Lapsus TB
Lapsus TB
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Y
Umur : 18 tahun .
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam.
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
RM : 046869
MRS tanggal : 12-07-2015
Tanggal Pemeriksaan : 13-07-2015.
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk berdahak
kepalanya terasa pusing dan badannya terasa lemas. BAK normal, BAB encer
sejak 1 minggu yang lalu tetapi tidak disertai darah dan lendir.
Riwayat Pengobatan
Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi obat OAT selama 6 bulan.
Pasien sering berobat ke puskesmas untuk mengurangi keluhan batuk dan
demam.
Riwayat alergi obat (-)
Suhu : 36,1oC.
Berat Badan : 65 kg .
65
IMT= 2
(1,65)
65
IMT =
2,43
Status Lokalis
Kepala :
- Ekspresi wajah : normal.
- Bentuk dan ukuran : normal.
- Rambut : normal.
- Udema (-).
- Malar rash (-).
Mata :
- Simetris.
- Alis : normal.
- Exopthalmus (-/-).
- Ptpasienis (-/-).
- Nystagmus (-/-).
- Strabismus (-/-).
- Udema palpebra (-/-).
- Konjungtiva: anemia (-/-), hiperemia (-/-).
- Sclera: icterus (-/-), hyperemia (-/-), pterygium (-/-).
- Pupil : isokor, bulat, mipasienis (-/-), midriasis (-/-).
- Kornea : normal.
- Lensa : normal, katarak (-/-).
- Pergerakan bola mata ke segala arah : normal
Telinga :
- Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga : normal, secret (-/-).
- Nyeri tekan (-/-).
- Peradangan pada telinga (-)
- Pendengaran : normal.
Hidung :
Mulut :
- Simetris.
- Bibir : sianpasienis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)
- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
- Lidah: glpasienitis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
- Gigi : caries (-)
- Mukpasiena : normal.
- Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.
- Foetor ex ore (-)
Leher :
- Simetris (-).
- Kaku kuduk (-).
- Scrofuloderma (-).
- Pemb.KGB (-).
- Trakea : di tengah.
- JVP : R+2 cm.
- Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-).
- Otot bantu nafas SCM tidak aktif.
- Pembesaran thyroid (-).
Thorax
Pulmo :
Inspeksi :
- Bentuk: simetris.
- Ukuran: normal, barrel chest (-)
- Pergerakan dinding dada : simetris.
- Permukaan dada : petekie (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider nevi
(-), vena kolateral (-), massa (-), sikatrik (-) hiperpigmentasi (-),
genikomastia (-).
- Iga dan sela antar iga: sela iga melebar (+), retraksi (-), iga lebih
horizontal.
- Fpasiensa supraclavicula dan fpasiensa infraclavicula : cekungan
simetris
- Fpasiensa jugularis: trakea di tengah.
- Penggunaan otot bantu napas: sternocleidomastoideus (+), otot
abdomen.
- Tipe pernapasan torakoabdominal, frekuensi napas 27 kali per menit.
Palpasi :
- Ppasienisi mediastinum : trakea digaris tengah
- Pergerakan dinding dada : simetris
- Fremitus raba :
a. Lobus superior : D/S sama
b. Lobus medius dan lingua: D/S sama
c. Lobus inferior : D/S sama
- Nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi (-).
Perkusi :
- Sonor (+/+).
- Nyeri ketok (-).
- Batas paru jantung dalam batas normal.
- Batas paru hepar : ICS 6
Auskultasi :
- Suara napas vesikuler (+/+).
- Suara tambahan rhonki basah (-/+).
- Suara tambahan wheezing (-/-).
- Suara gesek pleura (-/-).
Cor :
Inspeksi: Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra, thriil (-).
Perkusi : batas kanan jantung : ICS II linea parasternal dextra.
Batas pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra.
batas apex jantung : ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk : distensi (-),
- Umbilicus : masuk merata.
- Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianpasienis (-),
vena kolateral (-), caput meducae (-), petekie (-), purpura (-),
ekimpasienis (-), luka bekas operasi (-), hiperpigmentasi (-).
Auskultasi :
- Bising usus (+) normal.
- Metallic sound (-).
- Bising aorta (-).
Palpasi :
- Turgor : normal.
- Tonus : normal.
- Nyeri tekan (-) diseluruh kuadran abdomen
- Hepar/lien/renal tidak teraba.
Perkusi :
- Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
- Redup beralih (-)
- Nyeri ketok CVA: -/-
Extremitas :
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Edema: -/-
- Sianpasienis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-
- Infus terpasang +/-
Ekstremitas bawah:
- Edema: -/-
- Sianpasienis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-
Columna Vertebra :
Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-).
Genitourinaria :
Tidak dievaluasi.
IV. RESUME
Pasien datang ke IGD dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 bulan
yang lalu, dahak warna putih. Keluhan pasien bertambah berat sejak 1 minggu
terakhir, keluhan pasien disertai demam naik turun, sering berkeringat pada
malam hari. Pasien juga merasa dadanya sesak seperti tertinddih setelah
batuk. Sejak 2 hari ini sesak napas dirasakan semakin memberat. Selain itu,
pasien pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri seperti di tusuk tusuk sejak
beberapa minggu yang lalu. Nyeri dada timbul terutama jika pasien sedang
batuk dan merasa sesak napas. Pasien menyadari berat badannya semakin
turun, nafsu makan berkurang. Kadang kadang pasien juga mengeluhkan
kepalanya terasa pusing dan badannya terasa lemas. BAK normal, BAB encer
sejak 1 minggu yang lalu tetapi tidak disertai darah dan lendir.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ureum 28 6 28
SGOT 32 < 40
SGPT 48 < 41
Pemeriksaan Radiologi
Foto thorak
Interpretasi :
10
VII. PENATALAKSANAAN
Usulan Terapi
Medikamentosa:
1. IVFD NaCl 20 tetes/menit.
2. Inj. Traneksamat 1A/8jam
3. Codein tab 3dd1
4. Ranitidine 1a/12jam
5. Terapi OAT kategori 1
Non Medikamentosa:
11
2. Tirah baring.
3. Diet: Makan teratur.
4. Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita
pasien dan penatalaksanaannya serta pencegahannya.
5. Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan medis
terdekat
Usulan pemeriksaan :
1. UL
2. DL
3. LFT
Rencana Monitoring :
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
13
tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak
pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama.
2.2 Pengertian
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan
parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus
limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu
kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan
respon imun (Roebiono 2009).
2.3 Gejala
14
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik (Roebiono 2009).
Gejala sistemik/umum:
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
15
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah (Roebiono 2009).
2.4 Penularan TB
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Price 2004).
Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien
TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
16
dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di
tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10
(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia
bervariasi antara 1 3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin
negatif menjadi positif.
2.5 Patofisiologi
17
pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang
disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha
otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital,
berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan
penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang
abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah (Price 2004).
18
2.6 Diagnosa
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin.
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu
bulan. Gejala gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
19
prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang
ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada
pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak (Amin 2006).
a. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
pagi pada hari kedua.
b. P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
c. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA) (Amin 2006). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran
20
kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih
jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru pada lampiran (Amin
2006).
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran 2)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
21
Uji Tuberkulin
1. Pembengkakan (Indurasi) : 04mm, uji mantoux negatif. Arti klinis : tidak ada
infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 59mm, uji mantoux meragukan. Hal ini bisa
karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal atau
pasca vaksinasi BCG.
22
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif. Arti klinis : sedang
atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
23
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
24
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
25
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan OAT ini
disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat
dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket
untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan. KDT mempunyai beberapa
keuntungan dalam pengobatan TB:
26
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh.
Pasien gagal.
Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).
27
Catatan:
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
28
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
29
kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan
sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak
dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan. Atau 20 40 mg per kg berat badan
sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.
Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis
aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.
Kontraindikasi. Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau
reaksi adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, tiap
etiologi : kehamilan(kecuali risiko terjamin).
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme kerja
berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri. Dinamika/Kinetika Obat. Pada saat dipakai
Isoniazida akan mencapai kadar plasma puncak dalam 1 2 jam sesudah
pemberian peroral dan lebih cepat sesudah suntikan im; kadar berkurang menjadi
50 % atau kurang dalam 6 jam. Mudah difusi kedalam jaringan tubuh, organ, atau
cairan tubuh; juga terdapat dalam liur, sekresi bronkus dan cairan pleura,
serobrosfina, dan cairan asitik. Metabolisme dihati, terutama oleh karena asetilasi
dan dehidrazinasi(kecepatan asetilasi umumnya lebih dominan ). Waktu paro
plasma 2-4 jam diperlama pada insufiensi hati, dan pada inaktivator lambat.
Lebih kurang 75-95 % dosis diekskresikan di kemih dalam 24 jam sebagai
metabolit, sebagian kecil diekskresikan di liur dan tinja. Melintasi plasenta dan
masuk kedalam ASI. Interaksi. Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome
P-450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian
Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya
30
31
2. RIFAMPISIN
Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450
mg, 600 mg
Dosis. Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali
sehari, atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama
dengan obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter /
tenaga 46 kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali
sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg per kg berat
badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg,
150 mg untuk 10 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
Indikasi. Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
32
33
34
4. ETAMBUTOL
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik
Etambutol-HCl 250 mg, 500 mg/tablet.
Dosis. Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg/kg
berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat
35
badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter
juga memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali
seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi.
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis
dengan obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ni dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk
anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.
Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis
optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan
kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme
kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang
membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
Dinamika/Kinetika Obat. Obat ini diserap dari saluran cerna. Kadar
plasma puncak 2-4 jam; ketersediaan hayati 77+ 8%. Lebih kurang 40% terikat
protein plasma. Diekskresikan terutama dalam kemih. Hanya 10% berubah
menjadi 53 metabolit tak aktif. Klearaesi 8,6% + 0,8 % ml/menit/kg BB dan
waktu paro eliminasi 3.1 + 0,4 jam. Tidak penetrasi meninge secara utuh, tetapi
dapat dideteksi dalam cairan serebrospina pada penderita dengan meningitis
tuberkulosa.
Interaksi. Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat menunda
dan mengurangi absorpsi etambutol. Jika dieprlukan garam alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.
Efek Samping. Efek samping yang muncul antara lain gangguan
penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan
pandang. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka
etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala, disorientasi, mual,
muntah dan sakit perut.
36
5. STREPTOMISIN
Identitas. Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram
/ vial berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro
Injeksi dan Spuit.
Dosis. Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelah
dilakukan uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15
mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 30 mg per kg
berat badan, maksimum 1,5 gram 2 3 kali seminggu. Untuk anak 20 40 mg
per kg berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25 30 mg per kg
berat badan 2 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120
gram.
Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid,
Rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan
2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi. Hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau
aminoglikosida lainnya.
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang
membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
Dinamika / Kinetika. Obat Absorpsi dan nasib Streptomisn adalah kadar
plasma dicapai sesudah suntikan im 1 2 jam, sebanyak 5 20 mcg/ml pada
dosis tunggal 500 mg, dan 25 50 mcg/ml pada dosis 1. Didistribusikan kedalam
jaringan tubuh dan cairan otak, dan akan dieliminasi dengan waktu paruh 2 3
jam kalau ginjal normal, namun 110 jam jika ada gangguan ginjal.
37
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) 1 . Robert Koch pertama kali menemukan
MTB pada tahun 1882 2. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah
India dan Cina. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan
TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok
penyakit infeksi.
39
3.2 Saran
Agar pengobatan pasien penderita TBC mendapatkan kesembuhan maka
seharusnya pasien dan keluarga menjalin kerja sama dengan tenaga medis dalam
pengobatan mengingat TBC merupakan infeksi yang menular dan membutuhkan
waktu dan ketaatan mengkonsumsi obat yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
40
Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006:
998-1005, 1045-9.
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf
www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis
6. Djohan PA. Epidemiologi TBC di Indonesia. 22 Juli 2009. Available from http://
www.tbci ndonesia_Or_Id.htm l
41