BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan menyebabkan terjadinya
gerakan.
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Ruptur tendon adalah
robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan yang melebihi
kekuatan tendon.
Vulnus laceratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh
terhadap trauma akan terjadi proses peradangan. Nyeri timbul karena kulit mengalami
luka infeksi sehingga terjadi kerusakan sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia
sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekano sensitive
(Price. 2005)
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena
4 trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,
kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap, terjadi
pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian
bawah), dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah
sekitar cedera memar dan membengkak.
5
Menurut Price (2006), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul,
goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya
respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi. Reaksi
peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang
besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh
mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya
adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk
menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di
mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan
tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada
tepinya antara jaringan mati dan hidup.
a. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka
dicurigai cedera
b. Pemeriksaan dengan sinar-X
2.2.1.1 Pengkajian
Pada fase awal cidera, kaki terlihat bengkak dan timbul memar pada area
belakang bawah kaki. Pada kondisi yang telah lama dan pembengkakan telah
berkurang, kondisi klinik tidak begitu jelas dan hanya menyisakan suatu bekas trauma
walaupun dengan melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan kelainan. Fase
kedua tinjau adanya keluhan nyeri tekan. Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan
nyeri hebat dalam melakukan planterfleksi kaki.
2.2.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
2. Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan tungkai bawah dan
ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
3. Resiko tinggi infeksi b.d port de entre luka pasca-bedah.
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon.
5. Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran keluarga,
kondisi status sosioekonomi.
2.2.1.3 Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
N
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
O
HASIL
integritas struktur meningkatkan kekuatan dan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
tulang kemampuan berpindah kemampuan
Memperagakan penggunaan Dampingi dan bantu pasien saat
alat bantu untuk mobilisasi mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara mandiri, harus adanya kerja sama
dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi merupakan realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai data yang baru.
Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent (mandiri),
interdependent (bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga
analis, ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent
(bekerja sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga harus selalu
mengingat prinsip 6S setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam, sapa, sopan
santun, sabar dan syukur. Selain itu, dalam memberikan pelayanan, perawat harus
melaksankannnya dengan displin, inovatif (perawat harus berwawasan luas dan harus
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi),
rasional, integrated (perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim
kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan), mandiri,
perawat harus yakin dan percaya akan kemampuannya dan bertindak dengan sikap
optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri muncul akibat jaringan kulit , jaringan otot, jaringan
saraf terinfeksi oleh bakteri pathogen. Penggandaan zat-zat racunnya sehingga
mengakibatkan perubahan neurologis yanng sangat besar.
13
Intervensi :
Kaji tanda-tanda vital.
Lakukan ambulasi diri.
Ajarkan teknik distraksi dann relaksasi misalnya nafas dalam.
Berikan obat sesuai petunjuk.
2. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri.Gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur adalah gangguan jumlah kualitas tidur.
Intervensi :
Kaji penyebab nyeri / gangguan tidur.
Berikan posisi nyaman pada klien.
Anjurkan minum hangat.
Kolaborasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan tenang.
3. Gangguan eliminasi BAB / konstipasi b/d penurunan mobilitas usus adalah suatu
penurunan frekwensi defekasi yag normal pada seseorang, di sertai gangguan
kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat
keras dan kering.
Tujuan : tidak terjadi konstipasi.
KH : pasien mempertahankan / menetapkan pola nominal fungsi usus, konsistensi
feses normal, perut tidak kembung.
Intervensi :
Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus.
Anjurkan untuk ambulasi sesuai kemampuan.
Berikan obat laksatif pelembek feses bila di perlukan.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot
Tujuan : mempertahankan mobilitas fisik
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Nama : Tn. W
Umur : 63 tahun
No. MR : 13 34 96
3.1.2 Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri pada punggung kaki kiri
3.1.3 Diagnosa Medis: Ruptur Tendon Ekstensor Pedis Multiple Sinistra + Vulnus
Laseratum Pedis Sinistra + HT grade II
1. Airway: pasien dapat berbicara dengan jelas, tidak ada penumpukan sekret, tidak
ada darah.
2. Breathing: RR: 20x/menit, suara nafas vesikuler +/+, irama nafas teratur, tidak ada
bunyi nafas tambahan, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
3. Circulation: TD: 190/110mmHg, Nadi: 84x/menit, S: 35,6oC, CRT < 2 detik, akral
klien hangat, tidak ada edema, turgor kulit cukup baik, perdarahan 100cc.
17
4. Disability: Keadaan umum klien lemah, kesadaran compos menthis dengan nilai
GCS: E(4), V(5), M(6) = 15. Respon pupil +/+, reflek cahaya +/+, uji kekuatan
otot ekstermitas atas dan bawah 5/5 (normal)
5. Exposure: Tampak luka robek di punggung kaki kiri dengan ukuran luka 8x1,5x1
cm
Pemeriksaan Fisik
B1-B6 17
1. B1 (Breathing)
Pola nafas efektif, RR: 20x/menit, suara nafas vesikuler +/+, irama nafas teratur,
tidak ada bunyi nafas tambahan.
2. B2 (Blood)
Konjungtiva pucat, sklera putih, CRT < 2 detik, TD: 190/110mmHg, Nadi:
84x/menit, Suhu: 35,6oC, akral hangat.
3. B3 (Brain)
4. B4 (Bladder)
Frekuensi urin 2-3 kali/hari, volume urin 600cc, warna kuning jernih
5. B5 (Bowel)
Mual dan muntah tidak ada, tidak ada nyeri tekan, perut kembung tidak ada, BB
sebelum: 58 kg, BB sekarang: - kg, TB: 161 cm.
6. B6 (Bone)
Ekstermitas atas dan bawah 5/5 (normal), tidak ada edema, akral hangat,
ekstermitas pucat.
Tn. W dibawa ke BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 12
November 2015 pukul 14.00 WIB dengan keluhan nyeri pada luka robek dibagian
punggung kaki kiri karena terkena mesin gerinda. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dan mengukur tanda-tanda vital dengan hasil: TD:
190/110mmHg, Nadi: 84x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 35,6 oC. Pasien dibawa di
IGD dalam keadaan sadar dengan kesadaran compos menthis, kemudian pasien
diberikan terapi infuse RL 20 tpm, injeksi metoclopramid 10 mg, injeksi ranitidine
50 mg, injeksi ketorolac 30 mg. Dan pasien akan dirawat inap ke ruangan untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit atau masuk Rumah Sakit
sebelumnya.
1. Pemeriksaan Laboratorium
pemeriksaan
12 November Glukosa S 184 mg/dL <200 mg/dL
2015 SGPT 14 u/L L: <22 <30 <42
WBC 4.97 x 10^3/uL 4.00 - 10.00
RBC 3.97 x 10^6/uL 3.50 - 5.50
HGB 12.5 g/dL 11.0 - 16.0
PLT 170 x 10^3/uL 150 - 400
150
400
2. Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan EKG normal dengan hasil gelombang P diikuti oleh kompleks
QRS. Jarak gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur.
- Pemeriksaan Rontgen Toraks normal dengan hasil besar dan bentuk dalam
batas normal, CTR < 50%, bronkovaskuler kedua paru normal.
TD: 190/110mmHg
N: 84x/menit
R: 20x/menit
S:35,60C
DO:
- Tampak luka robek Luka terbuka
pada punggung kaki
kiri
- Luka tampak terbuka Gangguan integritas kulit
dengan ukuran
8x1,5x1cm
- Pasien menunjukkan
daerah luka Gangguan mobilitas fisik
DO:
- Pasien tampak lemah nyeri
- Klien berbaring
ditempat tidur kesulitan rentang gerak
- ADL dibantu
keluarga gangguan mobilitas fisik
- Tampak luka robek
pada punggung kaki
kiri
- Uji kekuatan otot
ekstermitas atas dan
bawah 5/5
21
trauma
DS: Pasien mengatakan ada
luka di punggung kaki kiri luka robek/terbuka
DO:
- Terdapat luka jahitan
resiko tinggi infeksi
dipunggung kaki kiri
dengan ukuran
8x1,5x1cm
- Luka kering
- Kemerahan (-)
- Pus (-)
- Darah (+)
Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang di dapat, diagnosa keperawatan yang
muncul adalah:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang/hilang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak rileks
- Skala nyeri berkurang menjadi 3
- TTV dalam batas normal:
22
TD: 120/80mmHg
Nadi: 60-80x/menit
RR: 16-24x/menit
Suhu: 36-37oC
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik nyeri dan 1. Mengetahui keluhan dan
lokasi nyeri memberikan tindakan selanjutnya
2. Monitor TTV 2. Peningkatan TD meningkat
3. Atur posisi senyaman mungkin sebagai akibat nyeri
4. Ajarkan pasien untuk 3. Membuat pasien untuk lebih
melakukan teknik relaksasi rileks
5. Kolaborasi dengan dokter 4. Membantu dalam menurunkan
dalam pemberian obat respon nyeri
5. Untuk menurunkan respon nyeri
dan mempercepat proses
penyembuhan
3.4.2 Diagnosa Keperawatan Ketiga: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya
luka robek
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam, diharapkan
gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan baik.
Kriteria Hasil:
- Luka tidak memerah
- Luka kering
- Tidak terjadi infeksi pada luka
Intervensi Rasional
1. Kaji ukuran, warna, perhatikan 1. Memberi informasi dasar tentang
ada tidaknya infeksi disekitar kondisi luka
luka 2. Menurunkan resiko infeksi
2. Lakukan tindakan untuk
menutup luka
23
3.4.3 Diagnosa Keperawatan Kedua: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ruptur
tendon
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam, diharapkan pasien
dapat beraktifitas secara normal
Kriteria Hasil: kekuatan otot bertambah, klien dapat menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya tingkat 1. Untuk mengetahui keadaan
kemampuan klien dalam aktivitas klien
melakukan aktivitas 2. Bantuan sangat penting dalam
2. Bantu klien untuk melakukan proses meningkatkan aktivitas
aktivitas klien
3. Bantu klien untuk 3. Dapat membuat klien melakukan
menggunakan alat bantu aktivitasnya dengan baik
3.4.4 Diagnosa Keperawatan Keempat: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka
jahitan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam, diharapkan tidak
terjadi infeksi
Kriteria Hasil:
- Klien akan bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui ada tidaknya proses
2. Gunakan teknik aseptic bila infeksi
melakukan tindakan kepada 2. Mencegah infeksi silang
klien 3. Mencegah timbulnya infeksi
3. Tingkatkan upaya pencegahan nosokomial
dengan melakukan cuci tangan 4. Mencegah infeksi menyebar
yang baik 5. Penanganan awal dapat
4. Berikan perawatan luka membantu mencegah timbulnya
dengan teratur sepsis.
5. Kolaborasi dalam pemberian
24
antibiotic
25
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV
2. Atur posisi senyaman mungkin
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Lanjutkan dalam pemberian obat
26
P: Lanjutkan intervensi
1. Beri perawatan pada daerah luka
P: Lanjutkan intervensi
1. Bantu klien dalam melakukan ADL
2. Bantu klien dalam menggunakan
alat bantu