PENDAHULUAN
Harga kedelai impor melonjak tajam beberapa hari terakhir menembus harga Rp9.000
10.000,- per kilogram. Pasokan kedelai impor yang kian berkurang dinilai menjadi penyebab.
Padahal jenis kedelai ini paling banyak dikonsumsi untuk pembuatan tempe dan tahu
ketimbang kedelai lokal. Adapun kedelai lokal harganya relatif lebih murah hanya Rp 8.000
per kilogram meski kualitasnya dinilai tak sebagus kedelai impor. Melangitnya harga kedelai
itu membuat pengrajin tempe dan tahu kelimpungan. Beberapa dari mereka kesulitan
berprodusksi karena mahalnya bahan baku. Kedelai yang dibutuhkan perajin tahu dan tempe
ialah kedelai impor. Kelemahan kedelai lokal selain harga juga lebih tinggi, biji kedelai juga
lebih kecil. Saat dibuat menjadi tempe, biji kedelai tidak mengembang. Selain itu, menurut
sejumlah perajin menggunakan kedelai lokal hasil produksi menjadi cepat basi (koran
Demokrasi Indonesia, Juli 2012).
Harga tempe semakin melambung tinggi sehingga akhirnya ada upaya inovatif untuk
mengganti menjadi tempe alternatif atau dengan bahan dasar selain kedelai. Masyarakat
Indonesia terkenal kreatif dengan kondisi bahan pangan yang ada di bumi nusantara ini.
Meski saat harga tempe belum melangit di berbagai daerah tertentu tempe kedelai dari dulu
masih kadang dianggap lebih mahal oleh kelompok masyarakat tertentu. Sehingga setiap
daerah berinovasi menemukan bahan pangan alternatif tempe. Selain tempe berbahan dasar
kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan baku bukan kedelai yang juga
disebut tempe. Seperti tempe dengan bahan baku biji karet.
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis Mull.Arg
yang berasal dari negara Brazil. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji
biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit
keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Wikipedia).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah proses pembuatan tempe dari biji karet?
2. Bagaimanakah cara menghilangkan zat sianida (HCN) yang bersifat toksik dari biji
karet?
3. Bagaimanakah kandungan protein tempe biji karet dibandingkan dengan biji kedelai?
4. Bagaimanakah nilai protein tempe berbahan baku biji karet dibandingkan dengan protein
tempe berbahan baku biji kedelai?
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.