Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Masalah energi merupakan salah satu isu penting yang sedang hangat
dibicarakan. Semakin berkurangnya sumber energi, penemuan sumber energi baru,
pengembangan energi-energi alternatif, dan dampak penggunaan energi minyak bumi
terhadap lingkungan hidup menjadi tema-tema yang menarik dan banyak didiskusikan.
Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki tahap yang
mengkhawatirkan disebut-sebut juga merupakan dampak penggunaan energi minyak
bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini.
Dampak lingkungan dan semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi
memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu
alternatif sumber energi baru yang potensial datang dari energi nuklir. Meski dampak
dan bahaya yang ditimbulkan amat besar, tidak dapat dipungkiri bahwa energi nuklir
adalah salah satu alternatif sumber energi yang layak diperhitungkan.
Isu energi nuklir yang berkembang saat ini memang berkisar tentang
penggunaan energi nuklir dalam bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang
musibah hancurnya reaktor nuklir di Chernobyl. Isu-isu ini telah membentuk bayangan
buruk dan menakutkan tentang nuklir dan pengembangannya. Padahal, pemanfaatan
yang bijaksana, bertanggung jawab, dan terkendali atas energi nuklir dapat
meningkatkan taraf hidup sekaligus memberikan solusi atas masalah kelangkaan energi.
1.1.

Definisi Nuklir
Bagi kebanyakan orang, nuklir dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik dan
berbahaya. Dengan berlandaskan asumsi bahwa nuklir dapat bermanfaat bagi manusia,
para peneliti dan orang-orang yang bergelut di bidang nuklir telah banyak memberikan
kontribusi bagi kemajuan pengembangan teknologi nuklir. Di zaman ini, manusia sudah
banyak melakukan berbagai upaya dan penelitian dalam rangka pemanfaatan energi
nuklir. Berikut ini akan dibahas secara lebih mendalam lagi mengenai berbagai
pemanfaatan energi nuklir yang telah dilakukan manusia sampai saat ini.

Nuklir adalah sebutan untuk bentuk energi yang dihasilkan melalui reaksi inti,
baik itu reaksi fisi (pemisahan) maupun reaksi fusi (penggabungan). Sumber energi
nuklir yang paling sering digunakan untuk PLTN adalah sebuah unsur radioaktif yang
bernama Uranium. Bagaimana caranya sebuah unsur radioaktif mampu menghasilkan
panas yang besar? Tentu saja bukan dengan dibakar. Namun melalui reaksi pemisahan
inti (reaksi fisi). Biar tidak terlalu rumit penjelasannya, perhatikan gambar berikut :

Gambar 1. Reaksi pemisahan inti (reaksi fisi)


Atom uranium (U-235) (digambarkan dengan warna hitam merah di sebelah kiri)
memiliki inti yang tidak stabil ketika ada neutron (warna hitam di paling kiri) yang
ditembakkan pada inti atom tersebut, maka inti atom uranium akan membelah menjadi
dua buah inti atom, yakni atom Barium (Ba-141) dan atom Kripton (Kr-92) serta tiga
neutron (warna hitam di kanan).
Dalam

hukum kekekalan massa-energi dinyatakan bahwa massa atom sebelum

pembelahan lebih besar dari pada massa atom setelah pembelahan, maka selisih massa
(disebut defek massa) tersebut berubah menjadi energi panas yang besarnya sekitar 200
MeV (Mega elektron volt), ini baru satu buah inti atom. satu gram uranium saja tentu
memiliki banyak inti. Sehingga panas yang dihasilkan pun luar biasa besar. Karena
Uranium bahan tambang, maka bentuknya juga padat

Gambar 2. Bahan tambang Uranium


2

Indonesia memiliki cadangan uranium 53 ribu ton yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yakni sebanyak 29 ribu ton di
Kalimantan Barat dan 24 ribu ton sisanya ada di Bangka Belitung. Selain itu Papua juga
diindikasikan memiliki cadangan uranium yang cukup besar. Perkiraan bahwa Pulau
Papua menyimpan cadangan uranium atau bahan baku nuklir dalam jumlah besar
didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah
diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di dunia, ujarnya. Jika suatu PLTN
seukuran 1.000 MW membutuhkan 200 ton Uranium per tahun, maka dengan cadangan
di Kalimantan Barat saja yang mencapai 29 ribu ton Uranium bisa memasok Uranium
selama 145 tahun. Data ini dipaparkan oleh Deputi Pengembangan Teknologi Daur
Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Dr. Djarot S
Wisnubroto.

BAB II
TENAGA NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI
2.1.

Sumber Energi di Indonesia


Seiring dengan perkembangan dunia di mana populasi semakin bertambah,
perkembangan teknologi yang semakin pesat, dan naiknya gaya hidup di negara-negara
maju, maka dibutuhkan banyaknya sumber energi listrik. Sumber energi di dunia yang
tersedia saat ini meliputi energi batu bara, nuklir, bensin, angin, matahari, hidrogen, dan
biomassa. Dari masing-masing jenis energi di atas, terdapat kelebihan dan kelemahan

masing-masing antara lain :


a. Batu Bara
Kelebihan
: Tidak mahal bahan bakarnya, mudah untuk didapat.
Kelemahan : Dibutuhkan kontrol untuk polusi udara dari pembakaran batu bara
tersebut, berkontribusi terhadap peristiwa hujan asam dan pemanasan global.
b. Nuklir
Kelebihan
: Bahan bakarnya tidak mahal, mudah untuk dipindahkan (dengan
sistem keamanan yang ketat). Energi yang dihasilkan sangat tinggi, dan tidak
mempunyai efek rumah kaca dan hujan asam.
Kelemahan : Butuh biaya yang besar untuk sistem penyimpanannya, disebabkan dari
bahaya radiasi energi nuklir itu sendiri. Masalah kepemilikan energi nuklir, disebabkan
karena bahayanya nuklir sebagai senjata pemusnah massal dan produk buangannya yang
sangat radioaktif.
c. Bensin
Kelebihan
: Sangat mudah untuk didistribusikan, mudah untuk didapatkan,
energinya cukup tinggi.
d. Matahari
Kelebihan
: Energi matahari bebas untuk didapatkan.
Kelemahan : Tergantung pada cuaca, waktu, dan area. Untuk teknologi saat ini,
masih dibutuhkan area yang luas untuk meletakkan panel surya dan energi yang
dihasilkan dari panel surya tersebut masih sangat sedikit.
e. Angin
Kelebihan

: Angin mudah untuk didapatkan dan gratis. Biaya perawatan dan

meregenerasi energinya semakin murah dari waktu ke waktu. Sumber energi ini baik
digunakan di daerah pedesaan terutama pada daerah pertanian.
Kelemahan : Membutuhkan banyak pembangkit untuk menghasilkan energi yang
besar. Terbatas untuk area yang berangin saja, membutuhkan sistem penyimpanan

energi yang mahal. Pada saat musim badai, angin dapat merusak instalasi pembangkit
listrik.
f. Biomassa
Kelebihan

: Masih dalam tahap pengembangan, membutuhkan instalasi pembangkit

yang tidak terlalu besar.


Kelemahan

: Tidak efisien jika hanya sedikit instalasi pembangkit yang dibangun,

berkontribusi terhadap pemanasan global.


Dengan berdasarkan fakta di atas, dapat dilihat sumber energi dari nuklir sangat
dibutuhkan, karena terdapat beberapa sumber energi (seperti bensin dan batu bara) yang
ketersediaannya di alam semakin sedikit, sehingga dibutuhkan sumber energi yang
baru.
Bahan bakar nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan bakar kimia yang
dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan bakar nuklir yang umum
dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat menghasilkan reaksi nuklir berantai di
dalam reaktor nuklir. Bahan bakar fissil yang sering digunakan adalah

235

U dan

239

Pu,

dan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan, dan


pembuangan dari material-material ini termasuk dalam siklus bahan bakar nuklir.
2.2.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)


Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menyediakan sekitar 17 persen dari
total tenaga listrik dunia. Beberapa negara membutuhkan tenaga nuklir yang lebih besar
daripada negara lain. Di Prancis, menurut International Atomic Energy Agency (IAEA),
75 persen tenaga listriknya dihasilkan oleh reaktor nuklir. Jumlah pembangkit tenaga
listrik di dunia diperkirakan lebih dari 400 buah dengan 100 buah di antaranya berada di
Amerika Serikat.

Tabel 2.1. Status PLTN di Dunia


2.2.1. Desain PLTN
Salah satu jenis PLTN adalah Pressurized Water Reactor (PWR). Reaktor jenis ini
adalah reaktor paling umum, 230 PLTN di seluruh dunia menggunakan jenis ini.

Gambar 3. Salah satu desain PLTN


Air yang bersuhu tinggi dan yang bersentuhan langsung dengan bahan bakar Uranuim
(warna merah) selalu berada di dalam containment, containment dibuat dengan bahan
struktur yang tidak mampu ditembus oleh radiasi yang dipancarkan saat terjadi reaksi
inti. Di dalam reactor vessel juga terdapat control rod yang berfungsi sebagai batang
pengendali reaksi inti.

BAB III
PENGGUNAAN NUKLIR UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

Secara

umum

tenaga

nuklir

yang
yang

dimaksudkan

dengan

merupakan suatu

PLTN

adalah

kumpulan

pembangkit listrik

mesin

yang

dapat

membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan tenaga nuklir sebagai tenaga


awalnya. Sebelum melanjutkan ke prinsip kerja dari PLTN ini, ada baiknya
penyusun terangkan sedikit tentang Proses Fisi dan Fusi Nuklir.
3.1.

Proses Fisi

Proses fisi adalah proses utama pada reaktor nuklir terjadi ketika sebuah inti
bermassa berat. Pada reaksi fisi, inti senyawa yang terangsang terbelah menjadi
dua inti massa yang lebih rendah, disebut produk isi, dan produk ini disertai oleh
dua atau tiga neutron dan radiasi fisi gamma. Adapun tiga
dapat

berfisi

antara

lain

Uranium-235

bahan

bakar

yang

(U235), Uranium-233 (U233) dan

Plutonium-239 (Pu239). Ketiga bahan bakar ini besifat radioaktif tetapi mereka
mempunyai massa paruh yang sangat lama.
3.2.

Proses Fusi

Proses fusi pada dasarnya adalah sebuah anti tesis dari proses fisi. Dalam proses
fisi, inti bermasa berat membelah menjadi inti bermasa ringan, sambil melepaskan
kelebihan energi pengikatan. Sedangkan pada reaksi fusi, inti

bermasa

ringan

bergabung dalam rangka melepaskan kelebihan energi pengikatan. Jadi reaksi fusi
adalah reaksi umum yang meminyaki matahari dan telah dipakai di bumi untuk
melepaskan energi dalam jumlah yang besar didalam termonuklir atau bom hydrogen.
Dalam fisika, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti
atom bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi.
Fusi nuklir adalah sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan senjata
nuklir meledak. Proses ini membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan
inti nuklir, bahkan elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang
ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat dan netron bebas, akan
menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan untuk
menggabungkan mereka maka sebuah reaksi eksotermik yang dapat menciptakan

reaksi yang terjadi sendirinya. Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih
besar dari reaksi kimia, karena energi pengikat yang mengelem kedua inti atom
jauh lebih besar dari energi yang menahan elektron ke inti atom. Contoh: energi
ionisasi yang diperoleh dari penambahan elektron ke hidrogen adalah 13.6
elektron volt lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh reaksi
Deuterium Tritium

(D-T) fusion seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4. Reaksi D-T Fusion


3.3.

Energi Nuklir

Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya.
Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar
nuklir. Proses ini sangat berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya
sudah dikenal, seperti pembakaran kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang
tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti dirumuskan dalam kesetaraan
massa dan energi oleh Albert Einstein :
E=mC
Dimana :
m

: massa bahan (kg)

: kecepatan cahaya (3 x 108 m/s).

Energi nuklir berasal dari perubahan sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk
panas. Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi
nuklir berantai tak terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak
terkendali terjadi misal pada ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir
sengaja

tidak dikendalikan

agar dihasilkan

panas

yang luar biasa besarnya

sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar reaksi nuklir yang
terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi
9

nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu
sarana reaksi yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya
hanyalah tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan.
Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi
berantai pada ledakan bom nuklir.
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan
oleh reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana.
Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir U235. Jumlah atom di dalam bahan bakar
ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom U235.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir U235 disertai dengan pelepasan energi
sebesar 200 MeV, maka 1 g U235 yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat
melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana
1 MeV = 1.6 x
10-13 J, maka energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi
listrik, maka energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g U235 adalah :
E listrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV.
Dengan daya (P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g U235 selama : t
= E listrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus
tanpa dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama
12 jam/hari, maka energi listrik dari 1 g U235 bisa dipakai untuk mensuplai
kebutuhan listrik pesawat TV selama lebih dari 15 tahun.
Prinsip Kerja PLTN
Proses

kerja

PLTN

sebenarnya

hampir

sama

dengan

proses

kerja

pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU),


10

yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang membedakan antara dua jenis
pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan
suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor
daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang
kelebihan

neutron

dalam

teras

reaktor

akan

menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan

dibuang

atau

diserap

panas hasil fisi, maka

reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di
dalam PLTN adalah sebagai berikut :
1. Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam
bentuk panas yang sangat besar.
2. Panas

hasil reaksi nuklir

tersebut

dimanfaatkan

untuk

menguapkan

air

pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor
nuklir yang digunakan.
3. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi
gerak (kinetik).
4. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator
sehingga dihasilkan arus listrik.
Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih, boiling
water reactor bisa mewakili

PLTN pada umumnya, yakni setelah ada reaksi

nuklir fisi, secara bertubi-tubi, di dalam reaktor, maka timbul panas atau tenaga
lalu dialirkanlah air di dalamnya. Kemudian uap panas masuk ke turbin dan turbin
berputar poros

turbin dihubungkan dengan

generator

yang

menghasilkan listrik.
Reaktor Nuklir

adalah

suatu

alat

dimana

reaksi berantai

dapat dilaksanakan

berkelanjutan dan dikendalikan. Atau dengan kata lain reaktor nuklir merupakan
suatu wadah bahan-bahan fisi dimana proses reaksi berantai terjadi terus menerus
tanpa berhenti atau tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir). Bagian
utama dari reaktor nuklir yaitu: elemen bakar (batang-batang bahan bakar), perisai

11

(perisai termal), moderator dan elemen kendali.


Bahan bakar yang digunakan didalam reaktor nuklir ada tiga jenis antara lain :
-

Uranium-235 (U235),

Uranium-233 (U233),

Plutonium-239 (Pu239).

Dari ketiga jenis bahan bakar diatas, yang paling sering digunakan sebagai bahan
bakar reaktor adalah Uranium-235 (U235).

Gambar 6: Reaksi berantai divergen

Reaksi fisi berantai terjadi apabila inti dari suatu unsur dapat belah (Uranium235, Uranium-233) bereaksi dengan neutron termal/lambat yang akan menghasilkan
unsur-unsur lain dengan cepat serta menimbulkan energi panas dan neutron-neutron
baru. Untuk mengendalikan reaksi berantai dalam reaktor nuklir maka digunakanlah
bahan yang dapat menyerap neutron, misalnya Boron dan Cadmium.

Yang

bertujuan untuk mengatur kerapatan dari neutron. Dengan mengatur kerapatan


neutron ini maka tingkat daya raktor nuklir dapat ditentukan, bahkan reaksi dapat
dihentikan sama sekali (sampai 0) pada saat semua neutron terserap oleh bahan
penyerap. Perangkat pengatur kerapatan neutron pada reaktor nuklir ini disebut
dengan elemen kendali. Jika elemen kendali disisipkan penuh diantara elemen
bakar, maka elemen kendali akan menyerap neutron secara maksimum sehingga
reaksi berantai akan dihentikan dan daya serap batang kendali akan berkurang bila

12

batang kendali ditarik menjauhi elemen bakar. Di sini pengendalian dilakukan


terhadap

pelepasan

dan

penyerapan

neutron

selama

berlangsungnya

reaksi

berantai.
Neutron yang dilepaskan dalam suatu reaksi berantai dapat dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu :
1. Meninggalkan material fisi.
2. Tidak berfisi, ditangkap oleh U238 membentuk Pu239.
3. Tidak berfisi, ditangkap oleh material batang kendali (control-rod).
4. Berfisi, ditangkap oleh U239 dan U233.
Apabila jumlah nutron yang dilepaskan oleh proses fisi sama dengan
jumlah empat bagian nutron diatas, maka energi panas yang dihasilkan adalah
konstan. Atau sebaliknya jika jumlah nutron yang dihasilkan lebih kecil, maka
reaksi berantai akan berhenti. Apabila lebih besar, maka laju fisinya naik dan
menjadi tidak terkendali. Gambar dibawah menunjukkan skema sebuah reaktor
nuklir.

Gambar 7 : Skema reactor nuklir


Komponen utama reaktor nuklir antara lain :
1. Inti reactor

5. Tangki Reaktor

2. Moderator

6. Fluida Pendingin

3. Perisai Termal

7. Perisai Biologi

4. Reflektor

8. Batang-batang kendali

13

1. Inti reaktor :

Dibuat dari batang-batang bahan bakar yang berisi uranium alam,

uranium yang dipercaya, plutoium, atau U-233. Batang-batang bahan bakar tersebut
dapat dicampur dengan material-material tidakberfisi.
2.Moderator :

Berfungsi untuk memperlambat kecepatan nutron sehingga

berkecepatan termal. Biasanya dibuat dari granit yang membungkus bahan bakar, tetapi
mungkin juga air berat, air ringan (normal), atau berilium. Moderator dapat juga
dicampur dengan bahan bakar.
3. Perisai Termal : Berfungsi menyerap radiasi (parikelb , nutron yang Makalah
PLTN2005 12 terlepas, dan sinar gamma) yang terjadi karena proses fisi. Karena itu
perisai menyelubungi inti reaktor, biasanya dibuat dari besi, menyerap energi dan
menjadi panas.
4. Reflektor :

Berfungsi untuk memantulkan kembali nutron yang meninggalkan

inti bahan bakar. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa tepi moderator juga berfungsi
sebagai reflektor, selain reflektor yang diletakkan di dalam perisai termal dan
menyelubungi inti reaktor.
5. Tangki Reaktor : Berfungsi untuk membungkus seluruh inti reaktor, reflektor dan
perisai termal. Dengan demikian tangki reaktor membentuk pula saluran untuk
mengatur aliran pendingin melalui dan mengelilingi inti reaktor.
6. Fluida Pendingin: Membawa panas yang dihasilkan dari proses fisi untuk berbagai
keperluan, antara lain sebagai pemanas air ketel pada pusat tenaga uap. Menjaga agar
bahan bakar reaktor dan perlengkapannya ada pada temperature yang diperbolehkan
(aman dan tidak rusak).
7. Perisai Biologi : Membungkus reaktor untuk menahan dan melemahkan semua
radiasi yang mematikan sebagai akibat dari proses fisi. Perisai biologi dapat dibuat dari
besi, timah hitam atau beton tebal dicampur oksida besi.
8. Batang-batang kendali: Berfungsi mengendalikan proses fisi (pembangkitan panas) di
dalam reaktor, yaitu dengan menyerap nutron berlebihan yang terjadi dari proses fisi.
Batang-batang kendali biasanya terbuat dari boron atau hafnium yang dapat menyerap
nutron.

14

Gambar 8: Bentuk nyata dari inti reaktor

Gambar 9: Bentuk nyata dari batang-batang kendali


Jenis-jenis Reaktor Nuklir
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat
dimanfaatkan

sebagai

sumber

energi

dalam

kehidupan

sehari-hari. PLTN

merupakan sebuah sistim yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang
berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa ini ada berbagai jenis PLTN
yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe reaktor daya
yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN / tipe reaktor daya umumnya
dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN
sangat menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara

15

lain.

Perbedaan

berbagai

tipe

reaktor

daya

itu

bisa

terletak

pada penggunaan

bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya.


Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan
negara lain juga dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait
dengan nuklir oleh masing-masing negara. Pada awal pengembangan PLTN
pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa dilakukan oleh Amerika Serikat
dan

Rusia,

sehingga

kedua

negara

tersebut

pada

saat

itu

sudah

mulai

mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di


Kanada,

Perancis

dan

Inggris

pada

saat

itu

dipusatkan

pada

program

pengembangan reaktor daya berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN
yang pertama kali beroperasi di ketiga negara tersebut menggunakan reaktor
berbahan bakar uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama
Inggris dan Perancis

juga mengoperasikan

PLTN berbahan

bakar uranium

diperkaya.
Macam-Macam Reaktor Nuklir :
a. LWR : Light Water Reactor / Reaktor air Ringan.
b.PWR : Presured Water Reactor / Reaktor Air Tekan.
c.BWR : Boiling Water Reactor / Reaktor Air Mendidih.
d. HWR : Heavy Water Reactor / Reaktor Air Berat.
e. HTGR : High Temperatur Gas Reactor / Reaktor Gas Suhu Tinggi.
f. LMFBR : Liquit Metal Fast Breder Reactor / Reaktor Pembiak Cepat Logam Cair.
Berikut ini adalah beberapa keterangan yang akan menjelaskan tentang jenis-jenis
dari reaktor nuklir, antara lain :
A. LWR (Light Water Reactor) / Reaktor air Ringan
Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor
Air

Ringan

atau

LWR

dikembangkan di AS dan
kemurnian
Reaktor

ini

tinggi
terdiri

Water

Reactor)

Rusia. Disebut Reaktor Air Ringan

sebagai
atas

(Light

bahan

Reaktor

moderator
Air

tekan

yang

mula-mula
karena H2O

sekaligus pendingin
atau

reaktor.

PWR (Pressurized Water

Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan
jumlah yang dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total
reaktor daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai

16

type reaktor daya lainnya.


b. PWR (Presured Water Reactor) / Reaktor Air Tekan
Reaktor

Air

Tekan

juga

menggunakan

H2O

sebagai

pendingin sekaligus

moderator. Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua

macam

pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari
reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini
dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai
mempertahankan

tekanan

sistim

pendingin

untuk

primer. Pada pendigin primer

memakai air dan dipanaskan inti sampai 600F tetapi air ini tidak mendidih karena
berada didalam bejana yang bertekanan tinggi (sebesar 2250 psi). Air in dimasukkan
kedalam pembangkit uap (satu atau dua) dengan tekanan 1000 psi, dan suhu 500F.
Setelah melalui turbin uap dikembalikan ke kondensor.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas
listrik

dan

penyemprot

air.

Jika

tekanan

dalam

teras

reaktor berkurang,

pemanas listrik akan memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer
sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistim
pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim
bertambah,

maka

sistim

penyemprot

air

pendingin

primer

akan mengembunkan sebagian uap

sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke
keadaan semula. Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi
150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu
sekitar 300 C. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada
suhu 100 C.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap
sehingga terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim
pendingin sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi
pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena
pendingin

itu

dipisahkan

oleh

sistim

pipa.

antara

kedua

Terjadinya pertukaran

panas

menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin


sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap
pada suhu 100 C. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini
selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.

17

Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betulbetul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras
reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga
mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor
penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif.
Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya
reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua
sistim pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
Reaktor Air Didih.

G
a
m
b
a
r

10, Diagram Alir Reaktor Air Tekan

18

Gambar 10, Diagram Alir Reaktor Air Tekan


C. BWR (Boiling Water Reactor) / Reaktor Air Mendidih
Reaktor jenis ini menggunakan

air biasa (H2O) sebagai moderator

maupun pendinginnya, sehingga termasuk kelompok reaktor air biasa / ringan. Pada
reaktor air didih ini, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan
air pendingin dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin.
Turbin tekanan tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290 C dan tekanan sebesar
7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini
dapat

diperoleh

efisiensi

thermal

sebesar

34

%. Efisiensi

thermal

ini

menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi energi
listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan
sehingga berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk
diuapkan lagi dan seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar U235
dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam bentuk UO2.

19

Gambar 11, Diagram Alir Reaktor Air Didih


D.

HWR (Heavy Water Reactor) / Reaktor Air Berat

Reaktor

ini

mempergunakan

air

berat

(D2O,

Deuterium

sebagai

moderatornya. Jenis reaktor ini sering disebut CANDU (Canada Deuterium


Uranium) dan dikembangkan oleh Atomic Energi Commission dari Kanada.
Bilamana pada reaktor air biasa moderator (H2O) berada dalam sebuah bejana,
pada reaktor ini moderatornya (D2O) berada didalam pipa-pipa tekanan yang
besar (calandria). Selanjutnya dapat pula dikemukakan, bahwa sebuah reaktor air
berat uranium dioksida alam (UO2) dapat dipakai sebagai bahan bakar. Reaktor ini
menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga harus digunakan air berat yang
20

penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil. Seperti halnya


Reaktor Air tekan, Reaktor Candu juga mempunyai sistim pendingin primer dan
sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan
tinggi pada sistim pendingin primer. D2O dalam reaktor candu hanya dimanfaatkan
sebagai

sistim

pendingin

primer,

sedang

sistim

pendingin sekundernya

menggunakan H2O.
Dalam pengoperasian reaktor Candu, kemurnian D2O harus dijaga pada
tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan
secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan H2O.
Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O baik dalam
bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup
dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran
D2O dapat diketahui secara dini.

Gambar 12. Alir Reaktor Air Berat

E. HTGR (High Temperatur Gas Reactor) / Reaktor Gas Suhu Tinggi


Reaktor

Gas Suhu

pendingin gas helium (He)

Tinggi

adalah

jenis

dan moderator

21

reaktor

yang menggunakan

grafit. Reaktor

ini mampu

menghasilkan panas hingga 750 C dengan efisiensi thermalnya sekitar 40 %.


Panas

yang

dibangkitkan

dalam

teras

reaktor

dipindahkan

menggunakan

pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini


panas akan diserap oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap yang
dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim pemisah
antara sistim pendingin primer yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder
yang tidak radioaktif. Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Gas
Suhu Tinggi berbentuk bola, tiap elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram
U235 dan 10,2 gram Th232 yang dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru U233.
Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai suhu
750 C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan
turun menjadi 250 C. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor
untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor
ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak 675.000 butir
yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di
dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh.

Gambar 13, Diagram Alir Reaktor Gas Suhu Tinggi


F. LMFBR (Liquit Metal Fast Breder Reactor) / Reaktor Pembiak Cepat Logam
Cair.
Selain yang telah dipaparkan diatas reaktor juga ada yang berupa reaktor pembiak
cepat logam cair (LMFBR). Sistem dari reaktor ini adalah sejenis reaktor cepat
pendingin sodium dan programnya disempurnakan

beberapa kali. Reaktor ini

adalah prototip daya 975-MWth (375 MWe) dan berguna untuk persediaan listrik

22

bagi kisi TVA. Dalam sistem ini, seperti halnya

dalam setiap reaktor daya

pendingin-sodium, energi fisi di transfer ke sodium primer, dari sodium primer


kesodium di dalam loop sekunder didalam penukar gas menengah (IHX), dan
akhirnya ke sistem uap air.
DAMPAK DAN PENANGANAN DARI PEMANFAATAN NUKLIR SEBAGAI
PEMBANGKIT LISTRIK

Dampak positif adanya PLTN


Dampak positif dari adanya PLTN ini, adalah dapat menghasilkan daya listrik
yang cukup besar sehingga pada saat terjadi beban puncak pemakaian daya listrik,
kita tidak perlu kuatir lagi akan adanya pemadaman bergilir.

Dampak negatif adanya PLTN


Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia.
Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua, yaitu :
a. Radiasi Langsung yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan
mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.
b. Radiasi tak langsung

adalah radiasi yang terjadi lewat makanan

dan

minuman yang tercemar zat radio aktif, baik melalui udara, air, maupun
media lainnya.
Baik

radiasi

langsung

maupun

tidak

langsung,

akan

mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya. Organorgan tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila tercemar
radio aktif uraiannya sebagai berikut:

terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat

merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga


dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan
dapat membunuhnya.Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat
berpengaruh pada sel, antara lain :
a. Sel akan mati.
b. Terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker.
c. Kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai
proses bayi-bayi cacat.

23

Masalah

lain

juga

ditimbulkan

oleh

limbah/sampah

nuklir

terhadap tingkat kesuburan tanah limbah/sampah nuklir merupakan semua sisa


bahan (padat atau cair) yang dihasilkan dari proses pengolahan uranium, misalnya
sisa bahan bakar nuklir yang tidak digunakan lagi, dan bersifat radioaktif, tidak
bisa dibuang atau dihilangkan seperti jenis sampah domestik lainnya (sampah
organik dan lain-lain.) Sampah nuklir ini harus ditimbun dengan cara yang paling
aman. Hal yang saat ini dapat dilakukan oleh manusia hanyalah menunggu
sampai sampah nuklir tersebut tidak lagi bersifat radioaktif, dan itu memerlukan
waktu ribuan tahun.
Selain itu ada 3 metode lain yang dapat digunakan untuk membuang
limbah radioaktif yaitu:
1.

Pengenceran

dan

penyebaran

(Dilute

and

Disprese):

Limbah

dengan

konsentrasi rendah dilepas ke udara, air atau tanah untuk diencerkan atau
dilarutkan sampai ke tingkat yang aman.
2. Penundaan dan Perusakan (Delay and Decay): Dapat digunakan untuk limbah
radioaktif dengan waktu paro (half-lives) relatif singkat. Zat-zat tersebut
disimpan dalam bentuk cair atau lumpur di dalam tangki. Setelah 10-20 kali
waktu paronya, zat-zat tersebut mengalami perusakan atau pmbusukan
tingkat

yang

tidak

berbahaya

atau

kemudian

ke

dapat diencerkan dan

disebarkan ke lingkungan.
3. Konsentrasi

dan

Pengepakan

(Concentration

and

Containment):

digunakan untuk limbah radioaktif yang sangat toksik dengan dengan waktu
yang panjang. Limbah tersebut harus disimpan dalam puluhan, ratusan
bahkan ribuan tahun, tergantung dari komposisinya. Zat-zatnya tidak hanya
sangat radioaktif tapi juga bersuhu yang sangat panas.

24

Anda mungkin juga menyukai