Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No.

2 / Agustus 2012

Niat Penggunaan Kondom pada Komunitas Waria di Kota Ternate

Nur Eda *), Bagoes Widjanarko **), Laksmono Widagdo**)


*)
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ternate di Ternate
Korespondensi: edanureda@yahoo.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Pada tahun 2008 sampai dengan 2009, di Kota Ternate terdapat 3 orang waria positif HIV/
AIDS dan 7 lainnya memiliki gejala gejala yang diduga gejala HIV/AIDS, dan pada tahun
2011(November) ditemukan 2 orang waria meninggal dengan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat penggunaan kondom pada komunitas
waria di kota Ternate. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan
xxplanatory research dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel sebanyak 135 orang
waria. Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi-square dan multivariat
dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (55.6%) berniat
menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap niat penggunaan kondom pada komunitas waria di kota Ternate adalah adanya
persepsi kerentanan terhadap penularan IMS dan HIV/AIDS. Variabel yang berhubungan
terhadap niat penggunaan kondom adalah persepsi kerentanan terjangkit IMS dan HIV/AIDS
dan persepsi kemampuan diri. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Ternate agar
meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya waria dengan cara meningkatkan sosialisasi
tentang pengertian, penularan dan pencegahan HIV/AIDS dalam program pencegahan
penularan IMS dan HIV/AIDS.
Kata Kunci : niat, penggunaan pondom, waria .

ABSTRACT
The Factors Influencing Intention Of Condom Use At Transvestite Community In Ternate
City; People with HIV / AIDS in Ternate city tend to increase from the year 2007 are amounted
3 people, in 2008 are five people, in 2009 are 8 people, in 2010 are 10 people, and in 2011
(November) are 9 people. In the year of 2008 to 2009 based on information from NGOs Kiaraha
transvestites there are 10 people died, 3 people positive HIV / AIDS and other 7 had symptoms
of suspected the symptoms of HIV / AIDS, and in 2011 discovered two transsexual people died
with HIV / AIDS. Transvestites are high risk group that are vulnerable of sexually transmitted
infections because they have number of sexual partners more than other group . This aim of
study to determine the factors that influence of intention of condom use at transvestite community
in ternate city.This study used quantitative methods with explanatory research and cross sectional
approach. The sample size is 135 peoples. Data analysis used univariat analysis, bivariate analysis
with cross tabulation and chi square and Multivariate logistic Regression. The results showed
most respondents (55,6%) intend to use condom during sexual intercourse. The factors that
most influence of intention to use condom at transvestite community in Ternate City is the
perception of vulnerability of sexually transmitted infections and HIV/AIDS, Variable that related
to the intention of condom use is the perception of vulnerability contracting sexually transmitted
infections and HIV/AIDS, and ability of self perception. To increase knowledge of community

174
about transmission and prevention of HIV / AIDS, Ternates health department must give
socialization and counselling to communities especially transvestites about condom use and
sexually transmitted infection and HIV/AIDS
Keywords: intention,condom use, ttansvestite.

PENDAHULUAN dengan kehidupan seksual laki-laki maupun


Dewasa ini, Acquired Immune Deficiency perempuan pada umumnya, bahkan diantara
Syndrom (AIDS) merupakan salah satu masalah kaum homoseksual sekalipun. Mereka juga
kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. butuh pasangan dalam melakukan aktifitas
Penyakit ini memang mempunyai angka kematian seksual. Para waria tersebut juga memiliki
yang tinggi dimana hampir semua penderita AIDS pasangan atau pacar atau lekong dari pria yang
meninggal dalam waktu lima tahun sesudah sudah beristri. Walaupun hal ini dilakukan secara
menunjukkan gejala pertama AIDS. Kasus AIDS sembunyi-sembunyi namun fenomena ini banyak
yang pertama dilaporkan di Amerika Serikat ditemukan dikalangan waria. Kehidupan seksual
pada tahun 1981 terjadi pada pria homoseksual, yang cenderung berbeda ini mengakibatkan
begitu pula pada tahun 1983 ketika virus terbentuknya suatu gaya hidup seksual waria
perantaranya ditemukan pada seorang gay yang (KPA, 2010).
menderita pembesaran kelenjar limfa. Oleh Gaya hidup seksual (sexual lifestyle) waria
karena itu, pada awal munculnya sindroma ini, merupakan perilaku seksual waria yang melekat
AIDS-CDC menamakan kumpulan gejala ini dalam dirinya yang dipengaruhi oleh lingkungan
sebagai penyakit infeksi kaum gay atau GRID sosial dan budaya yang ada disekitarnya serta
(Gay Related Infectious Disease. Kasus AIDS berdampak pada kesehatannya. Gaya hidup
pertama di Indonesia adalah kasus AIDS yang seksual para waria tercermin dalam melakukan
terdeteksi pada seorang wisatawan Belanda di aktifitas seksualnya, seperti berganti ganti
RS Sanglah, Denpasar, Bali, 1987. Pengakuan pasangan, tidak menggunakan kondom serta
ini bermuatan politis, sekaligus mengukuhkan melakukan seks anal dan oral. Dalam hal
mitos (anggapan yang salah), yaitu: AIDS pasangan seksual, bagi waria memiliki pacar atau
penyakit bule, AIDS dibawa dari luar negeri, dan suami setidaknya untuk memenuhi dua
AIDS penyakit homoseksual (Depkes,1991; kebutuhan, yakni melepaskan nafsu seksual dan
KPA, 2010). memperoleh pasangan hidup. Tidak ada
Data Surveilans Terpadu HIV dan Prevalensi perbedaan pengertian antara pacar dan suami
perilaku (STHP) menunjukan prevalensi terpadu secara formal, karena di antara mereka sama-
HIV pada populasi kunci yaitu pengguna Napza sama tidak memiliki ikatan yang legal. Satu
suntik sebanyak 52,4%, Waria sebanyak 24,4%, perbedaan mendasar antara pacar dan suami,
WPS langsung sebanyak 10,4 %, dan Laki pacar dalam pengertian mereka adalah laki-laki
laki seks dengan lakilaki (LSL) sebanyak 5,2%, yang menjadi kekasih mereka dan tidak tinggal
WPS tidak langsung sebanyak 4,6%, serta serumah. Sebaliknya, laki-laki yang menjadi
pelanggang WPS sebanyak 0,8% (STHP 2007). kekasih waria dan kemudian tinggal serumah,
Waria walaupun bukan kelompok tertinggi, tetapi biasa disebut suami (Puspitosari, 2005).
merupakan kelompok risiko tinggi penularan Dari kondisi yang dipaparkan diatas, sebagai
IMS dan HIV/AIDS, dimana selain kehidupan kelompok yang dianggap menyimpang oleh
waria yang cenderung berkelompok, kehidupan masyarakat dan keluarga mereka, dan diperparah
seksual kaum waria memiliki tradisi yang berbeda lagi dengan jumlah mereka yang minoritas

175
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

mengakibatkan kehidupan waria tidak pernah sampai dengan 2009 terjadi kematian berturut
lepas dari tekanan sosial berupa stigma dan turut 10 orang anggota komunitas waria
diskriminasi baik oleh orang terdekat mereka dengan 3 positif HIV/AIDS dan 7 orang yang
dalam hal ini adalah keluarga maupun oleh lain dengan tanda tanda AIDS yaitu, sakit lama
masyarakat dalam bentuk cemooh, cibiran, disertai tumbuh jamur dimulut dan berat
pengusiran sampai dengan pelecehan seksual. badannya turun drastis, tahun 2011 ditemukan
Tekanan-tekanan sosial ini menyebabkan 2 orang waria meninggal dengan AIDS.
kehidupan waria sangat rentan dan beresiko Berdasarkan survey pendahuluan yang
dengan terjadinya kekerasan psikologis dan dilakukan peneliti pada tanggal 10 Januari sampai
seksual yang berdampak terhadap kemungkinan dengan 29 Februari 2011 menggunakan metode
penularan dan penyebaran penyakit IMS dan wawancara dengan kuesioner sederhana,
HIV/AIDS (Puspitosari, 2005).. didapatkan dari 30 orang waria 26 (83,9%)
Ternate adalah kota yang memiliki sering melakukan hubungan seks tanpa
transportasi Pelabuhan besar yang menggunakan kondom, 25 (80,6%) mengatakan
menghubungkan Kota Papua dimana kota malu untuk membeli kondom, 28(90,3%) pernah
epidemi HIV/AIDS yang mengalami pergerakan mengalami kencing nanah, 26 (83,9%) diobati
kearah generalized dengan prevalensi HIV dengan cara tradisional atau mengkonsumsi
sebesar 2,4% dan kota Manado yang memiliki antibiotik tanpa resep dokter, dan 27(87,1%)
kasus HIV/AIDS cukup tinggi diwilayah sering berganti ganti pasangan. Waria waria
Indonesia Timur (STHP 2007). Kota Ternate tersebut bekerja sebagai pekerja salon yang
mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS dari memiliki mobilitas tinggi ( berpindah pindah
tahun 2007 sebanyak 3 orang, tahun 2008 tempat dari pulau satu ke pulau yang lain karena
sebanyak 5 orang, tahun 2009 sebanyak 8 orang kota Ternate merupakan kota kepulauan). Hal
tahun 2010 sebanyak 10 orang dan tahun 2011 tersebut mereka lakukan karena alasan ekonomi
(hingga bulan November) yang terdeteksi HIV dan kepuasan biologis. Aktivitas seks mereka
sebanyak 9 orang. Total penderita HIV/AIDS umumnya adalah seks anal dan oral. Partner seks
tahun 2007 sampai dengan 2011 yaitu 35 orang. mereka yakni heteroseksual baik yang belum
Bukan tidak mungkin kondisi yang sebenarnya berkeluarga maupun yang sudah berkeluarga.
jauh lebih besar dari angka tersebut. Karena Dari hasil pengamatan peneliti Kondom di kota
penderita HIV/AIDS merupakan fenomena Trnate tidak dijual bebas hanya dapat dibeli di
gunung es yakni bila menemukan 1 orang maka apotek. Prilaku seksual tersebut merupakan pintu
100 150 yang terinfeksi HIV/AIDS yang belum masuk bagi penularan IMS dan HIV pada
diketahui. Berdasarkan data dari klinik IMS kelompok waria.
Jelita Kota Ternate dari bulan Oktober sampai Berdasarkan data tersebut maka peneliti
November 2011 didapatkan 15 penderita IMS, tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor
8 orang ibu rumah tangga dan 7 orang lainnya faktor yang mempengaruhi niat penggunaan
dari kalangan waria (DKK, 2009). kondom pada komunitas waria di Kota Ternate.
Berdasarkan data dari LSM Kiaraha
Srikandi terjadi kenaikan jumlah komunitas METODE PENELITIAN
waria pertahunnya. Dari tahun 2007, berjumlah Jenis penelitian ini adalah penelitian
45 orang, tahun 2008 berjumlah 75 orang, tahun observasional dengan pendekatan cross
2009 berjumlah 100 orang dan tahun 2010 sectional. Pelaksanaan penelitian dilakukan di
meningkat menjadi 135 orang dengan Kota Ternate dari tanggal 1Mei 2011 sampai
pekerjaan sebagian besar salon. Tahun 2008 tanggal 30 Juli 2011. Jumlah sampel sebanyak

176
135 orang waria jangkauan LSM Kiaraha (17.8%) responden yang memiliki pengetahuan
Srikandi. Instrument pengumpulan data pada tentang kondom dengan kategori baik. Dalam
penelitian berupa kuesioner sebagai alat penelitian ini didapatkan bahwa responden
wawancara peneliti yang telah dilakukan uji dengan kategori pengetahuan tentang kondom
validitas dan reliabilitas. Pengambilan data kategori baik proporsi yang berniat menggunakan
variable bebas penelitian ini, yaitu data kondom secara konsisten saat melakukan
karakteristik responden (usia, pendidikan, hubungan seks (62.5%) lebih besar daripada
pekerjaan), pengetahuan (kondom,IMS dan kategori pengetahuan tentang kondom yang
HIV/AIDS), persepsi (kegawatan,kerentanan, kurang (54.1%).
respon efektif, kemampuan diri serta variable Analisis bivariat menunjukan bahwa secara
terikat yaitu niat penggunaan kondom secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara
konsisten melalui wawancara dengan responden. variabel pengetahuan tentang kondom dengan
Pengolahan data, melalui empat tahapan yaitu niat menggunakan kondom secara konsisten pada
: editing, coding, entry, dan cleaning data. Data saat hubungan seks (p=0.450) dimana p>0.05.
yang telah diolah kemudian dilakukan analisis Pengetahuan tentang IMS
secara kuantitatif, dalam hal ini analisa yang Dari hasil penelitian didapatkan (54.1%)
dipergunakan adalah analisis univariat untuk responden yang memilki pengetahuan tentang
memperoleh gambaran tentang frekuensi dari IMS dengan kategori baik dan (45.9%)
tiap variable baik variable dependent maupun responden yang memiliki pengetahuan tentang
variable independent, analisis bivariat yaitu IMS dengan kategori kurang. Dalam penelitian
untuk mengetahui hubungan antara variable ini didapatkan bahwa responden dengan kategori
dependent dan variable independent, dengan pengetahuan tentang IMS kategori baik proporsi
menggunakan uji korelasi chi square dan analisis yang berniat menggunakan kondom secara
multivariate yaitu digunakan untuk mengetahui konsisten saat melakukan hubungan seks
faktor yang paling berpengaruh terhadap niat (56.2%) lebih besar daripada kategori
penggunaan kondom secara konsisten dengan pengetahuan tentang IMS yang kurang (54.8%).
menggunakan analisis regresi logistik . Hasil bivariat menunjukan bahwa secara statistik
tidak ada hubungan antara pengetahuan
HASIL responden tentang IMS dengan niat
Karakteristik responden menggunakan kondom pada waria saat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan melakukan hubungan seks (p=0.877).
umur responden terbanyak adalah pada Pengetahuan tentang HIV/AIDS
kelompok umur 20 24 tahun (23.7%) dan yang Dari hasil penelitian didapatkan (57.8%)
terkecil pada kelompok umur 55 59 tahun, responden yang memilki pengetahuan tentang
pendidikan responden terbanyak yaitu HIV/AIDS dengan kategori baik dan (42.2%)
pendidikan menengah (61.5%) dan terendah responden yang memiliki pengetahuan tentang
responden dengan pendidikan tinggi (16.3%) HIV/AIDS dengan kategori kurang. HIV/AIDS
dan pekerjaan responden terbanyak sebagai kategori kurang proporsi yang berniat
tukan salon (83.0%) dan (3.0%) responden yang menggunakan kondom secara konsisten saat
tidak memiliki pekerjaan. melakukan hubungan seks (56.1%) lebih dari
Pengetahuan tentang Kondom pada kategori pengetahuan tentang HIV/AIDS
Dari hasil penelitian didapatkan (82.2%) yang baik (55.1%). Hasil bivariat menunjukan
responden yang memilki pengetahuan tentang bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara
kondom dengan kategori kurang dan hanya pengetahuan responden tentang HIV/AIDS

177
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

dengan niat menggunakan kondom secara niat menggunakan kondom secara konsisten pada
konsisten pada saat melakukan hubungan seks waria saat melakukan hubungan seks (p=0.225).
(p=0.907). Persepsi Terhadap Kerentanan Penyakit
Persepsi Terhadap Keparah Penyakit IMS IMS dan HIV/AIDS
dan HIV/AIDS Dari hasil penelitian didapatkan (59.3%)
Dari hasil penelitian didapatkan (69.6%) responden yang memilki persepsi kerentanan
responden yang memilki persepsi keparahan dengan kategori baik dan (40.7%) responden
dengan kategori baik dan (30.4%) responden yang memiliki persepsi kerentanan dengan
yang memiliki persepsi keparahan dengan kategori kurang.
kategori kurang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden dengan kategori persepsi kerentanan
responden dengan kategori persepsi keparahan penyakit IMS dan HIV/AIDS kategori baik
penyakit IMS dan HIV/AIDS kategori kurang proporsi yang berniat menggunakan kondom
proporsi yang berniat menggunakan kondom secara konsisten saat melakukan hubungan seks
secara konsisten saat melakukan hubungan seks (66.2%) lebih besar daripada kategori kurang
(63.4%) lebih besar dari pada kategori baik (40.0%).
(52.1%). Hasil uji bivariat menunjukan bahwa secara
Hasil uji bivariat menunjukan bahwa secara statistik ada hubungan antara persepsi kerentanan
statistik tidak ada hubungan antara persepsi penyakit IMS dan HIV/AIDS dengan niat
keparahan penyakit IMS dan HIV/AIDS dengan menggunakan kondom secara konsisten saat

Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis bivariat antara variabel independen dengan variabel dependen
dengan Chi-square pada tingkat signifikansi () 0.05
Variabel
Variabel Bebas Nilai p Keterangan
Terikat
Umur 0.772 Tidak ada hubungan
Pendidikan 0.756 Tidak ada hubungan
Pekerjaan 0.139 Tidak ada hubungan
Pengetahuan tentang kondom 0.450 Tidak ada hubungan
Niat
Pengatahuan tentang IMS 0.877 Tidak ada hubungan
menggunakan
Pengetahuan tentang HIV/AIDS 0.907 Tidak ada hubungan
kondom secara
Persepsi keparahan penyakit 0.225 Tidak ada hubungan
konsisten
Persepsi kerentanan tertular 0.003 Ada hubungan
penyakit
Persepsi respon efektif 0.298 Tidak ada hubungan
Persepsi kemampuan diri 0.058 Tidak ada hubungan

Tabel 2. Hasil analisa regresi logistic faktor- faktor yang mempengaruhi niat penggunaan kondom
pada komunitas waria di kota Ternate
95,0% C.I.for EXP(B)
No Variabel B Sig. Exp(B)
Lower Upper
1 Persepsi terhadap 1.294 .001 3.648 1.703 7.815
kerentanan
2 Persepsi kemampuan diri .945 .013 2.573 1.210 5.468
178
melakukan hubungan seks (p=0.003). PEMBAHASAN
Persepsi Respon Efektif Persepsi Terhadap Kerentanan Penyakit
Dari hasil penelitian didapatkan (53.3%) IMS dan HIV/AIDS
responden yang memilki persepsi respon efektif Dari hasil penelitian didapatkan (59.3%)
dengan kategori baik dan (46.7%) responden responden yang memilki persepsi kerentanan
yang memiliki persepsi respon efektif dengan dengan kategori baik dan (40.7%) responden
kategori kurang. yang memiliki persepsi kerentanan dengan
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kategori kurang.
responden dengan kategori persepsi respon Persepsi seseorang terhadap suatu objek
efektif kategori baik proporsi yang berniat akan berbeda beda, oleh karena itu persepsi
menggunakan kondom secara konsisten saat mempunyai sifat subyektif. Persepsi yang
melakukan hubungan seks (59.7%) lebih besar dibentuk seseorang dipengaruhi oleh isi
daripada kategori kurang (50.8%). Hasil uji memorinya. Menurut Webster, persepsi adalah
bivariat menunjukan bahwa secara statistik tidak aktifitas merasakan atau keadaan emosi yang
ada hubungan antara persepsi respon efektif menggembirakan atau menghebokan. Solomon,
dengan niat menggunakan kondom secara mendefinisikan bahwa sensasi sebagai tanggapan
konsisten pada waria saat melakukan hubungan yang cepat dari indera penerimaan kita terhadap
seks (p=0.298). stimulus dasar seperti cahaya, warna, dan suara.
Persepsi Kemampuan Diri Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana
Dari hasil penelitian didapatkan (54.1%) stimulus stimulus itu, diseleksi, diorganisasi dan
responden yang memilki persepsi kemampuan diinterpretasikan.
diri dengan kategori baik dan (45.9%) responden Persepsi pada hakikatnya adalah proses
yang memiliki persepsi kemampuan diri dengan kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
kategori kurang. memahami informasi tentang lingkungannya, baik
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
responden dengan kategori persepsi kemampuan perasaan dan penciuman. Beberapa orang dapat
diri untuk menggunakan kondom kategori baik mempunyai persepsi yang berbeda dalam melihat
proporsi yang berniat menggunakan kondom objek yang sama, hal ini dipengaruhi faktor antara
secara konsisten saat melakukan hubungan seks lain tingkat pengetahuan dan pendidikan
(63.0%) lebih besar daripada kategori kurang seseorang, penglihatan, penciuman, pendengaran
(46.8%). serta pengalaman masa lalu. Variabel yang ikut
Hasil uji bivariat menunjukan bahwa secara menentukan persepsi adalah umur, tingkat
statistik ada hubungan antara persepsi terhadap pendidikan, latar belakang ekonomi, budaya,
kemampuan menggunakan kondom dengan niat pekerjaan dan pengalaman hidup individu.
menggunakan kondom secara konsisten pada Pada dasarnya persepsi sama dengan
waria saat melakukan hubungan seks (p=0.013) pandangan yaitu pengalaman tentang objek,
Niat Menggunakan kondom secara peristiwa, atau hubungan hubungan yang
konsisten saat Hubungan Seks diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
Dari hasil penelitian didapatkan (55.6%) menfsirkan pesan.26 Persepsi dalam penelitian ini
responden yang berniat menggunakan kondom adalah memberikan pandangan tentang
secara konsisten saat melakukan hubungan seks kerentanan terhadap penularan penyakit IMS
dan (44.4%) yang tidak berniat menggunakan dan HIV/AIDS.
kondom secara konsisten saat melakukan Responden yang memiliki persepsi
hubungan seks. kerentanan kurang yakni memiliki persepsi

179
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

bahwa IMS tidak akan menulari karena pasangan menfsirkan pesan.26 Persepsi kemampuan diri
seks selalu yang berpenampilan bersih, HIV/ dalam penelitian ini adalah memberikan
AIDS tidak akan menular karena pasangan seks pandangan tentang tindakan yang dapat
barpenampilan bersih, HIV/AIDS tidak menular dilakukan dalam hal penggunaan kondom.
karena selalu mengkomsumsi antibiotik sebelum responden dengan persepsi kemampuan diri
berhubungan seks dan tidak akan tertular HIV/ yang yaitu tidak mampu menolak pacar dan
AIDS karena selalu mencuci kelamin sesudah pelanggan untuk berhubungan seks walaupun
berhubungan seks tidak menggunakan kondom, tidak mampu untuk
Persepsi Kemampuan Diri membeli kondom karena merasa malu dan
Dari hasil penelitian didapatkan (54.1%) mereka tidak mampu membawa kondom saat
responden yang memilki persepsi kemampuan berpergian karena malu
diri dengan kategori baik dan (45.9%) responden
yang memiliki persepsi kemampuan diri dengan SIMPULAN
kategori kurang. Responden yang berniat menggunakan
Persepsi seseorang terhadap suatu objek kondom secara konsisten pada saat melakukan
akan berbeda beda, oleh karena itu persepsi hubungan seks (55.6%) sedangkan (44.4%)
mempunyai sifat subyektif. Persepsi yang responden yang tidak berniat menggunakan
dibentuk seseorang dipengaruhi oleh isi kondom secara konsisten pada saat melakukan
memorinya. Menurut Webster, persepsi adalah hubungan seks, yang mempengaruhi niat
aktifitas merasakan atau keadaan emosi yang responden untuk menggunakan kondom saat
menggembirakan atau menghebokan. Solomon, melakukan hubungan seks yaitu: Persepsi
mendefinisikan bahwa sensasi sebagai tanggapan kerentanan terhadap penularan penyakit IMS
yang cepat dari indera penerimaan kita terhadap dan HIV/AIDS dengan OR: 3,648 artinya
stimulus dasar seperti cahaya, warna, dan suara. responden dengan persepsi kerentanan yang
Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana baik, 3,648 kali lebih memungkinkan untuk
stimulus stimulus itu, diseleksi, diorganisasi dan berniat menggunakan kondom saat melakukan
diinterpretasikan. hubungan seks dibandingkan responden dengan
Persepsi pada hakikatnya adalah proses persepsi kerentanan yang kurang dan kemudian
kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam disusul oleh varabel Persepsi kemampuan diri
memahami informasi tentang lingkungannya, baik menggunakan kondom dengan OR:2,573, artinya
lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, responden dengan persepsi kemampuan diri
perasaan dan penciuman. Beberapa orang dapat menggunakan kondom yang baik, 2,573 kali lebih
mempunyai persepsi yang berbeda dalam melihat memungkinkan untuk berniat menggunakan
objek yang sama, hal ini dipengaruhi faktor antara kondom dibandingkan dengan persepsi
lain tingkat pengetahuan dan pendidikan kemampuan diri menggunakan kondom yang
seseorang, penglihatan, penciuman, pendengaran kurang.
serta pengalaman masa lalu. Variabel yang ikut Karakteristik responden yang berumur
menentukan persepsi adalah umur, tingkat 18-40 tahun tidak berniat menggunakan kondom
pendidikan, latar belakang ekonomi, budaya, secara konsisten saat melakukan hubungan seks
pekerjaan dan pengalaman hidup individu. (44.9%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh
Pada dasarnya persepsi sama dengan kepedulian akan kesehatan diri kurang karena
pandangan yaitu pengalaman tentang objek, faktor kurangnya pengetahuan, lebih menuruti
peristiwa, atau hubungan hubungan yang emosi yaitu ingin mendapatkan pasangan dan
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan materi yang lebih tanpa memikirkan resiko

180
terhadap perilaku yang akan mungkin dilakukan, salah misalnya dengan mengkomsumsi antibiotik
Responden yang memiliki pendidikan rendah sebelum hubungan seks tidak akan tertular
yang tidak berniat menggunakan kondom secara penyakit, kondom dapat mengurangi kenikmatan
konsisten saat melakukan hubungan seks seks, dan memilih pasangan yang bersih dapat
(50.0%). Hal ini terjadi karena responden tidak terhindar dari penularan HIV/AIDS.
mau mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh Responden dengan persepsi keparahan
tenaga kesehatan tentang resiko penularan IMS kategori baik namun tidak berniat menggunakan
dan HIV/AIDS, responden yang memilki kondom secara konsisten saat melakukan
pekerjaan sebagai PNS yang tidak berniat hubungan seks (47.9%), hal ini terjadi karena
menggunakan kondom secara konsisten saat mereka masih memiliki persepsi yang salah yakni
melakukan hubungan seks (66.7%), hal ini terjadi penderita IMS tidak akan ditinggal pasangan dan
bukan karena pengetahuan yang kurang tapi tidak akan mengakibatkan kematian sehingga
karena merasa malu untuk membeli kondom . mereka merasa itu hal yang biasa dan akan
Responden yang memiliki pengetahuan sembuh walaupun tidak diobati, dan HIV/AIDS
tentang kondom kategori kurang tidak berniat adalah penyakit kutukan sehingga siapaun akan
menggunakan kondom secara konsisten saat kena jika sudah ditakdirkan tuhan
melakukan hubungan seks (45.9%). Hal ini terjadi Responden dengan persepsi kerentanan
karena mereka tidak tahu bahwa kondom dapat kategori baik namun tidak berniat menggunakan
mencegah penularan IMS, mereka tidak tahu kondom secara konsisten saat melakukan
bahwa untuk mencegah rusaknya kondom saat hubungan seks (33.8%), hal ini disebabkan
anal seks dibutuhkan pelicin tambahan berbahan karena mereka masih memilki persepsi yang
dasar air, mereka tidak tahu bahwa oral seks salah yakni pelanggan yang berpenampilan
dapat menularkan penyakit sehingga dibutuhkan bersih tidak menularkan IMS dan HIV/AIDS,
kondom saat melakukan oral seks, dan mereka dengan selalu mengkomsumsi antibiotik sebelum
tidak tahu bahwa kondom tidak mengurangi berhubungan seks maka tidak akan tertular
kenikmatan seks. IMS dan HIV/AIDS, dengan selalu mencuci
Responden yang memiliki pengetahuan kemaluan sesudah berhubungan seks maka akan
tentang IMS kategori kurang tidak berniat terhindar dari penularan IMS dan HIV/AIDS
menggunakan kondom secara konsisten saat dan mereka memiliki persepsi bahwa mereka
melakukan hubungan seks (45.2%). Hal ini terjadi tidak akan tertular IMS dan HIV/AIDS karena
karena mereka tidak tahu bahwa IMS tidak mereka yang dianal.
dapat dicegah dengan mencuci kemaluan setelah Responden dengan persepsi respon efektif
melakukan hubungan seks, mereka tidak tahu yang baik namun tidak berniat menggunakan
bahwa bintil bintil berisi cairan pada kemaluan kondom secara konsisten saat melakukan
adalah gejalah kayap (herpes), mereka tidak tahu hubungan seks (40.3%), hal ini terjadi karena
bahwa IMS tidak dapat dicegah dengan cara mereka memiliki persepsi yang salah yakni oral
meminum antibiotik sebelum melakukan seks tidak menularkan penyakit hingga tidak
hubungan seks, dan mereka tidak tahu bahwa butuh kondom, kondom hanya digunakan saat
IMS adalah penyakit menular. melakukan seks dengan pasangan selain pacar
Responden yang memiliki pengetahuan karena pacar tidak mungkin menurkan penyakit,
tentang HIV/AIDS kategori baik namun tidak dan kondom hanya digunakan pada pasangan
berniat menggunakan kondom secara konsisten seks yang tidak tampan.
saat melakukan hubungan seks (44.9%). Hal ini Responden dengan persepsi kemampuan diri
terjadi karena responden memiliki persepsi yang kategori baik namun tidak berniat menggunakan

181
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

kondom secara konsisten saat melakukan Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian


hubungan seks (37.0%), hal ini terjadi karena Kuantitatif. cetakan kedua. Kencana.
mereka memiliki persepsi bahwa mereka tidak Jakarta 2006
mampu menolak pacar dan pelanggan untuk Depkes RI. Informasi mengenai AIDS. Jakarta
melakukan hubungan seks karena takut ditinggal 1991
pacar atau pelanggan artinya mereka tidak Diponegoro Care Center. Makalah HIV/AIDS.
memprioritaskan kesehatanya, mereka tidak Lembaga Limlit Undip. 2005
mampu untuk membeli kondom karena jika
membeli kondom di apotik berarti perilakunya Frankowski, Barbara L. Sexual Orentations and
akan ketahuan. Dimana masyarakat kota ternate Adolesccent. Pediatrics.1993
memiliki pemahaman bahwa kondom hanya Habasiah. Faktor faktor yang berhubungan
digunakan pada pasangan suami istri untuk dengan pemakaian kondom pada waria di
mencegah kehamilan, Jika diketahui bahwa DKI Jakarta tahun 2000 (Tesis). FKM-
sipembeli belum berkeluarga maka sudah Universitas Indonesia. Jakarta 2002
menjadi omongan bahwa orang tersebut http://BKKBN. Strategi Jitu Penanggulangan
melakukan seks bebas. HIV/AIDS. BKKBN Rubrik: KB-
Kesehatan Reproduksi,akses 09/2010
KEPUSTAKAAN Hadi, Tri Susilo . Faktor faktor yang
Adrianus Tanjung dkk. Modul untuk Fasilitator mempengaruhi praktek Negosiasi
Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Penggunaan Kondom Untuk Mencegah
Remaja Untuk Orang Tua remaja dan Guru IMS dan HIV/AIDS pada WPS Di
SLTP/SMU.PKBI.Jakarta. Desember Resosialisasi Argorejo Kelurahan
2008 Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang
Azwar, S. Reabilitas dan Validit. Edisi ketiga. Barat Kota Semarang. UNDIP 2004.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta 1997. Ilmiyatin, Eva. Faktor faktor yang berhubungan
Ancok, Djamaludin. Teknik Penyusunan Skala terhadap niat waria pekerja seks untuk
Pengukuran. Pusat Studi Kependudukan berperilaku seks aman(safe sex) di Kota
dan Kebijakan. Universitas Gadjah Mada. Tegal dan sekitarnya. Tahun 2009
Yogyakarta 2002 Jacobalis, Samsi. Beberapa teknik dalam
Alsa, A. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Menajemen Mutu Menejemen Rumah
serta Kombinasinya dalam Penelelitian Sakit.UGM. Yogyakarta.2000
Psikolog. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Komisi penanggulangan AIDS, Strategi dan
2004. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan HIV dan AIDS 2010 2014, Jakarta 2010
Pengukuranya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Kementrian Kesehatan RI. Laporan Direktorat
2007 Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
Abdullah, Herman. Faktor faktor yang dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP &
berhubungan dengan penggunaan kondom PL) Kementrian Kesehatan Republik
pada seks anal dikalangan Gay di Denpasar Indonesia Bulan Maret Tahun 2010.
dan Ujung pandang tahun 2000 (Tesis). Komisi penanggulangan AIDS. Laporan
Penerbit FKM UI. Jakarta 2003. (serial Nasional Kegiatan Estimasi Populasi
online)http://www.digilib.ui.ac.id/lontar Dewasa Rawan Terinfeksi HIV Tahun
diakses tanggal 8 Desember 2011 2006. Jakarta 2006

182
Koeswinarno, Hidup Sebagai Waria,LkiS, Prasetyo B,Jannah M. Metode Penelitian
Yogyakarta,2004 Kuantitatif Teori dan Aplikasi. PT Raja
Koeswinarno. Waria dan Penyakit Menular Grafindo Persada. Jakarta 2010
Seksual. Kasus Dua Kota di Jawa. Pusat Soekijo Notoatmodjo. Pengantar Pendidikan
Penelitian Kependudukan UGM. Kesehatan dan Ilmu Pendidikan,Andi
Yogyakarta 1998. Offset.Yokyakarta 1993
Kondom dan Prilaku Seks Waria http:/ Smet, Barf. Psikologi Kesehatan. PT.Gramedia
www.hamline.edu/apakabar/basis data/ Widiasarana Indonesia. Jakarta 1994
1996/07/24/0040. html diakses November Suryono, Aris. Faktor faktor yang
2010 mempengaruhi terhadap perilaku seksual
Kusnandar, Henry. Mengenal Bahaya Penyakit beresiko pada Anak Buah Kapal (ABK)
Menular Seksual .Pioner Jaya. Bandung kaitanya dengan upaya pencegahan HIV/
2001 AIDS dan Infeksi Menular Seksual.
Moh.Nasir. Metodologo Penelitian. Ghalia UNDIP. 2010
Indonesia. Jakarta 2003. Sarwono, Solita. Sosiologi Kesehatan. Gajah
Nasronudin. HIV-AIDS. Airlangga University Mada University Press. 2007
Press. Surabaya.2007 Sugiono. Metodologi Kuantitatif Kualitatif dan
Nadia, Zunly. Waria, Laknat atau Kodrat. R & . Alfabeta. Bandung 2007.
Pustaka Pratama. Yogyakarta. 2005 Sopjan,M., Memoar Dunia
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Malyn.LkiS,Yokyakarta,2006
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta 2003. Transgender. http://id.wikipedia.org/wiki/Waria
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian diakses tanggal 4 November 2010
Kesehatan. Cetakan kedua. Rineka Cipta. Troung. Seks Uang dan Kekuasaan : Pariwisata
Jakarta. 2002 & Pelacuran di Asia Tenggara, LP3ES,
Notoatmodjo,S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Jakarta.1992
Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta 2007 Wicaksono, Bambang. Mengenal Penyakit
Nurtiyasih, Try. Perilaku pemakaian kondom Hubungan Seksual. Pioner Jaya. Bandung
pengemudi truk dalam upaya pencegahan 2001
HIV dan AIDS dan faktor faktor yang Wawan A, Dewi. Teori dan Pengukuran
mempengaruhinya di Kabupaten Batang. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
UNDIP 2010 Medika. Jakarta 2010
Ogden, Jane. Health Psychology. Open Walgito, 2004. pengantar Psikologi Umum.
University Press. Buckingham Philadelphia Yogyakarta: Andi
1996 Widiatun, R. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung
Puspitosari, Hesty dan Sugeng Pujileksono. Seto 1999
Waria dan Tekanan Sosial. UMM Press. Widodo, Edy. Beberapa faktor yang
Malang. 2005 berhubungan dengan praktik Wanita
Promosi Kondom, dual proteksi untuk KB dan Pekerja Sek (WPS) dalam pencegahan
Kesehatan Reproduksi http// Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/
www.bkkbn.go.id diakses tanggal 3 AIDS di lokalisasi Koplak Kabupaten
Desember 2011 Grobogan. UNDIP 2009

183

Anda mungkin juga menyukai