Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi penyajian hasil penelitian dan


pembahasan sebagai jawaban atas pertanyaan
Pada

hasil

penelitian

dideskripsikan

penelitian.

tingkat penerimaan

dan pengasuhan orangtua anak berkebutuhan khusus yang


bersekolah di SLB Negeri Metro. Pada bagian pembahasan
menyajikan analisis hasil penelitian dikaitkan dengan teori
pada kajian pustaka.
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan data yang diperoleh dari lapangan,
maka

dalam

mengenai

hasil penelitian

ini

akan

dipaparkan

penerimaan dan pengasuhan orangtua anak

berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLBN Metro,


rancangan

program

pelatihan

untuk

meningkatkan

penerimaan dan pengasuhan orangtua anak berkebutuhan


khusus, hasil validasi program dan revisi program, serta hasil
uji coba terbatas efektifitas program yang dijalankan.
1. Penerimaan dan Pengasuhan Orangtua Anak
Berkebutuhan Khusus yang Bersekolah di SLBN
Metro
Penerimaan

orangtua

terhadap

anaknya

yang

berkebutuhan khusus merupakan satu aspek di antara


beberapa aspek yang berkelindan pada entitas anak
berkebutuhan khusus. Hal ini merupakan sesuatu yang
tidak akan timbul di luar anak berkebutuhan khusus,
sehingga

dalam

pembahasan

pendidikannya

anak

berkebutuhan

khusus

terkait

pula

dengan

tingkat

penerimaan orangtua terhadapnya.


Di sisi lain pengasuhan juga memberi kontribusi
besar

dalam

kaitan

bagaimana

mendidik

anak

berkebutuhan khusus agar mampu mengembangkan


potensinya secara optimal. Orangtua yang mempunyai
anak berkebutuhan khusus ada kalanya yang mampu
bertindak sebagai pengasuh yang baik, namun ada pula
yang tidak/ belum baik. Dikatakan tidak karena memang
ia

dengan

sengaja

mengabaikan

pengasuhannya.

Dikatakan belum karena meski pengasuhannya tidak


baik orangtua tetap berusaha untuk mengasuh anaknya
dengan baik sesuai dengan kecakapan mengasuh yang
dimilikinya.

a. Kondisi Obyektif Penerimaan dan Pengasuhan


Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

di SLB

Negeri Metro
1) Hasil Wawancara Orangtua
Wawancara pada tahap awal yang peneliti
lakukan terhadap 18 orangtua wali murid yang
menurut identifikasi awal terdapat 9 orangtua yang
membutuhkan

peningkatan

penerimaan

dan

pengasuhan agar lebih baik. Seperti Ibu Els, Nur,


Sug, Evi, Nn dan Bapak Was yang masih mengalami
shock/

terguncang dan cenderung

tindakan
cenderung

yang

tidak

frustrasi

rasional,

karena

melakukan
bingung

kebingungan

dan
harus

bagaimana mereka menghadapi kenyataan kondisi


anaknya yang berkebutuhan khusus.

Kondisi
orangtua

ini

tidak

berujung

pada

mempunyai

situasi

dimana

kebanggaan

ketika

kondisi tersebut diketahui oleh tetangganya atau


orang lain. Pada gilirannya anak jarang/ tidak diajak
bersosialisasi dengan anak lain seusianya. Oleh
karenanya umumnya anak berkebutuhan khusus
tidak mengenyam pendidikan di usia keemasannya
(golden age) yaitu di sekitar umur 3 tahun. Karena
pada

masa

itu

orangtua

belum

mempunyai

kepercayaan diri (self convident) untuk membawa


anaknya bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini/
PAUD maupun di Taman Kanak-Kanak/ TK.
Sementara ibu Sul mengalami trauma yang
berkepanjangan ketika berhadapan dengan situasi
yang

mengharuskannya

membawa/

mengajak

anaknya hadir di tempat umum dengan pandangan


masyarakat

yang

menganggap

aneh

kondisi

anaknya. Permasalahannya berlanjut manakala ibu


Sul dan keluarganya berpikir tentang masa depan
anaknya, bagaimana nantinya ketika ia sudah tidak
bisa

mengasuh

lagi

apakah

anaknya

mampu

mandiri atau dengan siapa ia akan mendapatkan


pengasuhan.
Hasil wawancara dengan bapak Im, Kar, Sry dan
Was juga teridentifikasi bahwa mereka mengalami
guilty feeling,
kondisi

yakni perasaan bersalah bahwa

anaknya

disebabkan

karena

kesalahan

ataupun dosa-dosa yang telah dilakukannya pada


masa

lalu.

mempunyai
keberbutuhan
dimilikinya.

Terlebih
tiga

lagi

orang

khusus

bahwa

anak
dari

yang

empat

bapak

Sry

mengalami
anak

yang

Akan tetapi dari wawancara dengan bapak Im


ternyata perasaan bersalahnya mampu dialihkannya
untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Kondisi
anaknya menjadi motivasi untuk bagaimana ia
menghayati hidup, bahwa kesalahan-kesalahan yang
mungkin dilakukannya pada masa lalu diingatkan
oleh

Tuhan

dengan

hadirnya

anaknya

yang

mempunyai keterbatasan baik dalam menjalani


kehidupan

maupun

upaya

untuk

bagaimana

anaknya mendekatkan diri pada Tuhannya.


2) Hasil Wawancara dengan Guru
Pada wawancara dengan guru SN peneliti ingin
menggali kondisi penerimaan orangtua dari guru
kelasnya, dari sini teridentifikasi bahwa ibu Sul
mengalami kondisi trauma yang lama sehingga
meminta bantuan guru kelas untuk membantu
membimbing anaknya di luar jam sekolah yang
dilakukan di rumahnya. Kondisi tersebut dapat
bertambah

jika

anaknya

harus

mendapatkan

pengasuhan ekstra terkait dengan aktivitas seharihari

(activity

daily

membutuhkan

living)

yang

kehadirannya

harus

meski

selalu

anaknya

berumur sekitar 11 tahun yang untuk ukuran anak


lainnya sudah mampu mandiri.
Kondisi

lain

memprihatinkan

yang
adalah

menurut
terdapat

guru

kelas

anak

yang

ditinggalkan bapaknya karena enggan memiliki anak


berkebutuhan khusus. Kondisi ini berlanjut hingga
ibunya

harus

meninggalkannya

untuk

tinggal

bersama kakeknya karena pergi bekerja keluar negeri


menjadi TKW. Selama mendapat pengasuhan sang

kakek

menurut

Gurunya

juga

tidak

mendapat

pengasuhan yang optimal.


Dari wawancara dengan guru RS juga diketahui
adanya penerimaan yang kurang baik orangtua
terhadap anaknya. Hal ini seperti anak memakai
pakaian yang lusuh, isi tas sekolah kurang/ tidak
diteliti sehingga pernah suatu ketika anak membawa
bekal makanan sisa kemarin yang sudah basi.
Menurut guru lain yakni bapak DW juga terjadi
orangtua yang tetap mengantar anaknya ke sekolah
kendati

sebenarnya

sekolah

libur.

Kondisi

ini

ditengarai karena orangtua berkeinginan anaknya


lebih lama berada di sekolah dan tidak berada di
rumah

di

saat

orangtuanya

dimungkinkan

mempunyai aktivitas di rumah dengan koleganya.


3) Hasil Observasi
Dari observasi yang peneliti lakukan pada
keluarga

bapak

SRY

teridentifikasi

bahwa

dikarenakan kondisi anaknya yang menurut orangtua


mengalami ketunaan sehingga orangtua berupaya
untuk selalu mendikte apa yang dilakukan anak.
Selain itu orangtua kurang memberi kesempatan
anak untuk belajar mandiri karena khawatir terhadap
perilaku anak yang dianggapnya kurang mempunyai
sifat kehati-hatian. Kesalahan yang terjadi pada anak
selalu dipersalahkan karena kekurangannya, tidak
mencoba

untuk

memahami

bahwa

dengan

kekurangannya ia perlu mendapat kompensasi dalam


melakukan aktivitas sehari-hari.

Berbeda dengan bapak SRY, bapak Kar dalam


pengasuhannya di rumah juga menurut peneliti
menunjukkan

hal-hal

yang

kurang

kondusif,

profesinya sebagai pedagang obat-obatan pertanian


yang mengandung berbagai bahan kimia terletak
menyatu dengan ruang tamu dan keluarga yang
dijadikan tempat anak dan keluarga lain berinteraksi.
Selain

itu

penataan

ruangan

yang

kurang

mengakomodir sirkulasi udara sehingga ruangan


terasa pengap oleh aroma obat-obatan. Kondisi ini
tentu bisa berdampak buruk bagi si anak.
Sementara itu pengasuhan terhadap anak VN
yang merupakan anak dari ibu Sul juga mengalami
permasalahan. Dalam hal ini tingkat pendidikan
orangtua dan pengetahuannya tentang kondisi dan
bentuk

pelayanan

yang

dibutuhkan

anak

berkebutuhan khusus yang minim berdampak pada


pengasuhan yang kurang baik. Hal ini dapat terlihat
dari bentuk

pembiaran terhadap perilaku anak,

karena bingung harus bagaimana menanganinya.


4) Hasil Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi
data yang diperlukan. Beberapa hal yang diungkap
antara

lain

penerimaan

ada
dan

berkebutuhan

tidaknya

bukti

pengasuhan

khusus.

Peneliti

fisik

mengenai

orangtua

anak

meminta

guru

menunjukkan Hasil Asesmen dan data orangtua


siswa. Hasil studi dokumentasi dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.1

Hasil Studi Dokumentasi Penerimaan dan


Pengasuhan Orangtua
No
Dokum
Deskripsi
en
1
2
3
1 Asesmen Ada hasil asesmen
dari

tim

Penafsiran
4
Guru tidak

asesmen melakukan

sekolah. Tidak ada kajian


asesmen

mengenai mengenai

penerimaan

dan penerimaan

pengasuhan anak di dan


rumah
2

pengasuhan
anak di rumah
Data
orangtua
siswa
belum

Data
Ada data orangtua
orangtua siswa
di wakasek
Siswa
kesiswaan dan TU
akan tetapi tidak
terdata
dengan
lengkap mengenai
penerimaan
dan
pengasuhan

terdokumentasi
dengan lengkap.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi di atas


menunjukkan
mengenai

bahwa

dokumen

penerimaan

dan

data

asesmen

pengasuhan

tidak

ditemukan, asesmen dilakukan oleh tim saat siswa


baru

masuk

peneliti,
identifikasi

sekolah.

Dari

data

yang

pihak

sekolah

hanya

jenis

kekhususan

siswa

diperoleh
melakukan

dan

mengisi

informasi umum mengenai riwayat kelahiran, data


diri

siswa

mengenai

dan

orangtua.

bagaimana

Informasi

orangtua

khusus

menerima

dan

mengasuh anak tidak ada.

2.

Rancangan

Program Pelatihan Penerimaan dan

Pengasuhan
Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

PROGRAM BIMBINGAN ORANGTUA UNTUK MEMBANGUN


PENERIMAAN YANG POSITIF DAN PENGASUHAN YANG
TEPAT BAGI ORANGTUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
YANG BERSEKOLAH DI SLB NEGERI METRO LAMPUNG
A. Dasar Pemikiran
Anak Berkebutuhan

Khusus

atau

ABK

dalam

perkembangan sosialnya seringkali menghadapi kendala.


Kendala tersebut bisa disebabkan oleh faktor internal, yaitu
pada diri dan

keluarga ABK tersebut maupun berasal dari

eksternal atau orang-orang yang berada di luar diri dan


keluarganya. Padahal sejatinya sejak usia dua sampai enam
tahun anak mulai melaksanakan kontak sosial dengan orangorang di luar keluarganya terutama dengan anak-anak
seusianya (Somantri, 2012, p. 42).
Interaksi anak berkebutuhan khusus dalam keluarga
menjadi modal awal bagi anak untuk bersosialisasi di luar
rumah. Sehingga bila pola interaksi yang dibangun dalam
keluarga baik dan kondusif, maka akan baik pula bagi modal
anak untuk berinteraksi di luar. Perkembangan sosial anak
juga dipengaruhi oleh proses sosialisasi di dalam keluarga.
Proses sosialisasi pada anak dapat dilihat melalui pengasuhan
yang diterapkan oleh orangtua terhadap anak (Afrianingsih,
2014).
Akan

tetapi

jika

keberadaan

anak

berkebutuhan

khusus belum diterima secara baik dalam keluarga tentu


akan berdampak pula ketika anak akan bersosialisasi di luar
keluarga.

Kehadirannya

memang

tak

diharapkan

oleh

keluarganya, sehingga proses penerimaannya membutuhkan


waktu yang relatif lama.
Dari hasil penelitian tahap pertama yang merupakan
tahap studi pendahuluan terhadap subjek yakni orangtua ABK

ditemukan fakta bahwa

tingkat penerimaan mereka belum

sepenuhnya menerima, masih terdapat penolakan meskipun


dalam skala kecil. Dari kondisi ini tentu berdampak pada
pengasuhan yang terjadi di lingkungan rumahnya.
Penolakan tersebut merupakan efek dari kondisi stress
berkepanjangan

sehingga

diperlukan

satu

upaya

pengembangan sikap positif orangtua berupa penerimaan


terhadap kondisi anak. Penerimaan terhadap kondisi anak
tidak saja penting bagi penyesuaian diri antar anggota
keluarga tapi juga bagi perkembangan anak. Penelitian
terdahulu

tentang

penerimaan

orangtua

ditemukan

bahwa

penerimaan

dan

terhadap

emosi

positif

anak
yang

ditampakkan orangtua terhadap anak dapat mempengaruhi


peningkatan kompetensi sosial anak (Boyum & Parker,1995
dalam Santrock, 2007). Peneliti juga menemukan bahwa
penerimaan dan dukungan orangtua terhadap emosi anak
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengelola
emosi dengan cara positif (Parke, 2004 dalam Santrok, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerimaan orangtua memberikan sumbangan besar
dalam perkembangan psikososial anak.
Berdasarkan temuan tersebut maka diperlukan upaya
untuk dapat membantu meningkatkan penerimaan orangtua
sekaligus

pengasuhan

keluarganya. Karena
Research

Project

yang

dilakukan

di

lingkungan

berdasarkan hasil dari Harvard Family

yang

dilakukan

Jamie

Ferrel

(2012)

menyatakan bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk


memastikan keberhasilan pendidikan adalah keterlibatan
keluarga dalam pendidikan anak-anak mereka. Keterlibatan
keluarga memberikan manfaat pada siswa, bagi mereka yang
berkebutuhan

khusus

bahkan

membutuhkan

tingkat

keterlibatan yang lebih besar dari orangtua dan bantuan dari

rekan-rekan mereka yang tidak mengalami disabilitas. Hal ini


akan terlaksana dengan baik manakala mereka menerima
anak berkebutuhan khusus dengan baik.
Sementara temuan lain didapatkan bahwa pihak
sekolah maupun pihak lain belum melakukan upaya tertentu
untuk membantu peningkatan dan penerimaan orangtua
terhadap anaknya tersebut. Di sisi lain, dikarenakan belum
memahami

bagaiman

cara

mengasuh

ABK

yang

tepat

sehingga pegasuhan yang dilakukan orangtua hanya sebatas


pengetahuannya tanpa didasari kecakapan yang memadai.
oleh karena itu diperlukan pelatihan yang tepat yang dapat
dilaksanakan

oleh

orangtua

agar

dapat

membantu

peningkatan penerimaan dan pengasuhan terhadap ABK.


B. Tujuan
Tujuan program bimbingan ini adalah:
1. Agar orantua anak berkebutuhan khusus memiliki sikap
penerimaan

yang

positif

terhadap

anaknya

yang

berkebutuhan khusus
2. Agar orangtua dapat melakukan pengasuhan anak
berkebutuhan khusus yang baik di rumah
C. Subjek / sasaran
Subjek dari program pelatihan ini adalah orangtua
anak berkebutuhan khusus yang tingkat penerimaannya
masih rendah dan orangtua yang pengasuhannya belum
optimal.

D. Ruang Lingkup
1. Penerimaan
a. Merupakan salah

satu

dari

hak

anak

adalah

kehadirannya diterima oleh orangtua, keluarga dan


masyarakat seluruhnya.

b. Bahwa

kehadiran

anak

berkebutuhan

khusus

merupakan ketentuan Tuhan yang tidak boleh ditolak


dengan perlakuan yang tidak manusiawi.
c. Keberadaan anak berkebutuhan khusus selain memiliki
hambatan

maupun

kekurangan

mereka

juga

mempunyai potensi yang besar bila dikembangkan


dengan optimal.
d. Mengabaikan mereka apalagi membatasi ruang gerak
dan mengucilkan mereka adalah bentuk pelanggaran
hak-hak bagi anak berkebutuhan khusus.
2. Pengasuhan
a. Salah satu kewajiban orangtua yang paling utama
terhadap

anaknya

adalah:

mengasuh,

merawat,

membimbing, dan mengupayakan tercapainya tujuan


dan cita-cita hidupnya.
b. Dengan keberbutuhan yang dimiliki anak, orangtua
perlu

mempunyai

kecakapan

yang

mengasuh anak berkebutuhan khusus.


c. Menjadikan model orangtua yang

lebih
telah

ketika
berhasil

mengasuh anak berkebutuhan khusus merupakan suatu


usaha

untuk

menambah pengetahuan pengasuhan

anak berkebutuhan khusus.


E. Prosedur Pelaksanaan Program
1. Penerimaan
a. Menjelaskan pengertian penerimaan orangtua, keluarga
dan masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus.
b. Menjelaskan hakikat anak berkebutuhan khusus dari sisi
agama, moral, dan kemanusiaan.
c. Menjelaskan kebutuhan dasar anak berkebutuhan khusus
dan berbagai potensi anak yang bisa dikembangkan dan
peluang yang bisa diambil oleh anak berkebutuhan
khusus.
d. Berdiskusi

tentang

pentingnya

pelayanan

bagi

anak

berkebutuhan khusus dari keluarga maupun masyarakat


terkait

dengan

sarana

umum

dan

berbagai

bentuk

diskriminasi

yang

menghambat

anak

berkebutuhan

khusus untuk maju.


2. Pengasuhan
a. Menjelaskan kewajiban-kewajiban orangtua terhadap anak
terkait dengan mengasuh, merawat, membimbing, dan
mengupayakan mereka menggapai cita-cita hidupnya.
b. Menjelaskan pentingnya orangtua mempunyai kecakapan
yang lebih terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus.
c. Menampilkan model orangtua yang telah berhasil
mengasuh

anak

berkebutuhan

khusus

atau

anak

berkebutuhan khusus yang berhasil meraih sukses dalam


hidupnya.
F. Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi digunakan untuk
keberhasilan

program

yang

mengukur

tingkat

dijalankan.

Dalam

akan

pengukuran ini pelaksanaan program

akan dikaji ulang

efektifitasnya dalam upaya meningkatkan penerimaan


orangtua anak berkebutuhan khusus ke arah yang positif
dan pengasuhan yang optimal.
Bentuk evaluasi dalam hal ini adalah daftar isian/
kuesioner

yang

dibagikan

kepada

seluruh

peserta

ditandai

dengan

adanya

pelatihan.
Keberhasilan

program

ini

perubahan sikap penerimaan orangtua terhadap anak


berkebutuhan khusus. Adapun bentuk-bentuk penerimaan
tersebut adalah:
1. Orangtua tidak

lagi

merasa

malu

memiliki

anak

berkebutuhan khusus.
2. Orangtua mempunyai keyakinan bahwa memiliki anak
berkebutuhan khusus merupakan suatu amanah/ titipan
Tuhan yang harus dilaksanakan sebagai bentuk mengabdi
kepada-Nya.

3. Orangtua memiliki motivasi yang tinggi untuk membantu


anaknya

mengembangkan

berkebutuhan khusus.
Sementara
dari
keberhasilan

sisi

program

potensinya
pengasuhan

pelatihan

meski
orangtua

dianggap

berhasil

ditandai dengan:
1. Memiliki keikhlasan dan semangat yang tinggi untuk
mengasuh anaknya.
2. Memiliki kecakapan yang dibutuhkan dalam pengasuhan
anaak berkebutuhan khusus.
3. Berusaha mencari pengetahuan

lebih

jauh

dalam

mengasuh anaknya melalui orangtua lainnya maupun


dari berbagai media.
3. Hasil Validasi mengenai Draf Program Pelatihan
Penerimaan dan
Pengasuhan Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus
Guna mengetahui draf program yang telah dibuat
layak untuk diterapkan, maka peneliti melakukan validasi
melalui

Expert Judgement.

Validator dari praktisi

adalah guru kelas dan Wakil Kepala SLB Negeri Metro.


Peneliti juga meminta pendapat para ahli, yakni

dari 2

dosen jurusan pendidikan khusus sebagai ahli pendidikan


khusus

untuk

kembangkan.

memvalidasi

Adapun

sebagai berikut:

hasil

draf

validasi

yang

peneliti

tersebut

adalah

4. Tanggapan Orangtua dan Guru Terhadap


Program Pelatihan
Penerimaan dan

Pengasuhan Orangtua Anak

Berkebutuhan Khusus
Untuk

mengetahui

manfaat,

kelebihan

dan

kekurangan program yang telah dikembangkan, peneliti


meminta

tanggapan

dari

orangtua

sebagai

peserta

program dan guru kelas.


Tabel 4.2
Tanggapan Orangtua Mengenai
Program Pelatihan
Variab
el

Kar

Sul

..

..

Tanggapan Orangtua
Sug
Sry
Els
Nn
Nur
Evi

. .
.. . .
.

Was

Tabel 4.3
Tanggapan Guru Mengenai Program
Pelatihan
Tanggapan Guru dan Waka

Variab
el

RS

SN

Waka

..

..

B. Pembahasan
Berdasarkan
peneliti
yaitu:

hasil

penelitian

tersebut

di

atas,

membagi pembahasan menjadi empat bagian


Pembahasan

mengenai

pengasuhan

orangtua

anak

Rancangan

program

pelatihan

penerimaan

berkebutuhan

dan

khusus,

penerimaan

dan

pengasuhan orangtua anak berkebutuhan khusus, hasil


validasi guru dann para ahli, Tanggapan Orangtua dan
guru, dan terakhir evaluasi program pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai