Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatNyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Pancasila Sebagai
Dasar Nilai Pengembangan ilmu (Implementasi Pancasila sebagai Nilai Dasar Pengembangan
Ilmu), yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari dasar negara yang berlaku di Indonesia.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yag telah memberi
kesempatan dan dukungan kepada penulis sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Ssemoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
sebagai penulis pada khususnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah selanjutnya dengan topik yang sama. Akhir kata
penulis sampaikan terimakasih.

Malang, 15 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI..2
BAB I PENDAHULUAN..3
A. Latar
Belakang........3
B. Rumusan
Masalah...3
C. Tujuan.....................4
D. Manfaat ..................4
BAB II PEMBAHASAN...5
A. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu..5
1. Konsep Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK.5
2. Urgensi
Pancasila
sebagai
Dasar
Nilai
Pengembangan
Ilmu......................................6
3. Pancasila sebagai Dasar Pengembangan IPTEK7
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Pengembangan IPTEK..8
5. Peran Sila-Sila Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu..9
B. Implementasi Pancasila sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu..11
BAB III PENUTUP.15
Kesimpulan...15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas berpikir
manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda makna, ilmu dan
pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi pengetahuan, sedangkan
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode
tertentu.
Pada awalnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia relatif masih sederhana dan
belum berkembang. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang pesat karena ditemukannya banyak teori dan teknologi. Perkembangan
pesat ilmu pada saat ini berbanding lurus dengan sikap kritis dan cerdas manusia dalam
menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya. Namun, perkembangan pesat ilmu pada saat ini
justru menimbulkan gejala penurunan derajat manusia. Produk yang dihasilkan oleh manusia,
baik teori maupun materi, menjadi lebih bernilai daripada penggagasnya. Oleh karena itu,
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia harus
diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu yang semakin
jauh dari nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah tertuang secara filosofis-ideologis dan
konstitusional di dalam UUD 1945 baik sebelum amandemen maupun setelah amandemen.
Nilai-nilai Pancasila ini juga telah teruji dalam dinamika kehidupan berbangsa pada berbagai
periode kepemimpinan Indonesia. Hal ini sebenarnya telah menjadi kesadaran bersama bahwa
Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia,
yaitu kelima sila yang merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Namun, dalam
implementasi Pancasila masih banyak terjadi distorsi dan kontroversi yang menyebabkan
praktik kepemimpinan dan pengelolaan bangsa dan negara cukup memprihatinkan.
Bukti-bukti empiris menunjukkan hampir semua inovasi teknologi merupakan hasil dari
suatu kolaborasi, apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas, antar-perusahaan,
3

antar-ilmuwan, atau kombinasi dari semuanya. Aktivitas ini pun relatif belum terfasilitasi
dengan baik dalam beberapa kebijakan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?
2. Bagaimana implementasi Pancasila sebagai nilai dasar pengembangan ilmu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
2. Untuk mengetahui implementasi Pancasila sebagai nilai dasar pengembangan ilmu.
D. Manfaat
Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan, informasi, dan pengetahuan baru bagi
pembaca, khususnya kalangan akademisi, tentang implementasi Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penuh rasa
tanggung jawab dan bermoral sesuai nilai-nilai Pancasila.
Praktis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pedoman tentang implementasi nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
1. Konsep Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada
beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila Kedua, bahwa setiap IPTEK yang dikembangkan di Indonesia
harus menyertakan nilai- nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan IPTEK itu
sendiri. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
pengembangan IPTEK di Indonesia, artinya mampu mengendalikan IPTEK agar tidak keluar
dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap pengembangan
IPTEK harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih
dikenal dengan istilah indegenisasi lmu (mempribumian ilmu).
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu, sebagaimana dikemukakan sebelumnya,
mengandung konsekuensi yang berbeda-beda. Pengertian pertama bahwa IPTEK tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mengandung asumsi bahwa
IPTEK itu sendiri berkembang secara otonom, kemudian dalam perjalanannya dilakukan
adaptasi dengan nilai-nilai Pancasila. Pengertian kedua bahwa setiap IPTEK yang
dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal
mengandaikan bahwa sejak awal pengembangan IPTEK sudah harus melibatkan nilai-nilai
Pancasila. Namun, keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya
ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk dilibatkan.
Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagain rambu normatif bagi
pengembangan IPTEK mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati oleh
para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main
Itu akan terus ditaati dalam perjalanan pengembangan IPTEK itu sendiri, sebab ketika IPTEK
5

terus berkembang, aturan main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi
kesenjangan antara pengembangan IPTEK dan aturan main. Pengertian keempat yang
menempatkan bahwa setiap pengembangan IPTEK harus berakar dari budaya dan ideologi
bangsa Indonesia sendiri sebagai proses indegenisasi ilmu mengandaikan bahwa Pancasila
bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu
yang berkembang di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan
pembicaraan di kalangan intelektual Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu
menjadi bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.
2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam halhal sebagai berikut. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan IPTEK menimbulkan perubahan dalam cara
pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang
mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan
IPTEK terhadap lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi
hidup manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi
para ilmuwan dalam pengembangan IPTEK di Indonesia. Ketiga, perkembangan IPTEK yang
didominasi negara-negara barat dengan politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam
kehidupan bangsa Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah,
dan cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan
menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu berarti bahwa segala upaya
pengembangan ilmu di Indonesia harus diorientasikan pada nilai yang termaktub dalam
Pancasila. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang tidak dibarengi dengan
dasar-dasar Pancasila yang kuat justru akan menjadi aspek penghancur bangsa, terutama dari
segi moralitas dan mentalitas. Kompleksitas ilmu yang tidak dibentengi dengan peganganpegangan moral dapat membawa pada kebebasan berilmu yang tidak sesuai dengan manfaat
hakiki ilmu itu sendiri. Pancasila hadir sebagai pedoman untuk membatasi gerak-gerik
keilmuwan agar sesuai kaidah kebenaran. Pengembangan ilmu yang didasarkan pada nilainilai Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitas hidup dan kehidupan
masyarakat.
Pentingnya pancasila sebagai dasar dari pengembangan ilmu adalah dikarenakan:
6

Pengembangan ilmu dan teknologi akhir-akhir ini tidak berdasarkan atas budaya sehingga
ilmu yang dikembangkan di Indonesia sekarang cenderung kepada budaya barat.

Perkembangan ilmu di Indonesia cenderung kepada kebutuhan pasar, sehingga prodi-prodi


yang yang laku keras adalah yang punya relasi dan terserap oleh pasar (dunia industri).

Pengembangan ilmu di Indonesia belum melibatkan masyarakat luas, sehingga hanya


menyejahterakan kalangan elit yang mengembangkan ilmu.
Perkembangan dan kemajuan IPTEK seharusnya diwujudkan untuk keadilan dan

kehidupan yang beradab serta bermoral. Dengan segala fasilitas dan kemudahan yang ada
seharusnya menyokong kita untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita, bukannya
sebagai alat menindas atau berbuat kejahatan serta kecurangan bagi mereka yang memegang
penguasaan akan IPTEK. Di sinilah betapa pentingnya landasan Pancasila yang kental dalam
setiap hati nurani anak bangsa Indonesia agar tidak akan timbul penyalahgunaan
perkembangan dan kemajuan IPTEK dalam kehidupan masyarakat.
Tanpa dibarengi pengawasan dari orang tua yang ketat serta kekuatan iman dan taqwa,
perkembangan IPTEK justru menjadi malapetaka bagi generasi penerus bangsa. Peristiwaperistiwa tersebut tidak akan terjadi apabila masing-masing individu memegang teguh dasardasar Pancasila. Penanaman Pendidikan Pancasila sejak usia dini merupakan antisipasi awal
dalam membangun filter bagi perkembangan dan kemajuan IPTEK yang terlamapau deras
sehingga moral dan mental anak bangsa justru tidak melorot menghadapinya di tengah-tengah
perubahan zaman. Dasar-dasar Pancasila dijadikan sebagai tameng untuk penangkal hal-hal
yang buruk dalam perkembangan IPTEK. Lima sila yang terdapat dalam Pancasila
mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan suatu rumusan kompleks dan menyeluruh
dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian diharapkan dapat
tercipta kehidupan masyarakat yang adil, beradab dan sejahtera, serta menyuluruh di setiap
elemen lapisan masyarakat.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya,
manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi akal,
rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia yang berhubungan dengan
intelektualitas, rasa merupakan hubungan dalam bidang estetis dan kehendak berhubungan
dengan bidang moral (etika).

Atas dasar kreativitas akalnya itulah, manusia mengembangkan IPTEK untuk


mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, tujuan
yang esensial dari IPTEK adalah semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam
masalah ini pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK demi
kesejahteraan hidup manusia. Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan
peningkatan harkat dan martabat manusia, maka IPTEK pada hakikatnya tidak bebas nilai,
namun terikat nilai-nilai. Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moral sila-sila yang tercantum dalam pancasila.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada
nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya, Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan Pancasila
merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.
Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran bahwa
fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanya akan menjebak diri
seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan hanya berpegang pada
kaidah ilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang
bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.
Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan
salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang maju dan modern.
Pengembangan dan penguasaan IPTEK menjadi sangat penting, manakala dikaitkan dengan
kehidupan global yang ditandai dengan persaingan. Namun, pengembangan IPTEK
bukan semata-mata hanya untuk mengejar kemajuan material, melainkan juga harus
memperlihatkan aspek-aspek spiritual. Artinya, pengembangan IPTEK harus diarahkan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Dengan pemikiran tersebut dapat kita ketahui adanya
tujuan esensi dari IPTEK, yaitu demi kesejahteraan umat manusia, sehingga pada hakikatnya
IPTEK itu tidak bebas nilai, melainkan terikat oleh nilai. Pancasila merupakan satu kesatuan
dari sila-silanya sehingga harus menjadi sumber nilai, kerangka pikir serta asas moralitas bagi
pembangunan.
4. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Pengembangan IPTEK
Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, tetapi justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasila mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yaitu dengan
tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak
berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih
menekankan pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata
dalam pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih).
8

Pada umumnya, para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatarbelakangi sistem
atau model manapun dari suatu perkembangan IPTEK dan masyarakat modern adalah derajat
rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam masyarakat demikian
terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang objektif dan efektif ketimbang
yang sifatnya primordial, seremonial atau tradisional. Derajat rasionalitas yang tinggi itu
digerakkan oleh perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu, nilai-nilai Pancasila itu sangat mendorong dan mendasari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah. Dengan Nilai-nilai Pancasila tersebut, perlu
menjadi kesadaran masyarakat bahwa untuk meningkatkan IPTEK di Indonesia, sejak dini
masayarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan
pada nilai-nilai Pancasila yang merupakan kepribadian khas Indonesia.
Di sini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan bangsa yang
berbasis IPTEK tanpa kehilangan jati diri (nilai-nilai Pancasila). Hal ini berarti ada nilai-nilai
dasar yang ingin dipertahankan bahkan ingin diperkuat. Nilai-nilai itu sudah jelas, yaitu
Pancasila. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia adalah mutlak. Jika
diikuti, pandangan-pandangan sekuler dunia Barat, yang ilmunya dipelajari dan jadi rujukan
para cendekiawan, sepertinya berjalan berlawanan. Dalam masyarakat modern yang berbasis
IPTEK, terlihat kecenderungan lunturnya kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan
yang sederhana, tetapi penting, karena landasan moral, segenap imperatif moral, dan konsep
mengenai kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban, adalah keimanan dan ketakwaan. Dari
dalam dan dari luar bangsa Indonesia akan menghadapi tantangan-tantangan terhadap sistem
demokrasi yang dianut dan ingin ditegakkan, yang sesuai dengan kondisi sosial-kultural
bangsa yang demikian majemuk dan latar belakang historis bangsa.

5. Peran Sila-Sila Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Sastrapratedja (2006:52-53) menegaskan bahwa ada dua peran pancasila dalam
pengembangan iptek, yaitu pertama, pancasila merupakan landasan dari kebijakan
pengembangan ilmu pengetahuan, yang kedua, pancasila sebagai landasan dari etika ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal pertama yang terkait dengan kedudukan pancasila sebagai
landasan kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai berikut.
Pertama, bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu tidak sejalan dengan keyakinan religius, tetapi
tidak harus dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika sendiri. Kedua, ilmu
9

pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun oleh nilai-nilai etis
yang

berdasarkan

kemanusiaan.

Ketiga,

iptek

merupakan

unsur

yang

menghomogenisasikan budaya sehingga merupakan unsur yang mempersatukan dan


memungkinkan komunikasi antarmasyarakat. Membangun penguasaan iptek melalui sistem
pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan membangun identitas nasional.
Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek harus merata ke semua
masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat. Kelima, kesenjangan
dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus menerus sehingga semakin merata, sebagai
konsekuensi prinsip keadilan sosial.
Hal kedua yang meletakkan pancasila sebagai landasan etika pengembangan iptek
dapat dirinci sebagai berikut. (1) Pengembangan iptek terlebih yang menyangkut manusia
haruslah selalu menghormati martabat manusia, misalnya dalam rekayasa genetik; (2) iptek
haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang maupun di masa depan; (3)
pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas manusia, baik lokal,
nasional maupun global; (4) iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang memiliki
dampak langsung kepada kondisi hidup masyarakat; (5) iptek hendaknya membantu
penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil (Sastrapratedja, 2006: 53).
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut:
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa melengkapi ilmu pengetahuan dengan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan
manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak
hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu.
3) Sila Persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang lain,
sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem. Solidaritas dalam sub-sistem
sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu
integrasi.
4) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri
dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus
demokratis dan dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian
sampai penerapan massal.
5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menekankan ketiga keadilan
Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif. Keadilan sosial
10

juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan
individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang
memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
B. Implementasi Pancasila sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu
Hasil pengembangan ilmu dan teknologi selalu bermuara pada kehidupan manusia.
Oleh karena itu, perlu pertimbangan tentang strategi atau cara-cara yang tepat, baik dan benar
agar pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat menyejahterakan dan
memartabatkan manusia.
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif, kita meletakkan Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian
dasar nilai menggambarkan Pancasila sebagai suatu sumber orientasi dan arah pengembangan
ilmu. Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya
manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atauan unfinished
journey.
Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. Berdasarkan
dimensi epistemologis, nilai-nilai Pancasila dijadikan pisau analisis/ metode berpikir dan
tolok ukur kebenaran. Berdasarkan dimensi aksiologis, nilai-nilai imperatif dalam
mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk memahami
Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif, baik
struktural maupun kultural. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang
sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK.
Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu, ilmu pengetahuan yang diletakkan di atas
Pancasila sebagai paradigmanya perlu dipahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada
aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya. Pada ontologisnya, hakikat ilmu
pengetahuan merupakan aktivitas manusia Indonesia yang tidak mengenal titik-henti dalam
upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan yang utuh dalam
dimensinya sebagai masyarakat, sebagai proses, dan sebagai produk. Sebagai masyarakat
berarti mewujud dalam academic community; sebagai proses berarti mewujud dalam
scientific activity; sebagai produk berarti mewujud dalam scientific product beserta
aplikasinya. Pada epistemologisnya, Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandungnya
dijadikan metode berpikir (dijadikan dasar dan arah berpikir) dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang parameternya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu
sendiri. Pada aksiologisnya, dengan menggunakan epistemologi tersebut, kemanfaatan dan
11

efek pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan ideal
Pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.
1. Sila Ketuhanaan Yang Maha Esa.
Sila Ketuhanaan Yang Maha Esa melengkapi ilmu pengetahuan, menciptakan sesuatu
berasarkan pertimbangan antara rasional dan irasional, menciptakan keseimbangan antara
yang logis dan tidak logis, serta mengklasifikasikan antara rasa dan akal. Berdasarkan sila ini,
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya bagi manusia dan lingkungannya. Sila ini
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagi pusatnya, melainkan sebagai bagian
yang sistematik dari alam yang diolahnya (T.Jacob, 2000).
Contoh implementasi nilai sila pertama dalam pengembangan ilmu adalah
ditemukannya teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi kloning yang
dalam perkembangannya pun masih menuai kotroversi. Persoalannya adalah terkait dengan
adanya intervensi penciptaan yang semestinya dilakukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bagi
yang beragama muslim, pada surat An-naaziaat ayat 11-14 diisyaratkan adannya suatu
perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia yang mengarahkan pada kehidupan
kembali dari tulang belulang. apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi
tulang belulang yang hancur lumat?, mereka berkata kalau demikian itu adalah suatu
pengembalian yang merugikan. Sesungguhnya pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja,
maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam perkembangan ilmu pengetahuan haruslah secara beradab. Ilmu pengetahuan
adalah bagian dari proses budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu,
perkembangan ilmu pengetahuan harus berdasarkan kepada usaha-usaha mencapai
kesejahteraan umat manusia. IPTEK harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat
manusia. Sila ini menuntun para kaum berilmu kepada arah pengendalian berilmu. Ilmu
dikembalikan kepada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk
kelompok dan lapisan tertentu.
Contoh implementasi nilai sila ke-2 dalam pengembangan ilmu adalah diterjunkannya
para tenaga kependidikan ke daerah terpencil untuk melakukan pengabdian, distribusi ilmu,
dan pengajaran kepada masyarakat.
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila lain. Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat
12

manusia termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK


hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran
bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
Sila Persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK untuk
seluruh tanah air dan bangsa secara merata. Sila ini memberikan kesadaran kepada bangsa
Indonesia bahwa rasa nasionalisme akibat perkembangan ilmu pengetahuan dapat terwujud
dan terpelihara. Persaudaraan dan hubungan antar daerah tetap dapat terjalin karena kemajuan
dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, IPTEK harus dikembangkan untuk
memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat dikembangkan dalam
hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat internasional. (T. Jacob, 2000:155).
Contoh implementasi nilai sila ke-3 dalam pengembangan ilmu adalah seperti lima
website yang telah mempermudah gerakan revolusi di abad 21 ini, seperti Wikileaks,
Facebook, Twitter, Blog, dan Video Sharing. Penciptaan media-media sosial, seperti
Facebook atau Twitter dapat menyatukan masyarakat Indonesia untuk membantu warga
negara Indonesia yang membutuhkan bantuan, seperti adanya Laskar Sedekah yang
menyalurkan sedekah masyarakat kepada yang berhak untuk menerima. Selain itu, orangorang yang sudah bersedekah dapat mengetahui bentuk kegiatan Laskar Sedekah melalui akun
media sosial yang mengunggah foto-foto penerima sedekah. Selain itu, terdapat Gerakan
100% Cinta Indonesia dan Gerakan 1000000 Facebookers dukung tetap bayar pajak
sebagai salah satu bentuk gerakan-gerakan social network yang menyatukan pemikiran
bangsa Indonesia.
Penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) lainnya, yaitu dapat membuat masyarakat Indonesia lebih tanggap,
contohnya jika terjadi bencana alam di suatu daerah, seperti kabut asap, maka informasiinformasi lebih cepat meluas dan menyebar.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Setiap orang memiliki
kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu, dalam pengembangan IPTEK, setiap
orang juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki
sikap terbuka, artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan
penemuan teori-teori lainnya.
Sila ini meminta kita membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat
mengembangkan IPTEK dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masing13

masing sehingga tidak ada monopoli IPTEK. (T. Jacob, 2000:155). Peran nilai kerakyatan
sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah meningkatkan
kreativitas masyarakat Indonesia untuk menghasilkan suatu karya cipta dalam bidang apapun
untuk kesejahteraan warga negara Indonesia.
Contoh implementasi nilai sila ke-4 dalam pengembangan ilmu adalah seorang
penemu muda Indonesia berusia 33 tahun bernama Ricky Elson dan rekan-rekannya berhasil
menciptakan mobil listrik Indonesia pertama, yaitu Tucuxi. Kemudian penemuan tersebut
dikaji ulang hingga pada tahun 2013 telah muncul mobil bertenaga listrik Selo. Pada saat ini,
Ricky Elson tengah mengembangkan becak listrik dan pembangkit listrik tenaga angin di
daerah Sumba yang menjadi pembangkit listrik tenaga angin terbaik di dunia.
Contoh lainnya adalah ketika santer beredar kabar mengenai akan dibangunnya
reaktor nuklir di Indonesia. Seluruh aliansi dari berbagi daerah beramai-ramai memberikan
pernyataan pro atau kontra mereka terhadap rencana pembangunan tersebut. Bahkan, melalui
jejaring sosial facebook muncul gerakan Tolak Pembangunan Reaktor Nuklir di Indonesia.
Hal seperti inilah yang seharusnya menjadi bahan permusyawarahan bagi para elit politik
beserta rakyatnya sehingga mencapai suatu kebijakan yang bijaksana demi kemaslahatan
bangsa Indonesia sendiri.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan
pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T. Jacob, 2000).
Menurut sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob, 2000:156).
Contoh implementasi nilai sila ke-5 dalam pengembangan ilmu adalah ditemukannya
varietas bibit unggul padi Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya
anak bangsa. Dalam perkembangan swasembada pangan ini diharapkan nantinya akan
menyejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah ditingkatkannya
jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari berbagai golongan dapat menikmati
beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.
.

14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Maksud dari Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu disini adalah dari sekian
banyak fungsi Pancasila, Pancasila juga digunakan sebagai acuan dalam pengembangan ilmu
yang semakin hari semakin kompleks. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
mencangkup

nilai-nilai

ketuhanan

(melengkapi

ilmu

pengetahuan,

menciptakan

keseimbangan antara yang logis dan tidak logis, serta mengklasifikasikan antara rasa dan
akal), kemanusiaan (menuntun para kaum berilmu kepada arah pengendalian berilmu), dan
persatuan (memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dapat terwujud dan terpelihara).
Hubungan antara pancasila dengan IPTEK tidak dapat lagi ditempatkan secara
dikotomi saling bertentangan. Pancasila tanpa disertai sikap kritis ilmu pengetahuan akan
menjadikan Pancasila itu sebagai suatu yang represif dan kontraproduktif. Sebaliknya, ilmu
pengetahuan tanpa didasari dan diarahkan oleh nilai-nilai pancasila akan kehilangan arah
konstruktifnya dan terdistori menjadi sesuatu yang akan melahirkan akibat-akibat fatal bagi
kehidupan manusia.
Untuk dapat terjadi perkembangan IPTEK yang baik dan terarah, perkembangan
IPTEK harus didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia,
sejak dini masyarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila sehingga pengembangan IPTEK bisa bermanfaat serta
mensejahterakan kehidupan manusia. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
senantiasa berorientasi pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya, Pancasila dituntut terbuka dari
kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan
15

peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai
pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu
hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi
dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan
etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2013.
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departeman Pendidikan
Nasional Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kaelan, 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta; Paradigma.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan, 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Sastrapratedja, M. 2001 Pancasila sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial, Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Sanata Dharma.
T. Jacob, 2000, Manusia, Ilmu dan Teknologi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Van Melsen, 1985, Ilmu Pengetahuan dan Tanggungjawab Kita, Yogyakarta: Kanisius.
Van Peursen, 1987, Susunan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius.

16

Anda mungkin juga menyukai