Spondilitis TB
Spondilitis TB
Disusun oleh:
Riska Rachmania 03009208
Soraya Olyfia - 030.10.258
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................ 2
BAB II............................................................................................................ 3
SPONDILITIS ANKILOSIS.............................................................................3
DEFINISI................................................................................................. 3
EPIDEMIOLOGI........................................................................................ 3
PATOFISIOLOGI....................................................................................... 3
GAMBARAN KLINIS DAERAH YANG TERKENA 4........................................3
DIAGNOSIS............................................................................................. 5
PENEGAKAN DIAGNOSIS RADIOLOGI.....................................................6
MEDIKASI............................................................................................. 10
PROGNOSIS.......................................................................................... 11
SPONDILITIS TUBERKULOSIS...................................................................11
DEFINISI............................................................................................... 11
ETIOLOGI.............................................................................................. 11
EPIDEMIOLOGI...................................................................................... 12
MANIFESTASI KLINIS.............................................................................12
KLASIFIKASI.......................................................................................... 13
PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................14
PATOFISIOLOGI..................................................................................... 19
DIAGNOSIS BANDING2..........................................................................23
MANAJEMEN TERAPI.............................................................................24
KOMPLIKASI.......................................................................................... 24
PROGNOSIS.......................................................................................... 24
SPONDILITIS PIOGENIK............................................................................25
DEFINISI............................................................................................... 25
ETIOLOGI.............................................................................................. 25
EPIDEMIOLOGI...................................................................................... 25
MANIFESTASI KLINIS.............................................................................26
PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................26
PATOFISIOLOGI..................................................................................... 28
MANAJEMEN TERAPI.............................................................................28
KESIMPULAN............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 36
BAB I
PENDAHULUAN
Spondilitis adalah inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya proses infeksi seperti pada
spondilitis tuberkulosis , dan gangguan imunitas seperti pada spondilitis
ankilosis.
Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik,
bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama
menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak
diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovial, dan
rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan
mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi
sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya
terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang
gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie-Strumpell disease atau
Bechterew's disease.
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa
infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu
Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang vertebra. Tuberkulosis
yang menyerang vertebra disebut dengan osteomyelitis vertebra.
Spondilitis tuberkulosis ini disebut juga dengan Pott Disease jika disertai
dengan paraplegi atau defisit neurologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SPONDILITIS ANKILOSIS
DEFINISI
Spondilisis ankilosis adalah bentuk artritis langka yang menyebabkan peradangan
pada tulang belakang dan sendi-sendi sakroiliaka. Kondisi ini ditandai dengan kekakuan
progresif dari sekelompok sendi dan ligamen di tulang belakang, menyebabkan rasa sakit
kronis dan gangguan mobilitas tulang belakang. Ketika tulang belakang pasien menjadi lebih
kaku, beberapa fraktur stres kecil dapat berkembang dan patah tulang ini dapat sangat
menyakitkan. Jika parah, spondilisis ankilosis juga dapat menyebabkan fusi (penggabungan)
ligamen tulang belakang dengan cakram/diskus antar vertebra.
EPIDEMIOLOGI
Spondilisis ankilosis menyerang 0,1-0,2% populasi di Amerika. Sementara di
dunia sebanyak 0,1-1,0% populasi. Penyakit ini menyerang pada pria di banding wanita
sebanyak 3:1. Onset dimulainya penyakit dimulai pada usia dewasa muda sampai usia awal
dewasa. Sementara pada usia lebih dari 45 tahun jarang ditemukan 2.
PATOFISIOLOGI
Spondilisis ankilosis adalah penyakit inflamasi kronis yang melibatkan sendi
sakroiliaka, kerangka aksial, dan sendi perifer. Etiologinya tidak diketahui tetapi melibatkan
interaksi faktor genetic dan lingkungan3. Saat ini kira kira 90% penderita yang
terdiagnosa Spondilitis ankilosis juga memiliki antigen HLA B 27 positif. Bisa juga
dikarenakan oleh komplikasi TBC melalui penyebaran secara hematogen.
Patologi utama dari spondilisis ankilosis adalah proses peradangan kronis,
termasuk CD4, CD8, limfosit T dan makrofag. Sitokin, terutama tumor necrosis factor-
(TNF-) dan Transforming Group Factor- (TGF-), juga penting dalam proses inflamasi
dengan menyebabkan fibrosis dan pengerasan di tempat terjadinya peradangan 3.
1. Diskus Intervertebralis
Ketika orang menua terjadi perubahan biokimiawi tertentu yang mempengaruhi jaringan di
seluruh tubuh. Pada tulang belakang, struktur dari diskus intervertebralis (annulus
fibrosus,lamellae, dan nucleus pulposus) mungkin dapat mengalami perubahan biokimiawi
tersebut. Annulus fibrosus tersusun dari 60 atau lebih pita yang konsentris dari serabut
kolagen yang dinamakan lamellae. Nucleus pulposus adalah suatu bahan seperti gel didalam
diskus intervertebralis yang dibungkus oleh annulus fibrosus. Serabut kolagen membentuk
nukelus bersama dengan air dan proteoglikan.
Efek degeneratif dari penuaan dapat melemahkan struktur dari annulus fibrosus yang
menyebabkan bantalan melebar dan robek. Isi cairan didalam nucleus menurun sesuai dengan
usia, mempengaruhi kemampuannya untuk melawan efek kompresi (peredam getaran).
Perubahan struktural karena degenerasi dapat mengurangi ketinggian diskus dan
meningkatkan risiko herniasi diskus.
2. Facet Joint
Sendi facet disebut juga dengan zygapophyseal joints. Masing-masing korpus
vertebrae memiliki empat sendi yang bekerja seperti engsel. Ini adalah persendian
tulang belakang yang dapat menyebabkan ekstensi, fleksi, dan rotasi. Seperti sendi
lainnya, permukaan sendi dari tulang memiliki lapisan yang tersusun dari kartilago.
Kartilago adalah jenis jaringan konektif tertentu yang memiliki permukaan gesekan
rendah karena memiliki lubrikasi sendiri. Degenerai facet joint menyebabkan
hilangnya kartilago dan pembentukan osteofit. Perubahan ini dapat menyebabkan
hipertrofi atau osteoarthritis, dikenal juga sebagai degenerasi joint disease.
3. Tulang dan ligament
Osteofit dapat terbentuk berdekatan dengan lempeng pertumbuhan tulang,
sehingga dapat mengurangi aliran darah ke vertebra. Kemudian permukaan
pertumbuhan tulamg dapat kaku, terjadi suatu penebalan atau pengerasan tulang
dibawah lempeng pertumbuhan. Ligament adalah pita dari jaringan ikat yang
menghubungkan struktur tulang belakang dan melindungi dari hiperekstensi. Namun
demikian, perubahan degeneratif dapat menyebabkan ligament kehilangan
kekuatannya.
4. Tulang Cervical
Kompleksitas anatomi dan pergerakan yang luas membuat segmen ini rentan terhadap
gangguan yang berkaitan dengan perubahan degeneratif. Nyeri leher sering terjadi.
Nyeri dapat menjalar ke bahu ata ke lengan kanan. Ketika suatu osteofit dapat
mengakibatkan kompresi akar syaraf, kelemahan tangan mungkin tidak disadari. Pada
kasus yang jarang, osteofit pada dada dapat mengakibatkan susah menelan (disfagia).
5. Vertebra Thorakalis
Nyeri yang berkaitan dengan penyakit degeneratif sering dipicu oleh fleksi kedepan
dan hiperekstensi. Pada diskus vertebrae torakalis nyeri dapat disebabkan oleh fleksi
facet join yang hiperekstensi.
6. Vertebra Lumbalis
Spondylosis sering kali mempengaruhi vertebra lumbalis pada orang diatas usia 40
tahun. Nyeri dan kekakuan badan merupakan keluhan utama. Biasanya mengenai lebih
dari satu vertebrae. Vertebrae lumbalis menopang sebagian besar berat badan. Oleh
karenanya, gerakan dapat merangsang serabut saraf nyeri pada annulus fibrosus dan
facet joint. Pergerakan berulang seperti mengangkat dan membungkuk dapat
meningkatkan nyeri.
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menyeluruh mengungkapkan banyak tentang kesehatan dan keadaan umum
pasien. Pemeriksaan termasuk ulasan terhadap riwayat medis dan keluarga pasien. Palpasi
untuk menentukan kelainan tulang belakang, daerah dengan nyeri tekan, dan spasme otot.
2. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis dengan memeriksa gejala-gejala pasien termasuk nyeri,
kebas, paresthesias, sensasi, motoris, spasme otot, kelemahan, gangguan perut, dan
kandung kemih. Pemeriksaan range of motion, mengukur tingkatan sampai sejauh
mana pasien dapat melakukan gerak fleksi, ekstensi, miring ke lateral, dan rotasi
tulang belakang.
3. Pencitraan
Radiografi (x-rays) dapat memperlihatkan berkurangnya diskus vertebralis dan
osteofit. Namun tidak sejelas CT-scan atau MRI. CT-scan dapat digunakan untuk
mengungkap adanya perubahan tulang yang berhubungan dengan spondylosis. MRI
mampu memperlihatkan kelainan diskus, ligament, dan nervus.
4. Kriteria Diagnosis
Untuk memudahkan menegakkan diagnosis telah dibuat kriteria-kriteria tertentu;
umumnya berdasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan radiologis.
Nyeri pinggang paling sedikit berlangsung selama 3 bulan, membaik dengan olah raga dan
2
3
4
5
atau sacroiliitis bilateral grade 2-4 disertai dengan salah satu gejaia klinis di atas
progresif yaitu blurring pada permukaan tulang subchondral menjadi erosi ireguler
pada tepi sendi sakroiliaka (pseudowidening) untuk sclerosis, penyempitan, dan
akhirnya fusi4.
Erosi tulang subchondral dari sendi sakroiliaka biasanya terlihat dini di bagian
bawah sendi (karena bagian ini dipagari oleh sinovium) dan di sisi iliaka (karena
tulang kartilago ini meliputi sisi sendi)5.
Tanda-tanda radiografi Ankylosing Spondylosis adalah akibat enthesitis, terutama
dari anulus fibrosus. Tanda-tanda radiografi awal termasuk squaring dari badan
vertebra yang disebabkan oleh erosi dari margin superior dan inferior, yang
mengakibatkan hilangnya kontur cekung normal dari permukaan anterior badan
vertebra (lihat gambar bawah). Lesi inflamasi pada entheses tulang belakang dapat
mengakibatkan sclerosis dari margin superior dan inferior badan vertebra, disebut
sudut mengkilap (lesi Romanus)3.
2. CT SCAN
CT scan dari sendi Sakroiliaka, tulang belakang, dan sendi perifer dapat
mengungkapkan bukti sakroiliitis awal, erosi, dan enthesitis yang tidak jelas pada
radiografi standar. Fitur seperti erosi sendi, sclerosis subchondral (lihat
gambar bawah),dan ankilosis tulang yang divisualisasikan lebih baik
pada CT scan dari pada radiografi, namunbeberapa varian normal
sendi sacroiliaka dapat mensimulasikan fitur sakroiliitis
3. MRI
MRI mungkin memiliki peran dalam diagnosis awal sakroiliitis. Deteksi
peningkatan sinovial pada MRI ditemukan berkorelasi dengan aktivitas penyakit, yang
diukur dengan penanda laboratorium inflamasi. MRI telah ditemukan untuk menjadi
lebih unggul CT scan dalam mendeteksi perubahan tulang rawan, erosi tulang, dan
perubahan tulang subkondral. MRI juga sensitif dalam penilaian aktivitas penyakit
yang relatif dini3
MRI lebih sensitif dibandingkan baik radiografi atau CT scan dalam mendeteksi
perubahan awal tulang rawan dan edema sumsum tulang dari sendi-sendi sacroiliaka.
Meskipun sensitif dalam mendeteksi sakroiliitis, MRI tidak spesifik untuk
mendiagnosis spondilisis ankilosis sebagai penyebab sakroiliitis.
MEDIKASI
Tidak ada tindakan pencegahan atau pengobatan definitif
untuk individu dengan Ankylosing spondylosis. Diagnosis dini
dan pendidikan pasien yang tepat adalah penting. Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) biasanya digunakan untuk mengurangi
nyeri dan mengurangi peradangan. Pembedahan ini diarahkan untuk
resolusi komplikasi yang berhubungan dengan Ankylosing
Spondylosis. Tidak ada pengobatan bedah kuratif. Pengobatan konservatif
berhasil dalam 75% dari seluruh waktu 3,4.
PROGNOSIS
Hasil pada pasien dengan spondilisis ankilosis umumnya baik dibandingkan
pada pasien dengan rheumatoid arthritis. Pasien sering membutuhkan terapi antiinflamasi jangka panjang. Cacat fisik parah tidak umum di antara pasien dengan AS.
Masalah dengan mobilitas terjadi pada sekitar 47% pasien. Cacat ini berkaitan dengan
durasi penyakit, perifer arthritis, tulang belakang keterlibatan serviks, usia yang lebih
muda saat onset gejala, dan penyakit hidup bersama.
SPONDILITIS TUBERKULOSIS
DEFINISI
Spondilitis tuberkulosis atau Potts disease adalah infeksi tuberkulosis (TB)
ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih ruas tulang belakang. Spondilitis
tuberkulosis disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis.
ETIOLOGI
Infeksi secara spesifik disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Abses
pada vertebra yang terbentuk dapat merupakan fokus primer atau penyebaran
hematogen dari paru/organ lain.
Spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga sebagai penyebabnya,
seperti Mycobacterium africanum (di Afrika Barat), bovine tubercle baccilus,
ataupun non-tuberculous mycobacteria (penderita HIV).
EPIDEMIOLOGI
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia
serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan
sumber morbiditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang
berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih
menjadi merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah berkembang atau
maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu 30 tahun
terakhir.
Perlu dicermati bahwa di Amerika dan Inggris insidensi penyakit ini
mengalami peningkatan pada populasi imigran, tunawisma lanjut usia dan pada orang
dengan tahap lanjut infeksi HIV. Selain itu dari penelitian juga diketahui bahwa
peminum alkohol dan pengguna obat-obatan terlarang adalah kelompok beresiko besar
terkena penyakit ini.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa bervariasi dan tergantung pada banyak
faktor. Biasanya onset Pott's disease berjalan secara mendadak dan berevolusi lambat.
Berbeda dengan piogenik dimana gejala cenderung lebih jelas (demam tinggi) dan
berevolusi dengan cepat.
Durasi gejala-gejala sebelum dapat ditegakkannya suatu diagnosa pasti
bervariasi dari bulan hingga tahun; sebagian besar kasus didiagnosa sekurangnya dua
tahun setelah infeksi tuberkulosa. Pada anamnesis dan inspeksi dapat ditemukan gejala
dari penyakit TB paru, seperti gambaran penyakit sistemik dan riwayat batuk lama.
Selain itu, dapat terlihat atau dikeluhkan gejala destruksi tulang belakang seperti nyeri,
kelainan bentuk tulang, bengkak (bila ada abses) serta defisit neurologis.
Salah satu defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia yang
dikenal dengan nama Potts paraplegia. Paraplegia ini dapat timbul secara akut
ataupun kronis (setelah hilangnya penyakit) tergantung dari kecepatan peningkatan
tekanan mekanik kompresi medula spinalis.
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk spondilitis:
1. Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di
bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan pada
orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus. Terbanyak
ditemukan di regio lumbal.
2. Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga
disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering
menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga
menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang bersifat
spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.
3. Anterior
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas
dan dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di
bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga disebabkan
karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses prevertebral dibawah
ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari suplai darah
vertebral.
4. Bentuk atipikal
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan keterlibatan
lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan
tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus, serta
lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior. Insidensi tuberkulosa yang
melibatkan elemen posterior tidak diketahui tetapi diperkirakan berkisar antara 2%10%.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1 Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis. Laju endap darah
2
3
4
bersifat relatif
Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan meningitis
tuberkulosa). Normalnya cairan serebrospinal tidak mengeksklusikan
kemungkinan infeksi TBC. Pemeriksaan cairan serebrospinal secara serial
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Radiologi
1 Sinar Rontgen
Diperlukan pengambilan gambar dua arah ,antero-posterior (AP) dan
lateral (L). Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior
korpus vertebra dan osteoporosis regional. Penyempitan ruang diskus
intervertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan
jaringan lunak di sekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform.
Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah. Korpus menjadi
kolaps dan terjadi fusi anterior yang menghasilkan angulasi yang khas
disebut gibbus. Bayangan opaque pada sisi lateral vertebra, memanjang
kearah distal, merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan
torakolumbal yang berbentuk fusiform.
Gambar 2.7 Tampak penyempitan celah sendi disertai Gibus pada foto
vertebra (Lateral)
Gambar 2.8 Tampak penyempitan celah sendi disertai Gibus pada foto
vertebra (Lateral)
MRI
Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak dan aman
digunakan. MRI juga memiliki kelebihan dalam mendiagnosa penyakit pada
masa dini atau lesi multipel dibandingkan CT dan pemeriksaan radiologik
konvensional. Gambaran lesi pada T1 weighted image adalah hypointense
sedangkan pada T2 weighted image adalah hiperintens. Lesi juga dapat
dapat ditemukan fokus yang multipel yang dipisahkan oleh vertebra yang normal, atau
infeksi dapat juga berdiseminasi ke vertebra yang jauh melalui abses paravertebral.
Terjadinya nekrosis perkejuan yang meluas mencegah pembentukan tulang
baru dan pada saat yang bersamaan menyebabkan tulang menjadi avascular sehingga
menimbulkan tuberculous sequestra, terutama di regio torakal. Discus intervertebralis,
yang avaskular, relatif lebih resisten terhadap infeksi tuberkulosa. Penyempitan rongga
diskus terjadi karena perluasan infeksi paradiskal ke dalam ruang diskus, hilangnya
tulang subchondral disertai dengan kolapsnya corpus vertebra karena nekrosis dan lisis
ataupun karena dehidrasi diskus, sekunder karena perubahan kapasitas fungsional dari
end plate. Suplai darah juga akan semakin terganggu dengan timbulnya endarteritis
yang menyebabkan tulang menjadi nekrosis.
MANAJEMEN TERAPI
Tujuan terapi pada kasus spondilitis tuberkulosa adalah :
1. Mengeradikasi infeksi atau setidaknya menahan progresifitas penyakit
2. Mencegah atau mengkoreksi deformitas atau defisit neurologis
Untuk mencapai tujuan itu maka terapi untuk spondilitis tuberkulosa terbagi menjadi
terapi konservatif dengan perbaikan nutrisi, konsumsi obat anti tuberkulosa, dan
istirahat yang cukup dan terapi operatif untuk pasien dengan gangguan fungsi saraf.
KOMPLIKASI
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya tekanan
ekstradural sekunder karena pus tuberkulosis, sekuestra tulang, sekuester dari
diskus intervertebralis (contoh : Potts paraplegia prognosa baik) atau dapat
juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh jaringan granulasi
tuberkulosis (contoh : menigomyelitis prognosa buruk). Jika cepat diterapi
sering berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis pada tumor). MRI dan
mielografi dapat membantu membedakan paraplegi karena tekanan atau karena
invasi dura dan corda spinalis.
2. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke
dalam pleura.
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan spondilitis tuberkulosis sangat tergantung dari usia
dan kondisi kesehatan umum pasien, derajat berat dan durasi defisit neurologis serta
terapi yang diberikan. Apabila dilakukan dengan adekuat, prognosis mortalitas dan
relaps penyakit ini baik, dan apabila terdapat defisit neurologis, terapi operatif sedini
mungkin dapat memberikan prognosis lebih baik.
SPONDILITIS PIOGENIK
DEFINISI
Infeksi spinal piogenik (spondilitis piogenik) adalah gabungan dari beberapa
gangguan klinis seperti spondilodisitis, osteomielitis, dan abses epidural. Tulang
vertebra merupakan lokasi umum untuk terjadinya infeksi, dengan 2-7% dari seluruh
kasus infeksi muskuloskeletal terjadi di tulang vertebra.
ETIOLOGI
Tuberkulosis diyakini sebagai penyebab utama infeksi spinal, namun pada
studi tahun 2004-2008, infeksi tuberkulosis ditemukan hanya pada 24.2% kasus
sedangkan sisanya disebabkan oleh infeksi piogenik. Organisme yang umum menjadi
penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus dan spesies Streptococcus, yang
ditemukan pada lebih dari 50% kasus. Escherichia coli dan proteus dapat ditemukan
pada pasien dengan infeksi saluran kemih. Pada pasien penyalahgunaan obat, basil
gram negatif sering ditemukan. Organisme anaerobic dapat terinokulasi secara
langsung ke pasien dengan trauma tulang belakang dan umum pada pasien diabetes
mellitus. Salmonella diduga sebagai penyebab utama osteomyelitis pada anak dengan
anemia sel sabit. Namun begitu, pada sepertiga kasus organisme penyebab tidak
pernah ditemukan.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi dilaporkan antara 0.2 dan 2 kasus per 100,000 orang per tahun, dan
terdapat bukti bahwa angka ini meningkat dengan kenaikan angka usia harapan hidup
pasien dengan penyakit kronis. Sekitar 95% kasus infeksi spinal piogenik mengenai
badan vertebra dan/atau diskus intervertebral, dengan hanya 5% mengenai bagian
posterior tulang vertebra. Spondilitis piogenik adalah penyakit yang biasanya
mengenai pasien usia di atas lima puluh tahun, dengan angka insidensi meningkat per
dekade setelahnya. Laki-laki tampak lebih sering terkena walau alasannya masih
belum diketahui. Faktor predisposisi termasuk diabetes melitus, malnutrisi,
penyalahgunaan obat, infeksi HIV, riwayat keganasan, penggunaan steroid jangka
panjang, gagal ginjal kronis, sirosis hepar, dan septicemia.
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis infeksi spinal piogenik berdasarkan manifestasi klinis, hasil
pemeriksaan radiologi dan mikrobiologi. Diagnosis dapat telat ditegakkan, dari 2-12
minggu setelah onset. Hal ini dapat menyebabkan destruksi tulang, kifosis, dan
komplikasi neurologis. Onset gejala biasanya tidak khas, dengan keluhan utama nyeri
leher atau punggung pada 90% kasus. Demam biasanya tidak dikeluhkan, hanya
terdapat pada kurang dari 20% kasus. Gejala lain berupa mual muntah, anoreksia,
pengurangan berat badan, lemas, dan penurunan kesadaran.
Kesulitan menelan juga merupakan salah satu gejala, dapat disebabkan abses
retrofaring diasosiasikan dengan spondilitis piogenik tulang servikal. Kelemahan
ekstremitas dengan rasa kebas dan disfungsi otot sfingter dapat disebabkan kompresi
medulla spinalis atau kauda equine. Komplikasi neurologis dapat juga disebabkan
infiltrasi dan kerusakan iskemik pada medulla spinalis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Foto polos harus dilihat pada semua kasus dugaan infeksi tulang vertebra untuk
menilai keparahan destruksi tulang dan evaluasi malalignment dari proses penyakit.
Kelainan awal dapat tidak jelas terlihat. Tanda pertama yang dapat terlihat adalah
pengaburan end-plates dan penyempitan intervertebralis, yang dapat ditemukan 2-8
minggu setelah onset infeksi. Karena mayoritas pasien juga memiliki perubahan
degenerative pada tulang vertebra, perubahan akibat infeksi dapat terlewati pada tahap
pertama penyakit. Oleh karena itu, kemungkinan spondilitis tidak boleh dilupakan.
Setelah 8-12 minggu, destruksi yang lebih jelas dapat terlihat. Apabila ditemukan
destruksi tulang signifikan, scalloping dan kolaps badan vertebra akan terjadi,
menghasilkan kifosis. Ekstensi jaringan lunak dengan abses paraspinal harus dicurigai
pada foto dengan bayangan jaringan lunak abnormal, walau jarang ditemukan
dibandingkan pada kasus infeksi tuberkulosis.
Foto
-
Kifosis berat
2. Ankylosing Spondilitis
3. Spondilitis Piogenik
Foto Rontgen Lumbosakral AP-lateral
- Spondilitis piogenik dengan destruksi diskus intervertebral
dankifosis
BAB III
KESIMPULAN
Spondilitis adalah inflamasi tulang vertebra, dapat disebabkan infeksi seperti
pada spondilitis tuberkulosis dan spondilitis piogenik atau gangguan imunitas seperti
pada spondilisis ankilosis. Spondilitis dapat menyebabkan deformitas dan gangguan
neurologis. Terapi dini adalah kunci prognosis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
http://emedicine.medscape.com/article/386639-overview#showall
21 Lawrence H Brent, MD. Ankylosing Spondylitis and Undifferentiated
Spondyloarthropathy http://emedicine.medscape.com/article/332945-overview
22 S Craig Humphreys, MD. Ankylosing Spondylitis in Orthopedic Surgery
http://emedicine.medscape.com/article/1263287-overview
23 Jennifer H. Jang, Michael M. Ward, Adam N. Rucker, John D. Reveille, John C.
24 Baraliakos, X., Listing, J., Rudwaleit, M., Sieper, J. and Braun, J. (2009),
Development of a radiographic scoring tool for ankylosing spondylitis only
based on bone formation: Addition of the thoracic spine improves sensitivity to
change. Arthritis Care & Research, 61: 764771. doi: 10.1002/art.24425