Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Y
Umur : 18 tahun .
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam.
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
RM : 046869
MRS tanggal : 12-07-2015
Tanggal Pemeriksaan : 13-07-2015.

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk berdahak

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 bulan


yang lalu, dahak warna putih. Keluhan pasien bertambah berat sejak 1 minggu
terakhir, keluhan pasien disertai demam naik turun, sering berkeringat dingin
pada malam hari. Pasien juga merasa dadanya sesak seperti tertindih setelah
batuk. Sejak 2 hari ini sesak napas dirasakan semakin memberat. Selain itu,
pasien pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri seperti di tusuk tusuk sejak
beberapa minggu yang lalu. Nyeri dada timbul terutama jika pasien sedang
batuk dan merasa sesak napas. Pasien menyadari berat badannya semakin
turun, nafsu makan berkurang. Kadang kadang pasien juga mengeluhkan

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

kepalanya terasa pusing dan badannya terasa lemas. BAK normal, BAB encer
sejak 1 minggu yang lalu tetapi tidak disertai darah dan lendir.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami batuk darah sebelumnya.
Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-) 10 tahun
yang lalu, keganasan (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien dengan keluhan batuk darah.
Tidak ada keluarga pasien yang menderita batuk lama.
Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-), keganasan
(-), TB ( - ).

Riwayat Pengobatan
Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi obat OAT selama 6 bulan.
Pasien sering berobat ke puskesmas untuk mengurangi keluhan batuk dan
demam.
Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Pribadi dan Spasienial


Pasien merupakan seorang pemandu wisata di Gili, pasien mengatakan 2
bulan terakhir pasien tidak bekerja akibat penyakitnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum

Keadaan umum : sedang

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Keadaan sakit : sakit sedang.

Kesadaran/GCS : comppasien mentis/E4V5M6.

Tekanan Darah : 110/80 mmHg.

Nadi : 86 kali per menit, reguler, kuat angkat cukup.

Pernafasan : 27 kali per menit, thorakoabdominal.

Suhu : 36,1oC.

Berat Badan : 65 kg .

Tinggi Badan : 165 cm.

65
IMT= 2
(1,65)

65
IMT =
2,43

IMT =24,5 normal.

Status Lokalis

Kepala :
- Ekspresi wajah : normal.
- Bentuk dan ukuran : normal.
- Rambut : normal.
- Udema (-).
- Malar rash (-).

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

- Parese N VII (-).


- Hiperpigmentasi (-).
- Nyeri tekan kepala (-).

Mata :
- Simetris.
- Alis : normal.
- Exopthalmus (-/-).
- Ptpasienis (-/-).
- Nystagmus (-/-).
- Strabismus (-/-).
- Udema palpebra (-/-).
- Konjungtiva: anemia (-/-), hiperemia (-/-).
- Sclera: icterus (-/-), hyperemia (-/-), pterygium (-/-).
- Pupil : isokor, bulat, mipasienis (-/-), midriasis (-/-).
- Kornea : normal.
- Lensa : normal, katarak (-/-).
- Pergerakan bola mata ke segala arah : normal

Telinga :
- Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga : normal, secret (-/-).
- Nyeri tekan (-/-).
- Peradangan pada telinga (-)
- Pendengaran : normal.

Hidung :

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

- Simetris, deviasi septum (-/-).


- Napas cuping hidung (-/-).
- Perdarahan (-/-), secret (-/-).
- Penciuman normal.

Mulut :
- Simetris.
- Bibir : sianpasienis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)
- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
- Lidah: glpasienitis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
- Gigi : caries (-)
- Mukpasiena : normal.
- Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.
- Foetor ex ore (-)

Leher :
- Simetris (-).
- Kaku kuduk (-).
- Scrofuloderma (-).
- Pemb.KGB (-).
- Trakea : di tengah.
- JVP : R+2 cm.
- Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-).
- Otot bantu nafas SCM tidak aktif.
- Pembesaran thyroid (-).

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Thorax
Pulmo :
Inspeksi :
- Bentuk: simetris.
- Ukuran: normal, barrel chest (-)
- Pergerakan dinding dada : simetris.
- Permukaan dada : petekie (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider nevi
(-), vena kolateral (-), massa (-), sikatrik (-) hiperpigmentasi (-),
genikomastia (-).
- Iga dan sela antar iga: sela iga melebar (+), retraksi (-), iga lebih
horizontal.
- Fpasiensa supraclavicula dan fpasiensa infraclavicula : cekungan
simetris
- Fpasiensa jugularis: trakea di tengah.
- Penggunaan otot bantu napas: sternocleidomastoideus (+), otot
abdomen.
- Tipe pernapasan torakoabdominal, frekuensi napas 27 kali per menit.

Palpasi :
- Ppasienisi mediastinum : trakea digaris tengah
- Pergerakan dinding dada : simetris
- Fremitus raba :
a. Lobus superior : D/S sama
b. Lobus medius dan lingua: D/S sama
c. Lobus inferior : D/S sama
- Nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi (-).

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Perkusi :
- Sonor (+/+).
- Nyeri ketok (-).
- Batas paru jantung dalam batas normal.
- Batas paru hepar : ICS 6

Auskultasi :
- Suara napas vesikuler (+/+).
- Suara tambahan rhonki basah (-/+).
- Suara tambahan wheezing (-/-).
- Suara gesek pleura (-/-).

Cor :
Inspeksi: Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra, thriil (-).
Perkusi : batas kanan jantung : ICS II linea parasternal dextra.
Batas pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra.
batas apex jantung : ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk : distensi (-),
- Umbilicus : masuk merata.
- Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianpasienis (-),
vena kolateral (-), caput meducae (-), petekie (-), purpura (-),
ekimpasienis (-), luka bekas operasi (-), hiperpigmentasi (-).

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Auskultasi :
- Bising usus (+) normal.
- Metallic sound (-).
- Bising aorta (-).

Palpasi :
- Turgor : normal.
- Tonus : normal.
- Nyeri tekan (-) diseluruh kuadran abdomen
- Hepar/lien/renal tidak teraba.

Perkusi :
- Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
- Redup beralih (-)
- Nyeri ketok CVA: -/-

Extremitas :
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Edema: -/-
- Sianpasienis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-
- Infus terpasang +/-
Ekstremitas bawah:

- Akral hangat : +/+


- Deformitas : -/-

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

- Edema: -/-
- Sianpasienis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-

Columna Vertebra :
Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-).

Genitourinaria :
Tidak dievaluasi.

IV. RESUME
Pasien datang ke IGD dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 bulan
yang lalu, dahak warna putih. Keluhan pasien bertambah berat sejak 1 minggu
terakhir, keluhan pasien disertai demam naik turun, sering berkeringat pada
malam hari. Pasien juga merasa dadanya sesak seperti tertinddih setelah
batuk. Sejak 2 hari ini sesak napas dirasakan semakin memberat. Selain itu,
pasien pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri seperti di tusuk tusuk sejak
beberapa minggu yang lalu. Nyeri dada timbul terutama jika pasien sedang
batuk dan merasa sesak napas. Pasien menyadari berat badannya semakin
turun, nafsu makan berkurang. Kadang kadang pasien juga mengeluhkan
kepalanya terasa pusing dan badannya terasa lemas. BAK normal, BAB encer
sejak 1 minggu yang lalu tetapi tidak disertai darah dan lendir.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Pemeriksaan kimia klinik :

Parameter 11/04/2012 Normal

GDS 124 < 160 mg/dl

Kreatinin 0,5 0,9 1,3

Ureum 28 6 28

SGOT 32 < 40

SGPT 48 < 41

Pemeriksaan anti HBsAg : ( - )

Pemeriksaan sputum : BTA : 3+

Pemeriksaan Radiologi

Foto thorak

Interpretasi :

Terdapat kavitas pada paru


kanan
Terdapat infiltrate pada kedua
lapang paru.
Corakan bronkovaskuler
meningkat

10

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

VI. DIAGNOSIS KERJA


TB paru BTA (+)

VII. PENATALAKSANAAN
Usulan Terapi
Medikamentosa:
1. IVFD NaCl 20 tetes/menit.
2. Inj. Traneksamat 1A/8jam
3. Codein tab 3dd1
4. Ranitidine 1a/12jam
5. Terapi OAT kategori 1

Non Medikamentosa:

1. Posisi pasien Trendelenberg.

11

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

2. Tirah baring.
3. Diet: Makan teratur.
4. Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita
pasien dan penatalaksanaannya serta pencegahannya.
5. Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan medis
terdekat

Usulan pemeriksaan :

1. UL
2. DL
3. LFT

Rencana Monitoring :

Evaluasi kesadaran, tanda vital, keluhan, dan DL.

VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

12

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

2.1 Latar belakang


Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000
(WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah
kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. Indonesia
merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi HIV yang tertinggi di
antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik terkonsentrasi (a
concentrated epidemic), dengan perkecualian di provinsi Papua yang prevalensi
HIVnya sudah mencapai 2,5% (generalized epidemic). Secara nasional, angka
estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%.

Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk


intervensi HIV dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar
190.000-400.000. Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah
2.8%. Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih
rendah dari estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB dengan
pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap
tahunnya.

Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan


negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East
Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan
pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732
kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213
diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB
BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka
keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort

13

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak
pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama.

2.2 Pengertian
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan
parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus
limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu
kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan
respon imun (Roebiono 2009).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman


TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit infeksi paru tersebut disebabkan
oleh MikobakteriumTuberkulosis Ada3 varian M. Tuberkulosis:
1. Var. Humanus
2. Var. Bovinum
3. Var. Avium

Yang paling banyak ditemukan pada manusia adalah M. Tuberkulosis Humanus.

2.3 Gejala

14

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik (Roebiono 2009).

Gejala sistemik/umum:

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)


Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan
Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

15

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah (Roebiono 2009).

2.4 Penularan TB
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Price 2004).

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Djohan
2009).

Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien
TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

16

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di
tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10
(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia
bervariasi antara 1 3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin
negatif menjadi positif.

Risiko menjadi sakit TB


Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI
1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan
10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50
diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya
infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang
paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan
kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular immunity), sehingga jika
terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula (Price 2004).

2.5 Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang


aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,

17

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang
disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha
otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital,
berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan
penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang
abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah (Price 2004).

18

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

2.6 Diagnosa

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin.

Diagnosis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu
bulan. Gejala gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat

19

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang
ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada
pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak (Amin 2006).

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai


keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

a. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
pagi pada hari kedua.

b. P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

c. S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA) (Amin 2006). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran

20

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih
jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru pada lampiran (Amin
2006).

Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks


Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran 2)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).

Diagnosis TB Ekstra Paru

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

21

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat


ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.

Uji Tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat


untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering
digunakan dalam Screening TBC. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1 tahun
yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 2 4
tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut
dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin
kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang
cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya
pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:

1. Pembengkakan (Indurasi) : 04mm, uji mantoux negatif. Arti klinis : tidak ada
infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 59mm, uji mantoux meragukan. Hal ini bisa
karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal atau
pasca vaksinasi BCG.

22

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif. Arti klinis : sedang
atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 27 Juli 2009

23

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

2.7 Pengobatan Tuberkulosis

Tujuan Pengobatan nenurut (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 27


Juli 2009)

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,


mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.

Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

24

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan


langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.

Tahap Lanjutan

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis


di Indonesia:

- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak: 2HRZ/4HR

25

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan OAT ini
disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat
dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket
untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan. KDT mempunyai beberapa
keuntungan dalam pengobatan TB:

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin


efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

Paduan OAT dan peruntukannya.


1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

Pasien baru TB paru BTA positif.


Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif.

26

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Pasien TB ekstra paru.


2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

Pasien kambuh.
Pasien gagal.
Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).

27

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk


streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan
hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.Cara melarutkan streptomisin vial
1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi
4ml. (1ml = 250mg).

3. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

28

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya


kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru
tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT
lapis pertama. Di samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi
pada OAT lapis kedua.

Pencegahan terhadap TB terdiri atas :

a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.

2.8 Obat-Obat OAT


1. ISONIAZIDA (H)
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Isoniazida
100 mg dan 300 mg / tablet Nama lain Isoniazida : Asam Nicotinathidrazida;
Isonikotinilhidrazida; INH
Dosis. Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak anak 10
mg per berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi
orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan lainnya.
Umumnya dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Dalam

29

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan
sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak
dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan. Atau 20 40 mg per kg berat badan
sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.
Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis
aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.
Kontraindikasi. Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau
reaksi adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, tiap
etiologi : kehamilan(kecuali risiko terjamin).
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme kerja
berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri. Dinamika/Kinetika Obat. Pada saat dipakai
Isoniazida akan mencapai kadar plasma puncak dalam 1 2 jam sesudah
pemberian peroral dan lebih cepat sesudah suntikan im; kadar berkurang menjadi
50 % atau kurang dalam 6 jam. Mudah difusi kedalam jaringan tubuh, organ, atau
cairan tubuh; juga terdapat dalam liur, sekresi bronkus dan cairan pleura,
serobrosfina, dan cairan asitik. Metabolisme dihati, terutama oleh karena asetilasi
dan dehidrazinasi(kecepatan asetilasi umumnya lebih dominan ). Waktu paro
plasma 2-4 jam diperlama pada insufiensi hati, dan pada inaktivator lambat.
Lebih kurang 75-95 % dosis diekskresikan di kemih dalam 24 jam sebagai
metabolit, sebagian kecil diekskresikan di liur dan tinja. Melintasi plasenta dan
masuk kedalam ASI. Interaksi. Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome
P-450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian
Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya

30

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis. Antikonvulsan


seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid.
Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin, menyebabkan hepatotoksisitas,
antasida dan adsorben menurunkan absopsi, sikloserin meningkatkan toksisitas
pada SSP, menghambat metabolisme karbamazepin, etosuksimid, diazepam,
menaikkan kadar plasma teofilin. Efek Rifampisin lebih besar dibanding efek
isoniazid, sehingga efek keseluruhan dari kombinasi isoniazid dan rifampisin
adalah berkurangnya konsentrasi dari obat-obatan tersebut seperti fenitoin dan
karbamazepin.
Efek Samping. Efek samping dalam hal neurologi: parestesia, neuritis
perifer, gangguan penglihatan, neuritis optik, atropfi optik, tinitus, vertigo,
ataksia, somnolensi, mimpi berlebihan, insomnia, amnesia, euforia, psikosis
toksis, perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna, hiperrefleksia, otot
melintir, konvulsi. Hipersensitifitas demam, menggigil, eropsi kulit (bentuk
morbili,mapulo papulo, purpura, urtikaria), limfadenitis, vaskulitis, keratitis.
Hepatotoksik: SGOT dan SGPT meningkat, bilirubinemia, sakit kuning, hepatitis
fatal. Metaboliems dan endrokrin: defisiensi Vitamin B6, pelagra, kenekomastia,
hiperglikemia, glukosuria, asetonuria, asidosis metabolik, proteinurea.
Hematologi: agranulositosis, anemia aplastik, atau hemolisis, anemia,
trambositopenia. Eusinofilia, methemoglobinemia. Saluran cerna: mual, muntah,
sakit ulu hati,s embelit. Intoksikasi lain: sakit kepala, takikardia, dispenia, mulut
kering, retensi kemih (pria), hipotensi postura, sindrom seperti lupus,
eritemamtosus, dan rematik.
Peringatan/Perhatian. Diperingatkan hati-hati jika menggunakan
Isoniazid pada sakit hati kronik, disfungsi ginjal, riwayat gangguan konvulsi.
Perlu dilakukan monitoring bagi peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis,
penderita yang mengalami penyakit hati kronis aktif dan gagal ginjal, penderita
berusia lebih dari 35 tahun, kehamilan, pemakaian obat injeksi dan penderita

31

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

dengan seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2 mg untuk


mencegah reaksi adversus.
Overdosis. Gejala yang timbul 30 menit sampai 3 jam setelah pemakaian
berupa mual, muntah, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan atau halusinasi,
tekanan pernafasan dan SSP, kadang kadang asidosis, asetonurea, dan
hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium. Penanganan penderita
asimpatomimetik dilakukan dengan cara memberikan karbon aktif,
mengosongkan lambung, dan berikan suntikan IV piridoksin sama banyak dengan
isoniazid yang diminum, atau jika tidak diketahui, berikan 5 gram suntikan
piridoksin selama 30-60 menit untuk dewasa, dan 80 mg / kg berat badan untuk
anak anak. Sedangkan penanganan penderita simpatomimetik, ditangani dengan
memastikan pernafasan yang cukup, dan berikan dukungan terhadap kerja
jantung. Jika jumlah Isoniazid diketahui, berikan infus IV piridoksin dengan
lambat 3 5 menit, dengan jumlah yang seimbang dengan jumlah isoniazid. Jika
tidak diketahui jumlah isoniazid, berikan infus IV 5 gram piridoksin untuk
dewasa dan 80 mg / kg berat badan untuk anak anak.

2. RIFAMPISIN
Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450
mg, 600 mg
Dosis. Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali
sehari, atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama
dengan obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter /
tenaga 46 kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali
sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg per kg berat
badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg,
150 mg untuk 10 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
Indikasi. Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang

32

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant


yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim
bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA
terganggu.
Dinamika / Kinetika Obat. Obat ini akan mencapai kadar plasma puncak
(berbeda beda dalam kadar) setelah 2-4 jam sesudah dosis 600 mg, masih
terdeteksi selama 24 jam. Tersebar merata dalam jaringan dan cairan tubuh,
termasuk cairan serebrosfinal, dengan kadar paling tinggi dalam hati, dinding
kandung empedu, dan ginjal. Waktu paruh plasma lebih kurang 1,5- 5 jam (lebih
tinggi dan lebih lama pada disfungsi hati, dan dapat lebih rendah pada penderita
terapi INH). Cepat diasetilkan dalam hati menjadi emtablit aktif dan tak aktif;
masuk empedu melalui sirkulasi enterohepar. Hingga 30 % dosis diekskresikan
dalam kemih, lebih kurang setengahnya sebagai obat bebas. Meransang enzim
mikrosom, sehingga dapat menginaktifkan obat terentu. Melintasi plasenta dan
mendifusikan obat tertentu kedalam hati.
Interaksi. Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon,
absorpsi dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar
plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat
metabolisme kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen,teofilin, tiroksin, anti
depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid,
sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin,
47 haloperidol, indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem,
nifedipin, verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung,
mengurangi efek kostikosteroid, flufastatin Rifampisin adalah suatu enzyme
inducer yang kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat
obat tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan
kembali 2 minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi:

33

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

diantaranya : protease inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron,


warfarin, siklosporin, fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin,
alprazolam, diazepam, midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.
Efek Samping. Efek samping pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut,
sakit epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP:
letih rasa kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal
umum, nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian frekuensi
rendah sementara ( jarang). Hipersensitifitas: demam, pruritis, urtikaria, erupsi
kulit, sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria,
hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal akut (reversibel). Hematologi:
trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk anemia
hemolisis.Intoksikasi lain: Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan
menstruasi, sindrom hematoreal.
Peringatan/Perhatian. Keamanan penggunaan selama kehamilan, dan
pada anak anak usia kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan
pada : penyakit hati, riwayat alkoholisma, penggunaan bersamaan dengan obat
hepatotoksik lain.
Overdosis. Gejala yang kadang kadang timbul adalah mual, muntah, sakit
perut, pruritus, sakit kepala, peningkatan bilirubin, coklat merah pada air seni,
kulit, air liur, air mata, buang air besar, hipotensi, aritmia ventrikular. 48
Pemberian dosis yang berlebih pada Ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
pada kelahiran berhubungan dengan masalah tulang belakang (spina bifida)
Penanganan mual dan muntah dengan memberikan karbon aktif, dan pemberian
anti emetik. Pengurangan obat dengan cepat dari tubuh diberikan diuresis dan
kalau perlu hemodialisa.
3. PIRAZINAMIDA
Identitas. Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500 mg/tablet.
Dosis. Dewasa dan anak sebanyak 15 30 mg per kg berat badan, satu
kali sehari. Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3 kali seminggu. Obat ini
dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.

34

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Indikasi. Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan


anti tuberkulosis lain. Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah,
porfiria, hipersensitivitas.
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja, berdasarkan pengubahannya
menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
Dinamika / Kinetika Obat. Pirazinamid cepat terserap dari saluran cerna.
Kadar plasma puncak dalam darah lebih kurang 2 jam, kemudian menurun. Waktu
paro kira-kira 9 jam. Dimetabolisme di hati. Diekskresikan lambat dalam kemih,
30% dikeluarkan sebagai metabolit dan 4% tak berubah dalam 24 jam. Interaksi
bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan memberikan warna ungu
muda sampai coklat.
Efek Samping. Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam
anoreksia, hepatomegali, ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia
sideroblastik, urtikaria. Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan.
Hati-hati penggunaan pada: penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga
atau diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak sempurna; penderita
dengan riwayat tukak peptik.
Peringatan/Perhatian. Hanya dipakai pada terapi kombinasi anti
tuberkulosis dengan pirazinamid , namun dapat dipakai secara tunggal mengobati
penderita yang telah resisten terhadap obat kombinasi. Obat ini dapat
menghambat ekskresi asam urat dari ginjal sehingga menimbulkan hiperurikemia.
Jadi penderita yang diobati pirazinamid harus dimonitor asam uratnya.
Overdosis. Data mengenai over dosis terbatas, namun pernah dilaporkan
adanya fungsi abnormal dari hati, walaupun akan hilang jika obat dihentikan.

4. ETAMBUTOL
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik
Etambutol-HCl 250 mg, 500 mg/tablet.
Dosis. Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg/kg
berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat

35

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter
juga memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali
seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi.
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis
dengan obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ni dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk
anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.
Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis
optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan
kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme
kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang
membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
Dinamika/Kinetika Obat. Obat ini diserap dari saluran cerna. Kadar
plasma puncak 2-4 jam; ketersediaan hayati 77+ 8%. Lebih kurang 40% terikat
protein plasma. Diekskresikan terutama dalam kemih. Hanya 10% berubah
menjadi 53 metabolit tak aktif. Klearaesi 8,6% + 0,8 % ml/menit/kg BB dan
waktu paro eliminasi 3.1 + 0,4 jam. Tidak penetrasi meninge secara utuh, tetapi
dapat dideteksi dalam cairan serebrospina pada penderita dengan meningitis
tuberkulosa.
Interaksi. Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat menunda
dan mengurangi absorpsi etambutol. Jika dieprlukan garam alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.
Efek Samping. Efek samping yang muncul antara lain gangguan
penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan
pandang. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka
etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala, disorientasi, mual,
muntah dan sakit perut.

36

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Peringatan/Perhatian. Jika Etambutol dipakai, maka diperlukan


pemeriksaan fungsi mata sebelum pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan
fungsi ginjal; usia lanjut; kehamilan; ingatkan penderita untuk melaporkan
gangguan penglihatan Etambutol tidak diberikan kepada penderita anak berumur
dibawah umur 6 tahun, karena tidak dapat menyampaikan reaksi yang mungkin
timbul seperti gangguan penglihatan.

5. STREPTOMISIN
Identitas. Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram
/ vial berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro
Injeksi dan Spuit.
Dosis. Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelah
dilakukan uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15
mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 30 mg per kg
berat badan, maksimum 1,5 gram 2 3 kali seminggu. Untuk anak 20 40 mg
per kg berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25 30 mg per kg
berat badan 2 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120
gram.
Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid,
Rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan
2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi. Hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau
aminoglikosida lainnya.
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang
membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
Dinamika / Kinetika. Obat Absorpsi dan nasib Streptomisn adalah kadar
plasma dicapai sesudah suntikan im 1 2 jam, sebanyak 5 20 mcg/ml pada
dosis tunggal 500 mg, dan 25 50 mcg/ml pada dosis 1. Didistribusikan kedalam
jaringan tubuh dan cairan otak, dan akan dieliminasi dengan waktu paruh 2 3
jam kalau ginjal normal, namun 110 jam jika ada gangguan ginjal.

37

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Interaksi. Interaksi dari Streptomisin adalah dengan kolistin, siklosporin,


Sisplatin menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan vankomisin
menaikkan ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan risiko
hipokalsemia, toksin botulinum meningkatkan hambatan neuromuskuler,
diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas, meningkatkan efek relaksan
otot yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik dari neostigmen
dan piridostigmin.
Efek Samping. Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100
g, yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
Peringatan/Perhatian. Peringatan untuk penggunaan Streptomisin : hati
hati pada penderita gangguan ginjal, lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam,
hentikan obat jika sudah negatif setelah beberapa bulan. Penggunaan
intramuskuler agar diawasi kadar obat dalam plasma terutama untuk penderita
dengan gangguan fungsi ginjal.

38

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) 1 . Robert Koch pertama kali menemukan
MTB pada tahun 1882 2. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah
India dan Cina. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan
TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok
penyakit infeksi.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai


keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

39

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,


mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.

3.2 Saran
Agar pengobatan pasien penderita TBC mendapatkan kesembuhan maka
seharusnya pasien dan keluarga menjalin kerja sama dengan tenaga medis dalam
pengobatan mengingat TBC merupakan infeksi yang menular dan membutuhkan
waktu dan ketaatan mengkonsumsi obat yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

1.Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004 : 852-64.

40

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled
Laporan Kasus Tuberculosis Widiana dan Khabibie Darma Jaya

2.Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,

Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006:
998-1005, 1045-9.

3.NN. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 27 Juli 2009. Available from

http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf

4.Chandra P, Evelyn P. Tuberculosis. 22 Juli 2009. Available from h ttp://

www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis

5.Roebiono PS. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Merupakan


Masalah Dalam Masyarakat. 17 Juli 2009. Available from
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani6.pdf

6. Djohan PA. Epidemiologi TBC di Indonesia. 22 Juli 2009. Available from http://

www.tbci ndonesia_Or_Id.htm l

41

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 29 Juni 2015 12 September 2015
Fakultas Kedokteran Unswagati RSUD Waled

Anda mungkin juga menyukai