate Site Development (ASD)

2. Efisiensi dan Konservasi Energi - Energy Efficiency & Conservation

(EEC)

3. Konservasi Air - Water Conservation (WAC)

4. Sumber & Siklus Material - Material Resources & Cycle (MRC)

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health

& Comfort (IHC)

6. Manajemen Lingkungan Bangunan - Building & Enviroment Management

(BEM)

1. GREENSHIP Untuk Bangunan Baru Versi 1.2

GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2 merupakan pengembangan

dari perangkat penilaian GREENSHIP NB versi 1.0 dan Ringkasan tolok ukur

GREENSHIP NB versi 1.1

Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari :

a. Tahap Rekognisi Desain (Design Recognition - DR), dengan maksimum

nilai 77 poin

Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan

penghargaan sementara untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 42


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

perencanaan berdasarkan perangkat penilaian GREENSHIP. Tahap ini

dilalui selama gedung masih dalam tahap perencanaan.

b. Tahap Penilaian Akhir (Final Assessment - FA), dengan maksimum nilai

101 poin

Pada tahap ini, proyek dinilai secara menyeluruh baik dari aspek desain

maupun konstruksi dan merupakan tahap akhir yang menentukan kinerja

gedung secara menyeluruh.

Penjabaran nilai pada setiap kategori sesuai tahapan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4. Kategori GREENSHIP untuk Bangunan Baru


Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Nilai untuk FA
Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Prasyarat Kredit Bonus
ASD 17 17
EEC 26 5 26 5
WAC 21 21
MRC 2 14
IHC 5 10
BEM 6 13
Jumlah
Kriteria dan 77 5 101 5
Tolok Ukur

Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus

dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria

kredit dan kriteria bonus. Kriteria prasyarat merepresentasikan standar

minimum gedung ramah lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak

dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 43


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria

lainnya.

Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus

dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan

gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan

mendapat nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak

akan mendapat nilai.

Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah.

Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang

terjadi di lapangan. Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai maksimum

GREENSHIP, namun tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh

karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki

prestasi tersendiri.

Tabel 5. Jumlah Kriteria GREENSHIP untuk Bangunan Baru

Jumlah Nilai untuk DR Jumlah


Kategori Kriteria
Prasyarat Kredit Bonus
ASD 1 7 8
EEC 2 4 1 7
WAC 2 6 8
MRC 1 6 7
IHC 1 7 8
BEM 1 7 8
Jumlah
Kriteria dan 8 37 1 46
Tolok Ukur

Kelayakan (Eligibility)

Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan yang

ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan tersebut antara lain:

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 44


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2

2. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses

sertifikasi

3. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW

setempat

4. Kepemilikan AMDAL dan/atau rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan

(UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran

6. Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa

7. Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas difabel

2. GREENSHIP Existing Building Versi 1.1

Setelah lebih dari satu tahun sejak diluncurkan, GREENSHIP Existing

Building Versi 1.0 telah melalui proses uji coba berupa implementasi sertifikasi

gedung. Berbagai masukan ditampung dan diolah untuk bahan perbaikan

perangkat penilaian ini. Dalam GREENSHIP, proses tersebut dinamakan revisi

atau dengan kata lain merupakan perubahan pada kriteria dan/atau tolok ukur

dengan tujuan agar lebih adaptif dan implementatif terhadap kondisi dan

perkembangan industri bangunan di Indonesia tanpa mengurangi semangat

GREENSHIP itu sendiri. GREENSHIP EB Versi 1.1 merupakan hasil revisi dari

GREENSHIP EB 1.0.

Penilaian dalam GREENSHIP Gedung Terbangun

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 45


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Kelayakan (Eligibility) dalam GREENSHIP Kelayakan merupakan standar

minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik gedung untuk mengikuti proses

sertifikasi GREENSHIP. GREENSHIP EB memiliki empat kriteria kelayakan

yang terdiri atas:

1. Minimum 1 okupan penuh waktu (Full Time)

2. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk

memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan green

building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang

diselenggarakan oleh GBC INDONESIA.

3. Telah memiliki laporan implementasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

disahkan oleh Bapedal.

4. Telah memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau sesuai peraturan laik

fungsi daerah setempat (setara SLF) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah setempat.

Kategori Kriteria Tolok Ukur dalam GREENSHIP

Kategori merupakan isu utama yang relevan dengan kondisi Indonesia dalam

mewujudkan gedung ramah lingkungan. Dalam perangkat penilaian

GREENSHIP, terdapat enam kategori terkait masalah lahan, energi, air, material,

kesehatan dalam ruang serta manajemen.

Kriteria merupakan sasaran yang dianggap signifikan dalam implementasi praktik

ramah lingkungan.

Dalam perangkat penilaian GREENSHIP terdapat tiga macam kriteria, yaitu:

a. Kriteria prasyarat

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 46


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi

sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan

kriteria bonus. Kriteria prasyarat merepresentasikan standar minimum gedung

ramah lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria

kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak dapat dinilai. Kriteria

prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.

b. Kriteria kredit

Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus

dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan

gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat

nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat

nilai.

c. Kriteria bonus

Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah.

Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi

di lapangan.

Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai maksimum GREENSHIP, namun tetap

diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh karena itu, gedung yang dapat

memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki prestasi tersendiri.

Tolok ukur merupakan parameter yang menjadi penentu keberhasilan

implementasi praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria terdiri dari beberapa tolok

ukur dan setiap tolok ukur memiliki poin yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat

kesulitannya.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 47


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Setiap kategori memiliki kriteria prasayarat dan kriteria kredit. Kriteria bonus

hanya terdapat pada beberapa kategori. Jumlah kriteria setiap kategori dapat

dilihat dalam Tabel berikut ini:

Tabel 6 Jumlah Kriteria GREENSHIP Existing Building Versi 1.1

Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Tolak


Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Ukur
ASD 2 7 26
EEC 2 5 2 30
WAC 1 7 1 15
MRC 3 5 17
IHC 1 8 22
BEM 1 5 11
Jumlah
Kriteria dan 10 41 3 121
Tolok Ukur

Proses Sertifikasi GREENSHIP EB Sebaiknya, target gedung untuk

mendapatkan proses sertifikasi berangkat dari pihak pemilik gedung. Hal ini

dianjurkan karena dalam proses sertifikasi dibutuhkan komitmen yang kuat untuk

mewujudkan gedung yang ramah lingkungan. Komitmen ini membutuhkan

inisiasi awal dari pihak pemilik gedung sebagai pihak pemegang keputusan yang

selanjutnya akan diterjemahkan oleh para tim ahli pendukunganya

Secara garis besar, proses sertifikasi dapat dibagi menjadi tujuh tahap

berikut ini :

1. Tahap Penentuan

Target Pada tahap ini, pihak pemilik gedung beserta tim ahli yang ditunjuk

sebaiknya mempelajari terlebih dahulu kriteria GREENSHIP EB Versi 1.1.

Melalui pembelajaran tersebut, tim gedung diharapkan dapat lebih mengenal

kriteria GREENSHIP serta mengetahui langkah-langkah yang dibutuhkan untuk

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 48


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

diterjemahkan ke dalam proses perencanaan. Selanjutnya dalam tim gedung,

berdasarkan keputusan dari pemilik gedung, menetapkan target yang ingin

dicapai.

2. Tahap Registrasi dan Kelayakan Sertifikasi

Pada tahap ini, tim gedung melakukan pendaftaran kepada GBC Indonesia

di bawah naungan Departemen Sertifikasi. Pada proses ini, tim gedung sebaiknya

mempelajari tentang kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi baik secara

administratif maupun teknis. Untuk registrasi, terdapat persyaratan administratif

yang harus dipenuhi yaitu:

a. Data dasar proyek;

b. Dokumen legal antara pihak proyek dan GBC Indonesia; dan

c. Administratif lainnya.

Sedangkan untuk kelayakan sertifikasi, terdapat persyaratan teknis yang

harus dipenuhi yaitu:

I. Minimum 1 okupan penuh waktu (Full Time)

II. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk

memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan green

building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang

diselenggarakan oleh GBC INDONESIA

III. Telah memiliki laporan implementasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

disahkan oleh Bapedal.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 49


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

IV. Telah memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau sesuai peraturan laik

fungsi daerah setempat (setara SLF) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah setempat.

3. Tahap Gedung Teregistrasi (Registered Project)

Pada tahap ini, dokumen yang diserahkan tim gedung dianggap telah

memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Dengan kata lain,

gedung tersebut telah terdaftar sebagai gedung sertifikasi GREENSHIP EB yang

berhak mendapat fasilitas workshop dan konsultasi dari pihak GBC Indonesia.

4. Tahap Workshop dan Konsultasi

Pada tahap ini, tim gedung mendapat kesempatan untuk mendapatkan workshop

dan konsultasi dari pihak GBC Indonesia. Workshop dilakukan dengan

melakukan simulasi penilaian kinerja gedung terhadap perangkat penilaian

GREENSHIP. Sedangkan konsultasi dilakukan dengan melakukan tanya jawab

kepada tim teknis dari pihak GBC Indonesia baik secara langsung maupun melalui

media komunikasi lain yang dianggap sesuai. Lingkup workshop dan konsultasi

antara lain:

a. identifikasi dan Interpretasi kriteria dan tolok ukur;

b. penyesuaian kondisi lapangan dengan persyaratan perangkat penilaian

GREENSHIP;

c. finalisasi metode perhitungan (untuk tolok ukur yang membutuhkan

perhitungan/rumus);

d. konsultasi dokumen yang dibutuhkan untuk tahap verifikasi dokumen; dan

e. simulasi perhitungan poin berdasarkan data yang tersedia.

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 50


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Catatan: Dalam tahap ini, tim proyek mendapat fasilitas berupa workshop satu

kali; konsultasi via email tiga kali; dan rapat koordinasi lima kali.

5. Tahap Penilaian (Assessment)

Pada tahap ini, gedung dinilai secara menyeluruh baik dan merupakan tahap

akhir yang menentukan kinerja gedung secara menyeluruh sebagai berikut:

a. Tim gedung memasukan formulir penilaian dan dokumen yang dibutuhkan

kepada tim sertifikasi GBC Indonesia. Formulir penilaian dan dokumen

yang dibutuhkan tersebut diverifikasi oleh tim sertifikasi GBC Indonesia

berdasarkan kesesuaian dokumen dan kesesuaian di lapangan.

b. Hasil verifikasi (baik verifikasi dokumen maupun verifikasi lapangan) akan

diberikan kepada tim gedung. Apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang

diharapkan, tim gedung dapat melakukan pemasukan dokumen kembali atau

re-submission untuk perbaikan kepada tim verifikasi GBC Indonesia.

Kesempatan ini hanya berlaku satu kali.

c. Hasil verifikasi diproses dalam sidang yang akan dihadiri oleh dewan

penilai yang ditunjuk oleh GBC Indonesia. Keputusan sepenuhnya berada di

dewan penilai dan tidak dapat diganggu gugat. Pihak tim gedung dapat

mengajukan banding (appeal) apabila keputusan sidang dianggap tidak

sesuai dengan target yang diinginkan. Kesempatan ini juga hanya berlaku

satu kali.

d. Selanjutnya, gedung dinyatakan mendapat nilai dan peringkat tertentu dan

berhak mendapatkan hasil pencapaian GREENSHIP EB sesuai dengan

keputusan dewan penilai dalam sidang assessment yang telah dilakukan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 51


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Catatan: Kriteria yang di re-submission pada tahap verifikasi maupun yang

dilakukan appeal pada saat sidang merupakan kriteria yang diajukan sejak

pertama pemasukan dokumen.

6. Tahap Gedung Bersertifikat

Setelah mendapatkan hasil keputusan dari dewan penilai dalam sidang

penilaian, gedung berhak mendapatkan sertifikat GREENSHIP EB yang berlaku

selama tiga tahun.

Peringkat dalam GREENSHIP

Pencapaian Predikat Pihak manajemen gedung yang menginginkan

gedungnya disertifikasi, sebaiknya mulai menetapkan target pencapaian untuk

meraih predikat tertentu sesuai dengan keinginan dan kemampuannya dalam

memenuhi kriteria-kriteria GREENSHIP. Nilai minimum setiap tingkat predikat

GREENSHIP dibuat berdasarkan persentase nilai yang telah ditentukan terhadap

total keseluruhan nilai kredit, tidak termasuk nilai bonus. Tingkat predikat yang

ada dalam GREENSHIP untuk Gedung Terbangun versi 1.0 tahun 2011 adalah

sebagai berikut.

Tabel 7. Peringkat GREENSHIP Existing Building Versi 1.1


Peringkat Persentase Nilai Minimum
Platinum 73 % 83
Gold 57 % 66
Silver 46 % 53
Bronze 35 % 41

3. GREENSHIP Interior Space Versi 1.0

Sasaran yang dituju oleh GREENSHIP Ruang Interior adalah pihak

pengguna yang pada umumnya merupakan suatu badan usaha berbentuk

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 52


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

manajemen perusahaan penyewa dan menggunakan sebagian atau keseluruhan

ruangan didalam gedung dengan diikuti oleh proses kegiatan fit out yang

berfungsi untuk mengakomodasi aktivitas perusahaannya. Lingkup penilaian dari

GREENSHIP Ruang Interior tidak hanya sebatas aktivitas fit out semata, tetapi

juga meliputi kebijakan pihak manajemen dalam melakukan pemilihan lokasi atau

pemilihan gedung serta pengelolaan yang dilakukan oleh pihak manajemen

setelah aktivitas di dalamnya mulai beroperasi.

Studi Kelayakan atau Eligibility adalah pemenuhan kaidah dan ketentuan yang

berlaku yang harus dipenuhi ruang interior yang ingin mendapatkan GREENSHIP

Ruang Interior.

Tabel 8. Kaidah dan Ketenuan Kelayakan GREENSHIP Interior Space


E1 Scope of GREENSHIP Interior Space/Lingkup GREENSHIP Ruang
Interior
Proyek memiliki aktivitas fit out.
E2 Minimum Project Area /Batas Minimum Luas Proyek
1.Manajemen menggunakan area dalam satu gedung dengan luasan minimum
sebesar 25 m2.
2. Seluruh area yang digunakan oleh pihak manajemen dalam satu gedung
harus disertakan dalam proses sertifikasi.
E3 Minimum Number of Users/Batas Minimum Jumlah Pengguna
Minimum satu karyawan yang bekerja penuh waktu selama satu tahun.
E4 Minimum Time Length of Occupancy/Batas minimum Masa
Penggunaan
Pihak Manajemen memiliki usia kontrak sewa atau usia penggunaan area
minimum 3 tahun untuk fungsi yang sama saat terhitung sejak mendapatkan
peringkat GREENSHIP. Bila usia kontrak sewa atau usia penggunaan area pada
saat mendaftar sertifikasi kurang dari 3 tahun, maka masa peringkat
GREENSHIP akan habis sesuai dengan usia kontrak sewa atau usia
penggunaan tersebut, kecuali pengguna melakukan perpanjangan kontrak
dengan kondisi tanpa perubahan fisik di dalamnya.
E5 Compliance with Detailed Spatial Plan/Kesesuaian dengan Rencana
Detail Tata Ruang
Pihak manajemen menyerahkan salinan Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah
gedung yang digunakan kepada pihak GBC Indonesia.
E6 Safety of The Building/Keselamatan dalam Gedung

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 53


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Pihak manajemen menyerahkan salinan Sertifikat Laik Fungsi atau Izin


Penggunaan Bangunan gedung yang digunakan kepada pihak GBC Indonesia.
E7 Project Data Transparency/Transparansi Data Proyek
Pihak manajemen bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk
memperbolehkan seluruh data pihak manajemen yang berhubungan dengan
sertifikasi GREENSHIP dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang
diselenggarakan oleh GBC Indonesia.

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada pada setiap kategori dan harus

dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit

dan kriteria bonus. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria

kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori GREENSHIP tidak dapat dinilai.

Kriteria Prasyarat ini tidak memiliki nilai.

Kriteria Kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan dapat dipilih.

Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan ruang interior

tersebut. Jika kriteria kredit dipenuhi, ruang interior yang bersangkutan mendapat

nilai dan apabila tidak dipenuhi, ruang yang bersangkutan tidak akan mendapat

nilai.

Kriteria Bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang

memungkinkan pemberian nilai tambahan. Kriteria ini dapat dipilih bila

memungkinkan dan akan menjadi nilai bonus karena pencapaiannya dinilai cukup

sulit dan jarang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, gedung yang dapat memenuhi

kriteria bonus dinilai memiliki prestasi tersendiri. Nilai pada kriteria bonus tidak

ikut dijumlahkan pada nilai total yang digunakan sebagai angka pembagi dalam

memperoleh persentase penilaian total (103 poin), tetapi akan membantu

tercapainya persentase pencapaian total

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 54


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tabel 9. Jumlah Kriteria GREENSHIP Interior Space

Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Tolok


Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Ukur
ASD 1 5 12
EEC 1 5 17
WAC 1 3 7
MRC 2 6 1 19(2B)
IHC 1 12 1 28 (1B)
BEM 1 3 1 10 (1B)
Jumlah
Kriteria dan 7 34 3 93 (4B)
Tolok Ukur

Kredit Tidak Berlaku adalah kriteria dengan keterangan yang menyatakan

kredit dapat menjadi Tidak Berlaku adalah kriteria dimana tidak semua ruang

interior dapat memenuhi tolok ukur yang diberikan. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan karakteristik area serta keterbatasan dalam manajemen ruang interior,

sehingga tolok ukur tidak dapat dicapai. Untuk pihak manajemen yang memiliki

kredit Tidak Berlaku ini, perhitungan kriteria terkait ditiadakan dalam

perhitungan total.

Tabel 10. Peringkat pada GREENSHIP Interior Space Versi 1.0

Peringkat Persentase Nilai Minimum


Platinum 73 % 75
Gold 57 % 59
Silver 46 % 47
Bronze 35 % 36

4. GREENSHIP HOMES Versi 1.0

Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga. Konsep rumah ramah lingkungan sudah

sepatutnya memenuhi dasar layak huni dengan memenuhi persyaratan

keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 55


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

penghuninya. Rumah ramah lingkungan merupakan rumah yang bijak dalam

menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun dalam

menggunakan air, memperhatikan konservasi material sumber daya alam serta

sehat dan aman bagi penghuni rumah. Perawatan rumah yang ramah lingkungan

dan aman juga merupakan faktor penting, karena keberlanjutan dari rumah ramah

lingkungan harus disertai dengan perilaku ramah lingkungan oleh penghuninya.

Pemahaman konsep akan rumah ramah lingkungan merupakan faktor utama yang

harus diprioritaskan untuk menghindari kesalahpahaman akan anggapan bahwa

rumah ramah lingkungan atau green home merupakan rumah yang memerlukan

biaya perawatan tinggi ataupun merupakan rumah yang hanya memiliki banyak

lahan hijau.

Jenis Rumah

Jenis rumah yang dapat dilakukan penilaian adalah rumah tinggal single

landed, yaitu rumah hunian tunggal yang terbangun melekat di atas tanah, baik itu

berbentuk desain rumah baru maupun rumah terbangun. GREENSHIP ini disusun

untuk menilai rumah baru, rumah terbangun (existing), dan rumah terbangun yang

ditata kembali (redevelopment).

Kelayakan (Eligibility) GREENSHIP Homes

Kelayakan merupakan standar minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik rumah

untuk mengikuti proses sertifikasi GREENSHIP. GREENSHIP Homes memiliki

kriteria kelayakan yang terdiri atas:

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 56


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tabel 11 Kelayakan GREENSHIP Homes


I Area Minimum (Minimum Area)
Tolok Ukur
Luas bangunan 4 lantai (tidak termasuk basement/semi basement).
Minimum 70% dari luas lantai bangunan rumah berfungsi sebagai hunian
II Okupansi Minimum (Minimum Occupancy)
Tolok Ukur
Minimum dihuni oleh 1 orang secara kontinu sebagai penghuni tetap
III Kesesuaian Izin Mendirikan Bangunan (Comply with Designated Building
Permit)
Tolok Ukur
Memiliki dokumen IMB.
IV Fungsi (Function)
Tolok Ukur Tidak akan mengalami perubahan fungsi selama 3 tahun masa
sertifikasi.
V Pemenuhan Persyaratan (Prerequisites Fulfillment)
Tolok Ukur
Memenuhi seluruh Prerequisites / Prasyarat yang ada dalam GREENSHIP
Homes. Tolok Ukur Memenuhi seluruh Prerequisites / Prasyarat yang ada dalam
GREENSHIP Homes.
VI Transparansi Data Bangunan Hijau dengan GBC Indonesia (Green
Building Data Transparancy with GBC Indonesia)
Tolok Ukur
Persetujuan untuk memperbolehkan seluruh data rumah yang berhubungan
dengan sertifikasi GREENSHIP Homes dipergunakan untuk dipelajari untuk
keperluan studi kasus yang diselenggarakan oleh GBC Indonesia.

Kategori Kriteria Tolok Ukur GREENSHIP Homes

Kategori merupakan isu utama yang relevan dengan kondisi Indonesia dalam

mewujudkan rumah ramah lingkungan. GREENSHIP Rumah Hunian Tunggal

terdiri atas 6 kategori yaitu:

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development).

2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Eficiency and Conservation).

3. Konservasi Air (Water Conservation).

4. Siklus dan Sumber Material (Material Resource And Cycle).

5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort).

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 57


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management).

Kriteria merupakan sasaran yang dianggap signifikan dalam implementasi praktik

ramah lingkungan. Dalam perangkat penilaian GREENSHIP terdapat dua macam

kriteria, yaitu:

a. Kriteria prasyarat

Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi

sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit. Kriteria

prasyarat merepresentasikan standar minimum rumah berkelanjutan. Apabila

salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dalam semua kategori

tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria kredit.

b. Kriteria kredit

Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.

Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan rumah tersebut.

Jika kriteria ini dipenuhi, rumah yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila

tidak dipenuhi, rumah yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.

Tolok ukur merupakan parameter yang menjadi penentu keberhasilan

implementasi praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria terdiri atas beberapa tolok

ukur dan setiap tolok ukur memiliki nilai yang berbedabeda sesuai dengan tingkat

kesulitannya. Setiap kategori memiliki kriteria prasayarat dan kriteria kredit.

Jumlah kriteria setiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut:

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 58


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Tabel 12. Jumlah Kriteria GREENSHIP Homes

Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Nilai


Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Kredit Bonus
ASD 2 6 13
EEC 2 5 1 15 2
WAC 5 13
MRC 1 8 11
IHC 1 6 13
BEM 1 7 1 11 2
Jumlah Kriteria 4
7 38 2 77
dan Tolok Ukur

Peringkat dalam GREENSHIP Homes Pencapaian 100% berdasarkan perangkat

penilaian GREENSHIP adalah 77 nilai. Angka tersebut merupakan dasar

menentukan persentase pencapaian. Peringkat yang dapat dicapai dapat dilihat

pada Tabel berikut :

Tabel 13. Peringkat pada GREENSHIP Interior Space Versi 1.0

Peringkat Persentase Nilai Minimum


Platinum 73 % 56
Gold 57 % 43
Silver 46 % 35
Bronze 35 % 26

GREENSHIP HOME Self- assessment (Web based)

Proses penilaian dilakukan individual secara on-line yang hasilnya dapat diunduh

secara gratis dan tidak harus diisi langsung oleh penghuni rumah yang

bersangkutan, namun juga dapat diisi oleh arsitek terkait maupun pihak lain yang

terlibat di dalam pembangunan rumah tersebut (yang dalam hal ini, pihak pengisi

form disebut submitter). Assessment dapat dilakukan pada

www.greenshiphomes.org .

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 59


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

5. GREENSHIP Neighborhood/Kawasan (NH) Versi 1.0

GREENSHIP untuk Kawasan merupakan perangkat penilaian untuk

menyebarkan dan menginspirasi dalam penerapan dan perwujudan kawasan yang

berkelanjutan.

Manfaat Penerapan GREENSHIP Kawasan

Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan GREENSHIP

Kawasan:

Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan, serta

meningkatkan kualitas lingkungan kawasan yang sehat

Meminimalkan dampak pembangunan terhadap lingkungan

Meningkatkan kualitas iklim mikro

Menerapkan asas keterhubungan, kemudahan pencapaian, keamanan, dan

kenyamanan pada jalur pejalan kaki

Menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di

masa mendatang

Jenis Sertifikasi GREENSHIP Kawasan terdiri dari :

1. Plan

Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan

penghargaan untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan perencanaan

berdasarkan perangkat penilaian GREENSHIP. Jenis sertifikasi ini untuk kawasan

yang masih dalam tahap perencanaan.

2. Built Project

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 60


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

Untukk proyek yang telah terbangun dan/atau telah beroperasi. Proyek dinilai

secara menyeluruh baik dari aspek desain, konstruksi maupun operasional; untuk

menentukan kinerja kawasan secara menyeluruh.

(*) Sertifikat berlaku sampai terjadi perubahan desain atau pembangunan

kawasan; atau maksimum 5 tahun.

Kategori pada GREENSHIP Kawasan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 14. Kategori GREENSHIP Kawasan
Kategori Nilai Bobot
Land Ecological Enhancement 19 15%
Movement and Connectivity 26 21%
Water Management and Conservation 18 15%
Solid Waste and Material 16 13%
Community Wellbeing Strategy 16 13%
Building and Energy 18 15%
Innovation and Future Development 11 9%
Total Nilai Keseluruhan Maksimum 124

Kelayakan (Eligibility)

Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan sebagai

berikut:

Tabel 15. Kelayakan GREENSHIP Kawasan


BUILT
KELAYAKAN (ELIGIBILITY) PLAN
PROJECT
A. Dua kriteria terkait peraturan pembangunan
kawasan di Indonesia, yaitu:
1 Rencana induk (Masterplan) kawasan.
2 Izin lingkungan atau surat kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi
UKL/UPL dan izin terkait.
3 Ijin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN).
4 Ijin Pemanfaatan Ruang dari Pemda.
B. Tiga kriteria terkait persyaratan GBC
Indonesia, yaitu:
1 Minimum luas kawasan adalah 5000 m2 dan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 61


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

BUILT
KELAYAKAN (ELIGIBILITY) PLAN
PROJECT
maksimum 60 Ha*
Untuk kawasan industri:
(1) Luas lahan Kawasan Industri paling rendah
50 Ha.**
(2) Luas lahan Kawasan Industri Tertentu untuk
Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah paling rendah 5 Ha.**
Maksimal 400 Ha. ***
2 Minimum terdiri atas 2 (dua) bangunan.
3 Satu pengelola.
4 Kesediaan data kawasan untuk diakses GBC
Indonesia terkait proses
sertifikasi.

*) Penentuan luas dan batasan kawasan dapat didiskusikan lebih lanjut dengan
GBC Indonesia
**) PP No.24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri
***) PerMen Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Sistem rating atau perangkat tolok ukur adalah suatu alat berisi butir-butir

dari aspek penilaian yang disebut rating. Setiap rating mempunyai kategori yang

masing-masing memiliki nilai (credit point).

GBC Indonesia saat ini sudah mengeluarkan 4 jenis GREENSHIP, yaitu :

a. GREENSHIP Bangunan Baru / New Building (NB) Perangkat tolok

ukur untuk bangunan baru

b. GREENSHIP Bangunan Terbangun / Existing Building (EB) Perangkat

tolok ukur untuk bangunan terbangun

c. GREENSHIP Interior Space Perangkat tolok ukur untuk ruang dalam

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 62


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

d. GREENSHIP Rumah Tinggal / Homes Perangkat tolok ukur untuk

rumah tinggal

e. GREENSHIP Kawasan / Neighborhood (NH) Perangkat tolok ukur

untuk kawasan

GREENSHIP terbagi atas enam kategori yang terdiri dari :

1. Tepat Guna Lahan - Appropriate Site Development (ASD)

2. Efisiensi dan Konservasi Energi - Energy Efficiency & Conservation

(EEC)

3. Konservasi Air - Water Conservation (WAC)

4. Sumber & Siklus Material - Material Resources & Cycle (MRC)

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health

& Comfort (IHC)

6. Manajemen Lingkungan Bangunan - Building & Enviroment Management

(BEM)

2. Latihan/Tugas

Bacalah referensi yang disyaratkan

Buatlah penilaian sebuah karya arsitektur yang dipilih dengan memakai

salah satu sistim sertifikasi GREENSHIP

D. BACAAN YANG DIANJURKAN

1. Fuad-Luke, Alastair .2009. Design Activism : Beautiful Strangeness For A

Sustainable World. Sterling, VA. London

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 63


Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR

2. Frick, Heinz, dan Suskiyanto, FX Bambang. 2007. Dasar-dasar Eko-

arsitektur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

3. Graham, Peter. 2003. Building Ecology : First Principles For A

Suistainable Built Environment. Blackwell Science Ltd. Australia

4. Tom Wooley, cs. 2005. Green Building Handbook Volume I . Taylor &

Francis e-Library. New York. United States of America

5. Yeang, Kenneth. 2006. Ecodesign : A Manual for Ecological Design.

John-Wiley & Sons. London.

6. http://www.gbcindonesia.org/

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc - 197704042006041002 64

Anda mungkin juga menyukai