Anda di halaman 1dari 9

Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur yang

abnormal dan juga pengerasan feses tak normal


yang membuat pasasenya sulit dan kadang
menimbulkan nyeri.
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya
frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3
kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan
keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai
rasa sakit saat buang air besar
Konstipasi adalah suatu keluhan, bukan penyakit
batasan dari konstipasi klinik yang sesungguhnya
adalah ditemukannya sejumlah feses pada kolon,
rektum atau keduanya yang tampak pada foto
polos perut (Harari, 1999).

No

Tipe

1.

Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling


sedikit dalam 12 bulan :
1.mengedan keras 25% dari BAB
Konstipasi Fungsional
2.feses yang keras 25% dari BAB
3.rasa tidak tuntas 25% dari BAB
4.BAB kurang dari 2 kali per minggu

2.

Penundaan pada
muara rektum

Kriteria

1.hambatan pada anus lebih dari 25% BAB


2.waktu untuk BAB lebih lama
3.perlu bantuan jari-jari untuk
mengeluarkan feses

Obat-obatan tertentu (Antikolinergik, Narkotik,


Analgesik, Diuretik, NSAID ,Kalsium antagonis, Preparat
kalsium, Preparat besi, Antasida alumunium)
Penyakit saluran cerna (Kanker kolon, Divertikel, Illeus,
Hernia Volvulus, hemorrhoid dll)
Kondisi metabolis (Hiperkalsemia,Hipokalemia,Hipotiroid)
Kondisi neurologis (Stroke, Penyakit Parkinson,Traauma
medulla spinalis, Neorupati diabetik)
Gangguan Psikologis (Psikosis depresi, Demensia,Kurang
privasi untuk BAB,mengabaikan dorongan BAB,
konstipasi imajiner)
Lain-lain (Diet rendah serat,Kurang cairan,Imobilitas atau
kurang olahraga,Bepergian jauh,Pasca tindakan bedah
perut)

Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB


Mengejan keras saat BAB
Massa feses yang keras dan sulit keluar
Perasaan tidak tuntas saat BAB
Sakit pada daerah rektum saat BAB
Rasa sakit pada perut saat BAB
Adanya perembesen feses cair pada pakaian
dalam
Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan
feses
Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa
BAB

Hipertensi arterial
Imfaksi fekal
Hemoroid dan fisura anal
Megakolon

a. Pengobatan non-farmakologis
1. Latihan usus besar
2. Diet
3. Olahraga
b. Pengobatan farmakologis
1. Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl
selulose, Psilium.
2. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan
tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.
Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.
3. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk
digunakan,
misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol, laktulose,
gliserin
4. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar.
Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar
golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak
pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon.
Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.

Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi


tentang awitan dan durasi konstipasi, pola emliminasi saat ini
dan masa lalu, serta harapan pasien tentang elininasi defekasi.
Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan tingkat
aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress.
Riwayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat
ini, dan penggunaan laksatif serta enema adalah penting.
Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan rektal atau rasa
penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi,
flatulens, atau diare encer.
Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna,
bau, konsistensi, ukuran, bentuk, dan komponen.
Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan
karakternya. Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial
diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.

Konstipasi berhubungan dengan pola


defekasi tidak teratur
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan
Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi
feses keras pada abdomen

Anda mungkin juga menyukai