Anda di halaman 1dari 18

FITRI AMBAR.

Kehamilan Resiko Tinggi Definisi


Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari
biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan.
Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil
untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun
janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut
faktor resiko).
Faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.
FAKTOR RESIKO SEBELUM KEHAMILAN
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko selama kehamilan.
Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya
untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
Karakteristik ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan.
Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi
(suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan
penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga
lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes
atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35
tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin
meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan
cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih
mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa
kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya
meningkat sampai 30%.
Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama
kehamilan.
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
Peristiwa pada kehamilan yang lalu
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama,

memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.


Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah
meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran
menjalani pemeriksaan untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg,
memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia
menderita diabetes.
Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran
atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakuka pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan
20-28 minggu.
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami:
- kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina
yang berat
- plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka bayi
berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama.
Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan
ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan
pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2
gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya
memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif
adalah sebesar 50%.
Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak
menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan

tubuh ibu membentuk antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada
kehamilan berikutnya.
Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki Rhnegatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena
itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan
mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita
tekanan darah tinggi menahun.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan,
biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi
dan kedua orangtuanya.
Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang
lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG
atau rontgen.
Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
- kelahiran prematur
- gangguan selama persalinan
- kelainan letak janin
- kelainan letak plasenta
- keguguran berulang.
Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang
dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- Tekanan darah tinggi menahun
- Penyakit ginjal
- Diabetes
- Penyakit jantung yang berat
- Penyakit sel sabit
- Penyakit tiroid
- Lupus
- Kelainan pembekuan darah.
Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau
ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang
dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.
FAKTOR RESIKO SELAMA KEHAMILAN

Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang
menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya.
Dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti
radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bias mengalami kelainan
medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
Obat-obatan atau infeksi
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil
adalah:
- Alkohol
- Phenitoin
- Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
- Lithium
- Streptomycin
- Tetracyclin
- Talidomide
- Warfarin.
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
- Herpes simpleks
- Hepatitis virus
- Influenza
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Cacar air (varisela)
- Sifilis
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita
yang berhenti merokok selama hamil.
Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang
rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- komplikasi plasenta
- ketubah pecah sebelum waktunya
- persalinan prematur
- infeksi rahim.
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain
karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.
Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya
merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma
kematian bayi mendadak.
Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang
sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini
diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan

oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang
menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.
Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol
selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
- keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
- kelainan wajah
- mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan
otak yang dibawah normal
- kelainan perkembangan perilaku.
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental.
Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada
bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang
memperhatikan).
Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali
lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat.
Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu
kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin,
barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
- Anemia
- Bakteremia
- Endokarditis
- Abses kulit
- Hepatitis
- Flebitis
- Pneumonia
- Tetanus
- Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria.
Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya,
hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami
kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.
Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan
pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai
organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
- terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang
pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.

Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur
dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya
normal.
Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain.
Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan
bayinya dan harus segera diobati.
Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan
pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan
antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan
ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan
ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan
antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4? Celsius) pada trimester
pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem
saraf pada bayi.
Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya
persalinan prematur.
Komplikasi kehamilan
1. Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang
paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir.
Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rhpositif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan
darah janin.
Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi
terhadap janin setiap 2 bulan.
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
- setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
- setelah pemeriksaan amniosentesis
- dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D
kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.
2. Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
- Kelainan letak plasenta
- Pelepasan plasenta sebelum waktunya

- Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).


Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi,
perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG,
pengamatan leher rahim dan Pap smear.
3. Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan
diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu
atau terjadinya persalinan prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenerung terjadi pada:
- ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
- kehamilan ganda
- inkompatibilitas Rh
- bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan
sistem saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
- bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
- bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
- bayi yang meninggal di dalam kandungan.
4. Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
- bayi berada dalam posisi sungsang
- plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
- ibu menderita tekanan darah tinggi
- air ketuban terlalu banyak
- ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan
terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.

Penilaian kehamilan resiko tinggi


Nilai 10 atau lebih menunjukkan resiko tinggi.
Faktor Resiko

Sko
r

SEBELUM KEHAMILAN
Karakteristik ibu
Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang

Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg

Peristiwa pada kehamilan yg lalu


Kematian dalam kandungan

10

Kematian bayi baru lahir

10

Bayi prematur

10

Kecil untuk masa kehamilan

10

Transfusi darah janin untuk penyakit hemolitik

10

Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu)

10

Keguguran berulang

Bayi besar (lebih dari 5 kg)

Hamil sebanyak 6 kali atau lebih

Riwayat eklamsi

Operasi sesar

Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu

Riwayat pre-eklamsi

Cacat bawaan pada bayi sebelumnya

Kelainan struktur
Rahim ganda

10

Kelemahan pada leher rahim

10

Panggul sempit

Keadaan medis

Tekanan darah tinggi menahun

10

Penyakit ginjal sedang sampai berat

10

Penyakit jantung berat

10

Diabetes yg tergantung kepada insulin

10

Penyakit sel sabit

10

Hasil Pap smear yg abnormal

10

Penyakit jantung sedang

Penyakit tiroid

Riwayat tuberkulosis

Penyakit paru-paru (misalnya asma)

Hasil pemeriksaan darah yg positif untuk sifilis atau HIV

Riwayat infeksi kandung kemih

Riwayat keluarga yg menderita diabetes

SELAMA KEHAMILAN
Obat-obatan & infeksi
Pemakaian obat atau alkohol

Penyakit virus (misalnya campak Jerman)

Influenza berat

Merokok

Komplikasi medis
Pre-eklamsi sedang sampai berat

10

Pre-eklamsi ringan

Infeksi ginjal

Diabetes gestsional

Anemia berat

10

Infeksi kandung kemih

Anemia ringan

Komplikasi kehamilan pada ibu

Plasenta previa

10

Pelepasan plasenta prematur

10

Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak

10

Infeksi plasenta

10

Robekan pada rahim

10

Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu atau terlambat lebih dari 2


minggu)

10

Sensitisasi Rh pada darah janin

Bercak perdarahan

Persalinan prematur

Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan

Leher rahim berhenti melebar

Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam

Mengedan lebih dari 2 jam

Persalinan cepat (kurang dari 3 jam)

Operasi sesar

Induksi persalinan karena alasan medis

Induksi persalinan

Komplikasi kehamilan pada bayi


Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua)

10

Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong)

10

Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya

10

Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih)

10

Denyut jantung lambat atau sangat cepat

10

Prolapsus tali pusat

10

Berat badan kurang dari 2,75 kg

10

Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda)

Persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum

Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian

Pembiusan total pada ibu selama persalinan

Bayi kecil
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
Bayi lahir dengan berat badan rendah adalah bayi yang pada saat dilahirkan memiliki
berat badan 2,75 kg atau kurang
Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang berat badannya lebih kecil jika
dibandingkan dengan usia kehamilan
Bayi yang pertumbuhannya terhambat adalah bayi yang pertumbuhannya (berat dan
tinggi badan) di dalam rahim terhambat.
Sumber :

DEFINISI
Angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan, yang
terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen.
Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan
kekuatan denyut jantung).
Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu
menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen.
Jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi
kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.

PENYEBAB

Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner.


Penyebab lainnya adalah:

Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)


Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
Stenosis subaortik hipertrofik
Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
Anemia yang berat.

GEJALA
Tidak semua penderita iskemia mengalami angina. Iskemia yang tidak disertai dengan angina
disebut silent ischemia.
Masih belum dimengerti mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina.
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang
dada (sternum).
Nyeri juga bisa dirasakan di:
- bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam
- punggung
- tenggorokan, rahang atau gigi
- lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan
nyeri.
Yang khas adalah bahwa angina:
- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan
tertentu.
Angina seringkali memburuk jika:
- aktivitas fisik dilakukan setelah makan
- cuaca dingin
- stres emosional.
Variant Angina
Merupakan akibat dari kejang pada arteri koroner yang besar di permukaan jantung.
Disebut variant karena ditandai dengan:
- nyeri yang timbul ketika penderita sedang istirahat, bukan pada saat melakukan aktivitas
fisik
- perubahan tertentu pada EKG.
Unstable Angina
Merupakan angina yang pola gejalanya mengalami perubahan.
Ciri angina pada seorang penderita biasanya tetap, oleh karena itu setiap perubahan
merupakan masalah yang serius (msialnya nyeri menjadi lebih hebat, serangan menjadi lebih
sering terjadi atau nyeri timbul ketika sedang beristirahat).
Perubahan tersebut biasanya menunjukkan perkembangan yang cepat dari penyakit arteri

koroner, dimana telah terjadi penyumbatan arteri koroner karena pecahnya suatu ateroma atau
terbentuknya suatu bekuan.Resiko terjadinya serangan jantung sangat tinggi.
Unstable angina merupakan suatu keadaan darurat.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan gejalanya.
Diantara bahkan selama serangn angina, pemeriksaan fisik atau EKG hanya menunjukkan
kelainan yang minimal.
Selama suatu serangan, denyut jantung bisa sedikit meningkat, tekanan darah meningkat dan
bisa terdengar perubahan yang khas pada denyut jantung melalui stetoskop.
Selama suatu serangan, bisa ditemukan adanya perubahan pada EKG, tetapi diantara
serangan, EKG bisa menunjukkan hasil yang normal, bahkan pada penderita penyakit arteri
koroner yang berat.
Jika gejalanya khas, diagnosisnya mudah ditegakkan.
Jenis nyeri, lokasi dan hubungannya dengan aktivitas, makan, cuaca serta faktor lainnya akan
mempermudah diagnosis.
Pemeriksaan tertentu bisa membantu menentukan beratnya iskemia dan adanya penyakit
arteri koroner:
1. Exercise tolerance testing merupakan suatu pemeriksaan dimana penderita berjalan
diatas treadmill dan dipantau dengan EKG.
Pemeriksaan ini bisa menilai beratnya penyakit arteri koroner dan kemampuan
jantung untuk merespon iskemia.
Hasil pemeriksaan ini juga bisa membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan
arteriografi koroner atau pembedahan.
2. Radionuclide imaging yang dilakukan bersamaan dengan exercise tolerance testing
bisa memberikan keterangan berharga mengenai angina.
Penggambaran radionuklida tidak hanya memperkuat adanya iskemia, tetapi juga
menentukan daerah dan luasnya otot jantung yang terkena dan menunjukkan jumlah
darah yang sampai ke otot jantung.
3. Exercise echocardiography merupakan suatu pemeriksaan dimana ekokardiogram
diperoleh dengan memantulkan gelombang ultrasonik dari jantung.
Pemeriksaan ini bisa menunjukkan ukuran jantung, pergerakan otot jantung, aliran
darah yang melalui katup jantung dan fungsi katup.
Ekokardiogram dilakukan pada saat istirahat dan pada puncak aktivitas.
Jika terdapat iskemia, maka gerakan memompa dari dinding ventrikel kiri tampak
abnormal.
4. Arteriografi koroner bisa dilakukan jika diagnosis penyakit arteri koroner atau
iskemia belum pasti.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan beratnya penyakit arteri koroner dan
untuk membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri
koroner atau angioplasti.

5. Pemantauan EKG berkelanjutan dengan monitor Holter menunjukkan kelainan


dari silent ischemia.
6. Angiografi kadang bisa menemukan adanya kejang pada arteri koroner yang tidak
memiliki suatu ateroma.
PENGOBATAN
Pengobatan dimulai dengan usaha untuk mencegah penyakit arteri koroner, memperlambat
progresivitasnya atau melawannya dengan mengatasi faktor-faktor resikonya.
Faktor resiko utama (misalnya peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol), diobati
sebagaimana mestinya.
Faktor resiko terpenting yang bisa dicegah adalah merokok sigaret.
Pengobatan angina terutama tergantung kepada berat dan kestabilan gejala-gejalanya.
Jika gejalanya stabil dan ringan sampai sedang, yang paling efektif adalah mengurangi faktor
resiko dan mengkonsumsi obat-obatan.
Jika gejalanya memburuk dengan cepat, biasanya penderita segera dirawat dan diberikan
obat-obatan di rumah sakit.
Jika gejalanya tidak menghilang dengan obat-obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup,
maka bisa digunakan angiografi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan
bypass arteri koroner atau angioplasti.
STABLE ANGINA
Pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan meminimalkan
gejala.
Terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita:
1. Beta-blocker
Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada jantung
dan organ lainnya.
Beta-blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. Selama melakukan
aktivitas, Beta-blocker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
Beta-blocker dan nitrat telah terbukti mampu mengurangi kejadian serangan jantung
dan kematian mendadak. Beta bloker yang dapat digunakan untuk penyakit ini antara
lain Metoprolol, Atenolol dan Propranolol
2. Nitrat (contohnya nitroglycerin).
Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk
short-acting dan long-acting.
Sebuah tablet nitroglycerin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan
menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung
selama 30 menit.
Penderita stable angina kronik harus selalu membawa tablet atau semprotan
nitroglycerin setiap saat.

Menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan yang diketahui penderita
dapat memicu terjadinya angina, akan sangat membantu penderita.
Nitroglycerin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi dan pipi bagian dalam atau
penderita bisa menghirup nitroglycerin yang disemprotkan ke dalam mulut; tetapi
yang banyak digunakan adalah pemakaian nitroglycerin tablet sublingual.
Nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari.
Nitrat juga terdapat dalam bentuk plester dan perekat kulit, dimana obat ini diserap
melalui kulit selama beberapa jam.
Nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan
kemampuannya untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli
menganjurkan selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan
efektivitas jangka panjangnya.
3. Antagonis kalsium
Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri
koroner.
Antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina.
Beberapa antagonis kalsium (misalnya Amlodipine, verapamil dan diltiazem) bisa
memperlambat denyut jantung.
Obat ini juga bisa digabungkan bersama Beta-blocker untuk mencegah terjadinya
episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).
4. Antiplatelet (contohnya Acetylsalicylic acid dan Clopidogrel)
Platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk terjadinya pembekuan darah bila
terjadi perdarahan. Tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri, maka
pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa mempersempit atau menyumbat arteri
sehingga terjadi serangan jantung.
Acetylsalicylic acid terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan
dalam dinding pembuluh darah, jadi Acetylsalicylic acid mengurangi resiko kematian
karena penyakit arteri koroner.
Penderita yang alergi terhadap Acetylsalicylic acid, bisa menggunakan triklopidin.

UNSTABLE ANGINA
Pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian obat dapat diawasi
secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu.
Penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan darah,
yaitu:
- Heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan darah)
- Penghambat glikoprotein IIb/IIIa (misalnya absiksimab atau tirofiban)
- Acetylsalicylic acid.
Juga diberikan Beta-blocker dan nitroglycerin intravena untuk mengurangi beban kerja
jantung.
Jika pemberian obat tidak efektif, mungkin harus dilakukan arteriografi koroner dan
angioplasti atau operasi bypass.
Operasi bypass arteri koroner
Pembedahan ini sangat efektif dilakukan pada penderita angina dan penyakit arteri koroner
yang tidak meluas.
Pembedahan ini bisa memperbaiki toleransi penderita terhadap aktivitasnya, mengurangi
gejala dan memperkecil jumlah atau dosis obat yang diperlukan.
Pembedahan dilakukan pada penderita angina berat yang:
- tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat-obatan
- sebelumnya tidak mengalami serangan jantung
- fungsi jantungnya normal
- tidak memiliki keadaan lainnya yang membahayakan pembedahan (misalnya penyakit paru
obstruktif menahun).
Pembedahan ini merupakan pencangkokan vena atau arteri dari aorta ke arteri koroner,

meloncati bagian yang mengalami penyumbatan.


Arteri biasanya diambil dari bawah tulang dada. Arteri ini jarang mengalami penyumbatan
dan lebih dari 90% masih berfungsi dengan baik dalam waktu 10 tahun setelah pembedahan
dilakukan.
Pencangkokan vena secara bertahap akan mengalami penyumbatan.
Angioplasti koroner
Alasan dilakukannya angioplasti sama dengan alasan untuk pembedahan bypass.
Tidak semua penyumbatan bisa menjalani angioplasti, hal ini tergantung kepada lokasi,
panjang, beratnya pengapuran atau keadaaan lainnya.
Angioplasti dimulai dengan menusuk arteri perifer yang besar (biasanya arteri femoralis di
paha) dengan jarum besar. Kemudian dimasukkan kawat penuntun yang panjang melalui
jarum menuju ke sistem arteri, melewati aorta dan masuk ke dalam arteri koroner yang
tersumbat.
Sebuah kateter (selang kecil) yang pada ujungnya terpasang balon dimasukkan melalui kawat
penuntun ke daerah sumbatan. Balon kemudian dikembangkan selama beberapa detik, lalu
dikempiskan.
Pengembangan dan pengempisan balon diulang beberapa kali.
Penderita diawasi dengan ketat karena selama balon mengembang, bisa terjadi sumbatan
alliran darah sesaat. Sumbatan ini akan merubah gambaran EKG dan menimbulkan gejala
iskemia.
Balon yang mengembang akan menekan ateroma, sehingga terjadi peregangan arteri dan
perobekan lapisan dalam arteri di tempat terbentuknya sumbatan.
Bila berhasil, angioplasti bisa membuka sebanyak 80-90% sumbatan.
Sekitar 1-2% penderita meninggal selama prosedur angioplasti dan 3-5% mengalami
serangan jantung yang tidak fatal.
Dalam waktu 6 bulan (seringkali dalam beberapa minggu pertama setelah prosedur
angioplasti), arteri koroner kembali mengalami penyumbatan pada sekitar 20-30% penderita.
Angioplasti seringkali harus diulang dan bisa mengendalikan penyakit arteri koroner dalam
waktu yang cukup lama.
Agar arteri tetap terbuka, digunakan prosedur terbaru, dimana suatu alat yang terbuat dari
gulungan kawat (stent) dimasukkan ke dalam arteri. Pada 50% penderita, prosedur ini
tampaknya bisa mengurangi resiko terjadi penyumbatan arteri berikutnya.
PROGNOSIS
Faktor penentu dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada penderita angina adalah umur,
luasnya penyakit arteri koroner, beratnya gejala dan yang terpenting adalah jumlah otot
jantung yang masih berfungsi normal.
Makin luas arteri koroner yang terkena atau makin buruk penyumbatannya, maka
prognosisnya makin jelek.
Prognosis yang baik ditemukan pada penderita stable angina dan penderita dengan

kemampuan memompa yang normal (fungsi otot ventrikelnya normal). Berkurangnya


kemampuan memompa akan memperburuk prognosis.
Berikut daftar obat yang dapat memebantu penyakit angina :
Kategori

Subkategori
Antikoagulan, Antiplatelet &
Fibrinolitik

Nama Generik
Obat
Acetylsalicylic acid
Clopidogrel
Metoprolol

Beta Bloker

Atenolol
Propranolol

Obat Jantung, Pembuluh Darah


dan Darah

Amlodipine
Antagonis Kalsium

Diltiazem
Verapamil

Obat Anti angina

Nitroglycerin
Isosorbide dinitrate
Ramipril

ACE Inhibitor

Enalapril
Captopril

PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya angina adalah merubah faktor-faktor resiko:
Berhenti merokok
Mengurangi berat badan
Mengendalikan tekanan darah, diabetes dan kolesterol.

Anda mungkin juga menyukai