PENDAHULUAN
PT. Batubara Kalimantan Timur (Barakati) Mining yang beralamat di Jalan Swadaya
RT. 21 No.1 Jl. Batu Cermin Gg. Damai, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan
Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur merupakan pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang berlokasi di Kecamatan X, Kabupaten X, Provinsi
Kalimantan Timur. PT. BARAKATI Mining melakukan kegiatan eksplorasi berdasarkan
Surat Izin Eksplorasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten X, Nomor:
555/50/IUP-Er/DPE-IV/VII/2016 untuk daerah penyelidigbkan seluas 956,053 Ha.
1.2 Tujuan
1
1.3.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup studi kelayakan rencana penambangan batubara di daerah ini adalah :
- Aspek studi laporan ekplorasi yang mencakup lokasi dan kesampaian daerah,
keadaan topografi dan morfologi, kondisi sosial ekonomi dan juga mencakup aspek
teknis antara lain geologi, pemboran, sumur uji/parit uji, topografi, perhitungan
cadangan dan stripping ratio.
- Aspek studi rencana penambangan.
- Aspek studi perencanaan pengolahan batubara termasuk juga pengangkutan dan
penimbunan yang meliputi jenis dan kapasitas tempat penimbunan (stockpile).
- Aspek studi lingkungan yang mencakup dampak positif dan negatif dari
penambangan, upaya pemantauan lingkungan serta upaya pengolahan lingkungan
pada saat setelah penambangan, juga yang tidak kalah penting adalah aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
- Aspek studi organisasi dan tenaga kerja yang meliputi perencanaan kebutuhan man
power, gaji karyawan, dan sistem organisasi .
- Aspek studi perencanaan infrastruktur tambang yang mencakup pembuatan jalan
pengangkutan, dan pembuatan kantor di site.
- Aspek studi pemasaran batubara yang meliputi analisa prospek pemasaran, survey
pasar dan penentuan harga batubara.
- Aspek studi analisa kelayakan ekonomi antara lain perhitungan biaya produksi,
rencana pendapatan dan penjualan, rencana proyeksi aliran uang tunai, internal rate
of return, break even point, analisa periode pengembalian dan analisa kepekaan.
Metode studi pada studi kelayakan rencana penambangan batubara di daerah ini adalah :
- Mengevaluasi hasil kegiatan ekplorasi meliputi perhitugan cadangan, penyebaran
batubara, pemilihan metode penambangan, penentuan umur tambang sesuai target
produksi per bulan/ tahun, pembuatan peta desain tambang, perhitungan cadangan
dan perhitungan stripping ratio.
- merencanakan penambangan dengan menghitung kebutuhan unit alat berat,
kebutuhan bahan bakar dan pelumas, perencanaan bukaan tambang dan target
produksi per pit, per bulan dan per tahun.
2
- merencanakan pengolahan batubara mulai dari tambang sampai stockpile, termasuk
didalamnya aspek pengangkutan dan penimbunan, merencanakan berapa luasan
stockpile, bagaimana peralatan pengolahannya dan konstruksi jetti.
- memperkirakan dampak lingkungan yang akan timbul dan bagaimana cara
menanggulangi dan mengatasi dampak lingkungan negatif yang akan timbul,
termasuk di dalam studi juga perencanaan K3 yang meliputi aspek perlindungan
tenaga kerja dari kecelakaan kerja dengan menyediakan peralatan K3.
- mengevaluasi dan merencanakan kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut,
termasuk kualifikasinya.
- mengevaluasi dan merencanakan infrastruktur tambang yang di dalamnya termasuk
bangunan kantor, mess, workshop, kantin, jalan tambang dan sebagainya yang
merupakan sarana penunjang tambang.
- melakukan kajian pemasaran dengan melakukan pemantauan harga batubara,
pemantauan permintaan batubara dan perkembangan konsumsi baik dalam negeri
maupun luar negeri.
- melakukan studi kelayakan ekonomi yang bertujuan untuk menghitung jenis dan
kebutuhan investasi (capital cost), menghitung biaya operasi (operating cost), dan
biaya lainnya (corporate tax, royalty and other) serta menilai kelayakan
penambangan batubara secara ekonomis untuk berbagai alternatif pola kerja yang
telah ditentukan antara lain dengan analisis finansial yang meliputi sumber
pembiayaan proyek dengan menggunakan konsep aliran kas diskonto ( discounted
cash flow analysis), untuk alternatif pekerjaan penambangan dikerjakan sendiri
yang mencakup: perhitungan jenis, jadwal dan kebutuhan investasi (capital cash)
perhitungan biaya operasi penambangan (operating cost), perhitungan biaya lain
(other cost), perhitungan aliran kas diskonto sebelum dan sesudah pajak.
Sedangkan metode yang digunakan untuk penentuan kelayakan proyek adalah
menggunakan analisis IRR (Internal Rate of Return), NPV (Net Present Value) dan
PBP (Payback Period).selain itu juga digunakan analisis sensitivitas dengan
menggunakan perubahan variabel harga, biaya operasi, suku bunga dan nilai tukar.
Studi kelayakan tambang PT. Barakati Mining ini dimulai selama kurun waktu 5 bulan,
dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai dengan Februari 2017.
3
4
BAB II
KEADAAN UMUM
5
Berdasarkan informasi yang ada dari Badan Pusat Statistik Kabupaten X dalam
Kecamatan X dalam Angka 2012, Kecamatan X yang mempunyai luas 1.045,7 km 2
termasuk salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan kecamatan
Tenggarong yaitu ibukota Kabupaten X di sebelah utara. Selain kecamatan Tenggarong
dan kecamatan lainnya kecamatan ini juga berbatasan dengan kabupaten/kota lain
seperti Kota Samarinda di sebelah Timur dan Kabupaten Penajam Paser Utara disebelah
barat.
6
0 14 1.090 2.797
15 54 1.808 3.265
> 55 152 1.502
Jumlah 3.050 7.564
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009
.
Tabel 2.3. keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan kec. X.
Jumlah (orang)
Fasilitas Pendidikan
X1 X2
Belum sekolah, Tidak
sekolah dan Tidak 1.496 1.232
tamat Sekolah
TK/Play Group 75 97
SD 1.124 1.392
Tidak tamat SD 0 2.517
SLTP 243 993
SLTA 80 998
Diploma I/II/III 9 37
Sarjana 11 26
Pondok pesantren 0 25
Madrasah 0 247
Kursus/keterampilan 12 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009
7
Jumlah (unit)
Fasilitas Pendidikan
X1 X2
TK 0 4
SD 2 4
SLTP 1 1
SLTA 0 1
Madrasah 1 6
Kelompok bermain 1 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009
2.2.2 Flora
Sebagian besar jenis tumbuhan hutan yang ada dilokasi penyelidikan adalah hutan
sekunder yang di dominasi oleh semak belukar dan tumbuhan rawa. Hutan sekunder
yang ada sebagian besar bekas penebangan kayu yang sudah ditinggalkan. Sebagian
masih terdapat beberapa pohon akasia, durian, bambu dan sebagian besar daerah
penyelidikan didominasi oleh tumbuhan rawa.
2.2.3 Fauna
8
Dengan kondisi alam seperti ini, masih sering dijumpai beberapa jenis hewan hutan
yang cocok untuk habitat hewan-hewan tersebut. Berikut ini beberapa jenis hewan yang
hidup dilokasi penyelidikan dan sering dijumpai, antara lain :
a. Fauna liar berupa: babi hutan payau, ular kadal, biawak dan jenis burung seperti
kutilang, pipit gereja, elang, ketinjau, belatauk dan tekukur.
b. Fauna peliharaan berupa : sapi, kambing, ayam dan bebek.
c. Berbagai macam jenis ikan sungai seperti : patin, baung, lele, gabus, payau, dan
lain sebagainya.
Karakteristik iklim dalam wilayah Kabupaten X adalah iklim hutan tropika humida
dengan perbedaan yang tidak begitu tegas antara musim kemarau dan musim hujan.
Curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 26C.
Perbedaaan temperatur siang dan malam antara 5-7C.
Kabupaten X mempunyai karakteristik iklim hutan tropika humida. Ciri khas dari iklim
tropika humida adalah hujan terdapat di sepanjang tahun. Antara musim penghujan dan
musim kemarau hampir tidak mempunyai batas yang jelas. Bulan Oktober hingga bulan
April curah hujan lebih tinggi dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Curah hujan
terendah dari 0-4.000 mm per tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat
ke wilayah pedalaman.
Keadaan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel
2.8 Selama lima tahun rata-rata curah hujan terendah terjadi pada Agustus dan
September, sedangkan jumlah hari hujan kurang dari 10 hari dalam setiap bulannya
terjadi pada bulan Agustus-Oktober.
9
1 Januari 274 14 226 12 300 16 266,67 14
2 Februari 161 7 149 11 239 14 183 21,3
3 Maret 171 9 247 14 231 13 216,3 12
4 April 242 12 286 13 250 13 259,3 12,6
5 Mei 224 14 225 13 192 11 213,3 12,6
6 Juni 198 13 118 8 118 11 144,6 10,6
7 Juli 220 14 71 6 156 11 149 10,3
8 Agustus 185 13 72 5 89 7 115,3 8,3
9 September 192 14 139 9 50 5 127 9,3
10 Oktober 238 14 154 12 137 12 176,3 12,6
11 November 225 11 193 11 185 12 201 11,3
12 Desember 226 13 296 17 205 14 242,3 14,6
Sumber : BPS Kabupaten X Tahun 2006, 2007,2008, 2009 dan 2010
2.3. Morfologi
Keadaan morfologi daerah penyelidikan pada umumnya didominasi oleh daerah dataran
dan rawa dan sebagaian kecil perbukitan bergelombang sedang. Daerah pedataran dan
rawa pada umumnya berupa bantaran sungai mahakm, untuk daerah perbukitan sedang
berberapa kelompok perbukitan, dengan posisi rangkaian perbukitan ini tersebar di
sebagian kecil daerah penyelidikan dengan pola berarah barat laut tenggara,
sedangkan daerah pedataran menempati hampir di semua bagian daerah penyelidikan.
2.4. Hidrologi
Sungai mahakam meripakan sungai terbersar yang tedapat di darah penelitian. Sungai-
sungai yang menyayat di daerah penyalidikan hanyalah alur-alur (gully) dari sungai
mahakam maupun anak-anak sungainya. Umumnya arah aliran berarah timur laut-barat
daya yang kemuduian berbelok ke arah utara menuju sungai mahakam.
Singkapan batubara pada umumnya terdapat pada daerah pengaliran sungai-sungai yang
menyayat cukup dalam pada bagian tengah atau pada bagian hulunya.
2.5 Tata Guna Lahan
10
Tata guna lahan di daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh rawa dan semak
belukar. Daerah pemukiman hanya terkonsentrasi di Desa A disepanjang poros jalan
Kecamatan X.
Berdasarkan Status lahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi
Kalimantan Timur Tahun 1999 pada kegiatan pertambangan PT. BARAKATI Mining di
Kecamatan X ini seluruhnya berupa kawasan Areal Penggunaan Lain (APL), dengan
area seluas 956,053 Ha.
11
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Pada masa Miosen tengah dalam Cekungan Kutai, Sub-cekungan Mahakam banyak
terbentuk batuan sedimen, dalam lingkaran laut dalam, laut dangkal, lagun, delta
ataupun lingkupan transisi dan paparan. Pada lingkungan pengendapan transisi dan
dekta, banyak tebentuk lapisan batubara dalam berbagai ketebalan, karakteristik dan
kualitas, bersama-sama dengan batuan sedimen pembawa batubara (coal bearing
formation). Di daerah ini lapisan batuan pembawa batubar barupa lapisan batulempung.
Secara fisiografi daerah penyelidikan, terletak di dalam zona cekungan Kutai, Sub-
Cekungan Delta Mahakam yang sekarang terletak dekat aliran sungai Mahakam
Samarinda. Pola arah sebaran batuan pebawa batubara, perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektonik yang berkembang di sekitar
daerah penyelidikan adalah berupa peripatan dengan kelurusan bearah timurlau-
baratdaya (Bemmelen,1949).
Secara setepat ujung-ujung struktur perliatan tersebut, sebagian ada yang menunjam,
terpotong oleh sesar atau tertimbun oleh batuan yang lebih muda. Struktur antiklin dan
sinklin sebagian besar melipat batuan-batuan sediman berumur Tersier dan menyingkap
batuan malihan dan sedimen yang berumur jauh lebih tua.
12
Di sebelah selatan cekungan ini dibatasi dengan Cekungan Barito oleh sesar yang
mempunyai arah Barat Laut Tenggara yang di sebut Sesar Adang. Sedangkan
disebelah utara dibatasi oleh pegunungan Mangkaliat.
Cekungan ini terbentuk akibat adanya pemekaran Selat Makassar yang dimulai pada
Eosen, sehingga cekungan ini ideal sebagai tempat pengendapan sedimen terutama
batubara dengan pelamparan yang cukup luas.
Sedimen tersier di Cekungan Kutai merupakan seri endapan delta, yang terdiri dari
beberapa siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan paparan delta (delta
pain)yang terdiri atas endapan rawa, endapan alur sungai (channel), point bar, dan
tanggul tanggul sungai. Di temapt yanglebih dalam diendapkan sedimen delta front
dan prodelta, kemudian terjadi transgesi dan diendapkan sedimen laut di atas endapan
paparan delta, setelah itu regresi dan diendapkan sedimen paparan delta di atas endapan
delta front dan prodelta.Siklus-siklus endapan delta ini terlihat di cekungan kutai mulai
dari Eosen hingga Pleistosen, tetapi pada waktu Oligo-Miosen terdapat ketidak
selarasan akibat adanya pengangkatan di daerah ini (Priyomarsono, dkk, 1994).
Formasi ini merupakan batuan dasar dari Cekungan Kutai yang terdiri dari kelompok
batuan beku (peridotit gabbro dan basalt), batuan sedimen dan batuan metasedimen
berumur pra tersier. Batuan dasar ini di daerah Samarinda merupakan kelanjutan dari
kompleks batuan penyusun pegunungan Meratus. Batuan peridotit tersingkap bagus di
daerah selatan Balikpapan diantara jalan Kuaro dan Tanjung. Peridotit telah mengalami
13
gesekan (shearing) yang sangat intensif sehingga banyak yang telah mengalami
serpentinisasi.
Formasi Tanjung Kuaro ini merupakan sedimen tersier tertua yang mengisi Cekungan
Kutai dan tersingkap bagus di Sungai Muru, yang terletak di sebelah barat Kuaro.
Formasi ini terdiri dari konglomerat, serpih dan batu gamping. Bagian paling bawah
dijumpai konglomerat polimik yang menumpang langsung di atas peridotit Pra Tersier.
Fragmen konglomerat berukuran 0,3 hingga 3 cm, terdiri dari batuan peridotit, chert,
kwarsa tersemen dalam batu pasir, serta di dalam konglomerat di jumpai adanya lensa-
lensa batupasir kasar. Di atas konglomerat terdapat litologi serpih warna abu-abu gelap
dengan sisipan batupasir halus, dan di atasnya lagi ditemukan batubara berwarna hitam
dan perselingan antara batulanau, batupasir,dan serpih abu-abu. Di bagian atas formasi
ini dijumpai litologi batugamping yang berwarna abu-abu kekuninganberlapis dan
banyak mengandung foraminifera Besar, yaitu nummulites variolarius, Biplanispira
absurd,dan discocyclina dilata, yang menunjukkan umur Tb (Eosen Akhir).
14
c. Formasi Tuju-Telaki
d. Formasi Pamaluan
Di atas Formasi Tuju-Telaki secara tidak selaras ditemukan serpih, batulempung, dan
batulanau dengan sisipan batupasir, batubara yang dinamakan Formasi Pamaluan.
Berlainan dengan formasi-formasi sedimen Tersier yang lebih tua, formasi ini
tersingkap pada daerah yang luas, menempati daerah dengan topografi rendah.
Singkapan Formasi Pamaluan yang bagus bisa diamati di Daerah Sumber Batu, sebelah
Tenggara Kota bangun, yang terdiri dari serpih berwarna abu-abu gelap, dengan sisipan
batubara setebal 10 cm dan lignit tebal 30 cm. Ke atas ditemukan sisipan batupasir halus
struktur silang siur berselingan dengan batulanau berstruktur pararel laminasi.
Disamping itu ditemukan juga batupasir halus, bersisipan dengan serpih abu-abu, yang
berstruktur pararel laminasi, di atasnya di jumpai batupasir berwarna putih kekuning-
kuningan, berukuran halus sampai sedang, berstrukur silang siur dan pararel laminasi.
Formasi pamaluan ini diendapkan di lingkungan delta plain, dengan umur Miosen Awal.
e. Formasi Bebuluh
15
f. Formasi Pulubalang
g. Formasi Balikpapan
Di atas formasi Pulubalang diendapkan secara selaras batuan sedimen yang terdiri dari
beberapa siklus endapan delta, yang dinamakam Formasi Balikpapan. Sedimen ini
mudah dikenal dilapangan karena adanya batubara tebal yang ditambang oleh
perusahaan-perusahaan tambang batubara.
Formasi Balikpapan tersingkap bagus di utara Desa Jonggon. Bagian bawah terdiri dari
batugamping Coquina yang kearah selatan berubah menjadi batugamping terumbu. Di
atasnya ditutupi oleh batulempung abu-abu dengan sisipan batupasir berbutir halus
sampai sedang. Ke atas terdapat batupasir halus berstruktur pararel laminasi dan silang
siur, ada burrow dengan sisipan serpih.
Struktur burrow pada batupasir ini menunjukkan endapan pantai (delta front), kemudian
diatasnya didominasi oleh batulempung dengan sisipan batupasir. Bagian paling atas
ditemuka litologi batupasir dan batulanau yang berselingan dengan serpih dan terdapat
sisipan batubara.
Umur Formasi ini dapat diketahui dengan diamatinya batugamping di bagian bawah
yang mengandung fosil foliminifera besar Myogypsinoides dehaarti, Lepidocyclina
angulosa, Lepidocyclina borneensis, Amphistegina sp. Kumpulan fosil ini berumur
Miosen Tengah.
16
h. Formasi Kampung Baru
Formasi ini diendapkan pada lingkungan delta, dan berumur pliosen hingga pleistosen.
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Cekungan Kutai bagian barat,
Antiklinorium dan Cekungan Kutai bagian timur.
Cekungan Kutai bagian barat merupakan daerah rendah, sebagian besar tertutup rawa,
danau, dan alluvial. Dari data gravity (Moss, et al, 1998), terlihat bahwa di Cekungan
Kutai bagian barat terdapat terban (garben), dimana sesar tumbuh mengontrol
sedimentasi. Sedimentasi paling tebal didapat di daerah Kahala, dengan ketebalan
sedimen tersier kurang lebih 14,5 kilometer.
Cekungan Kutai dibagian timur, merupakan daerah yang mempunyai endapan paling
muda, yaitu Formasi Kampung Baru berumur Pleistosen. Lipatan didaerah ini
mempunyai sumbu yang berarah Timur Laut Barat Daya, sempit dan memanjang.
17
Sumber : Peta Geologi Lembar Samarinda, PPPG, 1995
18
3.3. Geologi Lokal dan Sumberdaya Batubara
Struktur geologi regional dan tektonik yang berkembang di sekitar daerah penyelidikan
berupa strukur antiklin, dengan kelurusan berarah Timur Laut Barat Daya.
Strukutr perlipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu yang relative sejajar
dengan pola struktur regional yakni berarah Timur Laut Barat Daya. Dengan sayap
lipatan lebih curam di bagian Barat Laut. Batuan berumur tersier umumnya sebagian
terlipat kuat dengan kemiringan antara 400 - 700, sedangkan batuan yang berumur lebih
muda umumnya berlipat lemah.
Daerah penyelidikan tersusun oleh tiga satuan batuan, yaitu batupasir, batulumpur dan
batulempung. Satuan batupasir merupakan penyusun utama daerah penelitian oleh
batupasir, berwarna abu-abu, bersifat lepasan hingga kompak, tersusun oleh minerak
kuarsa, berwarna putih kemerah-merahan hingga abu-abu, membundar hingga
membundar tanggung, kasar hingga halus. Daerah penyelidikan disusun oleh satuan
batu lempung umumnya didominasi oleh lempung berwarna putih kemerah-merahan
hingga abu-abu, liat, lengket dan mengotori tangan.
Secara vertical satuan ini mejadi 4 sub satuan, berturut-turut dari atas ke bawah, yaitu :
- Satuan batulumpur berwarna kuning kecoklatan, membundar tanggung hingga
menyudut tanggung, halus dengan kekerasan sedang hingga keras.
- Satuan batupasir berwarna abu-abu terang, dengan butiran kuarsa, membundar
tanggung hingga menyudut tanggung, halus dengan kekerasan sedang hingga keras.
- Satuan batulempung berwarna abu-abu terang hingga abu-abu gelap dengan
plastisitas menengah hingga tinggi
- Batubara memperlihatkan warna hitam, kilap terang, bidang pecahan sub angular
hingga angular, terlapukkan sedang dengan ketebalan rata-rata 1,54 meter.
19
Litostratigrafi daerah penyelidikan dapat disebandingkan dengan formasi Pulau Balang
(Tmpb). Satuan batuan sebagai satuan batuan pembawa batubara (coal bearing
formation) disebandingkan dengan Formasi Pulau Balang yang berumur Miosen Akhir.
Penyebaran batubara di daerah penyelidikan, secara lateral relatif berarah dari tenggara-
barat laut dengan kemiringan hampir datar berkisar antara 15 o sampai 16o. Evaluasi data
beberapa kelompok hasil interpretasi dan korelasi pemboran di seluruh daerah
penyelidikan, diketahui sebaran lapisan batubara di daerah penelitian sangat di
pengaruhi oleh lingkungan pengendapan sehingga di beberapa tempat atau titik bor
kemenerusan lapisan batubara terpancung (truncated) oleh lapisan pasir, hal tersebut
diperkirakan akibat dari adanya proses wash Out di daerah penyelidikan.
3.3.3. Overburden
20
kasar, mengandung kuarsa, berbutir menyudut tanggung hingga membundar tanggung,
umumnya bersifat kompak.
Selama Eksplorasi berlangsung telah diambil sebanyak 1 (satu) buah conto batubara,
dikirim ke laboratorium untuk diuji kualitas serta karakteristiknya. Conto batubara
tersebut, dianalisa kualitas di Laboratorium PT SUCOVINDO Samarinda. Berdasarkan
hasil analisa tersebut, kualitas batubara di daerah penyelidikan cukup baik yang
mempunyai karakteristik berwarna hitam, mengkilap, menyudut (angular frc),
kekerasan sedang, tidak mengotori tangan. Kualitas batubara daerah penyelidikan dapat
dilihat sebagai berikut :
- Total Moisture: 29,1 % (ar)
- Moisture: 16,9 % (adb)
- Ash Content: 3,3 % (adb)
- Volatil Matter: 41 % (adb)
- Fixed Carbon: 41,6 (adb)
- Total Sulfur: 0,23 % (adb)
- Gross Calorific Value: 7.216 Kcal/kg (adb)
3.4 Pemboran
Kegiatan pemboran yang dilakukan merupakan pemboran eksplorasi, dengan pola bor
dangkal dan dangkal dengan metoda touch coring. Dengan menggunakan metode ini,
pemboran inti (coring) dilakukan apabila ditemukan tanda-tanda adanya batubara.
21
Evaluasi data pemboran eksplorasi diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
stratigrafi batuan secara vertical, penyebaran lateral lapisan batubara, ketebalan masing-
masing lapisan batubara, ketebalan tanah penutup (interburden) serta pola arah
sebarannya.
Hasil korelasi data pemboran eksplorasi dan evaluasi singkapan batubara hasil pemetaan
geologi rinci, digunakan utntuk parameter perhitungan jumlah cadangan batubara di
daerah penyelidikan.
Pengukuran totpografi dilakukan untuk membuat peta dasar dalam penyelidikan ini
dengan skala 1:50000 khusus untuk daerah prospek 52,96 hektar. Lintasan topografi
berupa polygon tertutup dan beberapa cut line dengan jarak spasi 100 dan jarak out
line 10 meter. Pengukuran topografi di daerah penyelidikan dilakukan dengan
menggunakan alat ukur jenis Total Stasion Tipe Topcon 313.
Toleransi kesalahan pengukuran jarak, azimuth dan ketinggian yang di bolehkan pada
pengukuran topografi di daerah penyelidikan sekitar 5 % dan seluruh data pengukuran
diolah dan direkam dengan system computer.
Hasil kajian geoteknik adalah geometri lereng (sudut dan tinggi lereng yang mantap
untuk lereng tunggal dan lereng keseluruhan). Selanjutnya, hasil kajian ini dipergunakan
sebagai parameter masukan dalam rancangan tambang.Untuk menentukan geometri
lereng yang mantap, dilakukan analisis kemantapan lereng. Dalam analisis ini
diperlukan data hasil uji laboratorium material pembentuk lereng, yaitu: uji sifat fisik
dan uji sifat mekanik (uji geser langsung).
Tujuan dilakukannya analisis kemantapan lereng penambangan adalah untuk
menentukan geometri (tinggi dan sudut kemiringan) lereng yang mantap. Data masukan
yang digunakan untuk analisis ini adalah keadaan topografi, struktur geologi berupa
22
perlapisan batuan, serta sifat fisik dan mekanik dari batuan pembentuk lereng.
Secara teoritis, dalam setiap lereng bekerja dua gaya yang saling berlawanan, yakni
gaya pendorong (stress movement) dan gaya penahan (stress ressistent). Berdasarakan
aspek keteknikan, untuk menilai aman dan tidaknya suatu lereng, perlu ditentukan nilai
Faktor Keamanan (Safety Factor). Terkait dengan kemantapan lereng, nilai Faktor
Keamanan (FK) secara empirik diperoleh dari gaya penahan dibagi oleh gaya
pendorong, yang dinyatakan sebagai persamaan:
Gaya Penahan
FK =
Gaya Pendorong
23
Analisis terhadap lereng tunggal dilakukan untuk geometri bukaan tambang dengan tinggi
lereng maksimum 5 m dan sudut lereng disimulasikan sampai memperoleh tinggi lereng yang
aman.
Analisis terhadap lereng total dilakukan untuk geometri bukaan tambang dengan tinggi lereng
keseluruhan yang direncanakan sebagai berikut:
- High Wall: dengan total tinggi jenjang pit maksimum X m (X kali tinggi lereng tunggal)
dengan berm selebar minimum 15 meter untuk pit aktif yang didesain sebagai jenjang
yang berada dibawah lereng total tersebut, ataupun sesuai perencanaan tahunan, dengan
sudut lereng maksimum 45, dengan FK > 1,3.
- Low Wall: dengan total ketinggian yang menyesuaikan tinggi high wall dengan sudut
lereng dibawah 15 atau sesuai kelerengan zona mineralisasinya, dengan FK >1,3.
Lereng timbunan (dumping slope) adalah lereng yang dibentuk material campuran. Maka,
parameter yang digunakan untuk menganalisis lereng timbunan adalah data
gabungan.Mengingat tingkat kepadatan (tanah) timbun relatif belum terkonsolidasi dengan baik
dibandingkan dengan lapisan/sedimen aslinya, maka diperlukan beberapa asumsi, antara lain
adalah:
Tinggi Lereng maksimum Xmeter.
Muka air tanah dianggap sama dengan tanah dasar (mat 2,5 m).
Karakteristik batuan yang digunakan untuk perhitungan lereng timbunan
umumnya adalah 50 70 % dari nilai kohesi semu (Capp) dan sudut geser dalam
semu (app) serta nilai density jenuh (sat).
Geometri lereng untuk:
- Lereng timbunan tunggal dengan tinggi lereng 10 m dan sudut lereng X,
dengan FK > 1,3
- Lereng timbunan total dengan tinggi lereng 30 m dan sudut lereng X,
dengan FK > 1,3
Kawasan hutan di area Wilayah Izin Pertambangan yang dimiliki oleh PT. Barakati
Mining, berdasarkan Status lahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi
Kalimantan Timur Tahun 1999 pada kegiatan pertambangan PT. Barakati Mining di
Kecamatan X ini seluruhnya berupa kawasan Hutan Produksi Tetap, dengan area seluas
956,053 Ha.
24
3.11. Cadangan Batubara
3.11.1. Cara penaksiran Cadangan
25
Berdasarkan ketentuan SNI, sumberdaya batubara terdiri dari tiga kategori yaitu :
1. Kategori cadangan terukur bila diambil jarak (P) sepanjang 250 meter dari titik data
searah jurus (strike) kearah kiri dan kanan dari titik informasi (singkapan batubara
dan / atau lubang bor).
2. Kategori cadangan terunjuk bila di ambil jarak (P) sepanjang 500 meter dari titik
data searah jurus (strike) kea rah kiri dan kanan dari titik informasi (singkapan
batubara dan / atau lubang bor), di kurangi daerah pengaruh kategori terukur.
3. Kategori cadangan tereka bila di ambil jarak (P) sepanjang 1000 meter dari titik
data searah jurus (strike) ke arah kiri dan kanan dari titik informasi (singkapan
batubara dan / atau lubang bor), di kurangi daerah pengaruh kategori terunjuk.
Sumberdaya batubara yang dihitung pertama kali untuk setiap lapisan batubara yang berada di
bawah tanah (insitu) (Gambar 3.2) berdasarkan atas laporan eksplorasi PT. Barakati Mining
menggunakan rumus dasar yang dikemukakan oleh : Charles E Wier, tahun 1976 adalah dengan
rumus berikut :
26
dengan :
Metode yang dipakai adalah metode cross section, dimana tiap-tiap lapisan batubara dibuat
sayatan per 100 meter (dikumulatifkan dalam per 100 meter) sehingga akan dapat diketahui
masing-masing luasan per sayatan dan kemudian dilakukan perhitungan matematis sesuai
27
dengan rumusan perhitungan yang tersebut di dalam uraian perhitungan cadangan. Luas lapisan
batubara dihitung berdasarkan penyebaran lapisan dari hasil korelasi singkapan dan data
pemboran ke arah lateral maupun vertikal dari modeling dan interpretasi data geologi. Besaran
overburden dihitung dari jumlah material diatas lapisan batubara yang telah diukur dengan
pembatasan yang telah dilakukan pada waktu perhitungan sumberdaya terukur.
Keterangan gambar :
A A : Sayatan Penampang.
Berdasarkan kelengkapan data eksplorasi yang dilakukan, maka cadangan batubara di daerah ini
diklasifikasikan menjadi:
1. Cadangan Insitu atau Cadangan batubara Terbukti (Proven Coal Reserves) yang berasal dari
perhitungan sumberdaya batubara terunjuk dan terukur
28
b. Tebal parting<0,05 meter dihitung sebagai cadangan.
d. Radius perhitungan cadangan adalah searah panjang down dip dari singkapan/titik bor
dan searah jurus/strike sampai dengan 250 meter.
e. Radius perhitungan cadangan adalah panjang down dip dengan besaran sudut tertentu
dengan batas kedalaman vertical (pit limit) sampai dengan kedalaman 60 - 120 meter
dari permukaan.
Perhitungan sumberdaya dalam studi ini didasarkan atas rekonstruksi data permukaan/singkapan
batubara dan data bawah permukaan/hasil dari pemboran serta evaluasi secara geologi. Dari
hasil rekonstruksi data tersebut kemudian dilakukan permodelan dengan metode block model
dengan mengunakan surface 6.2.
Berdasarkan prinsip dan formula di atas dengan menggunakan perhitungan cross section
profiling, dapat di peroleh besarnya cadangan batubara secara geologi di daerah
penyelidikan PT. Petromindo.
29
titik informasi tidak lebih dari 250 meter. Cadangan batubara di daerah penyelidikan PT.
Petromindo pada table 3.2.
30