Abstrak
Minyak nabati Crude palm oil merupakan bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan
bahan bakar solar. Pemakaian minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar solar menghadapi
kesulitan pada proses penginjeksian. Hal ini dikarenakan properties minyak nabati, terutama
viskositas, densitas dan tegangan permukaan terlalu tinggi dibandingkan bahan bakar solar.
Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan memberikan perlakuan kimia berupa proses
transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel. Hasil transesterifikasi menunjukkan adanya
penurunan viskositas yang signifikan (turun dari 39,60 menjadi 5,86 cSt) mendekati viskositas
bahan bakar solar(4,6 cSt).
Hal ini mendorong dilakukan penelitian secara eksperimental dan simulasi komputer.
Eksperimental dilakukan untuk mendapatkan biodiesel hasil transesterifikasi dan visualisasi dari
semprotan bahan bakar. Sedangkan simulasi komputer dengan computational fluid dynamics
menggunakan software FLUENT 6.0 untuk mendapatkan karakteristik semprotan yang
berpengaruh terhadap proses penguapan dan pembakaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa properties biodiesel hasil transesterifikasi, dalam hal ini
viskositas, densitas dan tegangan permukaan masih sedikit lebih tinggi daripada properties bahan
bakar solar. Uji kerakteristik semprotan secara eksperimental maupun simulasi komputer
menunjukkan bahwa viskositas yang lebih tinggi menghasilkan karakteristik atomisasi yang kurang
baik, yaitu berupa evaporasi yang lebih miskin. Sedangkan densitasdan tegangan permukaan yang
lebih tinggi menghasilkan bentuk, penetrasi dan droplet fase cair sedikit lebih banyak sehingga
distribusi fase gas menjadi lebih sempit.
Kata kunci : Biodiesel, crude palm oil, solar, karakteristik semprotan, properties bahan bak
Perkembangan dunia pada umumnya dan
bangsa Indonesia pada khususnya dihadapkan
pada keadaan dimana terdapat tuntutan untuk
melaksanakan penghematan pemakaian energi.
Energi hidrokarbon berupa minyak bumi masih
menjadi tumpuan dan mendominasi di berbagai
sektor kehidupan. Dengan laju konsumsi bahan
bakar seperti tahun 1987, maka kandungan
minyak bumi di dunia ini akan habis pada tahun
2028 [6]. Keterbatasan kandungan minyak bumi
dan kelangkaannya untuk masa mendatang
menjadi dorongan untuk mencari cara
menghemat pemakaian minyak bumi dan
mencari sumber energi alternatif untuk
menggantikan pemakaian minyak bumi tersebut.
Program konservasi dan diversifikasi
energi seperti alkohol, gasohol, minyak nabati
telah dilakukan secara intensif oleh beberapa
negara untuk menghadapi tantangan berupa
Suhu Penyalaan
Viskositas
Nilai Kalor
Densitas
Bilangan Setana
Tegangan permukaan
Keterangan:
1. Layar hitam
2. Nozzle injektor
3. Saluran pipa
injeksi
4. Manual injektor
5. Pressure gage
6. Katup shut off
7. Filter
8. Tangki bahan
bakar
9. Tuas
10. Lampu
11. Kamera digital
12. Semprotan
Simulasi Komputer
Pelaksanaan simulasi komputer dengan
menggunakan software aplikasi FLUENT 6.0.
dimulai dengan pemodelan daerah semprotan
pada program Computational Fluid Dynamics
dengan tambahan data-data yang didapat
melalui eksperimental. Algoritma simulasi
sebagai berikut :
GRID. Grid diimport dari software GAMBIT
dengan proses pembuatan model, pembuatan
mesh elemen hingga dan penentuan daerah
analisa.
MODEL. Pemodelan bentuk aliran denagn
menentukan solver (segregated solver),
linearisasi(impicit), jenis analisa (3D dan
unsteady), viscous model (k-epsilon model),
pemodelan fase diskrit, setting kondisi awal
partikel (tekanan injeksi 150 bar dan suhu
300C),
1. MATERIAL. Material yang digunakan
adalah solar dan biodiesel dengan
properties seperti pada Tabel 1.
Satuan
Densitas
kg/m3
Viskositas kin. cSt
Teg. Permukaan dyne/cm
0
Flash point
F
Bilangan
Setana
Nilai Kalor
Kal/kg
Bahan Bakar
Biodiese
Solar
l
856,6
886,4
4,60
5,86
66
68
158
163
46
46
9600
7200
0,01 s
0,1 s
Solar
1s
0,01 s
0,1 s
Biodiesel
1s
Diameter, mm
Diameter, mm
a. Solar
Lintasan, mm
Lintasan, mm
merupakan
waktu
dalam
satu
kali
penyemprotan, terlihat semprotan mencapai
penetrasi maksimum, yaitu jarak maksimum
yang dapat ditempuh droplet ketika keluar dari
injector. Pada penetrasi maksimum, droplet
telah kehilangan energi kinetik sehingga
gerakannya dikendalikan oleh gravitasi dan
gerakan udara di sekitarnya, selanjutnya
droplet mengalami proses penguapan.
Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin
jauh lintasan yang ditempuh droplet maka
semakin kecil ukurannya. Bahan bakar cair
keluar dari atomizer berupa ligamen-ligamen
dengan kecepatan dan tekanan berfluktuasi
serta berinteraksi dengan gas disekelilingnya
sehingga menyebabkan ketidakstabil-an. Jika
ligamen sudah tidak mampu lagi menahan
ketidakstabilan ini maka ligamen selanjutnya
akan pecah menjadi droplet. Jika droplet ini
masih memiliki kecepatan tinggi, maka akan
terpecah lagi menjadi droplet yang lebih kecil
lagi dan akhirnya hilang karena adanya
perubahan fase menjadi uap. Sedangkan dari
kedua jenis bahan bakar tersebut terlihat bahwa
biodiesel memiliki diameter relatif besar
dibandingkan solar. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi viskositas dan tegangan
permukaan bahan bakar maka droplet akan
lebih stabil sehingga memerlukan gaya yang
lebih besar untuk memecahkannya.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Proses
transesterifikasi
menghasilkan
biodiesel
dengan properties
berupa
viskositas,
densitas
dan
tegangan
permukaan sedikit lebih tinggi daripada
bahan bakar solar. Sedangkan bilangan
Setana setara untuk kedua jenis bahan bakar
dan nilai kalor bahan bakar biodiesel lebih
rendah dibandingkan dengan bahan bakar
solar.
2. Properties bahan bakar mempengaruhi
karakteristik semprotan sebagai berikut :
a. Viskositas yang lebih tinggi menghasilkan penetrasi semprotan lebih panjang.
b. Tegangan permukaaan dan densitas
lebih tinggi menghasilkan atomisasi
lebih rendah, yaitu berupa penguapan
lebih miskin (sudut penyebaran lebih
kecil).