1.2.2 Etiologi
Menurut prawirohardjo (2007) penyebab abortus dalam teori menyebutkan
ada beberapa hal, diantaranya :
1.1.2.1
Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia,typus abdominalis,malaria dan lainlain yang menyebabkan abortus,toksin, bakteri, viurus, atau plasmodium dapat
melalui placenta masuk kejanin, sehingga menyebaban kematian janin dan kemudian
terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan
penyakit menahun seperti brusellosis, toksoplasmis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun jarang.
1.1.2.4
kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebih, konisasi, amputasi, atau
robekan servik luas yang tidak di jahit.
1.2.3 Klasifikasi
1.1.3.1
Abortus Spontan
Abortus
yang
terjadi
tanpa
tindakan
mekanis
atau
medis
untuk
1.1.5 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan
ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai
14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila
pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus) Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama.
Lepas sebagian
Tindakan kuretase
Terputusnya pembuluh darah
Kerusakan jaringan intrauteri
Kurang informasi
Perdarahan
Nyeri akut
Risiko infeksi
Takut
Ansietas
1) Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang.
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan:
1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
1.1.9 Komplikasi
1. Perdarahan dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang dan dapat terjadi
mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
2. Infeksi pada penanganan yang tidak legeartis dan keguguran tidak lengkap
3. Degenerasi ganas: keguguran dapat menjadi kario karsinoma sekitar 15%
sampai 20%.Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung
lama, terjadi pembesaran / perlunakan rahim, terdapat melastase ke vagina /
lainnya.
4. Penyulit saat melakukan kuretase dapat terjadi perforasi dengan gejala: kuret
terasa tembus, penderita kesakitan, penderita syokapat terjadi perdarahan
dalam perut dan infeksi dalam abdomen
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri)
Intervensi
Intervensi
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Tujuan
Evaluasi
Dx 1 : Nyeri berkurang atau hilang
Dx 2 : Kebutuhan cairan terpenuhi
Dx 3 : Tidak terjadi infeksi
Dx 4 : Kecemasan klien berkurang atau hilang
DAFTAR PUSTAKA
Arisuryawan58.
2013.
Askep
Abortus
Inkomplit.
Dalam
http://arisuryawan58.wordpress.com/2013/11/20/askep-abortus-inkomplit/.
Diunduh 15 Agustus 2016
Bulecheck, Gloria M. 2008. Nursing Interventions Clasification(NIC)Fifth
Edition. USA : Mosby Inc An Affiliate of Elsevier
Herdman, T. Heather. 2011. Nanda International Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue.2008. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition. USA :
Mosby Inc An Affiliate of Elsevier
Laporan Pendahuluan
Oleh :
Gede Nova Wisnu Dharmawan, S.Kep 16089142033
Lembar Pengesahan
Telah Diterima dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instructur (CI) Stase Martenitas Profesi Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari
Departemen Keterampilan Dasar Profesi STIKES Buleleng.
......................................................
NIP.
......................................................
NIK.