Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

BIOKIMIA
KELAS 1B. DIV KEPERAWATAN
KELOMPOK 1

ADITYA MAKALAWO
AGUNG LIENZA LATIEF
ANDI SAPUTRA SURAYA
CITRA DEVY NAPU
DWI RABIATUL ADWIYAH ALI
EKA FIDYASTUTI YUNUS
FANDA NATHASIA HAMZAH
FITA LARASATY ABBAS
FITRIAWATI RAHMAN
HARYATI C. SALEH
I WAYAN SUARDIYANA
INDRA FIRMANSYAH NUGRAHA
MAHADMAGANDI S. KUBUHI
MARNI ABDURAHMAN ABDILLAH
MELISHA BATJO
MOHAMAD DEDEN ADAM
MOHAMAD RIZKY THALIB
MUH. FIKRI PULUHULAWA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas Makalah Biokimia.
Melalui tugas ini di harapkan para mahasiswa dapat memahami tentang Mekanisme
Kerja Hormon. Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, demi
kesempurnaan makalah ini kami membutuhkan masukan-masukan dari teman-teman.

Gorontalo, Juni 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan Masalah..
C. Tujuan .............................................................................................................

3
3
3

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hormon .............................................................................................
B. Mekanisme Umum Kerja Hormon .................................................................`

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

12
12
13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan hormon dan
reseptor spesifik. Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan sifat
sinyal atau messenger kedua yang digunakan untuk memperantarai kerja hormon
didalam sel. Sejumlah messenger kedua ini telah ditentukan. Kemjuan yang pesat
telah dicapai dalam menjelaskan cara kerja hormon didalam sel, khususnya
sehubungan dengan pengaturan ekspresi gen yang spesifik.
Adaptasi homeostasis suatu organisme terhadap lingkungan terus berubah dan
sebagian besar terlaksana melalui perubahan aktivitas dan jumlah protein. Hormon
adalah bagian penting yang memfasilitasi perubahan ini. Interkasi hormon-reseptor
menyebabkan terbentuknya sinyal intrasel yang dapat mengatur aktivitas gen-gen
tertentu sehingga mengubah jumlah protein tertentu disel target, atau memengaruhi
aktivitas protein spesifik, termasuk enzimdan pengangkut atau protein kanal (Protein
Channel). Sinyal dapat memengaruhi lokasi protein disel dan dapat memengaruhi
proses-proses umum, misalnya sintesis protein, pertumbuhan sel, dan replikasi,
mungkin melalui efek pada ekspresi gen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yg dimaksud dengan hormon?
2. Bagaiman Mekanisme Umum Kerja Hormon ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hormon
2. Untuk mengetahui bagaiman mekanisme kerja hormon

BAB II
PEMBAHASAN
4

A. Definisi Hormon
B. Mekanisme Umum Kerja Hormon

Masing-masing hormon memiliki satu atau lebih efek fisiologis spesifik yang
diperantarai oleh jaringan sasaran. Jaringan tersebut memiliki kemampuan adanya
hormon tertentu ( yang sering terdapat dalam konsentrasi nanomoral atau pikomoral )
dalam sirkulasi serta berikatan dan berespons secara spesifik terhadap molekul
hormon tersebut dan tidak terhadap berbagai hormon lain yang juga terdapat di dalam
darah. Spesifisitas interaksi hormon-jaringan sasaran ini ditentukan oleh adanya
reseptor sel yang terletak di mebran plasma sel (untuk hormon steroid dan tiroid,
vitamin D3 aktif, dan asam retinoat). Agar aktivitas hormon dapat timbul, pengikatan
hormon-reseptor ini harus ditransduksikan menjadi sinyal kimia pascareseptor di
dalam sel. Sinyal ini menyebabkan respons fisiologis spesifik terhadap hormon
bersangkutan dijaringan sasaran, misalnya pengaktivan enzim atau sintesis protein
baru untuk pertumbuhan atau diferensiasi sel.
a. Mekanisme Kerja Hormon yang Berikatan ke Reseptor Permukaan Sel
Banyak sifat fisikokimia interaksi hormon reseptor permukaan sel yang
telah diketahui. Interaksi ini berlangsung cepat dan reversible, sehingga awitan
dan terminasi kerja hormon berlangsung segera. Masing masing sel sasaran
memiliki jumlah reseptor yang erlainan untuk suatu hormon tertentu, yang
bervariasi dari 100 atau kurangsampai lebih dari sejuta reseptor per sel. Namun
untuk sel jaringan tertentu, jumlah reseptor terbatas. Pada sebagian besar sel
5

sasaran makin tinggi kepadatan reseptor pada membran sel sasaran, makin besar
respon fisiologis terhadap hormon.

Protein Reseptor Permukaan Sel


Struktur protein reseptor di membran plasma cukup beraam.
Keragaman struktur ini berkaitan dengan kenyataan bahwa hormon
yang mampu berinteraksi dengan reseptor membran plasma juga secara
struktural bermacam-macam. Golongan katekolamin, misalnya adalah
molekul kecil, sedangkan hormon glikoprotein misalnya thyroid
stimulating hormone (TSH) dan golongan gonadotropin, luteneizing
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH), memiliki
srujtur yang kompleks.

Efek Intrasel Pengikatan Ligan Ke Reseptor Permukaan Sel


Pengikatan ligan ke reseptor mencetuskan suatu jenjang reaksi
biokimia yang akhirnya mengaktifkan sisem efektor intrasel. Reseptor
digolongkan erdasarkan sistem efektor intrasel atau perantara kedua
mana yang terindustri oleh sinyal pengikatan hormon ke reseptor.
Golongan utama pada jalur reseptor membran efektor adalah
Camp.inositol

1,4,5-trifosfat,(IP3)

diagsigliserol(DAG)

atau

ion,terutama ca2+, yang berfungsi sebagai perantara kedua didalam


sitosol. Bagi banyak reseptor sistem efektor sitosolik atau perantara
kedua ini berfungsi hanya apabila protein tranduser intramemran(yang
dikenal sebagai protein G karena berkaitan dengan guanidin trifosfat
(GTP) telah diaktifkan.

Pengaturan Reseptor Permukaan Sel


Jumlah reseptor pada sebuah sel diatur oleh proses yang
dikenal sebagai down regulqtion. Setelah hormon berkaitan dengan
reseptor kompleks hormon reseptor diserap oleh sel melalui proses
endositosis. Vesikel endositikkemudian berdifusi dengan lisosom , dan
enzim lisosom menguraikan hormon peptida tersebut. Reseptor
mungkin juga terurai atau di daur ulang ke permukaan sel. Internalisasi
reseptor ini menurunkan jumlah reseptor yang terdapa pada permukaan
sel. Dengan demikian eseptor mengalami down-regulation(tertekan).

b. Mekanisme Kerja Hormon yang Bekerja Pada Reseptor di Dalam Sel


6

Hormon steroid (glukokortikoid), mineralokortikoid, setrogen,


androgen vitamin D dibentuk aktif (kalstriol), hormon tiroid dan asam
retinoad (suatu bentuk vit A) erkaitan dengan reseptor intrasel
melaluimekanisme seupa menimulkan efek akhir yang serupa yaitu
pengaktifan bagian tertentu genom, menginduksi sintesis RNA dan
protein.karena proses ini sangat mirip bagi masing masing hormon
dalam golongan ini, akan dibahas model generik mekanisme kerja
dengan menggunaan hormon steroid sebagai ligan sinyal.

Transpor Hormon Steroid dalam Darah


Di dalam darah, sebagian dasar hormon steroid terikat ke protein
pembawa atau transpor. Karena hormon steroid relatif sulit larut di
dalam air, diperlukan suatu protein transpor untuk menyampaikan
hormon

tersebut

ke

sel

sasaran.

Bagi

kortikosteroid

edrenal,

trasforternya adalah corticosteroid binding globulin (CBG,globulin


pengikat kortikosteroid), yang juga dikenal sebagai transkortin.

Pengikatan Hormon ke Reseptor Intrasel


Proses kerja hormon steroid berawal dari difusi sederhana hormon
bebas menembus membran plasma sel, walaupun pada beberapa kasus
terjadi penyerapan aktif hormon oleh sel.setelah berdifusi kedalam
sel,steroid berikatan dengan protein reseptor yang memiliki ranah
pengikat spesifik bagi hormon bersangkutan.Reseptor ini ditemukan di
inti sel.Bagi sebagian hormon,reseptor tersebut juga terdapat di dalam
sitosol.

Reseptor

untuk

glukokortikoid

dan

mungkin

untuk

mineralokortikoid (aldosteron)terletak didalam sitosol, sedangkan


reseptor untuk androgen,estrogen,hormon tiroid,vitamin D aktif,dan
asam retinoad tampaknya terdapat didalam inti.
Sebagian sifat reseptor steroid telah diketahui. Pengikat ligan ke
reseptor dapat mengalami penjenuhan,yang mengisaratkan bahwa
jumlah reseptor persel terbatas dan tertentu. Selain itu,reseptor ini
memperlihatkan tingkat spesifisitas yang tinggi terhadap liganya;
namun, kemampuan reseptor mengenali dan membedakan berbagai
hormon steroid yang memiliki struktur serupa tidaklah absolut. Hanya
jaringan yang berespons terhadap steroid yang tampaknya memiliki

reseptor ini. Derajat respons biologis terhadap hormon secara umum


berikatan dengan tingkat penempatan (occupancy) reseptor.
Hormon steroid berikatan dengan reseptor yang inaktif dan belum
mengalami transformasi yang tempat pengikat liganya belum ditempati.
Reseptor inaktif tersebut mungkin membentuk kompleks dengan
beberapa heat shock protein (protein yang terbentuk di dalam sel yang
mengalami stres) yang ukurannya beragam. Heat shock protein
menutupi ranah pengikat DNA pada molekul reseptor bebas.

Pengikatan Kompleks Reseptor-Hormon ke DNA


Setelah terjadi pengikatan dengan ligan, heat shock protein terlepas
dari reseptor, sehingga ranah pengikat DNA pada reseptor sekarang
terbuka (terpajan). Reseptor yang telah mengalami transformasi dan aktif
tersebut kemudian mengikat DNA. (Apabila semula berada di dalam
sitosol, reseptor tersebut harus terlebih dahulu mengalami translokasi ke
dalam inti). Reseptor yang telah aktif tersebut mencari dan memeriksa
DNA untuk menemukan tempat akseptor spesifik berafinitas tinggi
(steroid-receptor complex response element, SRE).
Bagi semua hormon steroid diketahui terdapat sekuens DNA yang
menentukan tempat akseptor spesifik untuk mengikat kompleks hormon
steroid-reseptor. Apabila terjadi pengikatan ditempat ini, terjadi proses
transaktivasi yang merangsang aktivitas RNA polimerase sehingga
transkripsi dapat berlangsung . untuk ligan inhibitorik, proses ini tidak
menyebabkan stimulasi tetapi represi transkripsi.
RNA messenger (mRNA) yang baru terbentuk kemudian berikatan
dengan ribosom di sitosol dan mengalami translasi menghasilkan protein
spesifik. Protein ini, pada gilirannya, akan mengubah fungsi sel sesuai
perintah yang inheren terdapat dalam interkasi hormon steroid-reseptor.
Model umum kerja glukokortikoid, mineralokortikoid, dan steroid seks
ini juga berlaku bagi kerja retionat, hormon tiroid, dan vitamin D aktif.
Perbedaan utama antara model umum kerja steroid yang dijelaskan
diatas dengan model kerja vitamin D, hormon tiroid, dan asam retinoad
adalah bahwa reseptor bagi hormon yang disebut terakhir ini tidak
berikatan dengan heat shock protein. Namun, sebelum berikatan dengan
ligan (hormonnya), reseptor tersebut berada dalam keadaan inaktif.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa apabila reseptor berikatan dengan
8

ligan makaterjadi perubahan komfornasional protein reseptor yang


bukan berupa pelepasan heat shock protein. perubahan tersebut
meningkatkan aksesibilitas ranah pengikat DNA pada reseptor ke elemen
respons hormon spesifik pada DNA.

Superfamili Reseptor Hormon Steroid-Tiroid


Reseptor untuk hormon steroid, hormon tiroid, vitamin D bentuk aktif,
dan asam retinoat semua memiliki tiga ranah utama . ranah pengikat
ligan terletak dekat dengan terminal C reseptor. Bagian protein ini
memiliki homologi sekuens asam amino sebesar 30-60% dengan ranah
pengikat ligan pada reseptor lain dalam super famili reseptor steroidtiroid ini. Ranah pengikat DNA terletak dekat dengan bagian tengah
protein dengan homologi 60-95% dengan reseptor lain dalam
superfamili ini. Ranah ini memiliki dua tonjolan seperti jari, masingmasing berbentuk globular dan membentuk kompleks dengan seng. Zinc
Fingers (jari seng) ini adalah bagian dari reseptor yang berinteraksi
dengan kromatin dengan masuk pas kedalam alur utama pada heliks
ganda DNA. Ranah ketiga terletak dekat dengan terminal N protein
reseptor. Ranah ini berikatan dengan protein lain yang membentuk
kompleks dengan sekuens pengikat DNA diregio pengatur gen. Interaksi
protein yang terikat ke DNA ini satu sama lain menyebabkan
pengaktifan proses transkripsi. Karena sekuens asam amino diranah
ketiga ini (segmen transaktifasi transkripsional) sangat beragam, ranah
ini juga disebut regio variabel reseptor.
Reseptor yang terdapat didalam sitosol atau inte sel dapat mengalami
down-regulation apabila terpajan ke ligan dalam konsentrasi tinggi yang
menetap melampaui suatu rentang waktu kritis tertentu. Tidak seperti
reseptor membran, yang mengalami down-regulation melalui proses
endositosis reseptor dibagian coated pits membran, reseptor intarsel
mungkin mengalami down-regulation melalui represi sintesis akibat
penurunan pembentukan mRNA untuk protein reseptor. Proses
degradatif di dalam sel menurunkan jumlah protein.

BAB III
9

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Robert K. Murray dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Robert K. Murray dkk. 2012. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Dawn B. Marks dkk. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC

10

Anda mungkin juga menyukai