Referat Omsk
Referat Omsk
DISUSUN OLEH :
Soraya Olyfia
030.10.258
PEMBIMBING :
dr. Donald Marpaung, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN
RSAL Dr.Mintohardjo
PERIODE 20 JULI 2016 29 JULI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................................3
............................................................................4
Klasifikasi
.................................................................................................6
II.3 Etiologi
....................................................................................................7
II.4 Patofisiologi
........................................................................................8
............................................................................9
....................................................................................................9
II.7 Komplikasi
........................................................................................12
........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani dan
telinga dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus
eksternus (MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam
os temporal pars petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang
pendengaran.
Telinga
dalam
berisi
labirin
tulang
(vestibulum,
kanalis
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila diliat dari arah liang
telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pada pars flaksida ada daerah
yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.2
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah
yaitu pada pukul 7 pada membrane timpani kiri dan pada pukul 5 pada membrane
timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membrane timpani.
Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang menimbulkan cahaya berupa kerucut. Secara klinis reflek
cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar berarti terdapat
gangguan pada tuba eustachius.2
Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dari prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas depan, atas belakang, bawah depan serta bawah
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.2
a.) aktif
tipe
keratin
sampai
menghasilkan
kolesteatoma.2,4
II.3 ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba
patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden
OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden
OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral
(seperti hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated (seperti infeksi HIV, sindrom
kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab OMSK antara lain: Lingkungan, Genetik, Otitis media sebelumnya,
Infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi, gangguan fungsi tuba eustachius.3,4
II.4 PATOFISIOLOGI
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis :
1. Kolesteatoma kongenital
angle.
2. Kolesteatoma akuisital
a. Akuisital
primer
b. Akuisital
sekunder
sederhana
2. Mastoidektomi
radikal
mencegah
komplikasi
ke
intracranial.
Fungsi
modifikasi
4. Miringoplasti
5. timpanoplasti
tidak
bisa
ditenangkan
dengan
pengobatan
timpani
dengan
atau
tanpa
mastoidektomi,
melakukan
teknik
mastoidektomi
radikal.
Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%, 2.) Obat tetes telinga.
Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik &
kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan
selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya
pada otitis media supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan
semua antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik, 3.) Obat antibiotik.
Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin sebelum hasil
tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi
terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi
resistensi ampisilin.6
II.7 KOMPLIKASI
Tabel 4. Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :
A. Komplikasi telinga tengah
C. Komplikasi ekstradural
11
Perforasi persisten
Labirinitis supuratif
petrositis
Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
B. Komplikasi ekstratemporal
C. Komplikasi intracranial
Mastoiditis akut
Paresis n.fasialis
Labirinitis
Petrositis
Abses ekstratemporal
Abses otak
Tromboplebitis
Hidrosefalus otikus
Empiema subdura
BAB III
KESIMPULAN
Suatu infeksi kronik pada telinga tengah dan kavitas mastoid, dengan
discharge yang keluar berulang atau otorrhoea melalui perforasi membrane
timpani. Yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal dengan OMSK
tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yaitu adanya Abses atau fistel
retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)dan foto
rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
Prinsip Terapi dari OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi dg atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dg medikamentosa
hanya terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media Burden of Illness
and Management Options. Child and Adolescent Health and Development Prevention
of Blindness and Deafness. Geneva, Switzerland
2. Djaafar. Z.A; Helmi; Restuti D.R. 2007. Kelainan Telinga Tengah pada Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed. 6, Pg: 64-86. Jakarta.
FKUI
3. David Parry, MD et al. 2011. Chronic Suppurative Otitis Media. Diakses pada tanggal
29 september 2012 dari http://emedicine.medscape.com/article/859501overview#showall
4. Muchtar, M. 2010. Otitis Media Supuratif Kronik. Diakses pada tanggal 30 september
2012 pada http://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatifkronik-referat.html
5. Risky & Roni. 2012. Otitis Media Supuratif Kronik.
6. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.
7. Braunwald E, et al. Harrisons principles of internal medicine. Edisi ke-17. Amerika
Serikat: McGraw-Hill; 2009.
13
14