Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No.

1
ISSN : 1978 - 0303

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN LAMA PEMYIMPANAN TERHADAP


KUALITAS FISIK SUSU FERMENTASI

The Effect of Sugar Addition and Time of Storage on Physical Quality of Fermented Milk

Ice Gianti1 Herly Evanuarini2

2)
Alumni Universitas Islam Kadiri Kediri
2)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

diterima 18 Agustus 2010; diterima pasca revisi 5 Februari 2011


Layak diterbitkan 28 Maret 2011

ABSTRACT

Fermented milk is one of processing milk used one or more microorganism. The
objectives of the research were to find out the effect of sugar addition and time of storage on
physical quality of fermented milk. This research was using factorial Randomized Block
Design. The combination of sugar addition 20% and time of storage for 4 days produced
fermented milk which gave the standard of Indonesian Industry Fermented milk. It had the
following properties: pH (3.8), acidity (0.85) and viscositiy (150 cps)

Key words : sugar, time of storage, fermented milk

PENDAHULUAN menguntungkan seperti memberi rasa,


aroma, tekstur, meningkatkan daya cerna
Susu merupakan salah satu bahan dan daya simpan (Brian, 1985).
pangan yang mengandung zat-zat makanan Fermentasi susu adalah salah satu
yang penting bagi manusia, yaitu protein, bentuk pengolahan susu dengan
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. melibatkan aktivitas satu atau beberapa
Susu mempunyai sifat perishable, yaitu spesies mikroorganisme yang
mudah mengalami kerusakan karena dikehendaki. Proses fermentasi tersebut
merupakan media yang baik bagi dapat mengubah laktosa menjadi glukosa
pertumbuhan mikroorganisime. dan galaktosa sehingga lebih mudah
Fermentasi merupakan cara tertua dicerna. Hal ini sangat baik terutama untuk
disamping pengeringan, yang penderita lactose intolerance. Fermentasi
dipraktekkan untuk tujuan pengawetan juga dapat menghasilkan asam laktat,
dan pengolahan pangan. Penelitian alkohol dan senyawa lain yang dapat
dibidang fermentasi pangan telah memberi aroma, rasa dan tekstur yang khas
mengungkap bahwa melalui proses dan relatif lebih baik serta dapat
fermentasi, bahan pangan akan mengalami menghambat pertumbuhan
perubahan-perubahan fisik dan kimia yang

28
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

mikroorganisme lain yang tidak tahan susu fermentasi adalah sukrosa atau
asam atau alkohol (Brian, 1985). glukosa dalam bentuk padat atau sirup.
Contoh produk susu fermentasi gula sebagai bahan pengawet, gula dapat
adalah yogurt, yakult dan kefir dimana menurunkan Aw dari bahan pangan
sebagian besar mikroorganisme yang sehingga mirkoorganisme dapat terhambat
digunakan sebagai starter adalah bakteri pertumbuhannya.
penghasil asam laktat. Susu fermentasi
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu MATERI DAN METODE
bahan baku harus bebas antibiotika atau
residu-residu penghambat lain karena Materi yang digunakan dalam
dapat menghambat perkembangan starter. penelitian ini adalah susu fermentasi. Susu
Perkembangan starter yang terhambat segar diperoleh dari KUD Dau Malang.
dapat menyebabkan perkembangan Starter Lactobacillus Bulgaricus diperoleh
keasaman dan aroma yang jelek. Kondisi dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas
pemeraman harus benar-benar Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
diperhatikan karena kondisi yang Bahan-bahan yang digunakan adalah gula
kurang baik dapat mempengaruhi pasir, NaOH 0,1 N, indikator
perkembangan starter dan cacatnya produk. phenolphtalein, aquades, larutan buffer.
Kondisi keasaman dapat memberikan Peralatan yang digunakan dalam
kondisi yang baik bagi perkembangan penelitian ini adalah termometer, gelas,
bakteri coliform yang menghasilkan gas beaker, kaca pengaduk, corong, aluminium
dengan cepat dan aroma yang tidak enak. foil, kertas penyaring, pipet tetes
Pemecahan masalah ini adalah waktu erlenmeyer, buret, statik, timbangan analitis,
penyimpanan dan suhu rendah harus lemari es, pH meter dan viskometer.
dilakukan secepatnya setelah proses Metode yang digunakan dalam
fermentasi dengan tujuan untuk penelitian ini adalah metode percobaan
menghentikan proses fermentasi yaitu pada dengan Rancangan Acak Kelompok dengan
suhu 4C (Sudarmadji dan Kuswanto, dua faktor perlakuan. Faktor pertama
1989). Pada suhu tersebut susu fermentasi penambahan gula 15% b/v, 20% b/v dan
dapat disimpan sampai 2 minggu, tetapi 25% b/v. Faktor kedua adalah lama
derajat keasaman akan naik sehingga penyimpanan 2 hari, 4 hari dan 6 hari.
flavornya akan berubah. Pada suhu 5C Variabel yang diamati pH, keasaman dan
susu fermentasi dapat disimpan sampai 10 viskositas
hari, sedangkan pada suhu 10C dapat Proses pembuatan susu fermentasi
bertahan selama 3 hari (Rogers et al., dalam penelitian ini dilakukan dengan
2010). metode Kosikowski (1982) yang sudah
Salah satu sifat umum yang dimiliki dimodifikasi yaitu sebagai berikut :
susu fermentasi adalah mempunyai rasa Susu segar dipasteurisasi pada suhu 85oC
asam dan daya simpanriya pendek, dipertahankan selama 15 menit, diturunkan
sehingga perlu dilakukan penelitian suhunya sampai 37oC, selanjutnya
penambahan gula dengan tujuan untuk diinokulasi dengan Starter Lactobacillus
memperbaiki flavor (rasa dan bau) Bulgaricus 30 ml per liter susu kemudian
sehingga lebih disenangi serta erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil
memperpanjang daya simpan. Gula selanjutnya diperam selama 24 jam, setelah
apabila ditambahkan kedalam bahan itu dilakukan penambahan gula sesuai
pangan dengan konsentrasi 30% padatan perlakuan dan disimpan pada kulkas 5oC
terlarut maka Aw dari bahan pangan selama dua hari, 4 hari dan 6 hari. Analisa
tersebut akan berkurang Bahan pemanis dilakukan meliputi pH, keasaman dan
yang dapat ditambahkan dalam produk viskositas.

29
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Data yang diperoleh dianalisis mikroorganisme mengalami plasmolisis


dengan menggunakan analisis ragam, sehingga perkembangbiakannya terlambat.
apabila hasil analisis tersebut menunjukkan Data dalam Tabel 1
perbedaan, maka akan dilanjutkan dengan menunjukkan semakin lama
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan penyimpanan cenderung menurunkan
pH susu fermentasi. Perlakuan L3
dengan selang kepercayaan 5%.
memberikan rataan pH yang lebih rendah
(Yitnosumarto,1993). dibanding perlakuan L1 dan L2. Hal ini
disebabkan starter Lactobacillus
HASIL DAN PEMBAHASAN Bulgaricus masih aktif dan menghasilkan
asam laktat. Semakin lama penyimpanan
pH berarti semakin memberi kesempatan bagi
Pengaruh perlakuan terhadap pH bakteri asam laktat untuk mengubah
susu fermentasi disajikan pada Tabel 1. laktosa menjadi asam laktat, sehingga ion
hidrogen bebas dalam susu fermentasi
Tabel 1. Nilai rata-rata pH susu fermentasi akan meningkat. Meningkatnya jumlah
pada masing-masing perlakuan asam laktat ini dapat menurunkan pH
Lama Penyimpanan karena semakin banyaknya konsentrasi
Gula L1 L2 L3 Rata -Rata ion H+. Purnomo dan Padaga (1993)
(2 hari) (4 hari) (6 hari) menyatakan bahwa pH ditentukan oleh
G1 (15% b/v) 0,77 0,83 0,88 3,73 a aktifitas ion hidrogen bebas (H+) dalam
G2 (20% b/v) 0.73 0,85 0,87 3,79 b molekul air perliter suatu larutan.
G3 (25% b/v) 0,68 0,72 0,74 3,83 c Perlakuan interaksi antara
Rata-rata 3,82x 3,79y 3,75z pemberian gula dan lama penyimpanan
dari analisis ragam tidak memberikan
Keterangan: pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap
Notasi yang berbeda (a,b,c) pada kolom/ baris nilai pH susu fermentasi. Hal ini
yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang disebabkan selama penyimpanan di dalam
nyata (P<0,05) pada pemberian gula kulkas, mikroorganisme yang ada dalam
susu fermentasi masih dapat tumbuh dan
melakukan aktivitas fermentasi untuk
Hasil analisis ragam mengubah laktosa menjadi asam laktat,
menunjukkan bahwa perlakuan sehingga jumlah asam laktat akan
pemberian gula memberikan perbedaan meningkat dan menyebabkan menurunnya
pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pH. Kondisi asam ini akan menunjang
pH Susu Fermentasi. Tabel 1 pertumbuhan bakteri karena
menunjukkan bahwa semakin banyak memanfaatkan asam yang ada menjadi
pemberian gula maka cenderung sumber karbon dan energi, sehingga
meningkatkan pH susu fermentasi. terjadi penurunan pH. Nilai pH tertinggi
Perlakuan G3 memberikan rataan pH lebih diperoleh dari perlakuan G3Ll, yaitu 3,87
besar dari pada G1 dan G2. Hal ini sedangkan pH terendah diperoleh dari
disebabkan semakin tinggi kadar gula perlakuan G1L3, yaitu 3,70. Hal ini
maka akan menyebabkan penurunan disebabkan karena pada penyimpanan
aktivitas bakteri/ starter, sehingga 6 hari proses fermentasi masih
pembentukan asam laktat dari laktosa berlangsung untuk mengubah laktosa
semakin menurun pula. Hal tersebut menjadi asam laktat.
sesuai dengan pernyataan Winarno dkk
(1980) jika bakteri, khamir dan kapang Keasaman
ditempatkan dalam larutan gula yang Pengaruh perlakuan terhadap
pekat maka air dalam sel akan keluar keasaman susu fermentasi disajikan pada
menembus membran dan mengalir Tabel 2.
kedalam larutan gula, peristiwa ini dikenal Tabel 2 menunjukkan bahwa
dengan osmosis dan dalam hal ini sel semakin banyak pemberian gula maka

30
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

cenderung menurunkan keasaman susu asam-asam yang mudah menguap dan


fermentasi, perlakuan G3 memberikan pecahnya fosfat organik yang terdapat
rataan keasaman yang lebih rendah didalam kasein yang dapat menghasilkan
dibanding perlakuan G1 dan G2. Hal ini asam, serta pertambahan ion hidrogen bebas
disebabkan karena semakin tinggi kadar menyebabkan keasaman semakin
pemberian gula maka akan menyebabkan meningkat.
penurunan aktivitas bakteri starter Perlakuan interaksi antara pemberian
sehingga pembentukan asam laktat dari
gula dan lama penyimpanan dari analisis
laktosa juga semakin menurun. Winarno
dkk (1980) menyatakan jika bakteri, ragam tidak memberikan perbedaan
khamir dan kapang ditempatkan dalam pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap nilai
larutan gula yang pekat, maka air dalam keasaman susu fermentasi. Hal ini
sel akan keluar menembus membran dan disebabkan selama penyimpanan dalam
mengalir ke dalam larutan gula, peristiwa kulkas, mikroorganisme yang ada dalam
tersebut dikenal dengan Osmosis, dan susu fermentasi masih tumbuh dan
keadaan ini sel mikroorganisme mengalami melakukan aktifitas fermentasi untuk
plasmolisis sehingga mengubah laktosa menjadi asam laktat,
perkembangbiakannya terhambat. meningkatnya jumlah asam laktat
menyebabkan meningkatnya keasaman
Tabel 2. Nilai rata-rata keasaman susu (Kosikowski, 1982). Kondisi asam ini akan
fermentasi pada masing-masing dimanfaatkan oleh bakteri untuk
perlakuan. pertumbuhan sebagai sumber energi dan
Pemberian Lama Penyimpanan Rata -Rata
Gula L1 L2 L3
karbon, sehingga terjadi peningkatan
(2 hari) (4 hari) (6 hari) keasaman. Keasaman tertinggi diperoleh
G1 (15% b/v) 0,77 0,83 0,88 0,83 a dari perlakuan G1L3, yaitu 0,88, sedangkan
G2 (20% b/v) 0,73 0,85 0,87 0,82 b keasaman terendah diperoleh dari perlakuan
G3 (25% b/v) 0,68 0,72 0,74 0,71 c G3L1, yaitu 0,68.
Rata-rata 0,73 0,8 y
0,83 z Nilai keasaman yang mempunyai
Keterangan: kualitas terbaik diperoleh dari perlakuan
Notasi yang berbeda (a,b,c) pada kolom/ baris G2L2, yaitu 0,85 Hal ini sesuai dengan
yang sama menunjukkan adanya perbedaan standar industri Indonesia yang menyatakan
perbedaan yang nyata (P<0,05) pada pemberian bahwa susu fermentasi mempuayai
gula keasaman 0,8-0,95 persen.

Viskositas
Data dalam Tabel 2 menunjukkan Pengaruh Perlakuan Terhadap
semakin lama penyimpanan cenderung Viskositas Susu Fermentasi disajikan pada
menaikkan keasaman susu fermentasi. Tabel 3.
Perlakuan L3 memberikan rataan
keasaman yang lebih tinggi dibanding Tabel 3. Nilai rata-rata viskositas susu
perlakuan L1 dan L2. Hal ini disebabkan fermentasi pada masing-masing
starter Lactobacilus Bulgaricus masih aktif perlakuan.
dan menghasilkan asam laktat. Asam laktat Gula Lama Penyimpanan Rata -Rata
ini menyebabkan meningkatnya keasaman L1 L2 L3
(2 hari) (4 hari) (6 hari)
(Kosikowski, 1982). Asam laktat ini
G1 (15% b/v) 144 137 128 136 a
selanjutnya dapat meningkatkan keasaman G2 (20% b/v) 160 150 142 151 b
karena semakin banyak ion hidrogen.(H+). G3 (25% b/v) 171 159 145 158 c
Menurut Adnan (1984), timbulnya ion H+
Rata-rata 159x 142y 126z
dapat disebabkan oleh terjadinya
Keterangan:
dekomposisi laktosa menghasilkan

31
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Notasi yang berbeda (a,b,c) pada kolom/ baris didapat pada perlakuan G1L3 yaitu 124 cps.
yang sama menunjukkan adanya perbedaan Hal ini disebabkan karena pada
perbedaan yang nyata (P<0,05) pada pemberian penyimpanan 6 hari protein dalam susu
gula fermentasi terutama kasein telah banyak
didegradasi lebih lanjut oleh enzim-enzim
Data dalam Tabel 3 menunjukkan proteinase yang dihasilkan oleh
bahwa perlakuan G3 memberikan viskositas mikroorganisme. Menurut Brian (1985),
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan G1 enzim proteinase selain terdapat secara
dan G2. Hal ini disebabkan karena semakin alami dalam susu juga dihasilkan oleh
tinggi tingkat pemberian gula maka aktifitas berbagai species bakteri, kapang dan
air dalam susu fermentasi akan berkurang, khamir. Nilai viskositas susu fermentasi
sehingga akan menyebabkan peningkatan akan lebih baik apabila tidak terlalu kental
viskositas. Buckle et al. (1987) menyatakan atau terlalu encer sehingga kenampakan
bahwa apabila gula ditambahkan ke dalam susu fermentasi lebih baik, hal ini tercapai
bahan pangan dengan konsentrasi tinggi pada perlakuan penambahan gula 20%
menyebabkan sebagian air berrkurang yang dengan lama penyimpanan 4 hari yaitu
ada menjadi tidak tersedia untuk viskositas 150 cps.
mikroorganisme dan Aw bahan pangan
berkurang. Daya larut gula yang tinggi,
kemampuan mengurangi keseimbangan KESIMPULAN
kelembaban relatif dan mengikat air adalah
sifat-sifat yang menyebabkan sukrosa Kesimpulan
dipakai dalam pengawetan bahan makanan. Kesimpulan yang dapat diambil dalam
Sukrosa mempunyai laju kelarutan yang penelitian ini adalah sebagai berikut:
tinggi, semakin kecil ukuran partikel 1. Perlakuan penambahan gula dan lama
semakin cepat gula larut (Winarno dkk, penyimpanan berpengaruh sangat
1980) nyata terhadap pH, keasaman dan
Perlakuan L3 memberikan viskositas viskositas. Interaksi perlakuan
yang lebih rendah dibanding perlakuan L1 penambahan gula dengan lama
dan L2. Hal ini disebabkan semakin lama penyimpanan berpengaruh nyata
penyimpanan maka protein terutama kasein terhadap viskositas.
akan mengalami pemecahan lebih lanjut 2. Semakin tinggi penambahan gula akan
menjadi senyawa-senyawa sederhana oleh meningkatkan pH dan viskositas tetapi
aktivitas enzim proteinase yang dihasilkan akan menurunkan keasaman. Semakin
mikroorganisme sehingga menurunkan lama penyimpanan akan meningkatkan
viskositas. Menurut Bourne (1982), faktor- keasaman tetapi menurunkan pH dan
faktor yang mempengaruhi viskositas adalah viskositas.
suhu, konsentrasi larutan, berat molekul 3. Perlakuan pemberian gula 20% dan
larutan, tekanan dan bahan terlarut. Adanya lama penyimpanan 4 hari dapat
perbedaan lama penyimpanan yang menghasilkan susu fermentasi yang
digunakan menyebabkan viskosilas yang mempunyai kualitas yang baik yaitu
dihasilkan juga berbeda. pH 3,80, keasaman 0,85 dan
Perlakuan interaksi antara gula dan viskositas 150 Cps.
lama penyimpanan dari hasil analisis
ragam memberikan perbedaan pengaruh
yang nyata (P<0,05) terhadap nilai Saran
viskositas susu fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian
Viskositas tertinggi yaitu 171 cps di disarankan menggunakan penambahan gula
dapat dari perlakuan G3L3, yang terendah 20% dan lama penyimpanan 4 hari untuk

32
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

mendapatkan susu fermentasi dengan pH,


keasaman dan viskositas yang memenuhi
Standar Industri Indonesia, dengan
spesifikasi alat, bahan dan proses
pembuatan seperti pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., 1984. Kimia dan Teknologi


Pengolahan Air Susu. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Gadja
Mada. Yogyakarta.
Bourne, M.C. 1982 Food, Texture and
viscosity concept and Measurement
Academic Press. London .
Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet
and N. Wooton. 1987. Food science
(Diterjemahkan oleh Purnomo dan
Adiono dalam Ilmu pangan) UI Press
Jakarta.
Brian, J. B. W. 1985. Microbiology of
Fermented Food Elsevier Applied
Science Publisher. New York.
Kosikowski, F., 1982 Cheese and Fermented
Milk Food. F.V kosikowski Asociates
Brooktondale. NY.
Purnomo, H. dan M. Padaga, 1993 Susu dan
Produk Olahannya. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
Rogers, J.A., L.D. Muller, T.J. Snyder and
T.L. Maddox. 2010. Milk Production,
Nutrient Digestion, and Rate of
Digesta Passage in Dairy Cows Fed
Long or Chopped Alfalfa Hay
Supplemented with Sodium
Bicarbonate. Journal of Dairy Science,
68 (4): 868-880.
Sudarmadji dan K.R. Kuswanto, 1989
Proses Proses Mikrobiologi Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Universitas Gadja Mada
Yogyakarta.
Winarno., F.G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz.
1980. Pengantar Teknologi Pangan
Gramedia.

33

Anda mungkin juga menyukai