Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG ANAK LT. DASAR
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

DI SUSUN OLEH :
AZZAH GHINA
P1337420115059

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2017

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang
berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga
melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus
terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga
pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen bakteri, jamur atau virus dan terdapat di daerah
bronkus dan sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI
Secara

umun

individu

yang

terserang

bronchopneumonia

diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap


virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri

: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2. Virus

: Legionella pneumoniae

3. Jamur

: Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam


paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora
normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis
cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M.
Nettina, 2001 : 682)

C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus
influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut
masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya
infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah
dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu
dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara
kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat
usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang
beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)

PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae

Penderita akit berat yang dirawat di RS


Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Saluran Pernafasan Atas

strepcococus
kuma

berlebih di bronkus

Proses peradangan

Akumulasi sekret
di bronkus

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

Kuman terbawa di
saluran pencernaan

Infeksi saluran
pencernaan
Peningkatan flora
normal dalam usus

Mukus bronkus
meningkat

Peningkatan
peristaltik usus

Bau mulut tidak


sedap

Malabsorbrsi

Anoreksia
Intake kurang

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Dilatasi
pembuluh darah

hipertemi

Eksudat plasma
masuk alveoli

Septikimia

Gangguan difusi
dalam plasma
Gangguan
pertukaran gas

Frekuensi
Bab >3x/hari

Edema antara
kaplier dan
alveoli
Iritasi PMN
eritrosit pecah

Peningkatan
metabolisme

Edema paru

Evaporasi
meningkat

Pengerasan
dinding paru
Penurunan
compliance paru

Gangguan
keseimbangan
cairan dan eletrolit

Suplai O2
menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

Hipoksia
Hiperventilasi
Dispneu
Retraksi dada /
nafas cuping
hidung

Metabolisme
anaeraob meningkat
Akumulasi asam
laktat
Fatigue

Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas

D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di
saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul
sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar
ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan
cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah
Pada

kasus

bronchopneumonia

oleh bakteri

akan

terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina,


2001 : 684)

Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis

dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen


infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status


asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk


mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

2. Pemeriksaan Radiologi

Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C,
Long, 1996 : 435)

Laringoskopi/

bronkoskopi

untuk

menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.


(Sandra M, Nettina, 2001)
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.


(Doenges, 1999 : 166)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah,
ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam


alveoli. (Doenges, 1999 :177)
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 :
172)
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia
yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi
abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170)
G. FOKUS INTERVENSI
1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
-

Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :


-

Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi vesikuler/tidak


ada nafas.

Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas


Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya:


mengi, krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya
proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi
fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk
bernafas
2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah, gangguan pengiriman oksigen.
Tujuan :
-

Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam


rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :


-

Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan


Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya
sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh
terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c. Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan
hipoksemia.
3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli
Tujuan:
-

Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang


normal dan paru jelas/ bersih

Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi
dada terbatas.
b. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan.

c. Observasi pola batuk dan karakter sekret.


Rasional

:Batuk

biasanya

mengeluarkan

sputum

dan

mengindikasikan adanya kelainan.


d. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
e. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
f. Berikan humidifikasi tambahan
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret untuk memudahkan
pembersihan.
g. Bantu fisioterapi dada, postural drainage
Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan
drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.
4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,,
hipotensi.
Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

c. Pantau masukan dan haluaran urine.


Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan penggantian
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan
5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
-

Menunjukkan peningkatan nafsu makan

Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin, bantu kebersihan mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien
dan dapat menurunkan mual
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum
makan.
Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini

d. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering


atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
e. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya
responterhadap terapi
6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
untuk aktifitas hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Intervensi :
a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional

:Menetapkan

kemampuan/

kebutuhan

pasien

dan

memudahkan pilihan intervensi


b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut.
Rasional

:Menurunkan

stres

dan

rangsangan

berlebihan,

meningkatkan istirahat
c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan
metabolik

H. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU


ANATOMI PARU-PARU :

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90m2. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah.
Paru-paru dibagi dua:
Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmodekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra
lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih
kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima
buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru
kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior,
dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat
sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang
disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Letak Paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah
rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk
paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung. Paruparu dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus),

yaitu

selaput

paru

yang

langsung

membungkus

Paru.

2. Pleura parietal,
yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar. Antara kedua pleura ini
terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal,
kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan
juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan
pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.
MEKANISME FISIOLOGI PARU-PARU :
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada
waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan
dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan
membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat
ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida
adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolerkapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan
trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran
udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara
pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara
pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk
dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah
menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat
bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot
yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada

dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.
Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan
keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1. Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar tulang
rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar
yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam
yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.
a.

Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga
mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b.

Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga
mengecil sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada
a. Inspirasi

Pada saat pengambilan udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat
dirasakan adalah diafragma berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan
otot antartulang rusuk sebelah luar juga berkontraksi yang diikuti dengan
terangkatnya tulang rusuk yang menyebabkan rongga dada membesar.
Membesarnya rongga dada ini menyebabkan tekanan di dalam rongga dada
mengecil

sehingga

memungkinkan

paru-paru

dapat

mengembang.

Mengembangnya paru-paru memungkinkan tekanan di dalam ruang paru-paru


mengecil bahkan lebih kecil dari udara luar sehingga udara dapat masuk secara
berurutan ke lubang hidung - rongga hidung - faring

trakea (melaui glottis)

- bronkus (kanan-kiri) - bercabang 22 (bronkiolus-bronkiolus) alveolus


(kantong-kantong kecil).
b. Ekspirasi
Pada saat pengeluaran udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan
adalah diafragma relaksasi sehingga kembali ke posisis semula dan otot
antarrusuk dalam kontraksi menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula
sehingga rongga dada mengecil. Rongga dada mengecil sehingga menyebabkan
tekanan di dalam rongga dada meningkat yang mengakibatkan ruang paru-paru
mengecil.Mengecilnya ruang paru-paru menyebabkan membesaranya tekanan di
dalam paru-paru sehingga udara akan mengalir keluar dari alveolus melalui
bronkiolus - bronkus -

trakea

glotis

faring -

rongga hidung dan

lubang hidung.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta
:Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Andik Sumantri Skripsi
    Andik Sumantri Skripsi
    Dokumen98 halaman
    Andik Sumantri Skripsi
    Siti Maesaroh
    Belum ada peringkat
  • Stroke
    Stroke
    Dokumen5 halaman
    Stroke
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • JKN Fix
    JKN Fix
    Dokumen28 halaman
    JKN Fix
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • LP 1
    LP 1
    Dokumen9 halaman
    LP 1
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Dokumen24 halaman
    Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Anna
    Belum ada peringkat
  • LP Placenta Previa
    LP Placenta Previa
    Dokumen19 halaman
    LP Placenta Previa
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen11 halaman
    Malaria
    Rinjani widya s
    100% (1)
  • LK BRPN
    LK BRPN
    Dokumen17 halaman
    LK BRPN
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • LK Mobilitas
    LK Mobilitas
    Dokumen15 halaman
    LK Mobilitas
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • KONSTIPASI
    KONSTIPASI
    Dokumen9 halaman
    KONSTIPASI
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat
  • APPENDIKSITIS
    APPENDIKSITIS
    Dokumen14 halaman
    APPENDIKSITIS
    Rinjani widya s
    Belum ada peringkat