Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit tersering yang menyebabkan
dehidrasi, terutama di negara-negara berkembang. Oleh sebab itu WHO
mengantisipasi keadaan tersebut dan sampai saat ini telah menunjukkan
perbaikan. Lebih kurang 4 miliar kasus diare di dunia pada tahun 1996,
terdapat 2,5 juta kasus berakhir dengan kematian dan sebagian besar (lebih
dari 90%) terjadi di negara-negara berkembang, 80% kematian akibat diare
tersebut terjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Secara umum kematian
akibat diare pada anak di dunia mencapai 42.000 per minggu, 6.000 per hari 4
setiap menit dan 1 kematian dalam 14 detik.
Di Indonesia, angka kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi
meskipun sudah ada penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Hasil survey rumah tangga (1995), baik di Jawa-Bali maupun di
luar Jawa-Bali, diare merupakan penyebab kematian nomor tiga kematian
pada bayi, setelah gangguan perinatal dan penyakit sistem pernafasan.
Menurut Adi Hidayat (1997) kematian yang disebabkan diare
mencapai 15% pada bayi dan 25% pada anak 1-4 tahun. Sedangkan
berdasarkan laporan kader dan fasilitator kesehatan, pada tahun 1998 angka
kematian akibat diare secara umum mencapai 23,57 per 1000 penduduk.
Menurut Haikun Rachmat, (2003), untuk menurunkan kesakitan dan
kematian karena penyakit diare, dibutuhkan adanya case management yang
berkualitas dan cepat, sehingga tata laksana kasus punya arti yang penting.
Mengingat, perawat bagian dari integrasi pelayanan yang langsung
berhubungan dengan klien dalam menangani masalah kesehatan masyarakat
termasuk diare, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang
diare sehingga diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien dan masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memaparkan terkait asuhan keperawatan pada anak dengan diare.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan definisi diare
b. Memaparkan etiologi dan patofisiologi kasus diare
c. Memaparkan manifestasi klinis anak dengan diare
d. Memaparkan komplikasi pada kasus diare pada anak
e. Memaparkan WOC (Web Of Caution) diare pada anak
f. Memaparkan kemungkinan pengkajian pada anak dengan diare
g. Memaparkan ASKEP untuk anak dengan diare

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi diare
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998) dan
Ngastiyah (1997) , diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan
suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi dan Patofisiologi Diare
a. Etiologi diare
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari
sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan
yaitu:

Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:


Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.

Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang


mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan

jamur terutama canalida.


Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin
dan mineral.
Kurang kalori protein.
Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi

dalam beberapa faktor yaitu:

Faktor infeksi
Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida
albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti

otitis

media

akut

(OMA)

tonsilitis/tonsilofaringits,

bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini


terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2)
tahun.

Faktor malaborsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.

Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

b. Patofisiologi diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan

bakteri

timbul

berlebihan

yang

selanjutnya

dapat

menimbulkan diare pula.


Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare

Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme


lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme

yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.

Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
-

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan


susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi


dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
3. Manifestasi Klinis Diare
a.

Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,


nafsu makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.

e.

Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.

f.

Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).


h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
4. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Keadaan umum

Nilai untuk gejala yang ditemukan


0
1
2
Sehat

Gelisah, cengeng

Mengigau,

Apatis, ngantuk

atau syok

koma,

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Ubun-ubun besar

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering & sianosis

Denyut nadi/mata

Kuat <120

Sedang (120-140)

Lemas >40

Keterangan
-

Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan

Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

c. Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan

Sedang

Berat

Kesadaran

Baik (CM)

Gelisah

Apatis-koma

Rasa haus

++

+++

N (120)

Cepat

Cepat sekali

Biasa

Agak cepat

Kusz maull

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Biasa

Agak kurang

Kurang sekali

Normal

Oliguri

Anuri

Normal

Agak kering

Kering/asidosis

Gejala klinis
Keadaan umum

Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub

Kebutuhan Cairan Anak

Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat
seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran
harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan
cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di
gambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan
Umur

Berat Badan

Total/24 jam

Cairan/Kg BB/24

3 hari

3.0

250-300

jam
80-100

10 hari

3.2

400-500

125-150

3 bulan

5.4

750-850

140-160

6bulan

7.3

950-1100

130-155

9 bulan

8.6

1100-1250

125-165

1 tahun

9.5

1150-1300

120-135

2 tahun

11.8

1350-1500

115-125

4 tahun

16.2

1600-1800

100-1100

6 tahun

20.0

1800-2000

90-100

10 tahun

28.7

2000-2500

70-85

14 tahun

45.0

2000-2700

50-60

18 tahun

54.0

2200-2700

40-50

Whaley and Wong (1997)


Menurut

Ngestiyah (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil

(1998),Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak


FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat
dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi
Ringan

PWL
50

NWL
100

CWL
25

Jumlah
175

Sedang

75

100

25

200

Berat

125

100

25

250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
5. WOC (Terlampir)
6. Pengkajian anak dengan diare
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur
2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena
infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari
pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x/harinya
i. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5
hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).

ii. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
iii. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.
iv. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
v. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
vi. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
-

Pertumbuhan
o

Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5


kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm


ditahun kedua dan seterusnya.

Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama


dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 16 buah

o
-

Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

Perkembangan
o

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.


Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.


Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui

dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,


jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,

bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :


1

berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2


hitungan (GK)

Meniru membuat garis lurus (GH)

Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

Melepasa pakaian sendiri (BM)

c. Pemeriksaan Fisik
i. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
ii. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
iii. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
iv. Mata : cekung, kering, sangat cekung
v. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
vi. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
vii. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
a

Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,


suhu meningkat > 375

c, akral hangat, akral dingin (waspada

syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada


daerah perianal.

Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa


mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

d. Pemeriksaan Penunjang
i. Laboratorium :

feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,


pcO2 meningkat, HCO3 menurun )

Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

ii. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni


7. ASKEP anak dengan kondisi diare
a. DIAGNOSA KEPERAWATAN
i. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
ii. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
iii. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
iv. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
v. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
vi. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
b. NANDA, NOC dan NIC

Diagnosa 1

: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare


Tujuan (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan
secara maksimal
Kriteria hasil (NOC) :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR
: < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi (NIC) :
o Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
o Pantau intake dan output
Rasional/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat

keluaran

tak

aadekuat

untuk

membersihkan

sisa

metabolisme.
o Timbang berat badan setiap hari
Rasional/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
o Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
lt/hr
Rasional/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
o Kolaborasi :
-

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)


Rasional/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).

Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

Rasional/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan


cepat.
-

Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)


Rasional/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan perawatan selama
dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil (NOC)
o Nafsu makan meningkat
o BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi keperawatan (NIC) :
o Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

Rasional/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat


merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
o Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
o Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan
Rasional/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
o Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
o Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a

terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan


dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama
3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil (NOC) :
o suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
o Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)
Intervensi keperawatan (NIC) :
o Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
(adanya infeksi)
o Berikan kompres hangat
Rasional/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
o Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 : Resiko gangguan integritas kulit perianal
berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil (NOC) :
o Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
o Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar
Intervensi Keperawatan (NIC) :
o Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
o Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
o Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

Rasional/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama


sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan
tindakan invasif.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3
x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil (NOC) :
o Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan
tidak rewel
Intervensi keperawatan (NIC) :
o Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
o Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan
RS
o Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
Rasional/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
o Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik
verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional/

Kasih

saying

serta

pengenalan

diri

perawat

akan

menunbuhkan rasa aman pada klien.


o Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
Rasional/merangsang perkembangan sensori anak

DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta Ngastiyah


(1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai