Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten X memiliki kebijakan dalam Era Otonomi Daerah untuk memberikan


peluang kepada pelaku sektor kegiatan pertambangan umum di Wilayah Kabupaten X
dalam rangka mengelola sendiri hasil alam khususnya pengelolaan sumberdaya
batubara. Kebijakan ini bertujuan untuk membantu terwujudnya masyarakat yang lebih
sejahtera.

PT. Batubara Kalimantan Timur (Barakati) Mining yang beralamat di Jalan Swadaya
RT. 21 No.1 Jl. Batu Cermin Gg. Damai, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan
Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur merupakan pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang berlokasi di Kecamatan X, Kabupaten X, Provinsi
Kalimantan Timur. PT. BARAKATI Mining melakukan kegiatan eksplorasi berdasarkan
Surat Izin Eksplorasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten X, Nomor:
555/50/IUP-Er/DPE-IV/VII/2016 untuk daerah penyelidigbkan seluas 956,053 Ha.

Seiring dengan meningkatnya permintaan atas penyediaan batubara di dalam negeri


untuk ekspor, maka PT. Barakati Mining berkeinginan segera mengusahakan
penambangan batubara di Kecamatan X, Kabupaten X.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakan studi kelayakan ini adalah:


- Menyajikan hasil penyelidikan yang mencakup keadaan endapan batubara,
penambangan dan penimbunan, pemasaran dan keekonomiannya.
- Menentukan metode penambangan yang sesuai dengan kondisi lapangan serta
peralatan berat yang cocok digunakan
- Membuat rencana pemantauan dan pengolahan lingkungan serta Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
- Mengetahui kelayakan usaha penambangan batubara
1.3 Ruang Lingkup dan Metode Studi

1
1.3.1 Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi kelayakan rencana penambangan batubara di daerah ini adalah :
- Aspek studi laporan ekplorasi yang mencakup lokasi dan kesampaian daerah,
keadaan topografi dan morfologi, kondisi sosial ekonomi dan juga mencakup aspek
teknis antara lain geologi, pemboran, sumur uji/parit uji, topografi, perhitungan
cadangan dan stripping ratio.
- Aspek studi rencana penambangan.
- Aspek studi perencanaan pengolahan batubara termasuk juga pengangkutan dan
penimbunan yang meliputi jenis dan kapasitas tempat penimbunan (stockpile).
- Aspek studi lingkungan yang mencakup dampak positif dan negatif dari
penambangan, upaya pemantauan lingkungan serta upaya pengolahan lingkungan
pada saat setelah penambangan, juga yang tidak kalah penting adalah aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
- Aspek studi organisasi dan tenaga kerja yang meliputi perencanaan kebutuhan man
power, gaji karyawan, dan sistem organisasi .
- Aspek studi perencanaan infrastruktur tambang yang mencakup pembuatan jalan
pengangkutan, dan pembuatan kantor di site.
- Aspek studi pemasaran batubara yang meliputi analisa prospek pemasaran, survey
pasar dan penentuan harga batubara.
- Aspek studi analisa kelayakan ekonomi antara lain perhitungan biaya produksi,
rencana pendapatan dan penjualan, rencana proyeksi aliran uang tunai, internal rate
of return, break even point, analisa periode pengembalian dan analisa kepekaan.

1.3.2 Metode Studi

Metode studi pada studi kelayakan rencana penambangan batubara di daerah ini adalah :
- Mengevaluasi hasil kegiatan ekplorasi meliputi perhitugan cadangan, penyebaran
batubara, pemilihan metode penambangan, penentuan umur tambang sesuai target
produksi per bulan/ tahun, pembuatan peta desain tambang, perhitungan cadangan
dan perhitungan stripping ratio.
- merencanakan penambangan dengan menghitung kebutuhan unit alat berat,
kebutuhan bahan bakar dan pelumas, perencanaan bukaan tambang dan target
produksi per pit, per bulan dan per tahun.

2
- merencanakan pengolahan batubara mulai dari tambang sampai stockpile, termasuk
didalamnya aspek pengangkutan dan penimbunan, merencanakan berapa luasan
stockpile, bagaimana peralatan pengolahannya dan konstruksi jetti.
- memperkirakan dampak lingkungan yang akan timbul dan bagaimana cara
menanggulangi dan mengatasi dampak lingkungan negatif yang akan timbul,
termasuk di dalam studi juga perencanaan K3 yang meliputi aspek perlindungan
tenaga kerja dari kecelakaan kerja dengan menyediakan peralatan K3.
- mengevaluasi dan merencanakan kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut,
termasuk kualifikasinya.
- mengevaluasi dan merencanakan infrastruktur tambang yang di dalamnya termasuk
bangunan kantor, mess, workshop, kantin, jalan tambang dan sebagainya yang
merupakan sarana penunjang tambang.
- melakukan kajian pemasaran dengan melakukan pemantauan harga batubara,
pemantauan permintaan batubara dan perkembangan konsumsi baik dalam negeri
maupun luar negeri.
- melakukan studi kelayakan ekonomi yang bertujuan untuk menghitung jenis dan
kebutuhan investasi (capital cost), menghitung biaya operasi (operating cost), dan
biaya lainnya (corporate tax, royalty and other) serta menilai kelayakan
penambangan batubara secara ekonomis untuk berbagai alternatif pola kerja yang
telah ditentukan antara lain dengan analisis finansial yang meliputi sumber
pembiayaan proyek dengan menggunakan konsep aliran kas diskonto ( discounted
cash flow analysis), untuk alternatif pekerjaan penambangan dikerjakan sendiri
yang mencakup: perhitungan jenis, jadwal dan kebutuhan investasi (capital cash)
perhitungan biaya operasi penambangan (operating cost), perhitungan biaya lain
(other cost), perhitungan aliran kas diskonto sebelum dan sesudah pajak.
Sedangkan metode yang digunakan untuk penentuan kelayakan proyek adalah
menggunakan analisis IRR (Internal Rate of Return), NPV (Net Present Value) dan
PBP (Payback Period).selain itu juga digunakan analisis sensitivitas dengan
menggunakan perubahan variabel harga, biaya operasi, suku bunga dan nilai tukar.

1.4 Pelaksanaan Studi

Studi kelayakan tambang PT. Barakati Mining ini dimulai selama kurun waktu 5 bulan,
dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai dengan Februari 2017.

3
4
BAB II
KEADAAN UMUM

Wilayah KP eksplorasi PT. BARAKATI Mining secara administratif terletak di Desa X


Kecamatan X. PT. BARAKATI Mining sebagai pemegang kuasa pertambangan
eksplorasi memandang perlu untuk melanjutakan ke tahap eksploitasi untuk memenuhi
salah satu persyaratan permohonan izin IUP eksploitasi sesuai dengan keputusan Bupati
Kabupaten X Nomor : 532. 235/HK-246/2016, berikut koordinat daerah kegiatan
penyelidikan:
Tabel 2.1 koordinat daerah izin usaha pertambangan IUP eksplorasi

Point Easting (E) Northing (N)


1 493300.3 9936668
2 496360.6 9936667
3 496354.9 9936027
4 497301.5 9936027
5 497290.5 9934209
6 497064.6 9934209
7 495704.9 9934208
8 495704.3 9934003
9 495502.2 9934001
10 495502.2 9933932
11 494255.4 9933930
12 494253.8 9934080
13 493876.2 9934081
14 493873.4 9934344
15 493320.2 9934345
16 493300.3 9936668

Aksesibilitas ke daerah penyelidikan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan


roda dua maupun empat melalui jalan Provinsi ke arah kecamatan X. Kecamatan X
dapat ditempuh dengan melalui jalur darat dari Balikpapan menuju Samarinda,
Melewati Loa Janan dan Loa Duri sejauh 145 kilometer dari Balikpapan. Dari
Samarinda, berjarak sekitar 30 Km melewati Jembatan Mahakam, kecamatan X dan
kecamatan X.

2.2 Keadaan Lingkungan

5
Berdasarkan informasi yang ada dari Badan Pusat Statistik Kabupaten X dalam
Kecamatan X dalam Angka 2012, Kecamatan X yang mempunyai luas 1.045,7 km 2
termasuk salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan kecamatan
Tenggarong yaitu ibukota Kabupaten X di sebelah utara. Selain kecamatan Tenggarong
dan kecamatan lainnya kecamatan ini juga berbatasan dengan kabupaten/kota lain
seperti Kota Samarinda di sebelah Timur dan Kabupaten Penajam Paser Utara disebelah
barat.

Gunung/pegunungan yang ada di antaranya Gunung Lengkup dengan tinggi 485 m,


Gunung Parung tingginya 400 m, Gunung Kelipung dengan tinggi hanya 156 m. Dari
ketiga gunung tersebut semuanya terletak di desa Jonggon Desa yang memang sebagian
wilayahnya berupa pegunungan. Ada satu gunung lagi dengan ketinggian 300 m yaitu
gunung Taman Arum yang berada di desa Loh Sumber. Kecamatan X yang mempunyai
wilayah dataran dan pegunungan ternyata juga mempunyai wilayah yang berawa,
hampir seluruh desa di kecamatan X mempunyai areal rawa dan hanya tiga desa yang
tidak mempunyai rawa karena merupakan daerah dataran tinggi yaitu desa Loh Sumber,
desa Margahayu, dan desa Jembayan Tengah.
Seperti daerah lainnya kecamatan X masih merupakan wilayah tropis yang memiliki 2
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, kecamatan ini memiliki rata-rata curah
hujan yang lumayan tinggi, sehingga kecamatan ini termasuk kecamatan yang
mempunyai lahan yang subur sehingga sector pertaniannya juga menjadi maju.

2.2.1 Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Penduduk

Daerah pemukiman terletak di sepanjang poros jalan kearah kecamatan x - kecamatan x.


Keadaan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. keadaan penduduk berdasarkan usia kec. X


Kelompok Umur Jumlah (orang)
(Tahun) X1 X2

6
0 14 1.090 2.797
15 54 1.808 3.265
> 55 152 1.502
Jumlah 3.050 7.564
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009
.
Tabel 2.3. keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan kec. X.
Jumlah (orang)
Fasilitas Pendidikan
X1 X2
Belum sekolah, Tidak
sekolah dan Tidak 1.496 1.232
tamat Sekolah
TK/Play Group 75 97
SD 1.124 1.392
Tidak tamat SD 0 2.517
SLTP 243 993
SLTA 80 998
Diploma I/II/III 9 37
Sarjana 11 26
Pondok pesantren 0 25
Madrasah 0 247
Kursus/keterampilan 12 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

Tabel 2.4. keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan kec. X.


X1 X2
Tingkat Pendidikan
Jlh % Jlh %
Belum sekolah, Tidak
sekolah dan Tidak 11 15,07 30 14,85
tamat Sekolah
Tidak tamat SD 0 0 34 16,83
SD tamat 18 24,66 51 25,25
SLTP 20 27,40 22 10,89
Madrasah 0 0 18 8,91
SLTA 14 19,18 38 18,81
Sarjana 5 6,85 9 4,46
Kursus/keterampilan 5 6,85 0 0
Jumlah 73 100 202 100

Tabel 2.5 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan X

7
Jumlah (unit)
Fasilitas Pendidikan
X1 X2
TK 0 4
SD 2 4
SLTP 1 1
SLTA 0 1
Madrasah 1 6
Kelompok bermain 1 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

Tabel 2.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama


Jumlah (orang)
Agama
X1 X2
Islam 2.086 6745
Katholik 169 12
Kristen 795 150
Hindu 0 3
Budha 0 2
Jumlah 3.050 6.912
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

Tabel 2.7 Sarana Ibadah


Jumlah (unit)
Jenis Fasilitas
X1 X2
Masjid 5 4
Langgar/ Musholla 4 6
Gereja 7 0
Pura 0 0
Vihara 0 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

2.2.2 Flora

Sebagian besar jenis tumbuhan hutan yang ada dilokasi penyelidikan adalah hutan
sekunder yang di dominasi oleh semak belukar dan tumbuhan rawa. Hutan sekunder
yang ada sebagian besar bekas penebangan kayu yang sudah ditinggalkan. Sebagian
masih terdapat beberapa pohon akasia, durian, bambu dan sebagian besar daerah
penyelidikan didominasi oleh tumbuhan rawa.

2.2.3 Fauna

8
Dengan kondisi alam seperti ini, masih sering dijumpai beberapa jenis hewan hutan
yang cocok untuk habitat hewan-hewan tersebut. Berikut ini beberapa jenis hewan yang
hidup dilokasi penyelidikan dan sering dijumpai, antara lain :
a. Fauna liar berupa: babi hutan payau, ular kadal, biawak dan jenis burung seperti
kutilang, pipit gereja, elang, ketinjau, belatauk dan tekukur.
b. Fauna peliharaan berupa : sapi, kambing, ayam dan bebek.
c. Berbagai macam jenis ikan sungai seperti : patin, baung, lele, gabus, payau, dan
lain sebagainya.

2.2.4. Iklim Dan Curah Hujan

Karakteristik iklim dalam wilayah Kabupaten X adalah iklim hutan tropika humida
dengan perbedaan yang tidak begitu tegas antara musim kemarau dan musim hujan.
Curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 26C.
Perbedaaan temperatur siang dan malam antara 5-7C.

Kabupaten X mempunyai karakteristik iklim hutan tropika humida. Ciri khas dari iklim
tropika humida adalah hujan terdapat di sepanjang tahun. Antara musim penghujan dan
musim kemarau hampir tidak mempunyai batas yang jelas. Bulan Oktober hingga bulan
April curah hujan lebih tinggi dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Curah hujan
terendah dari 0-4.000 mm per tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat
ke wilayah pedalaman.

Keadaan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel
2.8 Selama lima tahun rata-rata curah hujan terendah terjadi pada Agustus dan
September, sedangkan jumlah hari hujan kurang dari 10 hari dalam setiap bulannya
terjadi pada bulan Agustus-Oktober.

Tabel 2.8 Rata-rata curah hujan tahun 2005-2009 Kabupaten X


Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Jumlah / Tahun
N
Nama Bulan
o MM HH MM HH MM HH MM HH

9
1 Januari 274 14 226 12 300 16 266,67 14
2 Februari 161 7 149 11 239 14 183 21,3
3 Maret 171 9 247 14 231 13 216,3 12
4 April 242 12 286 13 250 13 259,3 12,6
5 Mei 224 14 225 13 192 11 213,3 12,6
6 Juni 198 13 118 8 118 11 144,6 10,6
7 Juli 220 14 71 6 156 11 149 10,3
8 Agustus 185 13 72 5 89 7 115,3 8,3
9 September 192 14 139 9 50 5 127 9,3
10 Oktober 238 14 154 12 137 12 176,3 12,6
11 November 225 11 193 11 185 12 201 11,3
12 Desember 226 13 296 17 205 14 242,3 14,6
Sumber : BPS Kabupaten X Tahun 2006, 2007,2008, 2009 dan 2010

2.3. Morfologi

Keadaan morfologi daerah penyelidikan pada umumnya didominasi oleh daerah dataran
dan rawa dan sebagaian kecil perbukitan bergelombang sedang. Daerah pedataran dan
rawa pada umumnya berupa bantaran sungai mahakm, untuk daerah perbukitan sedang
berberapa kelompok perbukitan, dengan posisi rangkaian perbukitan ini tersebar di
sebagian kecil daerah penyelidikan dengan pola berarah barat laut tenggara,
sedangkan daerah pedataran menempati hampir di semua bagian daerah penyelidikan.

2.4. Hidrologi

Sungai mahakam meripakan sungai terbersar yang tedapat di darah penelitian. Sungai-
sungai yang menyayat di daerah penyalidikan hanyalah alur-alur (gully) dari sungai
mahakam maupun anak-anak sungainya. Umumnya arah aliran berarah timur laut-barat
daya yang kemuduian berbelok ke arah utara menuju sungai mahakam.

Singkapan batubara pada umumnya terdapat pada daerah pengaliran sungai-sungai yang
menyayat cukup dalam pada bagian tengah atau pada bagian hulunya.
2.5 Tata Guna Lahan

Bentang alam daerah penyelidikan adalah perbukitan bergelombang sedang dengan


ketinggian 28 m 85 m dari permukaan air laut.

10
Tata guna lahan di daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh rawa dan semak
belukar. Daerah pemukiman hanya terkonsentrasi di Desa A disepanjang poros jalan
Kecamatan X.

Berdasarkan Status lahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi
Kalimantan Timur Tahun 1999 pada kegiatan pertambangan PT. BARAKATI Mining di
Kecamatan X ini seluruhnya berupa kawasan Areal Penggunaan Lain (APL), dengan
area seluas 956,053 Ha.

11
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1 Geologi Regional

Pada masa Miosen tengah dalam Cekungan Kutai, Sub-cekungan Mahakam banyak
terbentuk batuan sedimen, dalam lingkaran laut dalam, laut dangkal, lagun, delta
ataupun lingkupan transisi dan paparan. Pada lingkungan pengendapan transisi dan
dekta, banyak tebentuk lapisan batubara dalam berbagai ketebalan, karakteristik dan
kualitas, bersama-sama dengan batuan sedimen pembawa batubara (coal bearing
formation). Di daerah ini lapisan batuan pembawa batubar barupa lapisan batulempung.

Secara fisiografi daerah penyelidikan, terletak di dalam zona cekungan Kutai, Sub-
Cekungan Delta Mahakam yang sekarang terletak dekat aliran sungai Mahakam
Samarinda. Pola arah sebaran batuan pebawa batubara, perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektonik yang berkembang di sekitar
daerah penyelidikan adalah berupa peripatan dengan kelurusan bearah timurlau-
baratdaya (Bemmelen,1949).

Secara setepat ujung-ujung struktur perliatan tersebut, sebagian ada yang menunjam,
terpotong oleh sesar atau tertimbun oleh batuan yang lebih muda. Struktur antiklin dan
sinklin sebagian besar melipat batuan-batuan sediman berumur Tersier dan menyingkap
batuan malihan dan sedimen yang berumur jauh lebih tua.

3.1.1. Stratigrafi Regional

Menurut Priyomarsono, dkk (1994), daerah rencana penelitian termasuk ke dalm


cekungan Kutai (Kutai Basin) yang merupakan cekungan sedimen tersier terbesar dan
terdalam di Indonesia, yang berisikan sedimen delta. Cekungan ini mempunyai
cadangan minyak bumi dan perusahaan batubara yang menambang pada cekungan ini.

12
Di sebelah selatan cekungan ini dibatasi dengan Cekungan Barito oleh sesar yang
mempunyai arah Barat Laut Tenggara yang di sebut Sesar Adang. Sedangkan
disebelah utara dibatasi oleh pegunungan Mangkaliat.

Cekungan ini terbentuk akibat adanya pemekaran Selat Makassar yang dimulai pada
Eosen, sehingga cekungan ini ideal sebagai tempat pengendapan sedimen terutama
batubara dengan pelamparan yang cukup luas.

Sedimen tersier di Cekungan Kutai merupakan seri endapan delta, yang terdiri dari
beberapa siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan paparan delta (delta
pain)yang terdiri atas endapan rawa, endapan alur sungai (channel), point bar, dan
tanggul tanggul sungai. Di temapt yanglebih dalam diendapkan sedimen delta front
dan prodelta, kemudian terjadi transgesi dan diendapkan sedimen laut di atas endapan
paparan delta, setelah itu regresi dan diendapkan sedimen paparan delta di atas endapan
delta front dan prodelta.Siklus-siklus endapan delta ini terlihat di cekungan kutai mulai
dari Eosen hingga Pleistosen, tetapi pada waktu Oligo-Miosen terdapat ketidak
selarasan akibat adanya pengangkatan di daerah ini (Priyomarsono, dkk, 1994).

Cekungan ini mempunyai 7 formasi, 2 formasi tidak mengandung batuabara yaitu


Formasi Tanjung-Kuaro dan formasi Tuju-Telaki, sedangkan 5 formasi mengandung
batubara yaitu : Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulu Balang, Formasi
Balikpapan, Formasi Kampung Baru.
Secara stratigrafi dari tua ke muda Cekungan Kutai menurut Priyomarsono,dkk, 1994
terdiri atas :

a. Formasi Batuan Berumur Pra Tersier

Formasi ini merupakan batuan dasar dari Cekungan Kutai yang terdiri dari kelompok
batuan beku (peridotit gabbro dan basalt), batuan sedimen dan batuan metasedimen
berumur pra tersier. Batuan dasar ini di daerah Samarinda merupakan kelanjutan dari
kompleks batuan penyusun pegunungan Meratus. Batuan peridotit tersingkap bagus di
daerah selatan Balikpapan diantara jalan Kuaro dan Tanjung. Peridotit telah mengalami

13
gesekan (shearing) yang sangat intensif sehingga banyak yang telah mengalami
serpentinisasi.

b. Formasi Tanjung Kauro

Formasi Tanjung Kuaro ini merupakan sedimen tersier tertua yang mengisi Cekungan
Kutai dan tersingkap bagus di Sungai Muru, yang terletak di sebelah barat Kuaro.
Formasi ini terdiri dari konglomerat, serpih dan batu gamping. Bagian paling bawah
dijumpai konglomerat polimik yang menumpang langsung di atas peridotit Pra Tersier.
Fragmen konglomerat berukuran 0,3 hingga 3 cm, terdiri dari batuan peridotit, chert,
kwarsa tersemen dalam batu pasir, serta di dalam konglomerat di jumpai adanya lensa-
lensa batupasir kasar. Di atas konglomerat terdapat litologi serpih warna abu-abu gelap
dengan sisipan batupasir halus, dan di atasnya lagi ditemukan batubara berwarna hitam
dan perselingan antara batulanau, batupasir,dan serpih abu-abu. Di bagian atas formasi
ini dijumpai litologi batugamping yang berwarna abu-abu kekuninganberlapis dan
banyak mengandung foraminifera Besar, yaitu nummulites variolarius, Biplanispira
absurd,dan discocyclina dilata, yang menunjukkan umur Tb (Eosen Akhir).

14
c. Formasi Tuju-Telaki

Formasi Tuju-Telaki menumpang selaras diatas Formasi Tanjung-Kuaro, terdiri dari


batugamping dan serpih gampingan, berwarna abu-abu, dengan sisipan batupasir.
Formasi ini tersingkap di Daerah Tuju-Telaki, yang di endapkan pada lingkungan delta
dengan umur Eosen akhir hingga Oligosen.

d. Formasi Pamaluan

Di atas Formasi Tuju-Telaki secara tidak selaras ditemukan serpih, batulempung, dan
batulanau dengan sisipan batupasir, batubara yang dinamakan Formasi Pamaluan.
Berlainan dengan formasi-formasi sedimen Tersier yang lebih tua, formasi ini
tersingkap pada daerah yang luas, menempati daerah dengan topografi rendah.

Singkapan Formasi Pamaluan yang bagus bisa diamati di Daerah Sumber Batu, sebelah
Tenggara Kota bangun, yang terdiri dari serpih berwarna abu-abu gelap, dengan sisipan
batubara setebal 10 cm dan lignit tebal 30 cm. Ke atas ditemukan sisipan batupasir halus
struktur silang siur berselingan dengan batulanau berstruktur pararel laminasi.
Disamping itu ditemukan juga batupasir halus, bersisipan dengan serpih abu-abu, yang
berstruktur pararel laminasi, di atasnya di jumpai batupasir berwarna putih kekuning-
kuningan, berukuran halus sampai sedang, berstrukur silang siur dan pararel laminasi.
Formasi pamaluan ini diendapkan di lingkungan delta plain, dengan umur Miosen Awal.

e. Formasi Bebuluh

Diatas formasi pamaluan secara selaras diendapkan batugamping Formasi Bebuluh.


Formasi ini tersingkap sangat baik di Desa Bebuluh di utara Kota Balikpapan,
batugampingnya berwarna putih kekuning-kuningan, berlapis mengandung foraminifera
besar seperti Miogypsinoides dehaarti, Lepidoccyclina bornensis, Lepidocyclina
sumatrensis, Lepidocyclina acuta, Amphistegina lesonii. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan front delta, yang berumur Miosen Awal.

15
f. Formasi Pulubalang

Diatas formasi batugamping Formasi Bebuluh diendapkan secara selaras Formasi


Pulubalang, yang terdiri dari batupasir, lanau, dan serpih dengan sisipan konglomerat,
batulempung, dan batubara. Di dalam Batupasir berbutir halus sampai sedang, dank
eras, terdapat lensa-lensa yang terdiri dari fragmen kecil lignit berstruktur silang siur.
Batupasir halus dengan laminasi silang siur berselingan dengan serpih keras berstruktur
pararel di jumpai di bagian atas Formasi ini.Formasi Pulubalang ini diendapkan apda
lingkungan delta, dengan umur Miosen Tengah.

g. Formasi Balikpapan

Di atas formasi Pulubalang diendapkan secara selaras batuan sedimen yang terdiri dari
beberapa siklus endapan delta, yang dinamakam Formasi Balikpapan. Sedimen ini
mudah dikenal dilapangan karena adanya batubara tebal yang ditambang oleh
perusahaan-perusahaan tambang batubara.

Formasi Balikpapan tersingkap bagus di utara Desa Jonggon. Bagian bawah terdiri dari
batugamping Coquina yang kearah selatan berubah menjadi batugamping terumbu. Di
atasnya ditutupi oleh batulempung abu-abu dengan sisipan batupasir berbutir halus
sampai sedang. Ke atas terdapat batupasir halus berstruktur pararel laminasi dan silang
siur, ada burrow dengan sisipan serpih.

Struktur burrow pada batupasir ini menunjukkan endapan pantai (delta front), kemudian
diatasnya didominasi oleh batulempung dengan sisipan batupasir. Bagian paling atas
ditemuka litologi batupasir dan batulanau yang berselingan dengan serpih dan terdapat
sisipan batubara.
Umur Formasi ini dapat diketahui dengan diamatinya batugamping di bagian bawah
yang mengandung fosil foliminifera besar Myogypsinoides dehaarti, Lepidocyclina
angulosa, Lepidocyclina borneensis, Amphistegina sp. Kumpulan fosil ini berumur
Miosen Tengah.

16
h. Formasi Kampung Baru

Di atas Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras Formasi Kampung Baru. Di


daerah rencana tambang tersingkap tambang singkapan batubara banyak dijumpai di
formasi ini terdapat 119 singkapan batubara dengan ketebalan bervariasi yaitu dari 0,4
meter hingga 4 meter. Singkapan dapat diamati hamper disemua daerah rencana
tambang.

Formasi ini diendapkan pada lingkungan delta, dan berumur pliosen hingga pleistosen.

3.2. Struktur Geologi Regional

Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Cekungan Kutai bagian barat,
Antiklinorium dan Cekungan Kutai bagian timur.

Cekungan Kutai bagian barat merupakan daerah rendah, sebagian besar tertutup rawa,
danau, dan alluvial. Dari data gravity (Moss, et al, 1998), terlihat bahwa di Cekungan
Kutai bagian barat terdapat terban (garben), dimana sesar tumbuh mengontrol
sedimentasi. Sedimentasi paling tebal didapat di daerah Kahala, dengan ketebalan
sedimen tersier kurang lebih 14,5 kilometer.

Cekungan Kutai daerah tengah merupakan Antiklinorium Samarinda, yang merupakan


antiklin sinklin sempit, memanjang yang mempunyai sumbu dengan arah Barat Laut -
Tenggara. Beberapa antiklin yang dipotong oleh sungai Mahakam adalah : Antikklin
Tenggarong, Antiklin Margasari dan Antiklin Loa Duri.

Cekungan Kutai dibagian timur, merupakan daerah yang mempunyai endapan paling
muda, yaitu Formasi Kampung Baru berumur Pleistosen. Lipatan didaerah ini
mempunyai sumbu yang berarah Timur Laut Barat Daya, sempit dan memanjang.

17
Sumber : Peta Geologi Lembar Samarinda, PPPG, 1995

Gambar 3.1 Stratigrafi regional daerah penyelidikan

18
3.3. Geologi Lokal dan Sumberdaya Batubara

Struktur geologi regional dan tektonik yang berkembang di sekitar daerah penyelidikan
berupa strukur antiklin, dengan kelurusan berarah Timur Laut Barat Daya.

Strukutr perlipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu yang relative sejajar
dengan pola struktur regional yakni berarah Timur Laut Barat Daya. Dengan sayap
lipatan lebih curam di bagian Barat Laut. Batuan berumur tersier umumnya sebagian
terlipat kuat dengan kemiringan antara 400 - 700, sedangkan batuan yang berumur lebih
muda umumnya berlipat lemah.

Daerah penyelidikan tersusun oleh tiga satuan batuan, yaitu batupasir, batulumpur dan
batulempung. Satuan batupasir merupakan penyusun utama daerah penelitian oleh
batupasir, berwarna abu-abu, bersifat lepasan hingga kompak, tersusun oleh minerak
kuarsa, berwarna putih kemerah-merahan hingga abu-abu, membundar hingga
membundar tanggung, kasar hingga halus. Daerah penyelidikan disusun oleh satuan
batu lempung umumnya didominasi oleh lempung berwarna putih kemerah-merahan
hingga abu-abu, liat, lengket dan mengotori tangan.

Satuan lempung umumnya menempati daerah-daerah yang relatif lebih rendah,


sedangkan satuan pasir berada di daerah-daerah yang lebih tinggi. Satuan lempung
umumnya merupakan satuan batuan pembawa batubara (coal bearing formation) dengan
pola pelemparan batuan umumnya relative berarah timur laut barat daya.

Secara vertical satuan ini mejadi 4 sub satuan, berturut-turut dari atas ke bawah, yaitu :
- Satuan batulumpur berwarna kuning kecoklatan, membundar tanggung hingga
menyudut tanggung, halus dengan kekerasan sedang hingga keras.
- Satuan batupasir berwarna abu-abu terang, dengan butiran kuarsa, membundar
tanggung hingga menyudut tanggung, halus dengan kekerasan sedang hingga keras.
- Satuan batulempung berwarna abu-abu terang hingga abu-abu gelap dengan
plastisitas menengah hingga tinggi
- Batubara memperlihatkan warna hitam, kilap terang, bidang pecahan sub angular
hingga angular, terlapukkan sedang dengan ketebalan rata-rata 1,54 meter.

19
Litostratigrafi daerah penyelidikan dapat disebandingkan dengan formasi Pulau Balang
(Tmpb). Satuan batuan sebagai satuan batuan pembawa batubara (coal bearing
formation) disebandingkan dengan Formasi Pulau Balang yang berumur Miosen Akhir.

3.3.1. Kenampakan Fisik batubara

Kenampakan fisik batubara didaerah penyelidikan mempunyai sifat dan karakteristik


yang relative hampir sama namun dapat dibedakan berdasarkan posisi stratigrafi,
ketebalan, jenis dan letaknya. Secara lateral, di daerah penyelidikan terdapat dua seam,
dan mengingat kajian teknis dan ekonomis, maka data yang disajikan dua seam tersebut.

Seam yang terdapat di daerah penyelidikan diusahakan dapat ditambang, factor


kemenerusan, geometri dan ketebalan menjadi pertimbangan pemilihan seam batubara
yang dapat ditambang. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka semua seam merupakan
seam yang layak untuk ditambang.

3.3.2. Penyebaran Lapisan Batubara di Daerah Penyelidikan

Penyebaran batubara di daerah penyelidikan, secara lateral relatif berarah dari tenggara-
barat laut dengan kemiringan hampir datar berkisar antara 15 o sampai 16o. Evaluasi data
beberapa kelompok hasil interpretasi dan korelasi pemboran di seluruh daerah
penyelidikan, diketahui sebaran lapisan batubara di daerah penelitian sangat di
pengaruhi oleh lingkungan pengendapan sehingga di beberapa tempat atau titik bor
kemenerusan lapisan batubara terpancung (truncated) oleh lapisan pasir, hal tersebut
diperkirakan akibat dari adanya proses wash Out di daerah penyelidikan.

3.3.3. Overburden

Overburden lapisan batubara umumnya disusun oleh batulempung ,batupasir dan


batulumpur. Lempung berwarna abu-abu dengan plastisitas menengah hingga tinggi
dengan sisipan batupasir berwarna abu-abu terang hingga coklat, berbutir halus hingga

20
kasar, mengandung kuarsa, berbutir menyudut tanggung hingga membundar tanggung,
umumnya bersifat kompak.

3.3.4. Sifat dan Kualitas Batubara

Selama Eksplorasi berlangsung telah diambil sebanyak 1 (satu) buah conto batubara,
dikirim ke laboratorium untuk diuji kualitas serta karakteristiknya. Conto batubara
tersebut, dianalisa kualitas di Laboratorium PT SUCOVINDO Samarinda. Berdasarkan
hasil analisa tersebut, kualitas batubara di daerah penyelidikan cukup baik yang
mempunyai karakteristik berwarna hitam, mengkilap, menyudut (angular frc),
kekerasan sedang, tidak mengotori tangan. Kualitas batubara daerah penyelidikan dapat
dilihat sebagai berikut :
- Total Moisture: 29,1 % (ar)
- Moisture: 16,9 % (adb)
- Ash Content: 3,3 % (adb)
- Volatil Matter: 41 % (adb)
- Fixed Carbon: 41,6 (adb)
- Total Sulfur: 0,23 % (adb)
- Gross Calorific Value: 7.216 Kcal/kg (adb)

3.4 Pemboran

Kegiatan pemboran yang dilakukan merupakan pemboran eksplorasi, dengan pola bor
dangkal dan dangkal dengan metoda touch coring. Dengan menggunakan metode ini,
pemboran inti (coring) dilakukan apabila ditemukan tanda-tanda adanya batubara.

Pemboran eksplorasi dilakukan pada beberapa singkapan terpilih sebagai point


observasi dan penulusuran vertica down dip serta vertica strike yang merupakan
kelanjutan dari lapisan batubara tersebur jarak titik bor berkisar 250 hingga 350 m.
Jumlah lubang bor yang Vertikal sebanyak 11 lubang bor, dengan total kedalaman 90
meter, rincian lengkap data lokasi pemboran beserta kedalamannya dapat dilihat dalam
laporan eksplorasi.

21
Evaluasi data pemboran eksplorasi diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
stratigrafi batuan secara vertical, penyebaran lateral lapisan batubara, ketebalan masing-
masing lapisan batubara, ketebalan tanah penutup (interburden) serta pola arah
sebarannya.

Hasil korelasi data pemboran eksplorasi dan evaluasi singkapan batubara hasil pemetaan
geologi rinci, digunakan utntuk parameter perhitungan jumlah cadangan batubara di
daerah penyelidikan.

3.5 Pengukuran Topografi

Pengukuran totpografi dilakukan untuk membuat peta dasar dalam penyelidikan ini
dengan skala 1:50000 khusus untuk daerah prospek 52,96 hektar. Lintasan topografi
berupa polygon tertutup dan beberapa cut line dengan jarak spasi 100 dan jarak out
line 10 meter. Pengukuran topografi di daerah penyelidikan dilakukan dengan
menggunakan alat ukur jenis Total Stasion Tipe Topcon 313.

Toleransi kesalahan pengukuran jarak, azimuth dan ketinggian yang di bolehkan pada
pengukuran topografi di daerah penyelidikan sekitar 5 % dan seluruh data pengukuran
diolah dan direkam dengan system computer.

3.6. Geologi Teknik

Hasil kajian geoteknik adalah geometri lereng (sudut dan tinggi lereng yang mantap
untuk lereng tunggal dan lereng keseluruhan). Selanjutnya, hasil kajian ini dipergunakan
sebagai parameter masukan dalam rancangan tambang.Untuk menentukan geometri
lereng yang mantap, dilakukan analisis kemantapan lereng. Dalam analisis ini
diperlukan data hasil uji laboratorium material pembentuk lereng, yaitu: uji sifat fisik
dan uji sifat mekanik (uji geser langsung).
Tujuan dilakukannya analisis kemantapan lereng penambangan adalah untuk
menentukan geometri (tinggi dan sudut kemiringan) lereng yang mantap. Data masukan
yang digunakan untuk analisis ini adalah keadaan topografi, struktur geologi berupa

22
perlapisan batuan, serta sifat fisik dan mekanik dari batuan pembentuk lereng.

Perhitungan dilakukan untuk lereng tunggal (individual slope), lereng keseluruhan


(overall slope) dan lereng penimbunan tanah penutup. Mengingat luasnya daerah kajian,
maka analisis dilakukan per daerah/blok dengan memaksimalkan data uji laboratorium.
Analisis perhitungan kemantapan lereng, baik lereng keseluruhan atau total (overall
slope), maupun lereng jenjang atau tunggal (individual slope) sebaiknya dilakukan
terhadap setiap titik pemboran, yang datanya disesuaikan dengan kedalaman
maksimum.

Secara teoritis, dalam setiap lereng bekerja dua gaya yang saling berlawanan, yakni
gaya pendorong (stress movement) dan gaya penahan (stress ressistent). Berdasarakan
aspek keteknikan, untuk menilai aman dan tidaknya suatu lereng, perlu ditentukan nilai
Faktor Keamanan (Safety Factor). Terkait dengan kemantapan lereng, nilai Faktor
Keamanan (FK) secara empirik diperoleh dari gaya penahan dibagi oleh gaya
pendorong, yang dinyatakan sebagai persamaan:
Gaya Penahan
FK =
Gaya Pendorong

Selanjutnya, nilai FK (Bowles, 1981) dinyatakan sebagai berikut :


FK < 1,0 : Lereng longsor
FK 1, 0 1,2 : Lereng kondisi kritis
FK > 1,3 : Lereng dianggap aman (stabil)

Tabel 3.1 Data Geotek


Sandstone Mudstone Batubara Claystone
sat (Kn/m3) 23.5 21.2 24.3 21.6
=
coh peak 50.3 41.2 25.7 30
(Kn/m2)=
phi peak. () = 22.87 21.84 21.89 18.7
coh res (Kn/m2) 37.22 30.49 19.018 22.20
=
phi res. () = 18.296 17.472 17.512 14.96

3.7.LerengTunggal (Individual slope)

23
Analisis terhadap lereng tunggal dilakukan untuk geometri bukaan tambang dengan tinggi
lereng maksimum 5 m dan sudut lereng disimulasikan sampai memperoleh tinggi lereng yang
aman.

3.8. Lereng Total (Overall slope)

Analisis terhadap lereng total dilakukan untuk geometri bukaan tambang dengan tinggi lereng
keseluruhan yang direncanakan sebagai berikut:
- High Wall: dengan total tinggi jenjang pit maksimum X m (X kali tinggi lereng tunggal)
dengan berm selebar minimum 15 meter untuk pit aktif yang didesain sebagai jenjang
yang berada dibawah lereng total tersebut, ataupun sesuai perencanaan tahunan, dengan
sudut lereng maksimum 45, dengan FK > 1,3.
- Low Wall: dengan total ketinggian yang menyesuaikan tinggi high wall dengan sudut
lereng dibawah 15 atau sesuai kelerengan zona mineralisasinya, dengan FK >1,3.

3.9. Lereng Timbunan

Lereng timbunan (dumping slope) adalah lereng yang dibentuk material campuran. Maka,
parameter yang digunakan untuk menganalisis lereng timbunan adalah data
gabungan.Mengingat tingkat kepadatan (tanah) timbun relatif belum terkonsolidasi dengan baik
dibandingkan dengan lapisan/sedimen aslinya, maka diperlukan beberapa asumsi, antara lain
adalah:
Tinggi Lereng maksimum Xmeter.
Muka air tanah dianggap sama dengan tanah dasar (mat 2,5 m).
Karakteristik batuan yang digunakan untuk perhitungan lereng timbunan
umumnya adalah 50 70 % dari nilai kohesi semu (Capp) dan sudut geser dalam
semu (app) serta nilai density jenuh (sat).
Geometri lereng untuk:
- Lereng timbunan tunggal dengan tinggi lereng 10 m dan sudut lereng X,
dengan FK > 1,3
- Lereng timbunan total dengan tinggi lereng 30 m dan sudut lereng X,
dengan FK > 1,3

3.10. Kerapatan Vegetasi

Kawasan hutan di area Wilayah Izin Pertambangan yang dimiliki oleh PT. Barakati
Mining, berdasarkan Status lahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi
Kalimantan Timur Tahun 1999 pada kegiatan pertambangan PT. Barakati Mining di
Kecamatan X ini seluruhnya berupa kawasan Hutan Produksi Tetap, dengan area seluas
956,053 Ha.

24
3.11. Cadangan Batubara
3.11.1. Cara penaksiran Cadangan

Kuantitas cadangan batubara di daerah penyelidikan PT. Barakati Mining, dihitung


berdasarkan data hasil evaluasi data ketebalan, sudut kemiringan, korelasi hasil
pemboran dengan singkapan yang ada, serta kesinambungan pelamparannya dalam arah
sejajar jurus/kemiringan lapisan batubara serta berdasarkan posisi stratigrafinya.

Perhitungannya menggunakan metode sayatan melintang dengan menggunakan


program surpac. Proses eksplorasi dilakukan semaksimal mungkin mendekati
kemungkinan yang relevan secara teks book geologi. Untuk perhitungan menggunakan
metode sayatan melintang dengan rumus prismoidal menggunakan program surpac
vision 6.5.1. Adapun penyajian data hasil perhitungan adalah berupa volume batubara
atau overburden per elevasilima meter.

25
Berdasarkan ketentuan SNI, sumberdaya batubara terdiri dari tiga kategori yaitu :
1. Kategori cadangan terukur bila diambil jarak (P) sepanjang 250 meter dari titik data
searah jurus (strike) kearah kiri dan kanan dari titik informasi (singkapan batubara
dan / atau lubang bor).
2. Kategori cadangan terunjuk bila di ambil jarak (P) sepanjang 500 meter dari titik
data searah jurus (strike) kea rah kiri dan kanan dari titik informasi (singkapan
batubara dan / atau lubang bor), di kurangi daerah pengaruh kategori terukur.
3. Kategori cadangan tereka bila di ambil jarak (P) sepanjang 1000 meter dari titik
data searah jurus (strike) ke arah kiri dan kanan dari titik informasi (singkapan
batubara dan / atau lubang bor), di kurangi daerah pengaruh kategori terunjuk.

Batasan yang digunakan di dalam standar tersebut adalah sebagai berikut :


Sumberdaya batubara merupakan endapan batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila
memenuhi kriteria layak secara ekonomi.
Cadangan batubara merupakan bagian dari sumberdaya batubara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya yang telah di kaji
kelayakannya dan dinyatakan ekonomis untuk ditambang.
Keyakinan geologi batubara, adalah tingkat kepercayaan tentang keberadaan
batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi geologi meliputi
ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan batubara, sebaran, struktur,
ketebalan tanah penutup, kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan tingkat
penyelidikan.
Ketebalan lapisan batubara adalah jarak terpendek antara atap dan lantai lapisan
batubara yang diukur dari data singkapan batubara, lubang bor, dan pengamatan
pada tambang aktif.

Sumberdaya batubara yang dihitung pertama kali untuk setiap lapisan batubara yang berada di
bawah tanah (insitu) (Gambar 3.2) berdasarkan atas laporan eksplorasi PT. Barakati Mining
menggunakan rumus dasar yang dikemukakan oleh : Charles E Wier, tahun 1976 adalah dengan
rumus berikut :

C = t x A x SG, Metric Ton

26
dengan :

C = Sumberdaya Batubara, Metric Ton (MT)

t = Ketebalan rata Lapisan Batubara (m)

A = Luas Areal Lapisan Batubara atau A = L x W (m2)

SG = berat Jenis Batubara (Ton/m3)

L = Panjang lapisan Batubara Searah Lurus (m)

W = Lebar Lapisan Batubara

Searah Kemiringan atau W = d sin (m)

d : batas kedalaman Vertikal

: Besar sudut Kemiringan Lapisan Batubara

Gambar 3.2. Metode Perhitungan Sumberdaya Batubara (USGS)

Metode yang dipakai adalah metode cross section, dimana tiap-tiap lapisan batubara dibuat
sayatan per 100 meter (dikumulatifkan dalam per 100 meter) sehingga akan dapat diketahui
masing-masing luasan per sayatan dan kemudian dilakukan perhitungan matematis sesuai

27
dengan rumusan perhitungan yang tersebut di dalam uraian perhitungan cadangan. Luas lapisan
batubara dihitung berdasarkan penyebaran lapisan dari hasil korelasi singkapan dan data
pemboran ke arah lateral maupun vertikal dari modeling dan interpretasi data geologi. Besaran
overburden dihitung dari jumlah material diatas lapisan batubara yang telah diukur dengan
pembatasan yang telah dilakukan pada waktu perhitungan sumberdaya terukur.

Keterangan gambar :

L : Panjang Penyebaran lapisan batubara

W : Lebar Penyebaran Batubara searah kemiringan.

d : Batas Kedalaman Vertikal Penambangan.

: Besarnya sudut kemiringan lapisan batubara

: Besarnya sudut kemiringan lereng tambang

A A : Sayatan Penampang.

Gambar 3.3. Ilustrasi Perhitungan Cadangan Batubara

Berdasarkan kelengkapan data eksplorasi yang dilakukan, maka cadangan batubara di daerah ini
diklasifikasikan menjadi:

1. Cadangan Insitu atau Cadangan batubara Terbukti (Proven Coal Reserves) yang berasal dari
perhitungan sumberdaya batubara terunjuk dan terukur

Parameter yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya terukur adalah:

a. Tebal batubara yang dihitung sebagai cadangan 0,30 meter.

28
b. Tebal parting<0,05 meter dihitung sebagai cadangan.

c. Densitas batubara 1,30 ton/m3.

d. Radius perhitungan cadangan adalah searah panjang down dip dari singkapan/titik bor
dan searah jurus/strike sampai dengan 250 meter.

e. Pemukiman, jalan, sungai dan lahan produktif diabaikan.

2. Cadangan Batubara Tertambang (Mineable Coal Reserves)

Parameter yang digunakan dalam perhitungan cadangan mineable adalah:

a. Tebal batubara yang dihitung sebagai cadangan 0,30 meter.

b. Tebal parting 0,05 meter dihitung sebagai cadangan.

c. Densitas batubara 1,30 ton/m3.

d. Single slope batubara 60 - 70, overall 45.

e. Radius perhitungan cadangan adalah panjang down dip dengan besaran sudut tertentu
dengan batas kedalaman vertical (pit limit) sampai dengan kedalaman 60 - 120 meter
dari permukaan.

f. Pemukiman, jalan, sungai dan lahan produktif telah dibuffer

Perhitungan sumberdaya dalam studi ini didasarkan atas rekonstruksi data permukaan/singkapan
batubara dan data bawah permukaan/hasil dari pemboran serta evaluasi secara geologi. Dari
hasil rekonstruksi data tersebut kemudian dilakukan permodelan dengan metode block model
dengan mengunakan surface 6.2.

Berdasarkan prinsip dan formula di atas dengan menggunakan perhitungan cross section
profiling, dapat di peroleh besarnya cadangan batubara secara geologi di daerah
penyelidikan PT. Petromindo.

3.6.2 Klasifikasi dan Jumlah Cadangan

Hasil perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara di daerah PT. Petromindo


termasuk kedalam kategori cadangan terukur, hal terebut disebabkan karena jarak antar

29
titik informasi tidak lebih dari 250 meter. Cadangan batubara di daerah penyelidikan PT.
Petromindo pada table 3.2.

Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Sumberdaya


Tebal Densi
Sumber rata- Volume ty Tonase
Luas (m2) 3
Daya rata (m ) (ton/ (ton)
(m) m3)
1434833.0 9300109.6 12090142.5
Terukur 6.482 1.3
66 56 53
880383.30 5706351.1 7418256.49
Terunjuk 6.482 1.3
9 48 2
1979997.7 12833685. 16683791.1
Tereka 6.482 1.3
64 507 59

30

Anda mungkin juga menyukai