Anda di halaman 1dari 3

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Biji karet selama ini hampir tidak mempunyai nilai ekonomis sama sekali dan hanya
dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet saja. Padahal, biji karet memilik
kandungan minyak nabati yang tinggi dan memiliki asam lemak tak jenuh yang tinggi
sehingga cocok sebagai bahan baku pembuatan makanan yang sehat. Salah satu alternative
produk olahan yang dapat dibuat dari biji karet adalah Es cream dan Tempe. Selain harganya
terjangkau, es cream dan Tempe biji karet ini memiliki kandungan asam lemak tak jenuh
Omega 3 dan Omega 6 yang sangat diperlukan bagiperkembangan otak pada anak-anak.
Selain itu biji karet juga memiliki kandungan Omega 9 dan protein yang cukup tinggi.
Kandungan asam lemak tak jenuh Omega 3 dan Omega 6 sangat diperlukan
bagi perkembangan jaringan otak pada anak-anak. Anak-anak sebagai generasi masa depan
bangsa yang akan mempengaruhi kemajuan bangsa itu sendiri setidaknya membutuhkan
asupan gizi yang cukup untuk perkembangan jaringan otak mereka. Salah satu solusi cerdas
untuk memaksimalkan perkembangan jaringan otak pada generasi-generasi bangsa adalah
dengan mengonsumsi berbagai olahan makanan dari biji karet.
Dahulu saat harga barang pangan meroket khususnya susu dan daging, maka
masyarakat dianjurkan untuk mengkonsumsi tahu dan tempe dikarenakan makanan rakyat ini
murah dan bergizi tinggi. Tetapi sekarang fenomena itu hanya kenangan, ketika tahu dan
tempe menjadi barang mewah. Kedelai sebagai bahan bakunya melambung tinggi tidak
terkendali, sehingga harga tempe mahal seperti halnya barang impor. Saat ini Indonesia masih
bergantung pada impor kedelai dari beberapa negara. Impor dilakukan karena lahan untuk
memproduksi kedelai terbatas sehingga stok tidak bisa memenuhi permintaan yang ada.
Harga kedelai dunia tinggi sekali karena ada anomali cuaca di Brasil dan Argentina. Mungkin
saja nanti ada rekomendasi dari mengganti susu atau daging diganti tempe, di masa depan
tempe bak barang mewah diganti tempe bukan kedelai.

Harga kedelai impor melonjak tajam beberapa hari terakhir menembus harga Rp9.000
10.000,- per kilogram. Pasokan kedelai impor yang kian berkurang dinilai menjadi penyebab.
Padahal jenis kedelai ini paling banyak dikonsumsi untuk pembuatan tempe dan tahu
ketimbang kedelai lokal. Adapun kedelai lokal harganya relatif lebih murah hanya Rp 8.000
per kilogram meski kualitasnya dinilai tak sebagus kedelai impor. Melangitnya harga kedelai
itu membuat pengrajin tempe dan tahu kelimpungan. Beberapa dari mereka kesulitan
berprodusksi karena mahalnya bahan baku. Kedelai yang dibutuhkan perajin tahu dan tempe
ialah kedelai impor. Kelemahan kedelai lokal selain harga juga lebih tinggi, biji kedelai juga
lebih kecil. Saat dibuat menjadi tempe, biji kedelai tidak mengembang. Selain itu, menurut
sejumlah perajin menggunakan kedelai lokal hasil produksi menjadi cepat basi (koran
Demokrasi Indonesia, Juli 2012).
Harga tempe semakin melambung tinggi sehingga akhirnya ada upaya inovatif untuk
mengganti menjadi tempe alternatif atau dengan bahan dasar selain kedelai. Masyarakat
Indonesia terkenal kreatif dengan kondisi bahan pangan yang ada di bumi nusantara ini.
Meski saat harga tempe belum melangit di berbagai daerah tertentu tempe kedelai dari dulu
masih kadang dianggap lebih mahal oleh kelompok masyarakat tertentu. Sehingga setiap
daerah berinovasi menemukan bahan pangan alternatif tempe. Selain tempe berbahan dasar
kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan baku bukan kedelai yang juga
disebut tempe. Seperti tempe dengan bahan baku biji karet.
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis Mull.Arg
yang berasal dari negara Brazil. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji
biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit
keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Wikipedia).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah proses pembuatan tempe dari biji karet?
2. Bagaimanakah cara menghilangkan zat sianida (HCN) yang bersifat toksik dari biji
karet?
3. Bagaimanakah kandungan protein tempe biji karet dibandingkan dengan biji kedelai?
4. Bagaimanakah nilai protein tempe berbahan baku biji karet dibandingkan dengan protein
tempe berbahan baku biji kedelai?

C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Mengkaji proses pembuatan tempe dari biji karet.


Mengkaji cara menghilangkan zat sianida (HCN) yang bersifat toksik dari biji karet.
Mengkaji kandungan protein biji karet dibandingkan dengan biji kedelai.
Mengkaji nilai protein tempe dari bahan baku biji karet dibandingkan dengan protein
tempe berbahan baku biji kedelai.

Anda mungkin juga menyukai