Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

PENATALAKSANAAN DINI PADA OTITIS MEDIA


KRONIK TIPE BAHAYA

DISUSUN OLEH :
Soraya Olyfia
030.10.258

PEMBIMBING :
dr. Donald Marpaung, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

RSAL Dr.Mintohardjo
PERIODE 20 JULI 2016 29 JULI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

............................................................................4

II.1 Anatomi ....................................................................................................4


II.2

Klasifikasi

.................................................................................................6
II.3 Etiologi

....................................................................................................7

II.4 Patofisiologi

........................................................................................8

II.5 Penegakkan Diagnosa


II.6 Terapi

............................................................................9

....................................................................................................9

II.7 Komplikasi

........................................................................................12

BAB III KESIMPULAN

........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

........................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronis (0MSK) adalah infeksi kronis di telinga


tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus dan hilang timbul. Sekret mungkin encer, atau kental, bening
atau berupa nanah. Dimaksud dengan kronis ialah infeksi pada telinga tengah
sudah lebih dari 2 bulan bila kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif
subakut.
OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya
yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, namun demikian OMSK
tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi apabila terinfeksi kuman yang
virulen. Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada
OMSK, sebagian besar kasus terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga
berair. Berdasarkan data WHO pada tahun 2004, meningitis atau radang selaput
otak adalah komplikasi intrakranial OMSK yang paling sering ditemukan diseluruh
dunia, biasanya mempunyai gejala demam, sakit kepala serta adanya tanda-tanda
perangsangan meningen seperti kejang. Kematian terjadi pada 18,6% kasus OMSK
dengan komplikasi intrakranial.
Beberapa hal tersebut di atas menyebabkan pentingnya mengenal pola
penyakit yang berhubungan dengan komplikasi ini. Perburukan penyakit dan
komplikasi akibat OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu ditegakkan
diagnosis yang tepat dan dini pada penderita OMSK sehingga penatalaksanaan
yang tepat pun dapat segera dilakukan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani dan
telinga dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus
eksternus (MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam
os temporal pars petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang
pendengaran.

Telinga

dalam

berisi

labirin

tulang

(vestibulum,

kanalis

semisirkularis, dan koklea) dan labirin membranasea (utrikulus dan sakulus di


dalam vestibulum, tiga duktus semisirkularis di dalam kanalis semisirkularis, dan
duktus koklearis didalam koklea),
sesuai dengan yang ditampilkan pada Gambar 1.1

Gambar.1 Anatomi telinga luar, tengah, dan dalam

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila diliat dari arah liang
telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pada pars flaksida ada daerah
yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.2
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah
yaitu pada pukul 7 pada membrane timpani kiri dan pada pukul 5 pada membrane
timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membrane timpani.
Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang menimbulkan cahaya berupa kerucut. Secara klinis reflek
cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar berarti terdapat
gangguan pada tuba eustachius.2
Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dari prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas depan, atas belakang, bawah depan serta bawah
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.2

Gambar.2 Potongan koronal telinga tengah bagian kanan


II.2 KLASIFIKASI
5

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :


1. Tipe tubotimpani (tipe Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi
jinak, tipe aman, tipe sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi
rhinogen)

dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain


yang mempengaruhi keadaan ini teritama patensi tuba
eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa
terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri
aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa,
serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa. Sekret
mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia sel
goblet, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe
respirasi dan mukosiliar yang jelek.2,4

a.) aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga. Biasanya


didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui
tuba eustachius, atau setelah berenang dimana kuman
masuk melalui liang telinga luar. 4

b.) tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang


kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala
yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinnitus, atau suatu rasa
penuh dalam telinga.4

2. Tipe atikoantral (tipe Tipe ini ditemukan adanya kolesteatoma. Penyakit


ganas,

tipe

tidak atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan

aman, tipe tulang)

khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana


bertumpuknya

keratin

sampai

menghasilkan

kolesteatoma.2,4

Tabel 1 Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Benigna & Maligna

II.3 ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba
patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden
OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden
OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral
(seperti hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated (seperti infeksi HIV, sindrom
kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab OMSK antara lain: Lingkungan, Genetik, Otitis media sebelumnya,
Infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi, gangguan fungsi tuba eustachius.3,4

II.4 PATOFISIOLOGI
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis :
1. Kolesteatoma kongenital

Terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada


telinga dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya terletak di kavum
timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin
7

angle.

2. Kolesteatoma akuisital

Terbentuk setelah anak lahir atau didapat, terbagi menjadi


dua, yaitu :

a. Akuisital

Terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane

primer

timpani kolestetoma timbul akibat terjadi proses invaginasi


dari membrane timpani pars flasida karena adanya tekanan
negative di telinga tengah akibat gangguan tuba.

b. Akuisital

Terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani.

sekunder

Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya


epitel kulit dari liang telinga atau terjadi akibat metaplasi
mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berlangsung lama.

Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya


serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap
tulang diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukkan bakteri.
Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,
meningitis dan abses otak.2 Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk
tempat pertumbuhan kuman (infeksi), yang paling sering adalah proteus dan
pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya, infeksi dapat memicu respon imun local
yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dari berbagai sitokin.
Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matrik kolesteatoma adalah interleukin-1
(IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-a (TNF-a) dan transforming growth
factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks
kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif dan mampu berangiogenesis.2
Jenis perforasi membrane timpani :
Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :
1.)Perforasi sentral (sub total), 2.) Perforasi marginal, 3.)Perforasi atik.
8

II.5 PENEGAKKAN DIAGNOSA


a.) Anamnesa, seperti : 1.) Telinga berair (otorrhoe), 2.) Gangguan pendengaran,
3.) Otalgia ( nyeri telinga), 4.) Vertigo
b.) Pemeriksaan otoscopy, c.) Pemeriksaan Audiometri, d.) Pemeriksaan
Radiologi, antara lain : 1.) Proyeksi Schuller, 2.) Proyeksi Mayer atau Owen,
3.) Proyeksi Stenver, 4.) Proyeksi Chause III
e.) Kultur
II.6 TERAPI
Prinsip dari OMSK tibe maligna adalah pembedahan yaitu mastoidektomi.
Terapi konservatif medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi.
Terapi Pembedahan
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:7
1. Mastoidektomi

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman atau benigna

sederhana

yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan


tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid
dari jaringan patologik. tujuannya adalah supaya infeksi
tenang dan telinga tidak berair lagi. pada Operasi ini fungsi

2. Mastoidektomi
radikal

pendengaran tidak diperbaiki.7


Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe maligna dengan
infeksi atau kolesteatoma yang sudah menyebar luas. Pada
operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan
dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang
telinga luar dan tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuannya operasi ini adalah membuang jaringan patologik
dan

mencegah

komplikasi

ke

intracranial.

Fungsi

pendengaran tidak diperbaiki, kerugiannya adalah pasien


3. Mastoidektomi
radikal

tidak diperbolehkan berenang.7


Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah atik,

dengan tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga


9

modifikasi

mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga


direndahkan. Tujuan operasi ini membuang jaringan
patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan

4. Miringoplasti

pendengaran yang masih ada.6


Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling
ringan, dikenal dengan timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi
hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ini
ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah
pada OMSK tipe aman dengan perforasi menetap. Operasi
ini dilakukan pada OMSK tipe aman atau benigna yang
sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan

5. timpanoplasti

oleh perforasi membran timpani.6


Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan
kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman/benigna
yang

tidak

bisa

ditenangkan

dengan

pengobatan

medikamentosa. Tujuan operasi ini adalah menyembuhkan


penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini
selain rekonstruksi tulang pendengaran berdasarkan bentuk
rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka
dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III,IV, dan V. Sebelum
rekonstruksi dikerjakan lebih dulu dilakukan eksplorasi
kavum

timpani

dengan

atau

tanpa

mastoidektomi,

untukmembersihkan jaringan patologis.7


6. pendekatan ganda Operasi ini merupakan teknik timpanoplasti yang dikerjakan
timpanoplasti

pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman


dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa

melakukan

teknik

mastoidektomi

radikal.

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di


kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan yaitu melalui
liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe
bahaya belum disepakati para ahli karena sering terjadi
kekambuhan kolesteatoma.7
10

II. Terapi konservatif


Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik
(OMSK) benigna, yaitu :
1.)

Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%, 2.) Obat tetes telinga.
Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik &
kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan
selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya
pada otitis media supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan
semua antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik, 3.) Obat antibiotik.
Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin sebelum hasil
tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi
terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi
resistensi ampisilin.6

II.7 KOMPLIKASI
Tabel 4. Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :
A. Komplikasi telinga tengah

B. Komplikasi telinga dalam

C. Komplikasi ekstradural

D. Komplikasi susunan saraf pusat

11

Perforasi persisten

Erosi tulang pendengaran

Paralisis nervus fasial


Fistel labirin

Labirinitis supuratif

Tuli saraf (sensorineural)


Abses ekstradural

Trombosis sinus lateralis

petrositis
Meningitis

Abses otak

Hidrosefalus otitis

Tabel 5. Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media menjadi :


A. Komplikasi intratemporal

B. Komplikasi ekstratemporal
C. Komplikasi intracranial

Perforasi membran timpani

Mastoiditis akut

Paresis n.fasialis

Labirinitis

Petrositis
Abses ekstratemporal
Abses otak

Tromboplebitis

Hidrosefalus otikus

Empiema subdura

Abses subdural/ ekstradural

BAB III
KESIMPULAN
Suatu infeksi kronik pada telinga tengah dan kavitas mastoid, dengan
discharge yang keluar berulang atau otorrhoea melalui perforasi membrane
timpani. Yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal dengan OMSK
tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yaitu adanya Abses atau fistel
retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)dan foto
rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
Prinsip Terapi dari OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi dg atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dg medikamentosa
hanya terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media Burden of Illness
and Management Options. Child and Adolescent Health and Development Prevention
of Blindness and Deafness. Geneva, Switzerland
2. Djaafar. Z.A; Helmi; Restuti D.R. 2007. Kelainan Telinga Tengah pada Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed. 6, Pg: 64-86. Jakarta.
FKUI
3. David Parry, MD et al. 2011. Chronic Suppurative Otitis Media. Diakses pada tanggal
29 september 2012 dari http://emedicine.medscape.com/article/859501overview#showall
4. Muchtar, M. 2010. Otitis Media Supuratif Kronik. Diakses pada tanggal 30 september
2012 pada http://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatifkronik-referat.html
5. Risky & Roni. 2012. Otitis Media Supuratif Kronik.
6. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.
7. Braunwald E, et al. Harrisons principles of internal medicine. Edisi ke-17. Amerika
Serikat: McGraw-Hill; 2009.

13

14

Anda mungkin juga menyukai