PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memililki fungsi utama yakni
untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh dunia.Diperkirakan
15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Perkiraan tersebut,
merupakan perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak
5,9 % populasi di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus
menyebabkan kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk
tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini
termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab
kematian. Diabetes adalah penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65%
penderita diabetes menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran untuk
pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada tahun 1997
diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik
yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes
mellitus lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa.
Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita
diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting dalam
pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan diabetes mellitus.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mengerti tentang anatomi dan fisiologi dari pancreas
Mahasiswa mengerti tentang pengertian dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang klasifikasi dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang etiologi dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang manifestasi klinis dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang mendiagnosa dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang upaya pencegahan dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang strategi penanggulangan dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang penunjang dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang penegakan diagnosis dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang komplikasi dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang penatalaksanaan dari diabetes mellitus
Mahasiswa mengerti tentang kontrol glikemik
Mahasiswa mengerti tentang asuhan keperawatan dari diabetes mellitus
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari bab I; pendahuluan, bab II; tinjauan
pustaka, bab III; tinjauan kasus, bab IV; penutup.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus
limpa diarah kronio dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan
dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang
lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior
berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus
unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
b. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh
darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta
dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak
terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B
merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi
antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk
polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan
ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari
insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian
diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat
membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang
tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan
eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler
berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa
2. Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel sel dipulau langerhans.
Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan
kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan
glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis
hormone
lainnya,
contohnya
insulin
menghambat
sekresi
glukagon,
sendiri, tetapi
c. Gaya hidup
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak serta gula. Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan pada kerja pankreas. Beban pangkreas yang berat
akan berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang
tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada
ketidakstabilan kerja pankreas.
e. Minimnya Aktivitas Fisik
Setiap gerakan tubuh
dengan
tujuan
meningkatkan
dan
Obat
Lamanya jam
Dosis lazim/hari
Klorpropamid (diabinise)
60
Glizipid (glucotrol)
12-24
1-2
16-24
1-2
Tolazamid (tolinase)
14-16
1-2
Tolbutamid (orinase)
6-12
1-3
c. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM.
makanan yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari. Ini harus
konsisten dari hari kehari. Adalah sangat penting bagi pasien yang
menerima insulin dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan
aktivitas insulin lebih jauh orang dengan DM tipe II, cenderung
kegemukan dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin dan
hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat
badan. (Arif M, 2010).
Modifikasi dari faktor-faktor resiko :
1)
2)
3)
4)
5)
rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
(Arif M, 2010).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG DARI DIABETES MELLITUS
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa
darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan
DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.
1. Pemeriksaan glukosa darah
a. Glukosa Plasma Vena Sewaktu
Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II
dilakukan pada pasien DM tipe II dengan gejala klasik seprti poliuria,
polidipsia dan polifagia. Gula darah sewaktu diartikan kapanpun tanpa
memandang terakhir kali makan. Dengan pemeriksaan gula darah sewaktu
sudah dapat menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl (plasma vena) maka penderita tersebut sudah dapat
disebut DM. Pada penderita ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan tes
toleransi glukosa.
b. Glukosa Plasma Vena Puasa
Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan
8-12 jam sebelum tes dengan menghentikan semua obat yang digunakan,
bila ada obat yang harus diberikan perlu ditulis dalam formulir. Intepretasi
pemeriksan gula darah puasa sebagai berikut : kadar glukosa plasma
puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, 126 mg/dl adalah diabetes melitus,
sedangkan antara 110 - 126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu
(GDPT). Pemeriksaan gula darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan
pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.
c. Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)
Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang
mengandung 100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan
merokok serta berolahraga. Glukosa 2 jam Post Prandial menunjukkan DM
bila kadar glukosa darah 200 mg/dl, sedangkan nilai normalnya 140.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl
tetapi < 200 mg/dl.28
d. Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila
pada pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200
GLUKOSA PLASMA
Normal
Pre diabetes
Diabetes
PUASA
< 100 mg/dl
100- 125 mg/dl
>125 mg/dl
BAIK
80-100
SEDANG
100-125
BURUK
126
puasa (mg/dl)
Glukosa darah 2
80-144
145 -179
180
jam (mg/dL)
A1c
Kolesterol total
< 6.5
< 200
6.5 -8
200 239
>8
240
(mg/dL)
HDL (mg/dL)
LDL (mg/ dl)
Trigliserida
IMT (kg/m2)
Tekanan
<100
>45
<150
18.5-23
<130/80
100 -129
130
150- 199
23- 25
130 140/ 80-90
200
>25
>140/90
darah(mm/hg)
Indikasi Skrining diabetes pada dewasa yang asimtomatik meliputi :
1. Tekanan darah > 135/80mmHg
2. Obesitas dan salah satu dari faktor resiko diabetes ( riwayat keluarga diabetes,
tekanan darah > 140/90 mmHg, LDL < 35mg/dL atau trigliserid > 250 mg/dL.
3. ADA merekomendasikan skrening pada usia > 45 tahun walaupun tidak ada
kriteria diatas.
J. KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
1. Komplikasi yang bersifat akut
a. Koma Hiplogikemia
Adalah koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obatan
diabetic yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk
masuk ke dalam sel.
b. Ketoasidosis
Adalah minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel
mencari sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak
ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton
yang berlebihan yang mengakibatkan asidosis
c. Koma hiperosmolar nonketotik
Adalah Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel
dan ekstrasel karena banyak diekresi lewat urin (Arif M, 2010).
2. Komplikasi yang bersifat kronik
a. Makroangipati
Komplikasi makroangiopati terdiri dari penyakit jantung koroner,
stroke dan penyakit vaskuler perifer. Komplikasi makroangiopati atau
penyakit vaskuler diabetik merupakan penyebab utama morbilitas dan
mortalitas pada DM Tipe II. Ada dua teori mengenai terjadinya komplikasi
kronik. Teori pertama adalah hipotesis genetik metabolik yang menyatakan
komplikasi kronik merupakan akibat kelainan metabolik pada penderita
diabetes melitus. Makroangiopati diabetikum memliki gambaran serupa
aterosklerosis. Penyakit ini diakibatkan oleh reaksi biokimia yang
disebabkan oleh insufisiensi insulin. Reaksi biokimia ini berupa
penimbunan sorbitol pada tunika intima vaskuler, hiperlipoproteinemia
dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya kelainan makroangiopati ini
menyebabkan penyumbatan vaskuler. Jika mengenai pada arteri perifer
akan menyebabkan insufisiensi aliran perifer dan gangren pada ekstremitas
serta adanya insufisiensi serebral dan stroke. Jika mengenai arteri
koronaria dan aorta menyebabkan timbulnya infark miokard.
Faktor yang berpengaruh pada makroangiopati adalah hipertensi,
hiperlipidemia, hiperinsulinemia, neuropati, viskositas darah meningkat,
efek metabolik defisiensi insulin.
b. Mikroangiopati
Adalah yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,
nefropati diabetic. Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai
dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM yang terjadi
mikroangiopati,
makroangiopati
dan
neuropati
diabetes melitus.
Pilar penatalaksaan
Pilar penatalaksanaan DM tipe II pada lini pertama dilakukan dengan
pengaturan pola makan, latihan jasmani dalam 2-4 minggu. Pada lini kedua
apabila kadar glukosa belum mencapai target dilakukan terapi farmakologi
dengan obat Hiperglikemik Oral (OHO). Dan lini terakhir dengan pemberian
suntik insulin, namun dalam keadaan dekompensasi metabolik dapat langsung
diberikan terapi insulin.
Pilar penatalaksanaan DM tipe II:
a. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes
mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan
perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi.
Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Penyakit DM.
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
Penyulit DM.
Intervensi farmakologis dan non farmakologis.
Hipoglikemia.
Masalah khusus yang dihadapi.
Perawatan kaki pada diabetes.
Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan.
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian
jumlah
kalori
Diit
Diabetes
Mellitus
harus
<90cm (Pria)
<80cm (Wanita)
>90cm (Pria)
>80cm (Wanita)
Risk of co-morbidities
BB Kurang
BB Normal
BB Lebih
<18,5
18,5-22,9
>23,0 :
Rendah
Rata-rata
Rata-rata
Meningkat
Meningkat
Sedang
Berat
Sedang
Berat
Sangat berat
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu dengan
durasi 30 menit. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah bersifat aerobik
(jalan kaki, sepeda santai, jogging dan berenang) latian jasmani
disesuaikan dengan usia serta memperbanyak aktifitas aktif. Latian
jasmani berguna untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin sehingga memperbaiki kendali glukosa darah.
Kegiatan jasmani sehari hari dan latihan jasmani teratur (3 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud
serta
menurunkan
produksi
gula
hati.
Metformin
dapat
2)...................................................................................................................
Insulin
Insulin digunakan pada pasien yang tidak dapat dikendalikan
dengan kombinasi sulfonylurea dan metformin.10 Untuk memenuhi
kebutuhan
insulin
basal
digunakan
insulin
kerja
menengah
ketidakcukupan
insulin,
penurunan
masukan
oral,
status
hipermetabolisme
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan.
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri,
intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
f. Risiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan sirkulasi
3. Rencana Keperawatan
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
NYERI AKUT
NOC :
KONTROL NYERI
1. Kontrol Nyeri
2. Tingkat Nyeri
dengan indikator:
skala 3 (sedang)
2. Meringis dengan skala 1 (berat) menjadi
diprediksi.
skala 3 (sedang)
Batasan karakteristik:
1. Laporan secara verbal atau non
verbal
2. Diaforesis
3. Dilatasi Pupil
personal)
5. Fokus menyempit
NO
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
NOC
NIC
NOC :
NIC :
AIRWAY MANAGEMENT
NO
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
KETIDAKSEIMBANGAN
NOC :
MANAJEMEN NUTRISI
1.
2.
3.
4.
KEBUTUHAN TUBUH
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik:
1. Berat badan 20% atau lebih di
bawah rentang berat badan ideal
2. Bising usus hiperaktif
3. Cepat kenyang setelah makan
4. Diare
5. Gangguan sensasi rasa
kebutuhan klien
5. Anjurkan klien untuk meningkatkan
asupan nutrisinya
6. Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien
8. Monitor berat badan
2. Ketidakmampuan mencerna
makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient
4. Kurang asupan makanan
NO
4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
KEKURANGAN VOLUME
NOC :
MONITOR CAIRAN
CAIRAN
1. Keseimbangan Cairan
Definisi:
pengeluaran sodium.
Batasan karakteristik:
1. Kelemahan,
2. Kehausan,
terganggu)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
NOC
NOC:
NIC
EXERCISE THERAPY : AMBULATION
1. Ambulasi
2. Pergerakan
Batasan karakteristik :
1. Postur tubuh yang tidak stabil
2. Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik
kasar
3. Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik
4.
5.
6.
7.
halus
Tidak ada koordinasi gerakan
Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik
Perubahn gaya berjalan
(penurunan kecepatan berjalan,
kesulitan memulai berjalan,
langkah sempit,kaki diseret,
goyangan yang berlebihan pada
posisi lateral)
8. Penurunan waktu reaksi
tulang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
RISIKO INFEKSI
NOC:
KONTROL INFEKSI
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Definisi:
1.
2.
klien lain
2. Instruksikan pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
4. Gunakan universal precaution dan
gunakan sarung tangan selma kontak
dengan kulit yang tidak utuh
5. Observasi dan laporkan tanda dan gejala
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri,
tumor
6. Kaji temperatur tiap 4 jam
7. Pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
8. Berikan antibiotik sesuai autran
9. Ajarkan klien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
TN. D DENGAN MASALAH DIABETES MELLITUS
DI RUANG CEMPAKA BAWAH RSUP PERSAHABATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Diri Klien dan penanggung jawab
Identitas diri klien
a. Nama Klien
: Tn. D
b. Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 15 November 1950
c. Umur
: 66 Tahun
d. Jenis kelamin
: Laki-laki
e. Alamat
: Jl. Pisangan Lama III RT.008/008, Jakarta Timur
f. Status Perkawinan : Menikah
g. Agama
: Islam
h. Suku Bangsa
: Betawi
i. Pendidikan
: SD
j. Pekerjaan
: Wiraswasta
k. Tanggal masuk RS : 12 Januari 2017
l. Diagnosa Medis
: Diabetes Melitus Tipe 2
m. Sumber Informasi :
Klien
Keluarga (Suami dan Anak Klien)
Buku status
n. Tanggal pengkajian : 17 Januari 2017
o. Ruang
: Cempaka Bawah
Identitas Penanggung Jawab
a. Keluarga dekat yang
dapat segera dihubungi
b. Nama
c. Pekerjaan
d. Alamat
e. Telp
3.1.2
: Istri
: Ny. L
: Ibu Rumah Tangga
: Jl. Pisangan Lama III RT.008/008,
Jakarta Timur
: 083892066007
e. Pernah masuk di RS
f. Obat-obatan yang pernah
digunakan
g. Riwayat kecelakaan
h. Tindakan (operasi)
3.1.4
a.
b.
c.
d.
Genogram
Terlampir
Keluarga Tn.D
Keluarga Ny. L
Ny. L
Tn. D
Ny.S s
Keterangan :
: Laki - Laki
: Bercerai
: Perempuan
: Serumah
: Meninggal
: Entry
3.1.5
NO.
1
KEGIATAN
DIRUMAH
DI RS
NUTRISI
BB
TB
Frekuensi makan
Jenis makanan
Makanan yang disukai
Makanan yang tidak di sukai
Makanan pantangan
Nafsu makan
Alat makan yang dipakai
Rasa mual/muntah
Kebutuhan kalori
Jenis diet
Intake cairan / minuman
63 kg
165 cm
Klien makan 3x sehari
Nasi, lauk pauk, sayuran
Ayam Goreng
Pepaya
Tidak ada
Baik
Sendok dan Piring
Mual (-) , muntah (-)
1500 kkal
Tidak melakukan diet
2000 cc / 24 jam
ELIMINASI
BAB
Frekuensi
3 hari sekali
Selama di RS baru 1x
Waktu
Penggunaan pencahar
Pagi hari
Tidak menggunakan
BAB
Siang Hari
Tidak menggunakan
Warna
Konsistensi/diare
Kolostomi/ilieostomi
Darah/lendir
pencahar
Kuning
Konsistensi padat
Tidak ada kolostomi
Tidak ada lendir / darah
BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Inkontinensia
Hematuria
Infeksi
Cateter
6 kali/24 jam
Kuning Jernih
Amoniak
Tidak mengalami
incontinensia
Tidak mengalami
hematuria
Tidak mengalami infeksi
62 kg
165 cm
Klien makan 3x sehari
Nasi, lauk pauk, sayuran
Ayam Goreng
Pepaya
Tidak ada
Tidak Baik
Sendok dan Piring
Mual (-), muntah (-)
1700 kkal
Diit cair DM 6x 100 cc
1500 / 24 jam
- Infus = 20 tpm
pencahar
Kuning
Konsistensi padat
Tidak ada kolostomi
Tidak ada lendir / darah
5-8 kali/24 jam,
Sering buang air kecil
Kuning Jernih
Amoniak
Tidak mengalami
inkontinensia
Tidak mengalami
hematuria
Tidak menggunakan
kateter
1000 cc/hari
kateter
1800 cc/hari
POLA
ISTIRAHAT/TIDUR
Waktu tidur
Lama tidur
Kebiasaan sebelum tidur
Kebiasaan saat tidur
Kesulitan dalam tidur
Jam tidur (siang/malam)
PERSONAL HYGIENE
Mandi
2 kali sehari
Gosok gigi
Cuci rambut
Ganti pakaian
1 kali sehari
1 kali sehari
3.1.6
Tidak ada
dirumah
Menonton Tv sambil
minum kopi
Bersepeda
Setiap pagi
dan istirahat
Tidak ada
Tidak ada
Terbatas
Dibantu dengan istrinya
Dibantu dengan istrinya
Tidak ada
Lelah
Ada
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
KEPALA
MATA
Rambut warna
Bentuk
: Simetris
Ketajaman penglihatan : 20/ 30
Daya akomodasi
: Dapat
: Hitam sebagian
memutih
Kualitas/distribusi : Kualitas baik
/distribusi merata
Kondisi kulit kepala : Kurang Bersih
Bengkak/memar
: Tidak terdapat
memar
Bentuk
: Bulat, simetris
Pusing/sakit kepala : Ada Pusing
Alopesia
: Tidak ada alopesia
Benjolan / masa
: Tidak terdapat
benjolan
melihat
HIDUNG
Keluaran / sekret
Lecet / lesi
Concha nasal
Septum
kesegala arah
Reaksi pupil
: Miosis, Isokor
Konjungtifa
: Anemis
Sclera
: Tidak ikterik
Pergerakan bola mata : Bergerak semua
arah
Edema Palpebra
: Tidak terjadi
edema
Penggguna alat bantu : Tidak
menggunakan
alat bantu
Adanya lesi
: tidak ada lesi
BIBIR / MULUT
: Tidak ada sekret
: Tidak terdapat
lesi
: Concha nasal
ada 2,
berwarna merah
muda
: Septum lurus
Bentuk
: Simetris
Lecet / lesi
: Tidak terdapat lesi
Membrane mukosa
: Kering
Warna bibir
: Merah
Kelengkapan gigi pengguna gigi palsu:
ditengah
: Tidak terdapat
polip
Reaksi alegi
: Tidak
mempunyai
alergi
Fungsi penghidung
: Baik
Epstaksis
: Tidak terjadi
Pernafasan cuping hidung: Tidak ada
Edema / polip
TELINGA/PENDENGARAN
Bentuk
Lesi Lecet
: Simetris
: Tidak Terdapat
lesi
Keluaran (cerumen/cairan) : Tidak ada
cerumen
Fungsi Pendengaran :
Hasil test weber :
Tidak ada perbedaan kanan dan kiri
Test Rine
: Negatif
Test Swabach
:
Memendek/sama dengan pemeriksa
Test Bisik
:
Klien bisa mendengar bisikan
LEHER
Kulit
: Tidak sianosis,
bersih
ROM
: Tidak terbatas
Kelenjar Getah Bening : Tidak terdapat
pembesaran
kelenjar getah
bening
Kelenjar Tiroid
: Tidak terdapat
pembesaran
Trachea
: Tidak terdapat
pembesaran
pemeriksa
Fungsi Keseimbangan : Seimbang
SIRKULASI
Distensi Vena jugularis : Tidak membesar
Suara Jantung
: S1 = Lup, S2 =
Dup
Suara Jantung Tambahan: Tidak ada
Nyeri Dada
: Tidak ada
Edema
: Tidak terdapat
Edema
Clubbing
: Tidak ada
Rasa Pusing
: Ada
Capileri Refile
: CRT <3 detik
Rasa Kesemutan
: Tidak mengalami
kesemutan
PERNAPASAN
Suara Paru
Pola Nafas
Bentuk Dada
: Vesikuler
: Reguler
: Simetris
Sputum
: Tidak terdapat
Sputum
: Tidak terdapat
nyeri dada
: Tidak mengalami
Nyeri Dada
Batuk/haemaptoe
batuk
Pengembangan Dada : Simetris
Penggunaan Otot Pernapasan Tambahan:
ABDOMEN / PENCERNAAN
Bentuk
: Simetris
Bengkak / acites
: Tidak ada
Gambar pembuluh vena / spider naepi:
Tidak ada
Ada massa / tidak
Bising usus
Nyeri tekan
: Tidak ada
: 15 x / menit
: Tidak mengalami
nyeri tekan
Pembesaran hati / limpe : Tidak mengalami
Pembesaran
limpe
Mual / muntah
: Tidak
Tanda murfhi
: Tidak terdapat
tanda murfhi
REPRODUKSI
(Untuk Klien Wanita)
tambahan
Frekuensi
: 21 x / menit
Irama Pernafasan
: Reguler
Hasil Rontgen
: Rontgen
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak ada
Riwayat Merokok
: Ada
KULIT
Nyeri
: tidak Ada
Pola latihan gerak (ROM) : Terbatas
Tonus otot
: 3333 3333
3333 3333
Deformitas / kelainan bentuk : Tidak ada
Postur
: pendek
gendut
Halitosis
Hemoroid
: Tidak ada
: Tidak terdapat
hemoroid
Warna
: Tidak sianosis
Tugor
: Tidak Elastis
Texture
: Kering
Lesi luka
: Tidak terdapat lesi
Letak luka (gambar) : Tidak ada
NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Nilai GCS
: E4 V5 M6 = 15
Kordinasi/tremor : Tidak ada tremor
Orientasi thdp wkt, tempat & orang: Baik,
Orientasi penuh
Pola tingkah laku : Cemas
Refleks
: +2 +2
+2 +2
Kekuatan Mengenggam : kurang
Mampu
menggenggam
Pergerakan ekstremitas
: Terbatas
Riwayat kejang / epilepsy / perkison:
Tidak mempunyai riwayat kejang
Sakit kepala
: Tidak ada
Fungsi saraf cranial (12) : Normal
Paralise/parise
: Tidak terjadi
paralise
Tanda peningkatan TIK
: Tidak terjadi
TIK
(Untuk Klien Pria)
Pemakaian kontrasepsi ( vasektomi ) : Pembesaran Prostat
:-
Kehamilan
: Tidak Ada
Buah Dada
: Ada 2
Niplle
:Simetris/tidak
: Simetris
Ada massa/tidak : Tidak ada massa
Perdarahan
: Tidak ada perdarahan
Keputihan
: Tidak ada keputihan
Usia menarche : 13 tahun
Lamanya Siklus menstruasi : 7 hari
Periode Mentruasi Terakhir : Umur 50 thn
Hasil PAP smear terakhir : Tidak Ada
Fungsi seksual
: Berkurang
ENDOKRIN
Rasa haus
Rasa lapar
Poli uri
Ada riwayat luka sukar sembuh
Riwayat pola diet tinggi gula
: Ada
: Ada
: Ada
: Tidak ada
: Diit cair
DM 6x 100 cc
Riwayat penyakit keluarga (gula): Ada
TANDA VITAL
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Pernafasan
: 30x/menit
Nadi
: 98x/menit
Irama nadi
: Reguler
Kekuatan nadi
: Kuat
Suhu
: 37,1C
NYERI/KETIDAK NYAMAN
Gejala ( Subjektif )
Lokasi
: Tidak Ada
Intensitas (1-10 dimana 10 sangat nyeri) :
Tidak ada
Frekuensi
: Tidak Ada
Impotensi
Lesie
Fungsi Seksual
:::-
IMUNOLOGI
Riwayat Alergi
: Tidak ada
Jenis Alergi
: Tidak ada
Reaksi Alergi yang muncul : Tidak ada
PERKEMIHAN
Kesulitan BAK
: Tidak ada
Histensi
: Tidak ada
Pembesaran blas
: Tidak ada
Penggunaan diuretic : Tidak ada
Perubahan frekuensi / pola BAB : Ada
Retensi urin
: Tidak ada
Keseimbangan intake output :
Masukan < Keluaran
Intake
oral
= 1500 / 24 jam
Infus
= 500 / 24 jam
Output
BAK
= 1800 / 24 jam
BAB
= 300
Balance cairan = Intake - Output
= 2000 - 2100
= -100 cc
Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka
: Tidak Ada
Memegang area yang sakit : Tidak Ada
Respon emosional
: Cemas
Penyempitan focus
: Cemas
Kualitas
: Seperti di terbakar
Durasi
: Tidak ada
Penjalaran
: Tidak Ada
Factor-faktor pencetus : Tidak Ada
Cara menghilangkan, factor-factor yang
berhubungan nyeri
3.1.7
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
: Tidak Ada
Integritas Ego/Psikologis
1. Gejala ( Subjektif )
Factor stress
Cara mengatasi stress
Masalah-masalah financial
Status hubungan
Factor-faktor budaya
Agama
Kegiatan keagamaan
Gaya hidup
Perubahan terakhir
Perasaan-perasaan
Keputusasaan
2. Tanda (Objektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai) :
Tenang
: Cemas
:
Marah
Menarik Diri
::-
Takut
Mudah Tersinggung
Tidak Sabar
Euforik
:::-
3.1.8
Interaksi Sosial
a.
b.
c.
d.
e.
e.
f.
g.
Status perkawinan
: Menikah
Lama
: 35 Tahun
Hidup dengan
: Istri dan 3 anak
Masalah-masalah / stress
: masalah tentang kesehatannya
Keluarga besar
: 1 orang istri dan 3 orang anak
Orang lain pendukung
: Istri, Anak, Saudara
Peran dalam stuktur keluarga
: Sebagai Kepala Keluarga
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/kondisi :
Klien sering kali tidak menjaga pola makan dengan baik
h. Perubahan bicara
:Penggunaan alat bantu komunikasi
:Klien tidak menggunakan alat
i. Adanya laringektomi
j. Bicara
Jelas
Tak jelas
Tidak dimengerti
Afasia
k. Pola bicara tak biasa/ kerusakan
l. Penggunaan alat bantu bicara
bantu
: Tidak terdapat laringektomi
: Bicara jelas
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak ada kerusakan
: Tidak menggunakan alat bantu
bicara
m. Komunikasi verbal/ non verbal dengan keluarga/orang terdekat lain :
Klien berkomunikasi dengan baik dan jelas menggunakan komunikasi
verbal
n. Pola interaksi (perilaku)
:
Klien terlihat akrab saat melakukan interaksi dengan keluarga.
3.1.9
: Indonesia
: Rendah dan kadang
kadang selalu bertanya
kepada perawat.
Ketidakmampuan belajar (khusus)
: Tidak mampu merawat
anggota keluarga yang
sakit
Keterbatasan kognitif
: Tidak ada
Keyakinan kesehatan/yang dilakukan
: Berdoa
Orientasi spesifik terhadap perawatan kesehatan (spt, dampak dari
agama/cultur yang dianut)
: Tidak ada
: Tidak ada
: Klien berharap agar bisa
sembuh dan mendapatkan
perawatan dengan baik.
: Tidak mengalami
perubahan.
TD
:
140/90
mmHg
N
: 98x/menit
RR : 31x/menit
S
: 37,1C
Hasil pemeriksaan
Nilai Normal
6,9 g/dl
18.890/ul
20,8%
283.000/ul
13,2-17,2 g/dl
3.500 11.000/ul
35-47%
140.000-440.000/ul
0,1
0,5
73,7
16,4
9,3
15,4
01%
1,3 %
52,0 76,0 %
20 40 %
28%
11,5 14,5
7,423
48 mmHg
226,10 mmHg
14,60 mmol/L
29 mmol/L
10 mmol/L
99,9 %
17,7 mmol/L
7,350 7,450
35 45 mmHg
75 100 mmHg
21 25 mmol/L
21 27 mmol/L
-2,5 - +2,5 mmol/L
95 98 %
22 24 mmol/L
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
HITUNG JENIS
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
RDW-CV
ANALISA GAS DARAH
PH
P CO2
P O2
H CO3
Total CO2
Stase Excess
O2 Saturation
Standard HCO3
Hasil pemeriksaan
Insulin
Nilai Normal
Pemeriksaan
17 Januari 2017
18 Januari 2017
137
177
194
253
113
261
Novorapid 3 x 8 unit
Novorapid 3 x 8 unit
19 Januari 2017
219
257
153
Novorapid 3 x 8 unit
20 Januari 2017
225
218
273
Novorapid 3 x 8 unit
3. Pengobatan
a. Oral
Captopril
Cilotazol
Musatal
b. Suntik
Ranitidin
OMZ
c. Lain Lain
Lantus
Novorapid
: 2 x 25 mg
: 2 x 50 mg
: 1 x 20 mg
: 2 x 1 gr
: 3 x 40 mg
: 1 x 10 unit
: 3 x 8 unit
ANALISA DATA
INTERPRETASI DATA
MASALAH
DAN KEMUNGKINAN
PENYEBAB
DS :
terlentang
Produksi Insulin menurun
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak sesaknya
Pola napas cepat dan
dangkal
Terpasang O2 liter
mengunakan nasal kanul
sebanyak 5 Liter/menit
Tampak menggunakan otot
bantu nafas
Tampak ada pernafasan
cuping hidung
Pasien terlihat tidur dengan
setengah duduk
RR : 30 x/menit
Hasil AGD :
PH
: 7,423
P CO2: 48 mmHg
P O2 : 226,10 mmHg
H CO3: 14,60 mmol/L
Total CO2 : 29 mmol/L
Glukagon meningkat
Asidosis Metabolik
CO2 Meningkat
PCO2 Meningkat
DS :
Kekurangan
volume cairan
Osmolalitas Cairan
Ekstrasel meningkat
Filtrasi Glomerulus
Meningkat
DO :
Peningkatan output urin 5
8 x/jam
Konjungtiva anemis
Turgor kulit tidak elastis
Texture kulit kering
Membran mukosa kering
Riwayat pola diet tinggi
Osmotik Diuretik
Kekurangan Volume
Cairan
DS :
Tn. D mengatakan masih
Muntah
Ketidakseimbanga
n nutrisi: kurang
muntah
Tn. D mengatakan sering
haus
Tn. D mengatakan sering
dari kebutuhan
tubuh
cepat lapar
Tn. D mengatakan lemas
Glukosa tidak dapat diserap
oleh sel-sel tubuh
DO :
Klien tampak lemah
Mukosa bibir tampak kering
Terjadi penurunan BB
Rs : 62 kg
Rumah : 63 kg
Makanan tampak tidak
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh
dihabiskan
Diit cair DM 6 x 100 cc
Kebutuhan kalori = 1700 cc
IMT : 28, 20 kg/m2
Turgor kulit tidak elastis
DS :
Mobilitas Fisik
Hambatan
bakar
DO :
Lemah
Dibantu istrinya
ROM terbatas
Tonus Otot : 3333 3333
3333 3333
Terbaring lemas di tempat
tidur
Tn. D tampak tidak
melakukan kegiatan apa-apa
diuresis
osmotic
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masuk oral
4. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
3.4 Perencanaan Keperawatan
Terlampir
3.5 Implementasi
Terlampir
3.6 Evaluasi
Terlampir
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
NOC
NIC
NOC :
NIC :
AIRWAY MANAGEMENT
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
KEKURANGAN VOLUME
NOC :
MONITOR CAIRAN
1. Keseimbangan Cairan
2.
3.
4.
5.
Definisi:
penurunan cairan intravaskuler,
interstisiil, dan atau mengarah
intravaskuler. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium.
Batasan karakteristik:
1. Kelemahan,
2. Kehausan,
3. Penurunan turgor kulit/lidah,
4. Membran mukosa /kulit kering,
5. Peningkatan denyut nadi,
6. Penurunan tekanan darah
7. Penurunan tekanan nadi,
8. Pengisian vena menurun,
9. Perubahan status mental,
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
KETIDAKSEIMBANGAN
NOC :
MANAJEMEN NUTRISI
1.
2.
3.
4.
KEBUTUHAN TUBUH
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik:
1. Berat badan 20% atau lebih di
bawah rentang berat badan ideal
kebutuhan klien
5. Anjurkan klien untuk meningkatkan
asupan nutrisinya
6. Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
4. Diare
5. Gangguan sensasi rasa
6. Kehilangan rambut berlebihan
7. Kelemahan otot pengunyah
8. Kelemahan otot untuk menelan
9. Kerapuhan kapiler
10. Kesalahan informasi
11. Kesalahan persepsi
12. Ketidakmampuan memakan
makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada makanan
16. Membrane mukosa pucat
17. Nyeri abdomen
18. Penurunan berat badan dengan
asupan makan adekuat
19. Sariawan rongga mulut
mencegah konstipasi
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien
8. Monitor berat badan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan
NOC
NOC:
1. Ambulasi
2. Pergerakan
Batasan karakteristik :
1. Postur tubuh yang tidak stabil
2. Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik
NIC
kasar
3. Keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik
4.
5.
6.
7.
halus
Tidak ada koordinasi gerakan
Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik
Perubahn gaya berjalan (penurunan
kecepatan berjalan, kesulitan
memulai berjalan, langkah
sempit,kaki diseret, goyangan yang
kemampuan
5. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
6. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
1. Pengobatan
2. Pembatasan gerak
3. Kurang pengetahuan tentang
kegunaan pergerakan fisik
4. Indeks masa tubuh diatas 75 tahun
persentil sesuai dengan usia
5. Kerusakan persepsi sensori
6. Tidak nyaman, nyeri
7. Kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskular
8. Intoleransi aktivitas
9. Depresi mood/cemas
10. Kerusakan kognitif
11. Penurunan kekuatan otot
12. Keengganan untuk memulai gerak
13. Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan
14. Malnutrisi umum atau selektif
15. Kehilangan integritas struktur
tulang
: Cempaka Bawah
NO. DIAGNOSA
EVALUASI
HASIL
Selasa,
17.01.17.
S:
Klien mengatakan masih sesak
Klien mengatakan masih sesak napas jika dibawa
tidur terlentang
O:
Suara nafas : Vesikuler
Klien tampak diberikan teapi pentolin
TTV:
TD: 140/90 mmHg
N : 98x/menit
RR : 31x/menit
S : 37,1C
Klien tampak lemah
Pola napas cepat dan dangkal
Terpasang nasal kanul dengan O2 5 Liter/menit
A:
Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dengan posisi semi fowler
Lakukan auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Selasa,
17 1 - 17
(Kekurangan
Volume Cairan
Dan Elektrolit)
3. Mengukur TTV
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Lakukan kolaborasi dalam pemberian inhalasi
Monitor tanda tanda vital
S:
Tn. D mengatakan masih sering buang air kecil
Tn. D mengatakan masih sering haus
Tn. D mengatakan masih sering cepat lapar
output
5. Memonitor membran mukosa dan
turgor kulit, serta rasa haus
6. Memantau pengeluaran urine
7. Memonitor warna dan jumlah urine
8. Mengawasi tetesan infus
O:
x/menit, S: 37,1C
Intake Cairan:
Oral : 1500 cc/24 jam
Infus : 500 cc/24 jam
Output Cairan:
BAK : 1900 cc/24 jam
BAB : 300 cc/24 jam
Balance cairan
= Intake - Output
= 2000 - 2200
= - 100 cc
A:
Masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminasi
Ukur TTV
Catat secara akurat intake dan output
Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa
Selasa,
17 - 1 - 17
1.
2.
(Ketidakseimbang
3.
-an nutrisi: kurang 4.
dari kebutuhan
tubuh )
haus
Pantau pengeluaran urine
Monitor warna dan jumlah urine
Awasi tetesan infus
S:
O:
A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :.
Kaji pola makanan klien
Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk
penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan
klien
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien
Berikan makan selagi hangat
Berikan makan sedikit tapi sering
Selasa,
17 1 17
(Hambatan
Mobilitas Fisik)
latihan
2. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
lain tentang teknik ambulasi
3. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
4. Latih pasien dalam pemenuhan
S:
O:
A:
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
: Cempaka Bawah
NO. DIAGNOSA
EVALUASI
HASIL
Rabu,
18.01.17.
S:
Klien mengatakan masih sesak
Klien mengatakan masih sesak napas jika dibawa
tidur terlentang
O:
Suara nafas : Vesikuler
Klien tampak diberikan terapi pentolin
TTV:
TD: 130/90 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 37C
Klien tampak lemah
Pola napas cepat dan dangkal
Terpasang nasal kanul dengan O2 5 Liter/menit
A:
Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dengan posisi semi fowler
Lakukan auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Rabu,
18 1 - 17
(Kekurangan
Volume Cairan
Dan Elektrolit)
output
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Lakukan kolaborasi dalam pemberian inhalasi
Monitor tanda tanda vital
S:
Tn. D mengatakan masih sering buang air kecil
Tn. D mengatakan masih sering haus
Tn. D mengatakan masih sering cepat lapar
O:
x/menit, S: 37C
Intake Cairan:
Oral : 2000 cc/24 jam
Infus : 500 cc/24 jam
Output Cairan:
BAK : 2150 cc/24 jam
BAB : 300 cc/24 jam
Balance cairan
= Intake - Output
= 2500 - 2450
= 50 cc
GDS: 253 mg/dl
A:
Masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi :
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminasi
Catat secara akurat intake dan output
Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa
Rabu,
18 - 1 - 17
haus
Pantau pengeluaran urine
Monitor warna dan jumlah urine
Awasi tetesan infus
S:
Tn. D mengatakan berkurang muntahnya
Tn. D mengatakan masih sering haus
Tn. D mengatakan masih sering cepat lapar
tubuh )
O:
A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Kaji pola makanan klien
Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk
penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan
klien
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien
Rabu,
18 1 17
(Hambatan
mobilisasi
2. Latih pasien dalam pemenuhan
Mobilitas Fisik)
kemampuan
3. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
4. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi
O:
Pergerakan tubuh masih terbatas
Aktivitas klien tampak Dibantu istrinya
Tampak masih terbaring lemas di tempat tidur
Tn. D tampak melakukan dikit demi sedikit
A:
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
: Cempaka Bawah
NO. DIAGNOSA
EVALUASI
HASIL
Kamis,
19 01 17
S:
Klien mengataka sudah berkurang sesak
Klien mengatakan masih sesak napas jika dibawa
tidur terlentang
O:
Suara nafas : Vesikuler
Klien tampak diberikan terapi pentolin
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37C
Klien tampak masih lemah
Terpasang nasal kanul dengan O2 3 Liter/menit
Pasien terlihat tidur dengan setengah duduk
A:
Masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
P:
Hentikan intervensi
Kamis,
19 1 - 17
(Kekurangan
Volume Cairan
S:
Tn. D mengatakan masih sedikit sering buang air
Dan Elektrolit)
output
3. Memonitor membran mukosa dan
turgor kulit, serta rasa haus
4. Memantau pengeluaran urine
5. Memonitor warna dan jumlah urine
6. Mengawasi tetesan infus
kecil
Tn. D mengatakan masih sering haus
Tn. D mengatakan masih sering cepat lapar
Tn. D mengatakan masih sedikit lemas
O:
x/menit, S: 37C
Intake Cairan:
Oral : 2000 cc/24 jam
Infus : 500 cc/24 jam
Output Cairan:
BAK : 2150 cc/24 jam
BAB : 300 cc/24 jam
Balance cairan
= Intake - Output
= 2500 - 2450
= 50 cc
GDS: 193 mg/dl
A:
Masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit
teratasi sebagian
P:
Hentikan intervensi
Kamis ,
19 - 1 - 17
S:
dari kebutuhan
tubuh )
O:
A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Hentikan intervensi
Kamis,
19 1 17
(Hambatan
Mobilitas Fisik)
S:
sesuai kemampuan
3. Mendampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
O:
A:
Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
Hentikan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus
adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan sel-sel
dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika di
dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh kita dapat
bereaksi normal terhadap insulin dalam darah. Paling sedikit terdapat tiga bentuk
diabetes mellitus: tipe I, tipe II, dan diabetes gestasional.
Gejala awal dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin sering
makan, dan sering buang air kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan
penyuntikan insulin, pendidikan dan kepatuhan terhadap diet, dan program
olahraga. Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi akut maupun kronik.
B. Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan makalah
selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:
1. Mahasiswa.
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data
untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Pendidikan
Pada Prodi Keperawatan, khususnya
perpustakaan. Agar
dapat
4. DAFTAR PUSTAKA
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Cv. Mocomedia.
Ester, M. (2015). Nanda International Inc. Nursing Diagnoses: definitions &
11.
12.