L
E
H
AMSALI S.
SEMBIRING,SH.M.Hum NIP.
132216099
Amsali S. Sembiring : Dasar Hukum, Prinsip Dan Titik Berat Otonomi Daerah, 2008
USU e-Repository 2008
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2008
Amsali S. Sembiring : Dasar Hukum, Prinsip Dan Titik Berat Otonomi Daerah, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN........................................................................................1
C. PENUTUP..................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran....................................................................................................13
- DAFTAR PUSTAKA................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi lagi atas beberapa
Kabupaten dan kota. Terhadap daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
dari penerapan Otonomi Daerah. Seiring dengan itu tidak mudah pula
1
Republik Indoensia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pasca Amandemen) Paal
1 dan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2)
dikaitkan dengan tantangan masa depan memasuki eraperdagangan bebas
anggaran belanja daerah secara ekonomi wajar, efisien dan efektif termasuk
2
mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun publik.
Amsali S. Sembiring : Dasar Hukum, Prinsip Dan Titik Berat Otonomi Daerah, 2008
USU e-Repository 2008
2
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, (Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 21
Amsali S. Sembiring : Dasar Hukum, Prinsip Dan Titik Berat Otonomi Daerah, 2008
USU e-Repository 2008
B. Dasar Hukum, Prinsip dan Titik Berat Otonomi Daerah
dilihat dari kehadiran seperangkat dasar hukum atau aturan hukum yang
berlaku secara sah dan pada keberadaan suatu pemerintah. Adapun dasar
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang
Republik Indonesia.
c. Undang-Undang
(disempurnakan)
Daerah
Pemerintahan di Daerah.
Indonesia.
2. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
atas dasar asas desentralisasi dan dekonsentrasi juga didasarkan atas asas
a. Asas Desentralisasi
3
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaran Pemerintah Daerah, cetakan
ketiga, (Jakarta : Fokus Media, 2003), hal. 17.
b. Asas Dekonsentrasi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab, ,maka asas dekonsentrasi dapat
4
dianggap sebagai komplemen atau pelengkap terhadap asas desentralisasi.
dan desa dan daerah ke daerah untuk melaksanakan tugas tertentu disertai
4
H. Abubakar Busro dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1985), hal. 147.
5
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 1 angka 9.
kaitannya dengan Otonomi Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan
6
asasdesentralisasi. Hal ini berbeda dengan Otonomi Daerah yang dimaksud
kewajiban bagi daerah dari pada hak. Sedangkan prinsip Otonomi Daerah
daerah adalah Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
berkembang di daerah.
Daerah kota dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dapat dilihat dalam
7
prakarsa dan aspirasi masyarakat.
8
masyarakat, memberdayakan masyarakat, peran serta masyarakat. Hal itu
diperkuat dengan asumsi bahwa daerah Kabupaten dan Daerah Kota secara
9
dengan apa keinginan/kemauan masyarakat. Sehingga dengan demikian
serta masyarakat kemauan dan keinginan daerah akan lebih cepat teratasi
10
dan dapat dipecahkan.
11
berikut :
7
Harry Alexander, Paduan Rancangan Peraturan Daerah di Indonesia, (Jakarta :
Solusindo, 2004), hal. 26
8
Tim Harian Umum Suara Pembaharuan dan Pustaka Sinar Harapan,Otonomi Atau
Federalisasi, diterbitkan oleh Harian Umum Suara Pembaharuan bekerjasama dengan
Pustaka9
Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hal. 80-81
Ibid
10
S.H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah, (Jakarta : Sinar
Harapan, 2001), hal. 35
11
T.B. Silalahi, Otonomi Daerah, Peluang dan Tantangan, (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 2002), hal. 24.
a. Desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
bertanggung jawab.
12
dumber daya, aset dan potensisumber daya yang ada di daerah.
13
Daerah/kawasan/wilayah.
14
pembangunan, namun bukan pemekaran daerah.
12
Andi A. Mallaranggeng, Otonomi Daerah Perspektif Teoritis dan Praktis, Bigraf
Publisihing bekerjasama dengan Fisip Universitas Muhammadiyah Malang, 2000, hal. 62-63.
13
Ibid
14
Ibid
6. Manfaat Dari Otonomi Daerah
15
akan lebih optimal. Hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah
pendapatan daerahnya).
15
Sadu Wasistiono, op.cit.,hal. 19
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten dan Pemerintah Kota Medan sebagai salah satu daerah diberikan
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yitu
nasional yang secara riil tugas dan tanggung jawabdaerah tersebut. Dalam
Busro H. Abubakar dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 1985),