Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikm Wr. Wb.


Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang
maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tentang BAHAYA RADIOAKTIF.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keselamatan kerja pabrik kimia yang
berkaitan dengan bahaya radioaktif. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini
juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan radioaktif secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga
laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Wassalamualikum Wr. Wb.

Surabaya, 25 September 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang ......................................................................................................3
Rumusan masalah .................................................................................................4
Tujuan pembahasan ..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5


Pengertian radioaktif .............................................................................................5
Sumber Radiasi .....................................................................................................6
Dampak Radiasi ...................................................................................................8
Proteksi Terhadap Sumber Radiasi ......................................................................9
Upaya Keselamatan Radiasi ..............................................................................16
APD Bahaya Radioaktif.....................................................................................17

BAB III PENUTUP .............................................................................................20


Kesimpulan ........................................................................................................20
Saran ..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terus dikembangkan dan
dimanfaatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia, memperpanjang
harapan hidup dan menstimulasi keulitas hidup. Dalam pemanfaatan IPTEK untuk
berbagai tujuan selalu menimbulkan sisa proses atau limbah karena efisiensi tidak
penah mencapai 100%. Demikian juga dalam pemanfaatan , pengembangan, dan
penguasaan IPTEK pada lingkungan kerja limbah radioaktif sebagai sisa proses.
Pengaruh zat radioaktif yang berdampak pada pekerja dan pasti akan
mempengaruhi arus produksi harus ditangani dengan baik.
Dengan mengetahui dampak dan cara pengelolaannya maka zat ini dapat kita
kurangi pengaruhnya bagi lingkungan kerja. Selama sejarah perkembangan
radioaktif digunakan untuk mengukur jumlah radiasi pengion. Hal ini selalu
didasarkan didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan tertentu atau
pada jumlah energi radiasi yang diserahkan pada sejumlah massa bahan.
Penghampiran ini mengabaikan adanya sifat pengionan yang tidak
berkesinambungan. Namun, secara eksperimen dapat dibenarkan melalui
teramatinya hubungan antara nilai besaran dengan akibat yang ditimbulkan.
Dengan dampak dan pengaruh tersebut maka diharapkan adanya proteksi dari
berbagai pihak. Upaya proteksi radiasi mencakup upaya pemberian perlindungan
bagi seseorang dan kemanusiaan pada umumnya terhadap kerugian akibat radiasi
sambil tetap mengambil solusi dan manfaat dari para pemakainya. Pendekatan
dilakukan untuk mencapai upaya memberikan perlindungan yang didasarkan pada
pengetahuan yang terbaik yang sudah diketahui oleh para pekerja sebagai akibat
yang dapat ditimbulkan oleh radiasi pengion pada organ atau jaringan tubuh.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan radioaktif ?
2. Apa saja sumber radioaktif dan dampak radioaktif ?
3. Bagaimana cara kita menangani efek radioaktif ?
4. Kenapa upaya keselamatan radiasi itu penting ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahaya radioaktif
2. Agar mahasiswa mengetahui sumber radioaktif dalam lingkungan dan tubuh
manusia
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui penanganan terhadap radioaktif dan alat
pelindung diri yang diperlukan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RADIOAKTIF
Radioaktif adalah bahan yang mampu memancarkan sinar atau meradiasi
dari bahan itu sendiri. Radiasi yang dipancarkan adalah sinar alfa, sinar beta, sinar
gamma, sinar neutron dan Iain sebagainya. Bahaya bahan-bahan radioaktif
terutama bertalian dengan radiasinya. Radiasi ini dapat terjadi dari luar atau dari
dalam jika bahan radiasi masuk ke dalam tubuh. Penggunaan bahan radioaktif
harus disertai usaha keselamatan kerja yang ketat, bahan-bahan radioaktif
dipergunakan dalam bidang kedokteran, industri dan pertanian selain untuk
maksud pertanahan. Dalam bidang kedokteran banyak dipakai cairan-cairan
radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh atau isotopisotop radioaktif untuk
penyinaran. Pada bahan radioaktif dipakai untuk mengikuti jejak proses dalam
rangka penilaian dan pengendalian, juga dipakai langsung dalam proses produksi
untuk merangsang proses polimerisasi. Begitu juga dalam pertanian, isotop
radioaktif dipakai untuk menelusuri proses seperti penyerapan air, pemupukan, dan
Iainnya.
Atas dasar bahayanya pernakaian, pengangkutan dan pengurusan sisa-sisa
atau sampah radioaktif harus diselenggarakan menurut ketentuan semestinya.
Untuk kepentingan ini, telah dikembangkan peraturan perunndangan seperti:
1.Peraturan Pemerintah No.ll tahun 1975 tentang keselamatan kerja Terhadap
radiasi
2.Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1975 tentang Izin Pemakaian Zat radioaktif
atau sumber radiasi lainya
3.Peraturan Pemerintah N013 Tahun 1975 tentang Izin Pemakaian Zat Radioaktif.

Mengenai izin pemakaian, setiap pemakaian bahan tersebut harus


mendapat izin terlebih dahulu dari BATAN. Permohonan izin dilakukan dengan

5
mengisi suatu formulir, dan selanjutnya BATAN meneliti keterangan tersebut dan
bila perlu akan menugaskan inspektur untuk pemeriksaan setempat sebelum Surat
izin diberikan.

B. SUMBER RADIASI

Sumber
Radiasi
Pada
Lingkung
an

Ditinjau dari terbentuknya, unsur-unsur radioaktif yang ada pada


lingkungan berasal dari 2 golongan besar yaitu, sumbersumber radiasi alam dan
sumber-sumber radiasi buatan.

a. Radiasi Alam
Bahan-bahan radiasi alam yang berasal dari dalam bumi dan prinsipnya sudah
ada sejak alam ini terbentuk. Bahan-bahan ini berasal dari ruang angkasa yang
memberikan sumbangan terbesar pada penerimaan radiasi pada manusia.

b. Radiasi Buatan
Unsur-unsur radiasi buatan ini dapat terbentuk karena adanya reaksi fisi, proses
aktivasi maupun transmutasi inti lainnya. Unsur-unsur radioaktif buatan yang
terlepas ke lingkungan dapat berperan sebagai sumber radiasi buatan. Radiasi
buatan dapat pula berasal dari sumber Iain seperti pesawat sinar-X dan
akselerator.

6
Sumber Radiasi Pada Tubuh Manusia

Radiasi Yang diterima tubuh manusia dapat bcrasal dari dua sumber yaitu
sumber eksternal dan sumber internal.

a. Sumber Eksternal
Sumber eksternal adalah sumbcr yang berasal dari luar tubuh manusia.
Radiasi dapat berasal dari angkasa luar, serta sumber-sumber radiasi yang
berada di sekeliling manusia. Untuk jangka pendek, pelepasan unsur-unsur
radioaktif hasil fisi baik karena kecelakaan reaktor nuklir maupun ledakan
senjata nuklir dapat berpotensi sebagai sumber radiasi eksternal bagi
sekelbmpok penduduk yang berada di sekitar lokasi pelepasan.

b. Sumber Internal
Sumber radiasi internal berupa unsur-unsur radioaktif Yang masuk dan terikat
oleh organ tertentu di dalam tubuh. Terikatnya unsur radioaktif oleh organ
tubuh disebabkan unsur radioaktif tersebut memiliki sifat kimia yang sama
dengan unsur yang stabil. tubuh sulit membedakan unsur tersebut dengan
unsur stabil.

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui sehubungan dengan pernbahasan


mengenai kembalinya radionuklida kepada manusia yaitu:

1. Kelompok populasi kritis


Kelompok populasi kritis mempunyai kecenderungan terkena
efek karena adanya kontaminasi radioaktif. Hal ini dapat terjadi
disebabkan letak tempat tinggal, pola konsumsi makanan kebiasaan-
kebiasaan Iain daripada masyarakat pada kelompok populasi kritis

2. Radionuklida kritis

7
Radionuklida kritis yaitu radionuklida tertentu yang karena sifat-
sifatya mempunyai potensi masuk ke daam tubuh yang dapat masuk
melalui rantai makanan yang panjang.
3. Jalur kritis
Jalur yang mungkin dilalui oleh radionuklida kritis untuk sampai
kepada populasi kritis yang dapat masuk melalui pernafasan, makanan,
maupun minuman.

4. Organ kritis
Organ daam tubuh yang mempunyai kecenderungan mengikat
radionuklida kritis yang masuk daam tubuh. Organ tubuh sulit untuk
membedakannya karena memiliki sifat kimia yang sama.

C. DAMPAK RADIASI

Paparan radiasi dapat mengenai manusia melalui 2 jalur yaitu dari sumber
radiasi yang berasal dari luar tubuh dan dari dalam tubuh. Interaksi sinar radiasi
dengan sel-sel tubuh manusia akan menyebabkan terjadinya berbagai reaksi kimia.
Hal ini dikenal dengan efek somatik/non somak dan efek genetik/stokastik. Efek
somak dan efek non somatik disebut juga efek deteministik karena efek ini pasti
terjadi bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (Treshold Limit Value).

Dalam efek deterministik diantaranya adalah mual-mual, kulit tubuh


kemerah-merahan, dan terjadi katarak lensa mata. Pada efek genek munculnya
sifat lambat, terobservasi setelah beberapa dekade. Efek ini dapat terjadi bila sel
-sel mengalami perubahan setelah melalui proses yang berlangsung lama yang
menyebabkan risiko kanker. Efek genetik yang timbul pada perorangan dapat
bervariasi dan berlansung secara acak.

8
Tubuh manusia pada dasarnya mempunyai mekanisme kemampuan
memperbaiki sel yang rusak pada dosis rendah. Sehingga probabilitas
terjadinya efek ini dapat ditekan dengan penggunaan dosis yang serendah-
rendahnya. Pada tingkat yang lebih rendah radiasi dapat menyebabkan mukositis.
Mukositis akibat penyinaran merupakan efek sampingan yang tidak terhindarkan
namun sifatnya sementara. Mukositis terjadi akibat terapi penyinaran (radiasi)
didefinisikan sebagai suatu proses reaktif yang menyerupai peradangan pada
membran mukosa orofaring dan terjadi setelah terapi penyinaran pada penderita
kanker daerah kepala dan leher.
Dengan pemahaman potensi terjadinya efek deterministik dan efek
stokastik dalam upaya perlindungan terhadap para pekerja dan anggota masyarakat
dari bahaya radiasi diterapkan sistem pembatasan dosis. Rekomendasi
internasional dalam publikasi Safety Series No.115 tahun 1996 pekerja pada
bidang radiasi diberi toleransi menerima dosis 20mSc per tahun. Untuk kurun
waktu saft tahun tidak boleh melebihi 50mSc.

D. PROTEKSI TERHADAP SUMBER RADIASI


Proteksi terhadap sumber radiasi sangat perlu dilakukan untuk menjaga
keselamatan para pekerja di suatu instalasi yang bersangkutan. Dalam desain suatu
pabrik atau instalasi nuklir, pendugaan keselamatan harus mampu
mengidentifikasikan penyinaran normal dan penyinaran potensial terhadap pekerja
dan kemungkinan terjadinya tingkat pemaparan sebagai hasil yang direncanakan
maupun dalam peristiwa kecelakaan yang telah diperhitungkan sebelumnya.

Penyinaran normal pada suatu pengoperasian instalasi nuklir adalah penyinaran


yang sudah diperkirakan sebelumnya, dapat diidentifikasikan secara langsung dan
disadari sepenuhnya oleh para pekerja, sedangkan penyinaran potensial adalah
penyinaran yang dapat terjadi setiap saat karena kegagalan suatu sistem.
Penyinaran potensial ini dapat diramalkan sebelumnya tetapi kejadiannya tidak

9
dapat dipastikan dan mungkin tidak dapat diketahui secara langsung. Oleh sebab
itu perlengkapan, desain, sistem operasi fasilitas harus dirancang berdasarkan
prinsipprinsip ergonomi untuk mempermudah dalam operasi dan penggunaan alat,
sehingga dapat mengurangi kesalahan operasi yang mengakibatkan kecelakaan
kerja.

1. Proteksi Sumber Eksternal


Sumber-sumber radiasi yang berpotensi sebagai sumber radiasi eksternal
adalah sumber pernancaran sinar 2, X, 3
, dan neutron. Bahaya radiasi dari
sumber-sumber eksternal ini antara Iain dapat dilakukan/dikendalikan dengan:

1.1 Pengaturan Waktu


Seorang pekerja radiasi yang berada dalam medan radiasi akan
menerima dosis radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja
tersebut berada dalam medan radiasi. Semakin lama seseorang berada di dalam
tempat kerja tersebut, maka akan semakin besar pula dosis radiasi yang
diterimanya dan demikian pula sebaliknya, semakin singkat seseorang berada
dalam tempat kerja tersebut maka semakin kecil pula dosis radiasi yang
diterima oleh pekerja tersebut.

Maksimum isotop yang dapat masuk ke dalam organ kritis 0,3


rem/minggu selama 40 jam kerja. Maka jam kerja/minggu kurang dari atau
sama dengan 40 jam merupakan nilai ambang batas minimum dan jumlah jam
kerja/minggu lebih besar atau sama dengan 40 jam merupakan nilai ambang
batas maksimum.

1.2 Pengaturan Jarak


Faktor jarak berkaitan erat dengan fluks ( : ) radiasi. Fluks radiasi pada
suatu titik akan berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar titik

10
tersebut dengan sumber radiasi. Fluks radiasi didefinisikan sebagai jumlah yang
menembus luas permukaan(m2) per satuan waktu (s).

Hubungan antara fluks radiasi dengan jarak pengukuran dapat dituliskan


sebagai berikut:
S
1=
4 R12 ...............................................................................................

....1

S
2=
4 R2
2 ...............................................................................................

....2

Dengan mengeliminasi persamaan 1 dan 2, maka didapat

1 1
1: 2= 2
: 2
R 1 R2

Berdasarkan persamaan laju dosis radiasi pada suatu titik dapat

1 1 1
dirumuskan dengan D1 : D2 : D3 : 2 : 2 : 2
R1 R2 R3

Di mana: D = Laju dosis serap pada titik

R = Jarak titik dengan sumber

Jadi jika jarak 2 kali semula maka dosis yang diserap akan berkurang
(1/2)2 atau 1/4 kali semula, jika jarak 3 atau 4 kali semula maka dosis akan
berkurang sebesar 1/9 dan 1/16 semula. Maka betapapun kecilnya sumber,

11
pekerja dilarang memegang sumber secara langsung. Untuk menanganinya
dapat dilakukan dengan menggunakan tang jepit panjang, pinset, dan Iain
sebagainya.

1.3 Penggunaan Perisai Radiasi


Untuk penanganan sumber-sumber beraktivitas tinggi, pengaturan waktu
dan jarak tidak mampu menekan penerimaan dosis sehingga untuk kasus ini
2
diperlukan perisai radiasi untuk menyerap energi radiasi (untuk sinar dan
neuron) atau melemahkan intensitas radiasi (untuk sinar X dan 3). Perisai radiasi
3 2
secara kualitatif/kuantitatif berbeda dengan perisai untuk dan neutron,
sedangkan sebagai sumber radiasi eksternal dapat diabaikan. Bahan dengan
kerapatan tinggi merupakan bahan penyerap energi sinar 2 yang baik.

2. Proteksi Sumber Internal


Dalam pemanfaatan radiasi pengion, kita mengenal adanya 2 jenis sumber
radiasi yaitu: sumber terbungkus dan sumber terbuka. Sumber terbungkus
adalah sumber yang terdiri dari zat radio aktif dan terbungkus rapat oleh bahan
nonradioaktif. Sebaliknya sumber terbuka didefinisikan sebagai sumber yang
bukan merupakan sumber terbungkus dan dalam kondisi normal dapat
menyebabkan kontaminasi.

Zat radioaktif dalam jumlah yang sangat kecil sekalipun, jika dilihat dari
sudut bahaya eksternalnya dapat diabaikan, dapat memberikan penyinaran
internal dengan nilai dosis yang sangat besar pada organ tubuh di mana zat ini
mengendap di dalamnya. Penyinaran dari sumber internal perlu mendapatkan
perhatian yang serius karena potensi bahaya yang dapat ditimbulkan cukup
besar.

Proteksi terhadap sumber internal berkaitan dengan upaya pencegahan


atau memperkecil jumlah pemasukan bahan radioaktif ke dalam tubuh. Kriteria

12
pengendalian ini adalah dengan membatasi penerimaan dosis radiasi pada organ
tubuh manusia. Hal yang dapat dilakukan antara lain:

2.1. Pengungkungan
Pengungkungan dilakukan sedemikian rupa sehingga zat radioaktif tidak
tersebar sampai ke lingkungan sampai ke dalam daerah kerja. Dalam hal
terjadinya pelepasan zat radioaktif ke lingkungan yang sifalnya direncanakan
maka jurnlah zat radioaktif harus dibatasi agar sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan pcnerimaan dosis oleh pekerja dan masyarakat umum melebihi
dosis yang telah ditetapkan.

Pengungkungan zat radioaktif itu dapat dilakukan dengan menggunakan


lemari asam yang dilengkapi dengan sistem ventilasi. Maka sirkulasi udara di
mana udara yang kemungkinannya tercemar akan diganti dengan udara bersih,
sehingga dapat memperkecil konsentrasi pcncemaran dan mencegah tersebarnya
radioaktif dalam udara pada daerah kerja. Udara yang terkontaminasi dapat
dibuang keluar setelah melewati filter zat radioaktif yang terdapat di dalamnya.

2.2. Pemantauan
Pemantauan kadar zat radioaktif ke lingkungan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa tingkat pencemaran radioaktif masih berada di bawah batas
yang ditetapkan. Dalam hal ini termasuk juga pemantauan air minum dan udara.
Pemantauan terhadap tubuh manusia juga sangat perlu dilakukan. Untuk tujuan
pemantauan dan pembatasan penyinaran dapat dibedakan 2 kategori radiasi
pekerja radiasi sebagai berikut:

1). Kategori A, yaitu pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis radiasi
dari 15 m Sv (1500 m rem)/tahun.
2). Kategori B, yaitu pekerja radiasi yang menerima dosis radiasi < 15 m
Sv (15000 m rem)/tahun.

13
Pemantauan unluk pekerja radiasi A, dosis perorangan hans dilakukan
sccara khusus. Penentuan dosis pada pekerja radiasi dapat diperkirakan
berdasarkan hasil pengukuran penerimaan dosis pekerja radiasi lainnya atau
berdasarkan pemantauan radiasi di lingkungan pekerja.
Selain mendapatkan pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi juga
mendapatkan pelayanan pengawasan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
Pemeriksaaan kesehatan sebelum bekerja.
Pemeriksan kesehatan selama bekerja.
Pemeriksaan kesehatan pada waktu PHK.

Program pemantauan daerah kerja perlu disusun terlebih dahulu sebelum


melaksanakan pemantauan itu sendiri. Progam ini hans mencakup aspek yang
meliputi:
Petunjuk teknis untuk melaksanakan program pemantauan.
Lokasi dan tempat kerja yang memerlukan pemantauan dan jenis
pemantauan yang diperlukan.
Frekuensi niaupun jadwal pelaksanaan progarn pemantauan pada setiap
tempat.
Ketua dan anggota tim yang bertugas melakukan pemantauan.
Pada Tabel-5.1 tercantum berbagai hal berkaitan dengan jenis
pengukuran, tempat diukur, frekuensi serta penyimpanan data hasil
pengukuran.

Tabel-5.1 Pemantauan Zat Radioaktif

Jenis Tempat yang Diukur Frekuensi Pengukuran Penyimpanan


pengukuran Data

14
Pemantauan Setiap kali 5-10 tahtn
Radiasi Dinding penahan mdiasi melakukan operasi 5-10 tahtn
pengendalian Setiap minggu
Batas daerah Setiap bulan 5-10 tahun

pengendalian
Pemantauan Daerah pengendalian Setiap minggu 5-10 tahun
Batas daerah pengendalian
kontaminasi Setiap bulan 5-10 tahun
permukaan

Buangan Cerobong Selama pelepasan 5 atau 10 tahun


radioaktif pembuangan Setiap pembuangan 5 atau 10 tahun
Saluran
pembuangan

Kadar radioaktif Setiap minggu 5-10 tahtn


Daerah pengendalian
udara

15
2.3. Pakaian Pelindung
Dalam setiap penanganan sistem terbuka ini, sering kali pekerja radiasi
memerlukan perlengkapan proteksi berupa pakaian pelindung yang dapat berupa
jas lab, sarung tangan, sepatu, atau alat pembungkus sepatu, pelindung muka dan
wajah, dan lainlain. Pakaian pelindung selalu mempunyai potensi terkontaminasi
sehingga pakaian itu harus dilepas ketika pekerja meninggalkan daerah kerja.
Pekerja tersebut juga harus dengan segera membersihkan diri dengan cermat
setelah kelua dari sistem radiasi.

Pakaian pelindung sebaliknya dipantau setiap hari dan dirandang


sedemikian rupa agar para pekerja dapat melepasnya dengan mudah tanpa terjadi
perpindahan kontaminasi dari pakaian pelindung ke bagian lain seperti pakaian
pekerja dan lingkungan lain. Pakaian pelindung juga hans dimonitor untuk
mengetahui tidak adanya kontaminasi yang menempel pada pakaian tersebut. Para
pekerja juga harus dimonitor saat meninggalkan daerah kontaminasi.

2.4. Perlindungan Pernapasan


Jika pekerja menerima paparan dari gas radioaktif yang kadarnya di
dalam udara yang sangat tinggi maka masker untuk melindungi pernapasan harus
dikenakan pada pekerja tersebut. Harus dipastikan bahwa alat pelindung
pernapasan itu dapat. digunakan secara efektif untuk menghindari bahaya yang
dihadapi pekerja. Alat perlindungan pernafasan untuk tujuan proteksi dapat
dikelompokan menjadi 2, yaitu;
1). Respirator jenis filter yang hanya cocok untuk menyaring debu
radioaktif. Respirator tidak dirancang untuk meyaring gas radioaktif, sehingga
gas-gas tersebut dapat lolos dan mungkin terserap saat bernapas
2). Masker seluruh muka yang dilengkapi dengan tabung udara. Peralatan
pelindung ini dapat dipakai sebagai perlindungan baik didaerah yang udaranya
terkontaminasi debu maupun gas radioaktif.

16
E. UPAYA KESELAMATAN RADIASI
Pada dasarnya setiap kegiatan manusia selalu didasarkan pada
kesetimbangan antara manfaat tindakan terhadap biaya atau kerugian yang dapat
timbul sebagai akibat tindakan itu, akhirnya akan dapat diperoleh kesimpulan
apakah tindakan itu bermanfaat untuk dilaksanakan atau tidak. Apabila ternyata
harus dilaksanakan harus diusahakan agar setiap kegiatan dapat memberikan
keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kepentungan Peforangan dan juga
masyarakat umum secara keseluruhan dengan pengertian bahwa nisbah keuntungan
terhadap keruan sebesar mungkin.

Proses upaya memaksimumkan manfaat bukan suatu proses yang mudah


karena kepentingan seseorang dak sejalan dengan kepentingan masyarakat.
Seperti halnya dalam setiap kegiatan dalam upaya keselamatan radiasi dapat
dirumuskan suatu prosedur yang dapat digunakan membantu mencapai keputusan.
Dalam usaha ini bukan suatu manfaat atau kerugian yang akan diterima
masyarakat dan harus diperhatikan. Melainkan juga masalah perlindungan bagi
seap anggotanya

Proses perambatan radiasi sehingga menyebabkan penyinaran pada manusia dapat


dianggap sebagai jalinan peristiwa antar kejadian dan situasi. Setiap mata rantai ini
bermula dan dari sumber radiasi misalnya penyinaran pada para petugas radiologi
di rumah sakit. Berasal dari Stamber radiasi yaitu pesawat sinar X. Dalam hal radio
nuklida yang terlcpat; ke lingkungan sebagai limbah yang dapat rnenyebabkan
pcnyinaran pada anggota masyarakat, selanjutnya atau zat radioktif menyebar
masuk ke dalam lingkungan melalui berbagai jalur lintasan, Proses penyebaran ini
dapat sederhana sekali, misalnya ke lingkungan tempat kerja tetapi juga dapat
sangat rumit bila sudah masuk ke dalam lingkungan yang lebih luas.

Radiasi dari beberapa sumber mungkin saja melintasi jalur lintasan yang
sama, sebaliknya yang berasal dari dacrah satu sumber dapat masuk kedalam suatu
lingkungan melalui berbagai jalur yang berbeda. Selain itu, suatu surnber dapat
memberikan penyinaran dari banyak sumber.

17
Dengan demikian maka proses perlindungan keselamatan dari sumber itu
tidak hanya merupakan tanggung jawab manajemen dan Petugas Proteksi Radiasi
(PPR) saja namun harus ada tanggung jawab dari pekerja itu sendiri. Para pekerja
harus mengetahui dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja
berdasarkan standar yang berlaku. Para pekerja juga diharapkan memanfaatkan
peralatan seperti alat pelindung dengan hati-hati, aman serta disiplin untuk
mengurangi risiko bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

F. ALAT PELINDUNG DIRI DARI BAHAYA RADIOAKTIF


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya.

Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh pekerja
radiasi adalah :

1. Apron
Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau
fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan
sekurang kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam
harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Saat ini sudah
ada alat proteksi baru yaitu apron dengan desain yang lebih ringan tetapi
memenuhi persyaratan proteksi, biaya dan dapat mengurangi rasa sakit pada
pinggang karena beratnya lebih ringan dibandingkan dengan apron yang
sebelumnya ada.

Gambar 1 (Apron)

18
2. Penahan Radiasi Gonad
Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi
diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang kurangnya
setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm
pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk
mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

Gambar 2 (Penahan Radiasi Gonad)

3. Sarung Tangan Proteksi


Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi sekurang kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kVp.
Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan
pergelangan tangan.

Gambar 3 ( Sarung Tangan Proteksi)


4. Penahan Radiasi
Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel control dan
tabung sinar-X atau pasien harus pada posisi dan rancangan yang tepat sehingga
dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan. Penahan radiasi harus
mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 1,5 mm Pb.

19
Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi setidaknya
mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang setara
dengan Pb tersebut harus tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau
kaca intip.

Gambar 4 ( Penahan Radiasi)

5. Masker

Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi nasokimia karena


radiografer harus berinteraksi dengan pasien saat melakukan pemeriksaan. Masker
berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, virus, dsb).

Gambar 5 ( Masker)

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Radioaktif adalah bahan yang mampu memancarkan sinar atau meradiasi dari
bahan itu sendiri.
2. Sumber radiasi dibagi menjadi dua golongan besa yaitu dari alam dan buatan
3. Untuk melindungi diri dari radiasi diperlukan penanganan eksternal maupun
internal

B. SARAN
1. Sebaiknya mahasiswa mendengarkan saat materi ini dipresentasikan
karena pentingnya memahami bahaya radioaktif.
2. Diharapkan mahasiswa tidak hanya tau tentang bahaya radioaktif namun
juga paham akan materi tersebut.
3. Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu ini dikehidupan sehari-hari
agar terhindar dari bahaya radioaktif.

DAFTAR PUSTAKA

21
Anonim. 2016. Alat Pelindung Diri Radioaktif. (http://belajar-
industri.blogspot .co.id/2013/03/alat-pelindung-diri-apd-radioaktif.html).
Diakses pada tang-gal 28 September 2016 pukul 05.15 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai