Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplit


di Ruang Melati I RSUD Kabupaten Buleleng
Tanggal 26 September 2016

1.1 Tinjauan Teori Penyakit


1.2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu
hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini
dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal
yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

1.2.2 Etiologi
Menurut prawirohardjo (2007) penyebab abortus dalam teori menyebutkan
ada beberapa hal, diantaranya :
1.1.2.1

Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian atau


cacat. Faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai
berikut:

1) Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan


ialah trisomi, poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan sekitar kurang sempurna, apabila lingkungan di endometrium di
sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat
makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3) Pengaruh dari luar, akibat dari radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan
alkohol dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus, pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen.
1.1.2.2

Kelainan pada Placenta

Endotritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi


placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
1.1.2.3

Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia,typus abdominalis,malaria dan lainlain yang menyebabkan abortus,toksin, bakteri, viurus, atau plasmodium dapat
melalui placenta masuk kejanin, sehingga menyebaban kematian janin dan kemudian
terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan
penyakit menahun seperti brusellosis, toksoplasmis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun jarang.
1.1.2.4

Kelainan Traktus Genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat


menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submokusa yang memegang peranan penting. Sebab lain
abortus trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh

kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebih, konisasi, amputasi, atau
robekan servik luas yang tidak di jahit.

1.2.3 Klasifikasi
1.1.3.1

Abortus Spontan

Abortus

yang

terjadi

tanpa

tindakan

mekanis

atau

medis

untuk

mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Abortus


spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksiosa dan abortus septik.
1) Abortus Imminens
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil
terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau
tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif.
2) Abortus Insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,
perdarahan bertambah.
3) Abortus Inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
4) Abortus Kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di
keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan

lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah


menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
5) Abortus Infeksiosa dan Abortus Septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi
dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
6) Missed Abortion
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di
dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih. Missed
abortionbiasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala
subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak
membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif. Dengan
ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya
sesuai dengan usia kehamilan.
7) Abortus Habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut tiga kali atau
lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
1.1.3.2
Abortus Provokatus
Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah
sebelum janin mampu hidup. Manuaba (2007), menambahkan abortus buatan adalah
tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum
umur 28 minggu atau berat janin 500 gram. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1) Abortus Therapeutic (Abortus Medisinalis)

Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan


dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
3) Unsafe abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga
dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
1.2.4 Tanda dan Gejala
1) Amenorea, sakit perut dan mulas-mulas
2) Perdarahan yang bisa sedikit / banyak dan biasanya berupa stalsel (darah
beku)
3) Sudah ada keluar fetus / jaringan
Pada pemeriksaan dijumpai gambaran :
1) Kanalis servikalis terbuka
2) Dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis.
3) Kanalis servikalis ditutup oleh perdarahan berlangsung terus.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

1.1.5 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan
ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai
14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila
pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti

kertas perkamen (fetus papiraseus) Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama.

1.1.6 Web of Caution (WOC)


KelainanLingkungan
kromosom sekitar kurang
sempurna
Pengaruh
luar radiasi,Penyakit
obat
infeksi akut
Kelainan saluran genital

Gangguan uterus Toksin, bakteri, virus


Pemberian zat makanan ke janin
Perubahan struktur sel
Masuk ke plasenta

Gangguan pertumbuhan janin

Perubahan dalam desidua basalis


Nekrosis jaringan sekitar
Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Lepas sebagian

Lepasnya buah kehamilan dari implantasinya

Tindakan kuretase
Terputusnya pembuluh darah
Kerusakan jaringan intrauteri

Kurang informasi
Perdarahan

Nyeri akut

Risiko infeksi

Takut

Kekurangan volume cairan

Ansietas

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang abortus inkomplit yaitu USG. USG kehamilan untuk
mendeteksi adanya sisa kehamilan. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis.
Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :

1) Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang.

1.1.8 Penatalaksanaan
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan:
1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:


1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
3) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

1.1.9 Komplikasi
1. Perdarahan dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang dan dapat terjadi
mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
2. Infeksi pada penanganan yang tidak legeartis dan keguguran tidak lengkap
3. Degenerasi ganas: keguguran dapat menjadi kario karsinoma sekitar 15%
sampai 20%.Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung
lama, terjadi pembesaran / perlunakan rahim, terdapat melastase ke vagina /
lainnya.
4. Penyulit saat melakukan kuretase dapat terjadi perforasi dengan gejala: kuret
terasa tembus, penderita kesakitan, penderita syokapat terjadi perdarahan
dalam perut dan infeksi dalam abdomen

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian keperawatan
1) Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab)

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status


perkawinan, agama, suku, alamat, No CM, tanggal masuk
2) Riwayat penyakit
a. Keluhan utama (saat MRS dan sekarang)
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat obstetri ginekologi
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat pernikahan
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
d. Riwayat kehamilan saat ini
e. Riwayat keluarga berencana
4) Pola fungsional kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Pengetahuan klien, keluarga tentang kehamilan dan persalinan serta
perawatan yang harus dilakukan setelah persalinan
b. Pola nutrisi/metabolisme
Asupan makanan dan minuman pada saat kehamilan, persalinan dan
perawatan pasca persalinan
c. Pola eliminasi
Perubahan BAB dan BAK yang dialami pada saat kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan
d. Pola aktivitas dan latihan
Perubahan atau hambatan yang dialami saat beraktivitas pada saat
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan
e. Pola oksigenasi
Klien menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak
f. Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami kesulitan pada saat tidur dan istirahat
g. Pola perseptual
Kurangnya pengetahuan mengenai penanganan saat kehamilan
h. Pola persepsi diri
Klien kooperatif atau tidak
i. Pola seksual dan reproduksi
Penghentian menstruasi, peruahan respon atau aktivitas seksual
j. Pola peran dan hubungan
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami nyeri
sehingga mengganggu komunikasi dengan orang lain
k. Pola manajemen koping stres
Manajemen koping kurang efektif
l. Sistem nilai dan keyakinan
Klien rajin beribadah dan berdoa
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

1.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan


1. Dx: Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....x.....jam
diharapkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : (NOC : Pain Control)
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen

nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri)

Intervensi

: (NIC : Pain Management)


O : Lakukan pengkajian secara menyeluruh, termasuk lokasi
nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas tidur
R / Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien
N : Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (nafas dalam
relaksasi)
R / Untuk mengurangi nyeri
E : Berikan informasi tentang penyebab nyeri berapa lama
nyeri akan berkurang
R / Untuk menambah wawasan klien dan keluarga
C : Kolaborasi dalam pemberian analgetik
R / Untuk mengurangi nyeri secara farmakologi

2. Dx: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... x ..... jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil : (NOC : Fluid Balance)
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastis turgor kulit baik
Memberan mukosa lembab
Tidak ada tanda haus yang berlebihan
Intervensi

: (NIC : Fluid Management)

O : Kaji status hidrasi (kelembaban memberan mukosa,


elastisitas turgor kulit)
R / Untuk mengetahui kedaan umum klien
N : Anjurkan klien untuk banyak minum
R / Untuk menambah cairan per oral
E : Berikan informasi tentang pentingnya mempertahan- kan
volume cairan
R / Untuk menambah wawasan klien dan keluarga
C : Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena (IV)
R / Menambah cairan tubuh melalui intravena (IV)
3. Dx: Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... x ..... jam
diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : (NOC : Immune Status)
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya

Intervensi

infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal

: (NIC : Infection Protection)


O : Monitor tanda dan geja infeksi sistemik dan lokal
R / Untuk mengetahui kedaan umum klien
N : Pertahanan teknik aseptik pada klien yang berisiko
R / Untuk mencegah terjadinya infeksi
E : Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
R / Untuk menambah wawasan klien dan keluarga
C : Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
R / Mengontrol infeksi secara farmakologi

4. Dx: Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... x ..... jam

diharapkan kecemasan klien berkurang atau hilang


Kriteria Hasil : (NOC : Anxiety Self Control)
Mampu mengidentifikasi intensitas kecemasan
Mampu menghilangkan penyebab kecemasan
Mampu menggunakan strategi koping yang efektif
Intervensi

: (NIC : Anxiety Reduction)


O : Kaji tingkat kecemasan klien
R / Untuk merencanakan tindakan keperawatan
N : Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan
persepsi
R / Mengetahui penyebab kecemasan
E : Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
R / Menenagkan klien agar tidak merasa cemas

C : Kolaborasi dalam pemberian obat (bila perlu)


R / Mengurangi kecemasan
1.2.4 Implementasi
Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan intervensi atau perencanaan yang telah dibuat.
1.2.5
1.
2.
3.
4.

Evaluasi
Dx 1 : Nyeri berkurang atau hilang
Dx 2 : Kebutuhan cairan terpenuhi
Dx 3 : Tidak terjadi infeksi
Dx 4 : Kecemasan klien berkurang atau hilang

DAFTAR PUSTAKA

Arisuryawan58.
2013.
Askep
Abortus
Inkomplit.
Dalam
http://arisuryawan58.wordpress.com/2013/11/20/askep-abortus-inkomplit/.
Diunduh 15 Agustus 2016
Bulecheck, Gloria M. 2008. Nursing Interventions Clasification(NIC)Fifth
Edition. USA : Mosby Inc An Affiliate of Elsevier
Herdman, T. Heather. 2011. Nanda International Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue.2008. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. USA :
Mosby Inc An Affiliate of Elsevier

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplit


di Ruang Melati I RSUD Kabupaten Buleleng
Tanggal 26 September 2016

Oleh :
Gede Nova Wisnu Dharmawan, S.Kep 16089142033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2016

Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplit


di Ruang Melati I RSUD Kabupaten Buleleng
Tanggal 26 September 2016

Telah Diterima dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instructur (CI) Stase Martenitas Profesi Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari
Departemen Keterampilan Dasar Profesi STIKES Buleleng.

Singaraja, 26 September 2016


Clinical Instructur (CI),
Ruang Melati I
RSUD Kabupaten Buleleng

Clinical Teacher (CT),


Stase Keperawatan Keterampilan
Martenitas Profesi
STIKES Buleleng

......................................................
NIP.

......................................................
NIK.

Anda mungkin juga menyukai